Anda di halaman 1dari 40

1.

Teknik penerangan

1.1. Pengantar
Cahaya adalah suatu gejala fisis. Suatu somber cahaya memancarkan energi.
Sebagian dari energi ini diubah menjadi cahaya tampak. Perambatan cahaya di ruang
bebas dilakukan oleh gelombang-geelombang a/ektromagnetik. Jadi cahaya itu suatu
gejala getaran.

Gejala-gejala getaran yang sejenis dengan cahaya ialah gelombang-gelombang


radio, televisi, radar dan sebagainya. Gelombang-gelombang ini hanya berbeda
frekuensinya saja.
Kecepatan rambat v gelombang-gelombang elektromagnetik di ruang bebas sama
dengan 3.105 km per detik. Kalau frekuensinya sama dengan f dan panjang
gelombangnya λ (lambda), maka berlaku:

Karena sangat kecil, panjang gelombang cahaya dinyatakan dalam satuan mikron
atau milimikron.

1 mikron (1 µ ) = 10 mm;
1 milimikron(1 mµ) =10 mm.

Panjang gelombang cahaya tampak berkisar antara 380-780 mµ; ini dibagi lagi gigs
beberapa daerah panjang gelombang. Setiap daerah memiliki suatu warna tertentu:
380-420 mµ : ungu
420-495 mµ : biro
495-566 mµ : hijau spektrum warna
566--589 mµ : kuning
589-627 mµ : jingga
627-780 mµ : merah

Cahaya putih dapat diuraikan dengan menggunakan prisma kaca (lihat gambar 1.1).
Sinar-sinarnya dibiaskan demikian rupa sehingga terjadi suatu spektrum. Warna-warna
spektrum ini dinamakan cahaya satu warna atau cahaya monokrom. Warnawarna tersebut
juga tampak pada pelangi, yang terjadi karena pembiasan cahaya oleh titik-titik air hujan.

Gambar 1.2 memperlihatkan grafik energi - panjang gelombang sebuah lampu pi


jar. Grafik ini menyatakan energi yang dipancarkan oleh lampu sebagai fungsi dari
panjang gelombangnya. Dapat dilihat bahwa daerah cahaya yang tampak dibatasi oleh
sinar-sinar ultraungu dan inframerah.
Selain memiliki warna tertentu, setiap panjang gelombang juga memberi kesan
intensitas tertentu. Mata manusia paling peka akan cahaya dengan panjang gelombang
555 mµ, yaitu cahaya berwarna kuning-hijau. Warna-warna lainnya tampak kurang
terang, seperti dapat d;lihat dari grafik kepekaan mata gambar 1.3.

Kalau intensitas suatu energi radiasi tertentu dengan panjang gelombang 555 mµ,
dinilai 100, maka energi radiasi yang sama tetapi dengan panjang gelombang 600 mµ,
akan memberi kesan intensitas 63. Jadi faktor kepekaan mata untuk 600 mµ sama dengan
0,63. Mata manusia seolah-olah "disetel" pada panjang gelombang 555 mµ.
Karena kepekaan mata orang tidak sama, maka ditentukan suatu ukuran standar.
Jika suatu sumber cahaya memancarkari energi 1 W dengan panjang gelombang
555 mµ, maka sumber cahaya itu dinilai sama dengan satu, wattcahaya. Energi 1 W
dengan panjang gelombang 600 mµ akan memberi 0,63 wattcahaya.
Gambar 1.4 memperlihatkan bagian spektrum yang tampak dari grafik energi -
panjang gelombang gambar 1.2 setelah dibesarkan. Jumlah watt yang dipancarkan lampu
sebagai energi tampak tidak sama dengan jumlah watt cahaya yang dinilai oleh mata.
Untuk mendapatkan jumlah wattcahaya, jumlah watt energi setiap panjang
gelombang harus dikalikan dengan faktor kepekaan mata untuk panjang gelombang itu.
Jumlah keseluruhan wattcahaya, yaitu flux cahaya, adalah jumlah semua hasil.

kali itu. Dalam gambar 1.5, flux cahaya ini dinyatakan oleh luas bidang di bawah
graft cahaya - panjanp ge/anbang.
Dalam praktek, flux cahaya dinyatakan dalam satuan lumen, disingkat Im . Satu
wattcahaya kira-kira sama dengan 680 lumen. Angka perbandingan 680 ini
dinamakanekivalen pancaran fotometris.
Sebuah lampu 100 W hanya memancarkan kira-kira 8 W saja sebagai cahaya
tampak. Sisanya hilang sebagai panas, karena konduksi dan radiasi. Dari 8 W ini, setelah
dikalikan dengan faktor kepekaan mata, hanya sisa kira-kira 2,25 wattcahaya saja. Jadi
flux cahaya lampu 100W tersebut sama dengan 2,25 x 680 = 1530 lumen.
Jumlah lumen per watt (lm/W.)disebut flux cahaya spesifik. Jadi flux cahaya
spesifik lampu di atas sama dengan 15,31m1W.
1.2. Satuan-satuan

1.2.1. Pengantar
Satuan-satuan penting yang digunakan dalam teknik penerangan ialah:
satuan untuk intensitas cahaya : kandela (cd)
satuan untuk flux cahaya : lumen (!m)
satuan untuk infensitm penerangan atau iluminasi : lux (lx) .
satuan untuk sudut ruang ialah steradian (sr).

1.2.2. Steradian
Misalkan panjang busur suatu lingkaran sama dengan jari-jarinya. Kalau kedua
ujung busur itu dihubungkan dengan titik tengah lingkaran, maka sudut antara dua jari-
jari ini disebut satu radian, disingkat rad (lihat gambar 1.6).
Karena keliling lingkaran sama dengan 2π x jari-jarinya, maka:
1 radian = = 57,3°
Misalkan dari permukaan sebuah bola dengan jari-jari r ditentukan suatu bidang
dengan luas r . Kalau ujung suatu jari-jari kemudian menjalani tepi bidang itu, maka
sudut ruang yang dipotong dari bola oleh jari-jari ini, disebut satu steradian.

Karena luas permukaan bola sama dengan 4 πr , maka di sekitar titik tengah bola
dapat diletakkan 4π sudut ruang yang masing-masing sama dengan satu steradian.
Jumlah steradian suatu sudut ruang dinyatakan dengan lambang ω(omega),

1.2.3. Hubungan antara satuan-satuan teknik penerangan


Misalkan suatu sumber cahaya berbentuk titik memancarkan cahaya dengan
intensitas satu kandela ke setiap jurusan. Kalau sumber cahaya ini diletakkan di titik
tengah sebuah bola dengan jari-jari satu meter, maka flux cahaya dalamsatusrisradian
akan sama dengan satu lumen. Intensitas penerangan di permukaan bola yang dibatasi
oleh sudut ruang satu steradian itu akan sama dengansatu lux (lifiat gambar
1.2.4. Intensitas cahaya
Kawat tahanan yang dialiri arus listrik akan berpijar dan memancarkan cahaya.
Sumber cahaya demikian, misalnya lampu pijar, dinamakan pemancar suhu. Lampu pijar
memancarkan energi cahaya ke semua jurusan. Tetapi energi radiasinya tidak merata.
Jumlah energi radiasi yang dipancarkan sebagai cahaya ke suatu jurusan tertentu
disebut intensitas cahaya dan dinyatakan dalam satuan kandela (cd), dengan lambang I
(gambar 1.8).

