Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Pendidikan Fisika

Universitas Muhammadiyah Makassar

FOTOMETRI
Prodi Pendidikan Fisika Unismuh Makassar
Hasri Ainun Besari1) Ana Dhiqfaini Sultan S.Pd.,M.pd 2)
Universitas Muhammadiyah Makassar
Jln. Sultan Alauddin No. 259 Telp. (0411) 860 123 Makassar Sulawesi Selatan
hasriainunbesaribee@gmail.com

Abstrak : Telah dilakukan praktikum dengan judul percobaan fotometri yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara intensitas cahaya dengan jarak pancaran sebagai hokum kebalikan
kuadrat, menyelidiki dan mengetahui pengaruh ketebalan bahan penghalang terhadap intensitas radiasi
relative dan menentukan koefisien transmitansi dan absorpbansi bahan penghalang yang digunakan
Dari hasil eksperimen diperoleh bahwa Hubungan antara intensitas cahaya dengan jarak pancaran
yaitu bahwa semakin jauh jarak antara sumber cahaya dengan titik sensor, maka kuat penerangannya
semakin kecil. Hubungan antara pengaruh ketebalan bahan penghalang terhadap intensitas radiasi
relatif yaitu bahwa semakin tebal suatu penghalang maka semakin kecil pula intensitas penerangan
yang didapatkan. Sementara pada perhitungan nilai absorbansi mempunyai rerata 2,04 x 103 m-1,
sementara untuk perhitungan transmitansi didapatkan pula nilai reratanya sebesar 0,218

Kata kunci : Fotometri, Intensitas cahaya

I. PENDAHULUAN penerapannya adalah dalam mendeteksi suatu


Cahaya pada hakekatnya tidak dapat dilihat, penyakit yang bertujuan untuk mendiagnosa dan
kesan adanya apabila cahaya tersebut mengenai proses penyembuhan penyakit melalui terapi.
benda. Cahaya dapat bersifat gelombang maupun Dalam kehidupan sehari-hari banyak ditemukan
partikel. Cahaya adalah tenaga berbentuk berbagai macam sumber cahaya, misalnya cahaya
gelombang dan dapat membantu manusia untuk lampu, lilin, sinar matahari dan sebagainya. Setiap
melihat. Cahaya dibiaskan apabila bergerak secara sumber cahaya memiliki nilai kuat cahaya
tegak lurus melalui medium yang berbeda, seperti (intensitas cahaya) yang berbeda-beda. Untuk
melalui udara, kaca dan air. Cahaya dapat mengukur nilai kuat cahaya dari sumber cahaya
bergerak lebih cepat melalui udara. dapat digunakan alat yang dinamakan fotometer.
Cahaya mempunyai banyak manfaat, selain Untuk memahami lebih lanjut tentang
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, cahaya penggunaan fotometer, maka akan dilakukan
juga dimanfaatkan dalam bidang medis. Salah satu
eksperimen fotometri yang bertujuan untuk tiap 1 m2 bidang tersebut menerima arus cahaya 1
menyelidiki hubungan intensitas cahaya dengan lumen.
jarak pancaran, menyelidiki pengaruh ketebalan Jika arus cahaya (F) menerangi merata suatu
bahan penghalang terhadap intensitas radiasi bidang seluas A m2 maka kuat penerangan bidang
relatif dan menentukan koefisien transmitansi tersebut sebesar :
dan absorbansi bahan penghalang.
II. LANDASAN TEORI Atau
Fotometri ialah ilmu yang membicarakan
(2)
tentang pengukuran kuantitas cahaya. Ada
beberapa kuantitas cahaya, yaitu kuat cahaya (I),
Dimana :
arus cahaya (F), kuat penerangan (E) dan terang
F atau : Arus cahaya (Lm)
cahaya (e).
Kuat cahaya atau intensitas cahaya (I) ialah A : Luas bidang (m2)

jumlah arus cahaya yang dipancarkan dari sumber E : Kuat penerangan (Lux)

cahaya tiap satuan sudut ruang. Satuan kuat arus


cahaya adalah lilin internasional yang Terang cahaya adalah besar kuat cahaya tiap

didefinisikan sebagai berikut : cm2 dari luas permukaan sumber cahaya yang

Satu lilin internasional (Cd:Kandela) ialah kuat dilihat (jika sumber cahaya berupa bola, maka

cahaya yang memberikan cahaya sebanyak 1/20 luas permukaan yang dilihat berupa luas

kali banyaknya cahaya yang dipancarkan oleh 1 lingkaran)

cm2 platina pada titik lebur

(1) (3)