Untuk menentukan satuan kandela ini, digunakan apa yang dinamakan badan hitam
(gambar 1.9). Dalam alat ini terdaoat suatu ruang kosong bersinar dari toriumoksida,
dengan lubang yang kecil sekali. Ruang kosong ini berada dalam platina cair.
Suhu platina cair sama dengan 2046° K. Jumlah derajat kelvin (°K) sama dengan
jumlah derajat celsius ditambah 273. Jadi
0° C = 273° K dan 100° C = 373° K.
Ruang kosong tersebut dibuat hitam. Karena itu spektrum cahaya yang
dipancarkannya hanya ditentukan oleh suhunya saja, dan tidak tergentung pada bahannya.
Badan hitam ini ternyata memancarkan lebih banyak energi daripada pemancar-
pemarcar suhu lainnya. Karena itu setiap pemancar suhu dapat dibandingkan dengan
badan hitam ini. Badan hitam tersebut memancarkan 60 cd pada 2046° K. Jadi 1 cd sama
dengan x jumlah ini.

1.2.5. Flux cahaya


Sumber cahaya yang ditempatkan dalam bola gambar 1.7 memancarkan 1 cd ke
setiap jurusan. Jadi permukaan bolanya akan mendapat penerangan merata.
Suatu sumber cahaya yang memancar sama kuat ke setiap jurusan, dinamakan
surnber cahaya seragam.
Kalau intensitas cahayanya 1 cd, melalui sudut ruang 1 sr akan mengalir flux
cahaya 1 lm. Jadi intensitas.cahaya dapat juga diberi definisi sebagai berikut:
Intensitas cahaya ialah flux cahaya per satuan sudut ruang yang dipancarkan ke
suatu arah tertentu,
atau dalam bentuk rumus:

(phi) adalah lambang untuk flux cahaya.


Jadi jumlah kandela sama dengan jumlah lumen per steradian.
Flux cahaya yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya ialah seluruh jumlah
cahaya yang dipancarkan dalam satu detik (gambar -1.10). Kalau sumber cahayanya,
misalnya sebuah lampu pijar, ditempatkan dalam reflektor, maka cahayanya akan
diarahkan, tetapi jumlah atau flux cahayanya tetap.
Seperti sudah diketahui, satuan untuk flux cahaya ialah lumen.

Sumber cahaya berbentuk titik yang ditempatkan dalam bola gambar 1.7, dilingkupi
oleh 4 1f steradian. Jadi sumber cahaya itu memancarkan
πl/m
Karena intensitas cahayanya 1 cd, maka
πl/m

1.2.6. Intensitas penerangan


Intensitas penerangan atau iluminansi di suatu bidang ialah flux cahaya yang jatuh
pada 1 m2 dari bidang itu. Satuan untuk intensitas penerangan ialah lux (lx), dan
lambangnya E. Jadi
1 lux = 1 lumen per m2.
Dalam gambar 1.11, iluminansi di buku dan di meja sama kuatnya.

Kalau suatu bidang yang luasnya A m2 , diterangi dengan Fluks lumen, maka
intensitas penerangan rata-rata di bidang itu sama dengan:
Erata-rata = lux. A
Kalau 10 m diterangi dengan 1000 lumen, didapat:
E rata-rata = = lux.
Intensitas penerangan Ep di suatu titik P umumnya tidak sama untuk setiap titik dari
bidang itu.
Misalkan sekitar bola gambar 1.7 ditempatkan sebuah bola lain dengan titik tengah
sama, tetapi dengan jari-jari 2 m. Bagian dari permukaan bola kedua ini yang membatasi
satu steradian, akan sama dengan:
r =2 =4m .
Gambar 1.12 memperlihatkan satu steradian dari bola tersebut. Flux cahaya yang
menerangi 4 m2 dari permukaan bola luar itu sama dengan flux cahaya yang menerangi 1
m2 dari permukaan bola dalam. Jadi intensitas penerangan di permukaan bola luar sama
dengan 1/4 lux, sebab flux cahayanya dibagi atas permukaan yang 4 x lebih luas.
Jadi dapat disimpulkan: Intensitas penerangan di suatu bidang karena suatu sumber
cahaya dengan intensitas I, berkurang dengan kuadrat dari jarak antara sumber cahaya
dan bidang itu (hukum kuadrat).
Dalam bentuk rumus:
EP = lux.
Umumnya bidang yang diterangi bukan permukaan bola. Karena itu rumus di atas
hanya berlaku untuk suatu titik tertentu dari bidang yang diterangi.
Arti lambang-lambang dalam rumus di atas ialah:
EP = intensitas penerangan di suatu titik P dari bidang yang diterangi, dinyatakan
dalam satuan lux;
l = intensitas sumber caheyanya dalam satuan kandela;
r = jarak dari sumber cahaya ke titik P, dinyatakan dalam meter.
1.2,7. Luminansi
Luminansi ialah suatu ukuran untuk terang suatu benda. Luminansi yang terlalu
besar akan menyilaukan mata, seperti misalnya sebuah lampu pijar tanpa armatur.
Luminansi L suatu sumber cahaya atau suatu permukaan yang memantulkan cahaya
ialah intensitas cahayanya dibagi dengan luas semu permukaan. Dalam bentuk rumus:

L= cd/cm .
di mana:
L = luminansi dalam satuan cd/cm2;
I = intensitas cahaya dalam satuan cd;
As = luas semu permukaan dalam satuan cm .
Kalau luminansinya sangat kecil dapat juga digunakan satuan
cd/m : I cd/cm2 = 10.000 cd/m .

Faktor refteksi suatu permukaan ikut menentukan luminansinya. Dalam gambar


1.13 luminansi buku A lebih besar daripada luminansi meja B, karena faktor refleksi
buku itu lebih besar daripada faktor refleksi meja.
Luas semu permukaan ialah luas proyeksi sumber cahaya pada suatu bidang
rata yang tegaak lurus pada arah pandang, jadi bukan luas permukaan seluruhnya.
Untuk sebuah armatur bola, luas semu permukaannya sama dengan luas lingkaran besar
bola itu (lihat gambar 1.14).
Luas semu permukaan dua bola gambar 1.12 ialah:
dari bola kecil dengan jari-jari r = 1 m:
πr =4πm
dari bola besar dengan jari-jari r, = 2 m:
πr =πm
Jika bola-bolanya 100% tembus cahaya dan I= 1 cd, maka luminansi masingmasing
bola sama dengan:
dari bola kecil:
L= = =0.318cd/m ;
dari bola besar:
L= = =0.0796 cd/m ;
Supaya tidak menyilaukan, luminansi sumber cahaya tidak boleh terlalu besar.
Luminansi armatur bola dari kaca putih susu umumnya tidak dibuat lebih dari
0,3 cd/cm .

1.2.8. Contoh-contoh praktis


Flux cahaya
lumen Lampu sepeda memberi kira-kira 1o lm
Lampu pijar 150 W memberi 2.100 lm
Lampu TL 40 W memberi 2.800 lm

lntensitas penerangan (nilai rata-rata)

lux Tengah musim panas, siang hari 50.000 lx


Tengah musim dingin, siang hari 10:000 lx
Waktu fajar atau senja (di lapangan terbuka) 400 lx
Waktu bulan purnama dan langit cerah 0,25 lx
Meja kamar tamu dengan penerangan buatan 500 !x
Ruang kantor 800 lx
Untuk pekerjaan sangat halus dengan penerangan buatan 3.000 lx

Intensitas cahaya
kandela Dop lampu sepeda (lurus ke depan), kira-kira 1 cd
Dop lampu sepeda dalam reflektor (pusat berkas cahaya),
kira-kira 250 cd
Lampu suar (pusat berkas cahaya yang sangat tajam) 2.000.000 cd

L uminansi
cd/cm Matahari, dilihat dari bumi 150.000 cd/cm2
Bulan, dilihat dari bumi 0,25 cd/cm2
Langit berawan ringan 0,5 cd/cm2
Kawat lampu pijar 200 W, tanpa armatur 1.000 cd/cm2
Lampu TL 0,4 cd/cm2
Lampu natrium 19 cd/cm2
Alas meja ber roarna putih, dengan iluminansi 250 lux 0,05 cd/cm2
Alas meja berwarna coklat, dengan iluminansi 250 lux 0,01 cd/cm2.

1.2.9. I khtisar
1. 1 wattcahaya sama dengan energi 1 W dengan panjang gelombang 555 mµ.
2. 1 wattcahaya sama dengan 680 lumen.
3. Flux cahaya spesifik ialah /m/W.
4. Flux cahaya 4) dinyatakan dalam satuan lumen ( lm ), dan sama dengan jumlah
seluruh cahaya yang dipancarkan suatu sumber cahaya dalam satu detik.
5. Intensitas cahaya I dinyatakan dalam satuan kandela (cd), dan sama dengan
flux cahaya per satuan sudut ruang (steradian) yang dipancarkan ke suatu arah]

tertentu :
cd
6. Intensitas penerangan atau iluminansi E dinyatakan dalarn satuan lux (Ix), dan
sama dengan flux cahaya per satuan luas permukaan (M2).
7. E =- lx
8. Hukum kuadrat:
EP = lx
9. Luminansi L dinyatakan dalam satuan cd/cm2 atau cd/m2, dan sama dengan
intensitas cahaya per cm 2 atau per mZ luas semu permukaan sumber cahaya atau bidang
yang diterangi:
L=
10. Luas semu permukaan ialah luas proyeksi sumber cahaya pada suatu bidang rata
yang tegak lurus pada arah pandang.

1.3. Diagram dan grafik


1.3.1. Pengantar
Untuk menghitung proyek-proyek penerangan digunakan beberapa diagram dan
grafik sumber cahaya. Karakteristik-karakteristik lampu dan armatur ini dapat dijumpai
dalam buku-buku katalog.
1.3.2. Diagram polar intensitas cahaya
Gambar 1.15 memperlihatkan diagram polar intensitas cahaya sebuah armatur
lampu. Intensitas cahaya lampu pijar memiliki simetri ruang terhadap garis vertikal
melalui pusat lampu. Karena itu pembagian intensitas cahayanya diberikan dalam Suatu
bidang rata melalui sumbu simetri. Diagramnya tidak perlu digambar seluruhnya. Cukup
separuhnya saja.
Pengukurannya dilakukan pada jarak yang relatif jauh. Karena itu sumber
cahayanya dapat dianggap sebagai suatu sumber cahaya berbentuk titik.
Dalam gambar 1.15, panjang jari-jari dari 0 ke suatu titik dari grafik, menyatakan
intensitas cahayanya ke arah itu dalam satuan kandela. Umumnya diagramdiagram ini
diberikan untuk lampu yang memberi 1000 lumen.
Intensitas cahaya sebuah lampu sebanding dengan flux cahayanya. Karefia itu,
untuk lampu dengan flux cahaya lain, nilai-nilai yang diberikan dalam diagram masih
harus dikalikan dengan jumlah ribuan IOmen lampu tersebut.
Jika misalnya armatur gambar 1.15 diberi lampu 1500 lumen, maka pada sudut 300
intensitas cahayanya akan sama dengan:
1,5 x 194 = 291 cd.

1.3.3. Grafik intensitas penerangan


Diagram polar intensitas cahaya digunakan untuk menghitung intensitas penerangan
di suatu titik menurut rumus:

EP = lux.
Kalau misalnya intensitas cahaya suatu sumber cahaya L ke arah titik P sama
dengan l= 400 cd, dan jarak antara L dan P sama dengan r = 2 m, maka intensitas
penerangan di titik P akan sama dengan:
Ep = = 100 lux,

Dalam gambar 1.16, intensitas penerangan Et di bidang a' – b' tegak lurus pada arah
l, menurut hukum kuadrat akan sama dengan:
E = lux,

Intensitas penerangan E di bidang horisontal a - b, ialah proyeksi dari E1 pada garis


tegak lurus pada bidang a - b di titik P. Jadi:
E = E 1 cos a.
di mana:
a = sudut antara sinar cahaya dan garis tegak lurus pada bidang ,a - b di titik p
Rumus ini dikenal sebagai hukum cosinus.

Dari rumus diatas didapat


Substitusi dalam rumus (1) menghasilkan:

Jadi kalau tinggi h diberikan, intensitas penerangannya dapat juga dihitung dengan
rumus (II) ini.
Grafik intensitas penerangan suatu sumber cahaya dapat dihitung dari diagram polar
intensitas cahayanya. Grafik tersebut menggambarkan intensitas penerangan di suatu
bidang datar, dinyatakan dalam satuan lux.
Gambar 1.17 roemperlihatkan cara memperoleh grafik intensitas penerangan sebuah
lampu jalan yang digantung, dari diagram polar intensitas cahayanya.
Hitungannya diberikan dalam table dibawah ini

Sebagai contoh di bawah ini diberikan hitungannya untuk titik q. Jarak antara q dan
titik 0 di bawah lampu sama dengan 3 m. Untuk jarak r antara lampu dan titik q dapat
ditulis:
r = 7 + 3 = 58.
Dari diagram polar intensitas cahayanya dapat dibaca:
I = 600 cd.
Jadi untuk intensitas penerangan E' di bidang tegak lurus pada arah I di titik q
didapat:
E = = =10,3 lux.
Intensitas penerangan E di bidang horisontal di titik q dapat dihitung sebagai
berikut:
E = E cos a

dengan
cos a=
Jadi
E = 10,3 x 0,9191 = 9,5 lux.
Karena intensitas cahayanya memiliki simetri ruang, maka titik-titik dengan
intensitasn penerangan sama akan berada di atas lingkaran-lingkaran konsentris dengan
pusat di titik O. Lingkaran yang menghubungkan semua titik dengan nilai lux sama itu,
disebut lingkaran iso/ux.
Semua hitungan di atas berdasarkan lampu 1000 lumen.
Kalau pada jarak 8 m dari lampu tersebut di atas digantung lampu lain dengan
intensitas cahaya sama seperti lampu pertama, maka akan didapat situasi seperti terlukis
dalam gambar 1.18. Nilai lux dari masing-masing lampu di suatu titik dapat dijumlahkan.
Garis yang menghubungkan semua titik dengan nilai tux sama, disebut garis isolux.
Gambar 1.18 memperlihatkan linqkaran-linp:c.ran isolux dari masing-masing lampu, jika
ditinjau secara cerpisah. Selam itu juga digambar dua garis isolux, masing-masing garis
A untuk 12,7 lux dan garis B untuk 6,7 lux.
G,rafik-grafik intensitas penerangan digunakan untuk merencanakan penerangan
yang serata mungkin. Dengan grafik-grafik ini dapat ditentukan tinggi dan jarak antar
masing-masing titik lampu yang paling tepat.