Dimana :
I : intensitas cahaya Dimana :

: fluks cahaya e : terang cahaya

: sudut ruang I : kuat cahaya


A : luas permukaan sumber cahaya

Total sudut ruang adalah = (steradian)


fluks cahaya adalah besarnya intensitas yang Apabila ada dua bola lampu yang berpijar

memancar pada sudut ruang tertentu. mempunyai kuat cahaya yang sama tetapi lampu

Arus cahaya (fluks cahaya : F) ialah banyaknya yang kecil kelihatan lebih terang dari lampu yang

tenaga cahaya yang dipancarkan dari sumber besar. Dalam hal ini dikatakan terang cahaya (e)

cahaya tiap satu satuan waktu. Satuan arus cahaya lampu yang kecil lebih terang daripada lampu

adalah Lumen (Lm). Satu lumen adalah arus yang besar.

cahaya yang dipancarkan dari sumber cahaya Fotometri mempelajari ukuran banyaknya

sekuat 1 kandela dalam 1 steradial. cahaya, oleh karena itu pemancaran cahaya tak

Kuat penerangan (E) adalah jumlah arus cahaya lain adalah pemancaran gelombang

tiap satuan luas. Satuan penerangan adalah Lux. elektromagnetik yang secara umum disebut

Satu lux didefinisikan sebagai penerangan bidang radiasi, maka sudah barang tentu ada hubungan
antara pemancaran cahaya dengan pemancaran Untuk memudahkan pembahasan selanjutnya,
tenaga radiasi. Namun kuat pemancaran cahaya fluks cahaya yang dipancarkan dari suatu titik
belum tentu sebanding dengan kuat pemancaran sumber cahaya hendak digambarkan sebagai garis-
radiasi sebab kenampakan kuat pemancaran garis yang memancarkan dari titik sumber tersebut
cahaya yang teramati atau disebut daya terang, radial merata. Dengan demikian banyaknya fluks
bersangkutan dengan peristiwa perangsangan cahaya yang mengenai suatu permukaan akan
panca indera mata. Perangsangan ini ternyata dinyatakan dengan banyaknya garis-garis fluks
bergantung pada panjang gelombang cahaya atau yang tiba dipermukaan tersebut. Permukaan yang
warna cahaya. Mata ternyata sangat peka terhadap dikenai cahaya dikatakan mendapat penerangan
warna kuning dan kepekaan itu makin merosot dan kuat penerangan dinyatakan dengan rapat
untuk warna-warna dengan panjang gelombang, fluks yaitu banyaknya garis-garis fluks cahaya
makin panjang maupun makin pendek dari yang mengenai permukaan itu. Kerapatan garis-
panjang gelombang warna kuning tersebut. garis fluks cahaya yang memancar dari sumber
Gambar 2.1 adalah grafik variasi kepekaan itu cahaya menyatakan kuat cahaya sedangkan
yang diperoleh secara empiris. Dari hasil kerapatan garis-garis fluks cahaya yang mengenai
penelitian, kepekaan tersebut adalah maksimum permukaan menyatakan kuat penerangan.
untuk warna dengan panjang gelombang 5550 . Kuat cahaya atau intensitas cahaya
Banyaknya pancaran cahaya atau fluks cahaya didefinisikan sebagai banyaknya fluks cahaya
dinyatakan dalam lumen. Fluks cahaya yang yang memancar persteradian sudut ruang sedang
dipancarkan oleh cahaya dengan panjang kuat penerangan atau iluminansi didefinisikan
gelombang 5550 dengan kuat radiasi 1 sebagai banyaknya fluks cahaya yang mengenai
dikatakan 685 lumen. Dengan kata lain, apa yang satu satuan luas permukaan yang mendapat
kemudian disebut daya terang untuk panjang penerangan

gelombang tersebut adalah 685 lumen/watt. Jikalau sumber cahaya tidak berwujud titik
Untuk panjang gelombang lain, daya terang sudah melainkan berwujud suatu luasan atau permukaan,
tentu lebih kecil dari ini. maka banyaknya fluks cahaya yang dipancarkan
sudah tentu sebanding dengan luas permukaan
sumber cahaya itu dan begitu pula intensitas
cahayanya. Kecuali itu intensitas cahayanya
Daya terang relatif