Untuk menyusun grafiik intensitas penerangan dengan cara menjumlahkan nilainilai


lux dari dua atau lebih banyak titik lampu, diperlukan banyak latihan. Sering juga
digunakan tabel•tabel intensitas penerangan. Tabel berikut ini misalnya, memuat
jntensitas penerangan sebuah lampu comptalux 100 W. Kalau lampunya digantung pada
ketinggian 5 m, maka di titik yang letaknya 2 m dari garis tegak lurus melalui pusat
lampu, intensitas penerangannya akan sama dengan 13 lux.
Dalam praktek untuk meneliti apakah pembagian intensitas penerangannya rata atau
tidak, digunakan luxmeter. Pembagian yang kurang rata kadang-kadang dapat diperbaiki
dengan mengatur ketinggian lampu-lampunya.
Kesalahan ukur sebuah luxmeter dapat mencapai 10%, bahkan lebih. Karena itu,
untuk memperoleh hasil yang dapat dipercaya, alat ukur ini harus ditera secara teratur.
Sebuah luxmeter tidak dapat digunakan untuk mengukur cahaya berwarna.
1.3.4. I khtisar
1. Suatu diagram polar intensitas cahaya ialah suatu karakteristik untuk pembagian
cahaya sebuah lampu atau armatur.
2. Diagram polar intensitas cahaya L-mumnya diberikan untuk lampu 1000 lumen.

3. E = cos a lux.

4.E= cos a lux.


5. Suatu grafik intensitas penerangan melukiskan intensitas penerangan di suatu
bidang dalam satuan lux.
6. Suatu garis isolux menghubungkan semua titik dengan nilai lux sama.
1.4. Sistem penerangan dan armatur

1.4.1. Pengantar
Penyebaran cahaya dari suatu sumber cahaya tergantung pada konstruksi sumber
cahaya itu sendiri din pada konstruksi armatur yang digunakan. Konstruksi armaturnya
antara lain ditentukan oleh:
a. cara pemasangannya pada dinding atau langit-langit;
b. cara pemasangan fiting atau fiting-fiting di dalam armatur;
c. perlindungan sumber cahayanya;
d. penyesuaian bentuknya dengan lingkungan;
e. penyebaran cahayanya.

Sebagian besar dari cahaya yang ditangkap oleh mata, tidak datang IangsUng dari
sumber cahaya, tetapi setelah dipantulkan oleh lingkungan.
Karena besarnya luminansi sumber-sumber cahaya modern, cahaya langsung dari
sumber cahaya biasanya akan menyilaukan mata. Karena itu bahan-bahan armatur harus
dipilih demikian rupa sehingga sumber cahayanya terlindung dan cahayanya terbagi
secara tepat.
Berdasarkan pembagian flux cahayanya oleh sumber cahaya dan armatur yang
digunakan, dapat dibedakan sistem-sistem penerangan di bawah ini:

Cahaya yang diarahkan ke bawah, dianggap sebagai diarahkan langsung ke bidang


kerja.
Armatur yang terutama dimaksudkan sebagai hiasan, disebut ornamen.

1.4.2. Absorpsi
Sebagian dari cahaya yang mengenai suatu permukaan akan diserap oleh
permukaan itu. Bagian yang diserap ini menimbulkan panas pada permukaan tersebut.
Permukaan yang gelap dan buram menyerap banyak cahaya.
Bagian flux cahaya yang diserap oleh suatu permukaan ditentukan oleh faktor
absorpsi a permukaan itu:
flux cahaya yang diserap
a=
flux cahaya yang mengenai permukaan
1.4.3. Refleksi

Jika sinar-sinar cahaya sejajar yang mengenai suatu permukaan, dipantulkan tetap
sejajar, maka terjadi refleksi cermin atau refleksi teratur (gambar 1.28). Refleksi
demikian terjadi pada cermin dan pada permukaan logam yang dipoles.

Jika sinar-sinarnya dipantulkan tersebar ke semua jurusan, maka terjadi refleksi


baur atau refleksi difus (gambar 1.29), seperti yang terjadi pada suatu permukaan kasar,
misalnya pada langit-langit yang dikapur.
Antara dua bentuk ini masih dijumpai beberapa bentuk refleksi lain, misalnya
refleksi campuran (gambar 1.30), yang dapat dikenali dari permukaan yang berkilat,
misalnya jalan yang basah, linoleum yang baru digosok dan sebagainya.

Kalau bentuk berkas cahaya yang dipantulkan agak lebih teratur, dikatakan bahwa
terjadi refleksi terpencar (gambar 1.31).
Jumlah cahaya yang dipantulkan tidak ditentukan oleh mengkilatnya suatu
permukaan, tetapi oleh sifat-sifat dan permukaan bahannya. Permukaan difus kadang-
kadang dapat memantulkan lebih banyak cahaya daripada suatu permukaan yang
mengkilat.
Bagian flux cahaya yang dipantulkan ditentukan oleh faktor reflaksi r suatu
permukaan:
flux cahaya yang dipantulkan
r= .
flux cahaya yang mengenai permukaan

Faktor refleksi 0,6 atau 60% berarti, bahwa 60% dari flux cahaya yang mengenai
permukaan, dipantulkan.

1.4.4. Transmisi
Bahan-bahan tembus cahaya, seperti berbagai jenis kaca, seluloida dan sebagainya,
akan memantulkan atau menyerap hanya sebagian saja dari cahaya yang mengenainya.
Sebagian besar dari cahaya itu dapat menembus bahan-bahan tersebut.
Gambar 1.32 memperlihatkan transmisi teratur. Sinar-sinar cahaya yang masuk
sejajar, keluar tetap sejajar.
Gambar 1.33 memperlihatkan iransmisi difus sempurna. Sinar-sinar yang masuk
sejajar, keluar tersebar, seperti misalnya pada kaca opal. Karena itu kaca ini banyak
diqunakan untuk peneranqan, antara lain untuk lampu arqenta.