tergantung pula pada arah pancaran cahaya


terhadap arah permukaan sumber cahaya. Besar
intensitas yang diberikan oleh satu satuan luas
permukaan sumber cahaya, terlihat dari arah
pemancarannya, disebut luminans. Suatu
permukaan sumber cahaya seluas ds dilihat pada
𝜆( )
4000 5550 7000 arah terhadap arah tegak lurus, seperti yang
tertera pada gambar 2 akan tampak sebesar
. Adapun banyaknya fluks cahaya
Gambar 1 Variasi daya terang terhadap panjang
yang dipancarkan ke segala arah per satu satuan
gelombang (warna) cahaya
luas permukaan sumber cahaya disebut emitans.
sebesar 685 lumen/watt untuk cahaya dengan
panjang gelombang 5550 seperti yang
dikemukakan di atas.
Iluminansi sebesar 1 lm/m2 disebut juga satu
𝜃
Lux, sedangkan iluminansi sebesar 1 lm/ft 2

𝑑𝑆 𝜃 disebut foot-candle, satu foot adalah 0,3048 meter.


Pengukuran intensitas cahaya, yakni yang lazim
disebut fotometri, dilakukan dengan
𝑑𝑆 membandingkan intensitas cahaya sumber cahaya
yang akan ditentukan intensitasnya dengan
Gambar 2 Luminans permukaan sumber cahaya intensitas cahaya dari sumber cahaya standar yang
memang sudah tentu intensitasnya, yakni dengan
Demikianlah maka seandainya banyaknya membandingkan iluminansi yang diberikan oleh
fluks cahaya dinyatakan dengan maka : keduanya pada suatu tabir. Dasar fotometri ialah
bahwa iluminansi oleh suatu sumber cahaya
Intensitas cahaya (4)
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak
Iluminansi (5)
permukaan yang memperoleh iluminansi dari
Luminans (6) sumber cahaya itu. Gambar 3 adalah fotometer
yang paling sederhana, yaitu fotometer Bunsen.
Emitans (7)
Berdasarkan definisi intensitas cahaya
Dengan ialah sudut ruang, A ialah luas
(persamaan 4) serta mengingat total sudut ruang
permukaan yang memperoleh penerangan dan s
adalah , maka total fluks cahaya yang
ialah permukaan sumber cahaya.
dipancarkan dari sumber cahaya adalah
Selaku satuan intensitas cahaya, semula dipilih
(8)
satuan lilin, sebagai intensitas cahaya yang
diberikan oleh suatu lilin yang ukuran dan
bahannya tertentu. Kemudian sejak tahun 1948 Kertas
diambil kesepakatan satuan intensitas cahaya yang minyak
Cerm Cerm
berdasarkan ketentuan bahwa luminans benda
in in
gelap pada suhu adalah 60 lilin/cm2.
Benda gelap ialah benda yang menyerap seluruh
radiasi yang dikenakan padanya satu lilin yang Gambar 3 Fotometer Bunsen
didefinisikan berdasarkan ketentuan demikian
dinamakan satu lilin internasional yang kalau Sedangkan dari definisi iluminansi (persamaan
dibandingkan dengan ketentuan satu lilin yang 5) dengan membuat permukaan bola dengan
semula, kira-kira 0,9817 kalinya. sumber cahaya berada di pusatnya. Iluminansi
Dengan teori Planck mengenai radiasi benda pada jarak r dari sumber cahaya diberikan oleh
gelap, serta berdasarkan ketentuan satuan