Gambar 1.34 memperlihatkan transmisi campuran, seperti yang terjadi pada kaca
buram dan pada lampu-lampu pijar yang kacar}ya diburamkan.
Bagian flux cahaya yang dapat menembus ditentukan oleh faktor transmisi t suatu
bahan:
flux cahaya yang dapat menembus
t=
flux cahaya yang mengenai permukaan

Untuk suatu permukaan berlaku:


a + r + t = 1.
1.4.5. Reflaksi netral dan selektif
'Kalau cahaya yang mengenai suatu permukaan dipantulkan tanpa perubahan warna,
maka terjadi refleksi netral.
Kalau disinari dengan cahaya merah, permukaon itu akan memantulkan cahaya
merah juga. Kalau disinari dengan cahaya putih, akin dipantulkan cahaya putih. Jadi
warna suatu permukaan ikut ditentukan oleh warna cahaya yang menyinarinya.
Warna suatu permukaan juga ditentukan oleh intensitas cahaya yang menyinarinya.
Permukaan hitam yang diberi penerangan kuat akan tampak kelabu. Sebagai contoh
misalkan papan tulis hitam dalam ruangan yang gorden-gordennya ditutup. Melalui celah
gorden, seberkas cahaya matahari jatuh di atas papan tulis itu. Kalau berkas cahayanya
cukup terang, ada kemungkinan bagian papan tulis yang diterangi itu akan tampak lebih
muda warnanya daripada warna suatu garis yang dibuat dengan kapur tulis putih di atas
papan tersebut.
Kesan cahaya putih hanya relatif. Cahaya putih bisa juga memberi kesan kelabu,
bahkan hitam. Hal ini tergantung pada faktor refleksi r permukaan yang 'disinari. Jika
faktor refleksinya melebihi 75%, permukaannya dikatakan putih. Jika r di antara 5% dan
75%, permukaannya dikatakan berwarna kelabu. Jika r kurang dari 5%, permukaannya
dikatakan hitam (gambar 1.35).

Jika permukaan berwarna disinari dengan cahaya putih, maka cahaya yang
dipantulkan akan juga berwarna. Dikatakan bahwa terjadi ref/eksi selektif (gambar 1.36).
Permukaan merah akan memantulkan terutama cahaya merah; warna-warna lainnya akan
diserap, warna yang satu diserap lebih banyak daripada yang lain.

Jadi faktor refleksi suatu permukaan tidak hanya ditentukan oleh bahannya, tetapi
juga oleh warna cahaya yang menyinarinya. Jika permukaan merah disinari cahaya
merah, maka hampir tidak terjadi ahsorpsi. Jadi dalam hal ini faktor refleksinya. akan
sangat besar jika dibandingkan dengan faktor refleksi permukaan itu untuk cahaya putih.
Karena itu, tabel-tabel faktor refleksi selalu mencantumkan nilai-nilai kirakira (lihat
tabel berikut inil.
Warna suatu permukaan juga tergantung pada warna cahaya yang meneranginya.
Jika warna suatu permukaan dalam cahaya buatan berbeda dengan warnanya pada siang
hari, dikatakan bahwa cahaya itu palsu. Perubahan warna ini dapat dilihat dengan jelas di
jalan-jalan dengan penerangan lampu natrium. Dalam cahaya kuning lampu natrium ini,
suatu benda putih akan tampak kuning; yang dipantulkan hanya cahaya kuning saja.
Benda ungu akan tampak hampir hitam, sebab cahaya kuning dari lampu akan diserap
benda itu dan hampir tidak ada ref leksi.
Juga di toko-toko dengan penerangan lampu TL terjadi perubahan warna.
Kalau dua benda, yang satu berwarna gelap dan yang lain berwarna muda,
diletakkan di bawah sinar matahari selama jangka waktu yang sama, maka benda yang
berwarna gelap akan menjadi lebih panas, karena lebih banyak menyerap cahaya. Karena
itu, di daerah-daerah tropis banyak dikenakan pakaian berwarna muda atau putih, karena
warna-warna ini tidak banyak menyerap cahaya matahari.
1.4.6. Transmisi netral dan selektif
Transmisi netral dapat disamakan dengan refleksi netral. Kalau suatu bahan dapat
ditembus cahaya, dan warna cahayanya tidak atau hampir tidak berubah, maka dikatakan
bahwa terjadi transmisi netral. Cahaya merah juga keluar sebagai cahaya merah (gambar
1.37). Cahaya putih dapat memberi kesan putih, kelabu atau hampir hitam, tergantung
pada faktor transmisinya.
Transmisi netral terjadi antara lain pada kaca jendela.

Seperti juga pada refleksi, dikatakan terjadi transmisi selektif kalau semua warna
diserap kecuali satu warna tertentu. Kaca merah misalnya akan menyerap hampir semua
warna kecuali warna merah. Kalau cahaya putih mer,genai kaca merah, maka pada satu
sisi hanya dipantulkan cahaya merah, jadi sisi kaca itu akan tampak merah. Sisi lainnya
hanya dapat ditembus oleh cahaya merah, jadi juga sisi ini akan tampak merah (gambar
1.38).

Bahan dengan transmisi selektif dinamakan filter atau tapis. Kalau cahaya merah
mengenai filter biru tua, maka cahaya merah itu akan diserap, sehingga tidak dapat
menembus filter tersebut. Karena juga tidak ada cahaya yang dipantulkan, maka kedua
sisi filter itu akan tampak hitam (gambar 1.39).

Apa yang terjadi pada cahaya tampak, juga terjadi pada sinar inframerah dan sinar
ultraungu. Lampu infraphil memiliki kaca tembus sinar inframerah, dan lampu sinar
matahari buatan memiliki kaca tembus sinar ultraungu.
1.4.7. Armatur

a. Pengantar

Armatur-armatur lampu dapat dibagi menurut beberapa cara, yaitu:


1. berdasarkan sifat penerangannya, atas armatur untuk penerangan langsung,
sebagian besar langsung, difus, sebagian besar langsung dan tak langsung;
2. berdasarkan konstruksinya, atas armatur biasa, kedap tetesan air, kedap air,
kedap letupan debu dan kedap letupan gas;
3. berdasarkan penggunaannya, atas armatur untuk penerangan dalam, penerangan
luar, penerangan industri, penerangan dekorasi, dan armatur yang ditanam di
dinding atau langit-langit dan yang tidak ditanam;
4. berdasarkan bentuknya, atas armatur balon, pinggan, "rok", gelang, armatur
pancaran lebar dan pancaran terbatas; kemudian armatur kandil, palung dan
armatur-armatur jenis lain untuk lampulampu bentuk tabung;
5 . berdasarkan cara pemasangannya, atas armatur langit-langit, dinding, gantung,
berdiri, armatur gantung memakai pipa dan armatur gantung memakai kabel.