luminans tersebut di atas dan menurut grafik (9)
daya terang (gambar 1), didapatlah daya terang
Yang berarti bahwa iluminansi pada suatu batu gilas terlihat dibagian luar bundaran, sedang
permukaan, berbanding terbalik dengan kuadrat yang ada pada permukaan kanan terlihat di bagian
jarak permukaan itu dari sumber cahaya yang dalam bundaran medan bayangan
meneranginya.
Dengan fotometer Bunsen yang tertera pada
gambar 3 sehelai kertas yang sedikit dibubuhi
minyak diterangi pada kedua permukaannya.
Penerangan pada satu permukaan datang dari
sumber cahaya standar sedang penerangan pada
permukaan lainnya datang dari sumber cahaya
yang ditentutakn intensitasnya. Kertas berminyak
tersebut ditempatkan tegak di antara dua cermin
datar terpasang serong sedemikian rupa hingga
pada cermin kiri dapat dilihat bayangan pada
kertas berminyak dibagian permukaan kiri dan
cermin pada cermin kanan dapat dilihat bayangan Gambar 4 Fotometer Lümer-Brodhun
permukaan kanan. Fotometer digeser-geser di
antara kedua sumber cahaya, sampai bayangan
penerangan di kedua permukaan kertas minyak,
sebagaimana teramati pada cermin-cermin,
tampak sama terang. Pada saat itu iluminansi pada
kedua permukaan kertas berminyak adalah sama. 𝑑𝐴0
𝑑𝐴
Misalkan pada saat itu sumber cahaya yang kanan
berintensitas I2 dan berjarak r2 dari fotometer,
sedang sumber cahaya yang kiri berintensitas I1 Gambar 5 Kuat penerangan pada arah miring
dan berjarak r1 dari fotometer, maka berdasarkan
uraian di atas, perbandingan intensitas kedua Namun kalau dilihat dari sebelah kanan, maka
sumber cahaya diberikan oleh : keadaannya akan tampak sebaliknya. Apabila
(10) iluminansi di kedua permukaan batu gilas adalah
sama, maka lingkaran yang membatasi kedua
bagian bayangan penerangan akan hilang. Dalam
(persamaan 10) tersebut dikenal sebagai
pengukuran, forometer digeser-geser sampai
persamaan fotometri.
lingkaran batas itu hilang.
Fotometer lain yang lebih baik ialah fotometer
Dalam penjabaran persamaan 10 penerangan
ciptaan Lumer dan Brodhun yang bagannya
dianggap pada arah tegak lurus permukaan.
terterap pada gambar 4. fotometer tersebut terdiri
Seandainya arah penerangannya tidak tegak lurus
atas lempeng batu gilas yang dilengkapi dengan
permukaan yang dikurangi, maka penerangan pada
dua prisma pembantul sinar cahaya dan cermin
permukaan itu tidak akan sekuat seandainya arah
bermuka dua yang berlubang bundar ditengahnya.
adala tegak lurus. Dengan pertolongan gambar 5
Dilihat dari sebelah kiri, bayangan permukaan kiri
akan memberikan iluminansi sebesar 0
Adapun total fluks cahaya yang
dipancarkan oleh permukaan sumber cahaya yang
kalau mengenai permukaan 0 akan memberikan
membaurkan sempurna, dengan mengambil
iluminansi sebesar
kenaikan sudut ruang, seperti pada gambar 6
diberikan oleh
0 0 (11)