Bentuk sumber cahaya dan armatur harus demikian rupa sehingga tidak
menyilaukan mata. Bayang-bayang harus ada, sebau bayang-bayang ini diperlukan untuk
dapat melihat benda-benda sewajarnya. Akan tetapi bsyang-bayang itu tidak boleh terlalu
tajam.
Selain itu konstruksi armatur harus demikian rupa sehingga aca cukup sirkulasi
udara untuk menyingkirkan panas yang ditimbulkan oleh sumber cahaya. Karena itu
harus ada cukup banyak lubang di ba,yian bawah dan bagian atas armatur. Suhu armatur
sekali-kali tidak boleh menjadi sedemikian tinggi hingga dapat menimbulkan kebakaran
atau merusak isolasi.

b. Penerangan /langsung
Efisiensi penerangan langsung sangat baik. Cahaya yang dipancarkan sumber
cahaya seluruhnya diarahkan ke bidang yang harus diberi penerangan; langit-langit
hampir tidak ikut berperan. Akan tetapi sistem penerangan ini menimbulkan
bayangbayang yang tajam. Keberatan ini dapat dikurangi dengan menggunakan
sumbersumber cahaya bentuk tabung (lampu TL).
Kalau digunakan penerangan langsung, harus diusahakan supaya cahayanya tidak
langsung mengenai mata.
Penerangan langsung terutama digunakan di ruangan-ruangan yang tinggi, misalnya
di bengkel dan pabrik, dan untuk penerangan luar.
Armatur-armatur yang digunakari untuk penerangan langsung ialah armatur
pancaran lebar (gambar 1.40) dan armatur Rancaran terbatas (gambar 1.41).
Armatur pancaran lebar digunakan untuk penerangan umum dalam bengkelbengkel;
untuk penerangan setempat, misalnya di atas mesin-mesin perkakas, digunakan armatur
pancaran terbatas.
Untuk penerangan industri dengan lampu bentuk tabung digunakan armatur paJung
(gambar 1.42). Untuk penerangan luar dapat digunakan armatur "rok" (gambar 1.43).
Gambar 1.44 memperlihatkan sebuah armatur kedap air untuk penerangan jalan.
Gambar 1.45 memperlihatkan sebuah armatur untuk dipasang pada dinding atau
langiMangit. Armatur ini cocok untuk lampu kaca kempa, dan digunakan untuk
penerangan etalase. Untuk keperluan ini dapat juga digunakan lampu-lampu cermin.
Gambar 1.46 memperlihatkan sebuah armatur untuk ditanam dalam langit-langit.
Arah cahayanya dapat diatur dan dapat ditujukan ke suatu titik tertentu. Jadi aksen
penerangan dapat diletakkan di tempat-tempat yang dikehendaki.
c. Terutama penerangan /langsung
Efisiensi penerangan yang sebagian besar langsung ini juga cukup baik. Dibanding
kan dengan penerangan langsung, pembentukan bayang-bayang dan kilaunya agak
kurang. Sejumlah kecil cahaya dipancarkan ke atas; karena itu kesan mengenai ukuran
ruangannya menjadi lebih baik. Seolah-olah langit-langitnya lebih tinggi.
Sistem penerangan ini digunakan di gedung-gedung ibadat, untuk tangga dalam
rumah, gang dan sebagainya.

Gambar 1.47 memperlihatkan pelindung dari kawat baja berlapis seng untuk
ornament.

d. Penerangan difus
Efisiensi penerangan difus lebih rendah daripada efisiensi kedua sistem yang telah
dibahas lebih dahulu. Sebagian dari cahaya sumber-sumber cahaya sekarang diarahkan ke
dinding dan langit-langit. Pembentukan bayang-bayang dan kilaunya banyak berkurang.
Penerangan difus digunakan di ruangan-ruangan sekolah, di ruangan-ruangan
kantor dan di tempat-tempat kerja.
Armatur untuk penerangan difus ialah armatur-armatur balon, misalnya armatur
gantung memakai pipa (gambar 1.48). Armatur ini memiliki balon dpri kaca opal tripleks.
Kaca ini tidak menyerap banyak cahaya, jadi efisiensinya tinggi. Kaca opal tripleks
terdiri dari dua lapis kaca bening dengan satu lapis tipis kaca opal di antaranya.
e. Terutama penerangan tak langsung
Bayang-bayang dan kilau yang timbul pada sistem penerangan ini hanya sedikit.
Sebagian besar dari cahaya sumber-sumber cahaya sekarang diarahkan ke atas. Karena
itu langit-langit dan dinding-dinding ruangan harus diberi warna terang. Penerangan
sebagian besar tak langsung ini digunakan di rumah-rumah sakit, di ruangan baca, toko-
toko dan di kamar tamu.

Gambar 1.49 memperlihatkan sebuah armatur dinding untuk penerangan sebagian


besar tak langsung. Gambar 1.50 memperlihatkan sebuah armatur gantung bentuk gelang.
Kedua armatur tersebut antara lain digunakan di rumah-rumah sakit.
f. penerangan tak langsung
Pada sistem penerangan tak langsung cahayanya dipantulkan oleh langit-langit dan
dinding-dinding. Warna langit-langit dan dinding-dinding ini harus terang. Bayang-
bayang hampir tidak ada lagi.
Penerangan tak langsung antara lain digunakan di ruangan-ruangan untuk
membaca, menulis dan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan halus lainnya.

1.4.8. I khtisar
1. Sistem-sistem penerangan:
langsung dan sebagian besar langsung; campuran atau baur (difus);
sebagian besar tak langsung dan tak langsung.
2. Absorpsi, refleksi, transmisi: a + r+t= 1.
3. Refleksi:
cermin : cermin, permukaan logam yang dipoles dan permukaan air;
difus : langit-langit dan dinding yang dikapur,
kertas isap; campuran : jalan basah.
4. Transmisi:
teratur : kaca jendela;
difus : kaca opal;
campuran : kaca buram.
5. Refleksi selektif terjadi pada permukaan berwarna. 6. Transmisi selektif terjadi
pada filter.
7. Armatur untuk penerangan langsung:
armatur pancaran lebar, armatur pancaran terbatas, armatur palung, lampu cermin,
reflektor.
8. Armatur untuk penerangarrdifus:
armatur balon dari kaca opal.
1.5. Cara menghitung penerangan dalam

1.5.1. Pengantar

Akhir-akhir ini makin terbukti bahwa penerangan yang baik rnemegang peranan
penting, terutama untuk industri.
Untuk suatu perusahaan produksi, penerangan yang baik antara lain memberi
keuntungan-keuntungan berikut ini:
a. peningkatan produksi;
b. peningkatan kecermatan; c. kesehatan yang lebih baik;
d. suasana kerja yang lebih nyaman; e. keselamatan kerja yang lebih baik.
Pilihan mengenai sistem penerangan yang sebaiknya digunakan dipengaruhi oleh
banyak faktor, antara lain:
a. intensitas penerangannya di bidang kerja;
b. intensitas penerangan umumnya dalam ruangan; c. biaya instalasinya;
d. biaya pemakaian energinya;
e. biaya pemeliharaan instalasinya, antara lain biaya untuk penggantian
lampulampu.
Penerangan suatu ruangan kerja pertama-tama harus tidak melelahkan mata tanpa
guna. Karena itu perbedaan intensitas penerangan yang terlalu besar antara bidang kerja
dan sekelilingnya, harus dihindari, karena akan memerlukan daya penyesuaian mata yang
terlalu besar sehingga melelahkan.
Perbandingan antara intensitas penerangan minimum dan maksimum di bidang
kerja harus sekurang-kurangnya 0,7. Perbandingan dengan sekelilingnya harus sekurang-
kurangnya 0,3.
Di samping itu, harus juga diperhitungkan usia orang-orang yang akan bekerja di
ruangan yang akan diberi penerangan atau yang akan menempati ruangan itu. Untuk
dapat bekerja sama nyamannya, seorang berusia 60 tahun memerlukan kirakira 15 kali
lebih banyak cahaya daripada yang diperlukan seorang anak berusia 10 tahun.

1.5.2. Intensitas penerangan


Intensitas penerangan harus ditentukan di tempat di mana pekerjaannya akan
dilakukan. Bidang kerja umumnya diambil 80 cm di atas lantai. Bidang kerja ini mungkin
sebuah meja atau bangku kerja, atau juga suatu bidang horisontal khayalan, 80 cm di atas
lantai.
Intensitas penerangan yang diperlukan ikut ditentukan oleh sifat pekerjaan yang
harus dilakukan. Suatu bagian mekanik halus misalnya, akan memerlukan intensitas
penerangan yang jauh lebih besar daripada yang diperlukan suatu galangan kapal.
Juga panjangnya waktu kerja mempengaruhi intensitas penerangan yang diperlukan.
Pekerjaan yang 14ma dengan penerangan buatan, juga memerlukan intensitas penerangan
yang lebih besar.
Tabel 1 mencantumkan intensitas penerangan yang diperlukan untuk penerangan
yang baik.
Intensitas penerangan E dinyatakan dalam satuan lux, sama dengan jumlah IM/M2.
Jadi flux cahaya yang diperlukan untuk suatu bidang kerja seluas A m ialah:
lm
Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang
kerja. Sebagian dari flux cahaya itu akan dipancarkan ke dinding dan langit-langit (lihat
gambar 1.51). Karena itu untuk menentukan flux cahaya yang diperlukan harus
diperhitungkan efisiensi atau rendemennya:

di mana:
= flux cahaya yang dipancarkan oleh semua sumber cahaya yang ada dalam ruangan;
= flux cahaya berguna yang mencapai bidang kerja, langsung atau tak langsung
setelah dipantulkan oleh dinding dan langit-langit.

Bagian flux cahaya yang hilang menerangi ruangan atau diserap oleh dinding,
langit-langit, gorden dan sebagainya.

1.5.3. Efisiensi penerangan Dari


Dari

Dan
lm
didapat rumus flux cahaya:

lm
di mana:
A = luas bidang kerja dalam m ;
E = intensitas penerangan yang diperlukan di bidang kerja.
Efisiensi atau rendemen penerangannya ditentukan dari tabel-tabel (lihat misalnya
tabel 2 sampai dengan tabel 6). Setiap tabel hanya berlaku untuk suatu armatur tertentu
dengan jenis lampu tertentu dalam ruangan tertentu pula.
Untuk menentukan efisiensi penerangannya harus diperhitungkan:
a. efisiensi atau rendemen armaturnya (v);
b.faktor refleksi dindingnya (rw), faktor refleksi langit-langitnya (rp) dan faktor
refleksi bidang pengukurannya (rm);
c.indeks ruangannya.

1.5.4. Efisiensi armatur


Efisiensi atau rendemen armatur v ialah:

flux cahaya yang dipancarkan cleh armature


v=
flux cahaya yang dipancarkan oieh sumber cahaya

Efisiensi ini dibagi atas bagian flux cahaya di atas dan di bawah bidang horisontal;
misalnya dalam tabel 3 masing-masing 22% dan 65%.
Efisiensi sebuah armatur ditentukan oleh konstruksinya dan oleh bahan yang
digunakan.
Dalam efisiensi penerangan selalu sudah diperhitungkan efisiensi armaturnya.

1.5.5. Faktor-faktor refleksi


Faktor-faktor refleksi rw dan rp masing-masing menyatakan bagian yang
dipantulkan dari flux cahaya yang diterima oleh dinding dan langit-langit, dan kemudian
mencapai bidang kerja.
Faktor refleksi semu bidang pengukuran atau bidang kerja rm, ditentukan oleh
refleksi lantai dan refleksi bagian dinding antara bidang kerja dan lantai. Umumnya untuk
rm ini diambil 0, 1,
Langit-langit dan dinding berwarna terang memantulkan 50-70%, dan yang
berwarna gelap 10-20%.
Pengaruh dinding dan langit-langit pada sistem penerangan langsung jauh lebih
kecil daripada pengaruhnya pada sistem-sistem penerangan lainnya. Sebab cahaya yai q
jatuh di langit-langit dan dinding hanya sebagian kecil saja dari flux cahaya.
Dalam tabel-tabel 2 sampai dengan 6 efisiensi penerangannya diberikan untuk tiga
nilai rp yang berbeda. Pada setiap nilai r terdapat tiga nilai rW.
Untuk faktor refleksi dinding rW ini dipilih suatu nilai rata-rata, sebab pengaruh
gorden dan sebagainya sangat besar.
Silau karena cahaya yang dipantulkan dapat dihindari dengan cara-cara berikut ini:
a. menggunakan bahan yang tidak mengkilat untuk bidang kerja;
b. menggunakan sumber-sumber cahaya yang permukaannya luas dan
luminansi,nya rendah;
c. penempatan sumber cahaya yang tepat.

1.5.6. Indeks ruangan atau indeks bentuk


Indeks ruangan atau indeks bentuk k menyatakan perbandingan antara
ukuranukuran utama suatu ruangan berbentuk bujur sangkar:
di mana:
p = panjang ruangan dalam m;
1 = lebar ruangan dalam m;
h = tinggi sumber cahaya di atas bidang kerja, dinyatakan dalam m.

Bidang kerja ialah suatu bidang horisontal khayalan, umumnya 0,80 m di atas lantai
(lihat juga 1.5.2).
Kalau nilai k yang diperoleh tidak terdapat dalam tabel, efisiensi penerangannya
dapat ditentukan dengan interpolasi. Kalau misalnya k = 4,5 maka untuk rl diambil nilai
tengah antara nilai-nilai untuk k = 4 dan k=5.
Untuk k yang melebihi 5, diambil nilai r) untuk k= 5, sebab untuk k di atas 5,
efisiensi penerangannya hampir tidak berubah lagi.