∫0 0 0 (15)
Atau
atau
0
0

𝑟 𝑠𝑖𝑛𝜃
Menurut Lambert, untuk sumber cahaya yang
berwujud permukaan, intensitas pada arah miring
terhadap permukaan sumber cahaya adalah lebih
kecil bila dibandingkan dengan intensitas pada
arah tegak lurus permukaan sumber cahaya
tersebut. Intensitas cahaya pada arah yang
Gambar 6 Kenaikan sudut ruang
membuat sudut terhadap arah tegak lurus
permukaan diberikan oleh :
Demikianlah akhirnya untuk permukaan sumber
cahaya yang membaurkan sempurna, persamaan
0 (12)
(7) dengan persamaan (15) serta persamaan (13)
menghasilkan hubungan antara luminans dan
Permukaan sumber cahaya dengan distribusi
emitans
intensitas memenuhi persamaan (12) di atas
dikatakan membaurkan secara sempurna. Bagi
(16)
permukaan sumber cahaya demikian persamaan
(6) menjadi :
Jadi, untuk permukaan sumber cahaya yang
membaurkan sempurna dengan luminans 1
(13) 2
lilin/cm emitans adalah lumen/cm . 2

atau Suatu satuan lazim dipakai untuk luminans


0 adalah satuan Lambert yang didefiniskan sebagai
luminans yang diberikan oleh permukaan oleh
permukaan sumber cahaya yang membaurkan
Yang tak lagi bergantung pada arahnya dan
sempurna dengan emitans sebesar 1 lumen/cm2.
apabila permukaan sumber cahaya itu homogen,
Jadi 1 Lambert = ⁄ atau 1 lilin/cm2 =
rumus luminas di atas menjadi
Lambert. Luminans sebesar 1 lilin/m2 disebut
juga 1 meter Lambert.
(14)
Transmitansi (T) merupakan fraksi antara
intensitas cahaya atau radiasi masuk (I0) terhadap
intensitas yang keluar dari material dengan P0 : Intensitas cahaya masuk
ketebalan bahan penghalang. Hukum Lambert Jadi, transmitansi adalah
menyatakan intensitas cahaya yang datang (20)
kemudian diserap dan diteruskan oleh sumber
medium sebanding dengan intensitas cahaya yang
Absorbansi cahaya berbanding lurus dengan
keluar sehingga dapat dirumuskan :
ketebalan bahan, dengan persamaan
(21)
(17) Dimana :
A : Absorbansi
Absorbansi merupakan banyaknya cahaya atau : Absorbansi untuk panjang gelombang
energi yang diserap oleh partikel-partikel dalam tertentu
medium. Sedangkan transmitansi merupakan : Konsentrasi molar
bagian dari cahaya yang diteruskan melalui L : Ketebalan bahan yang dilintasi cahaya
medium. Hubungan absorbansi dan transmitansi
dapat dinyatakan dengan persamaan : ( ) (22)

(18) Jadi, hubungan absorbansi dan transmitansi dapat


dinyatakan dengan persamaan
Keterangan : (23)
A : Absorbansi
T : Transmitans Lightmeter adalah alat yang digunakan untuk
P0 : Cahaya sebelum melewati medium mengukur besarnya intensitas cahaya di suatu

P : Cahaya setelah melewati medium tempat. Besarnya intensitas ini perlu untuk
diketahui karena pada dasarnya manusia juga
Hubungan absorbansi dan transmitansi memerlukan penerangan yang cukup. Untuk
berbanding terbalik dengan yang didapat dari mengetahui besarnya intensitas cahaya ini maka
hukum Beer-Lambert. Besarnya absorbansi dari diperlukan sensor yang cukup sensitif terhadap
suatu kumpulan atom atau molekul dinyatakan cahaya. Semakin jauh jarak antara cahaya ke
oleh hukum Beer-Lambert : sensor maka akan semakin kecil nilai yang
Proporsi berkas cahaya datang yang diserap ditunjukkan atau nilai yang terbaca antaranya pada
oleh suatu bahan atau medium tidak bergantung lightmeter. Ini membuktikan bahwa semakin jauh
pada intensitas cahaya datang. Hukum ini berlaku jaraknya, maka intensitas cahaya akan semakin
jika di dalam bahan tidak ada proses fisis yang kecil.
dapat dipacu oleh berkas cahaya datang tersebut.
Intensitas cahaya yang keluar setelah melewati III. METODE EKSPERIMEN
medium dapat dinyatakan : Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah
0 (19) Bohlam 1 buah, Power supply 6-12 vdc 1 buah,
Dimana : Light meter 1 buah, Micrometer sekrup 1 buah,

P : Intensitas cahaya keluar Plastik transparan (ketebalan berbeda) 19 buah,
Meteran 1 buah, Kabel penghubung 2 buah, Pipa sumber cahaya sejauh 50 cm,Menempatkan plastik
interior hitam 1 buah. Alat dan bahan dapat dilihat transparan pertama antara sensor light meter
pada gambar dibawah ini. dengan sumber cahaya. Mencatat penunjukkan
light meter, Melanjutkan pengukuran untuk plastik
transparan yang lain.

Identifikasi variabel yaitu Kegiatan 1 (hukum


kebalikan kuadrat) untuk Variabel manipulasi :
Jarak pancarang (R), Variabel respon : Iluminansi
(E), Variabel kontrol : Tegangan sumber (vs). Dan
Kegiatan 2 (absorbansi dan transmitansi),Variabel
manipulasi Ketebalan bahan penghalang (x),
Variabel respon Iluminansi cahaya akhir (En),
Variabel control Jarak pancaran (R), Tegangan
Gambar 3.1 keterangan: 1) Bohlanm; 2) Power sumber (vs) dan iluminansi cahaya awal (E0)
supply 6-12 Vdc; 3) Light meter; 4) micrometer
Teknik Analisis Data
sekrup; 5) Plastik transparan (ketebalan berbeda);
Analisis perhitungan
6) Meteran; 7) Kabel penghubung; 8) Pipa interior
kegiatan 1 (hukum kebalikan kuadrat)
hitam.
Adapun prosedur kerjanya adalah menyusun intensitas E =
perangkat Gambar skema/rangkaian eksperimen
seperti pada gambar dibawah ini: | |