1.5.7. Faktor penyusutan atau faktor depresiasi

Faktor penyusutan atau faktor depresiasi d ialah:

E dalam keadaan dipakai


d=
E dalam keadaan baru

Intensitas penerangan E dalam keadaan dipakai ialah intensitas penerangan ratarata


suatu instalasi dengan lampu-lampu dan armatur-armatur, yang daya gunanya telah
berkurang karena kotor, sudah lama dipakai atau karena sebab-sebab lain.
Efisiensi penerangan yang diberikan dalam tabel-tabel 2 sampai dengan 6 berlaku
untuk suatu instalasi dalam keadaan baru. Kalau faktor depresiasinya 0,8, suatu instalasi
yang dalam keadaan baru memberi 250 lux, akan memberi hanya 200 lux saja dalam
keadaan sudah dipakai.
Jadi untuk memperoleh efisiensi penerangannya dalam keadaan dipakai, nilai
rendemen yang didapat dari tabel masih harus dikalikan dengan faktor depresiasinya.
Faktor depresiasi ini dibagi atas tiga golongan utama, yaitu untuk:
a pengotoran ringan;
b. pengotoran biasa, dan
c. pengotoran berat.
Masing-masing golongan utama ini dibagi lagi atas tiga kelompok, tergantung pada
masa pemeliharaan lampu-lampu dan armatur-armaturnya, yaitu setelah 1, 2 atau 3 tahun.
Pengotoran ringan terjadi di toko-toko, kantor-kantor dan gedung-gedung sekolah
yang berada di daerah-daerah yang hampir tidak berdebu.
Pengotoran berat akan terjadi di ruangan-ruangan dengan banyak debu atau
pengotoran lain, misalnya di perusahaan-perusahaan cor, pertambangan, pemintalan dan
sebagainya.
Pengotoran biasa terjadi di perusahaan-perusahaan lainnya.
Kalau tingkat pengotorannya tidak diketahui, digunakan faktor depresiasi 0,8.
Selanjutnya efisiensi penerangannya juga dipengaruhi oleh cara penempatan
sumber-sumber cahayanya dalam ruangan. Jarak a antarsumber cahaya sedapat mungkin
harus sama untuk kedua arah. Jarak antara sumber cahaya yang paling luar dan dinding
harus 0,5 a. Sedapat mungkin a harus sama dengan tinggi h sumber cahaya di atas bidang
kerja.
Kalau ketentuan-ketentuan di atas mengenai penempatan sumber cahaya dipenuhi,
untuk efisiensi penerangannya dapat digunakan nilai-nilai yang diberikan dalam tabel 2
sampai dengan tabel 6.
Kalau a lebih kecil daripada h, misalnya kalau ruangannya kecil, maka untuk
penerangan umum yang baik biasanya digunakan empat armatur.
Di samping pengaruh pengotoran, dalarn faktor depresiasi telah juga diperhitungkan
pengaruh usia lampu-lampunya. Pengaruh ini terganiung pada jumlah jam nyalanya.
Untuk lampu-lampu TL diperhitungkan 1500 jam nyala per tahun, dan untuk lampu pijar
500 jam nyala per tahun. Angka-angka ini sesuai dengan angka rata-rata di perusahaan-
perusahaan.
Kalau intensitas penerangannya menurun sampai 20% di bawah yang seharusnya,
lampu-lampunya harus diganti atau dibersihkan. Penggantian lampu-lampu ini sebaiknya
dilakukan kelompok demi kelompok, supaya tidak terlalu mengganggu kegiatan
perusahaan.

1.5.8. Tabel-tabel penerangan


Tabel 2 sampai dengan tabel 6 berikut ini dikutip dari buku "Tabellen voor
verlichting" (Tabel-tabel penerangan), yang diterbitkan oleh Philips.
1.5.9. Contoh cara menghitung penerangan.

Suatu ruangan gambar ukuran 8 x 16 m dan tinggi 3,20 m, harus diberi penerangan.
Jumlah lampu yang diperlukan ditentukan sebagai berikut.
a. Pertama-tama ditentukan jenis lampu dan armatur yang akan digunakan. Untuk
contoh ini dipilih armatur 4 x TL 40 W menurut tabel 2. Flux cahayanya 4 x 3000
lumen per armatur.
b. Kemudian ditentukan faktor-faktor refleksinya berdasarkan warna dinding dan
langit-langit ruangan, yaitu untuk:
warna putih dan vyarna sangat muda : 0,7
warna muda : 0,5
warna sedang : 0,3
warna gelap : 0,1
Untuk menentukan faktor refleksi suatu warna, dalam praktek digunakan kipas
warna dengan faktor-faktor refleksinya. Untuk contoh ini ditentukan:
rp =0,5 , rw = 0,3 dan rm = 0,1
c. Selanjutnya ditentukan indeks bentuknya.
Karena lampu-lampunya dipasang pada langit-langit, dan bidang kerjanya berada
kira-kira 0,90 m di atas lantai, maka h-= 2,30 m. Jadi:
=2,3
d. Kemudian ditentukan efisiensi penerangannya dari tabel 2 dengan nilai-nilai k,
rp, rw dan rm seperti tersebut di atas. Dari tabel 2 dapat dibaca:
untuk k = 2 : = 0,57 dan
untuk k = 2,5 : = 0,60.
Efisiensi penerangannya untuk k = 2,3 ditentukan dengan interpolasi:

Dalam tabel 2, efisiensi armaturnya sama dengan 72%. Nilai ini juga berlaku untuk
armatur yang digunakan untuk contoh ini. Jadi efisiemi penerangannya tetap 0,59.
Kalau armatur yang digunakan memiliki efisiensi lain, misalnya 55%, efisiensi
penerangannya akan menjadi:

e. Intertsitas penerangan yang diperlukan ditentukan bardasarkan tabel 1. Untuk

contoh ini digunakan 1250 lux.


f. Flux cahaya yang diperlukan dapat dihitung dari:
untuk keadaan baru (lihat 1.5.3).
atau
untuk keadaan dipakai.
Jumlah lampu atau armatur n yang diperlukan dapat juga ditentukan langsung dari:

atau

Flux cahaya lampu atau armatur dapat dilihat dari buku katalog. Untuk contoh ini
berlaku:
= 4 x 3000 = 12000 lumen.
Jumlah armatur yang diperlukan dapat dihitung setelah ditentukan faktor
depresiasinya. Untuk contoh ini dapat diperkirakan, bahwa hanya akan terjadi pengotoran
ringan. Kalau lampu-lampunya diperbaharui setiap 2 tahun, maka
d = 0,8 (lihat tabel 2).
Jadi:
E = 12501ux
A= 8 x 16 = 128m
d = 0,8
= 12000 lumen
= 0,59,

sehingga:
= 28,2
Jumlah ini dapat dibagi atas 4 deret, masing-masing dengan 7 armatur, atau 3 deret
dari 9 armatur.
Cara penempatan armatur-armaturnya juga tergantung pada konstruksi langitlangit
ruangan. Selain itu juga penempatan meja-meja gambarnya ikut menentukan. Di atas
meja gambar tidak boleh ada bayang-bayang yang mengganggu.
Luas A selalu dihitung dari ukuran bujursangkar. Juga kalau sebagian dari ruangan
digunakan untuk keperluan lain, misalnya untuk serambi depan, luas A tetap dihitung dari
panjang dan lebar bujursangkar. Kalau kemudian ternyata bahwa di tempat serambi itu
tidak mungkin dipasang armatur, maka. armatur di temoat ini ditiadakan.
Pada waktu instalasinya diserahkan, jadi dalam keadaan baru, intensitas
penerangannya akan jauh lebih tinggi, yaitu sama dengan:
lux
Ini berlaku kalau setiap tabung TL menghasilkan 3000 lumen. Sesungguhnya flux
cahaya yang dihasilkan sebuah tabung TL 40 W setama 100 jam nya1a pertama, lebih
banyak daripada 3000 lumen.

Anda mungkin juga menyukai