KR =

Dk = 100 % - KR
PF = | |

Kegiatan 1 (hukum kebalikan kuadrat) yaitu Kegiatan 2 (absorbansi dan transmitansi


Menyiapkan perangkat eksperimen seperti diatas,
Transmitansi
Menyalakan sumber cahaya dan mengatur
sensitivitas light meter, Mengatur posisi sumber T= 0

cahaya dengan cara menarik atau mendorong


0
mistar hingga ujung kanan tabung tepat berimpit | |
0
dengan skala 10 cm. Mencatat penunjukkan light
meter pada posisi tersebut, Melanjutkan
pengukuran untuk setiap selang jarak 5 cm. Dan
Kegiatan 2 (absorbansi dan transmitansi) yaitu Dk = 100 % - KR
Menyiapkan plastik transparan dengan berbagai
PF = | |
ketebalan lalu ukur masing-masing ketebalannya,
Mengatur jarak antara sensor light meter dengan Absorbansi
( )

y = mx – c
| |
LnT = -

Maka

Dk = 100 % - KR IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil percobaan maka diperoleh
PF = | |
hasil data percobaan seperti dibawah ini :
Analisis grafik Kegiatan I

Kegiatan 1 (hukum kebalikan kuadrat) Tabel I. hubungan antra jarak pancaran (r) dan
iluminansi cahaya (E).
Hubungan antara E dengan E1
E2
2 No r (m) (Lux (c/
E (Lux) = (cd/m ) (Lux) (Lux)
) )

y = mx ± c 1 0,1000 94,5 89,9 92,2 7,33


2 0,1500 51,1 48,6 49,8 3,96
3 0,2000 33,9 32,3 33,1 2,63
4 0,2500 24,6 23,6 24,1 1,92
𝐼
(𝑚) 5 0,3000 19,2 18,4 18,8 1,49
𝑅
y = mx ± c 6 0,3500 15,2 14,4 14,8 1,18

maka I = E . R2 7 0,4000 12,4 11,5 12,0 0,954


8 0,4500 11,7 10,9 11,3 0,898
9 0,5000 10,2 9,5 9,8 0,78

sehingga I =m 10 0,5500 8,4 7,5 8,0 0,64


11 0,6000 7,5 6,9 7,2 0,57
Kegiatan 2 (absorbansi dan transmitansi)
Hubungan antara ketebalan bahan penghalang (x) 12 0,6500 7,0 6,7 6,8 0,54

dengan transmitansi cahaya (T) 13 0,7000 6,0 5,3 5,6 0,45

LnT 14 0,7500 4,8 4,6 4,7 0,37


15 0,8000 4,2 3,9 4,0 0,32

Berdasarkan data-data yang diperoleh pada


y = mx ± c tabel di atas dan dengan menggunakan persamaan
maka diperoleh hasil analisis untuk Kegiatan 2
nilai pada tabel dibawah ini : Tabel 3. Hubungan antara ketebalan bahan
penghalang (x) dengan iluminansi cahaya (E)
Tabel 2. Intensitas pancaran dari jarak pancaran E1
E2
Jarak pancaran, Intensitas, I No (Lux
No ( ) (Lux) (Lux) (c/ )
r(m) (cd) )
1 0,1000 [ ] 1 0,105 7,67 8,17 7.92 0,0100
2 0,1500 [ ] 2 0,205 6,02 6,45 6,24 0,0127
3 0,2000 [ ] 3 0,305 4,83 5,13 4,98 0,0160
4 0,2500 [ ]
4 0,410 4,00 4,12 4,06 0,0196
5 0,3000 [ ]
5 0,505 3,34 3,42 3,38 0,269
6 0,3500 [ ]
6 0,610 2,79 2,82 2,80 0,223
7 0,4000 [ ]
7 0,710 2,37 2,33 2,35 0,187
8 0,4500 [ ]
8 0,810 2,01 2,03 2,02 0,161
9 0,5000 [ ]
9 0,910 1,74 1,77 1,76 0,140
10 0,5500 [ ]
11 0,6000 [ ] 10 1,015 1,50 1,53 1,52 0,121

12 0,6500 [ ] 11 1,115 1,27 1,32 1,30 0,103

13 0,7000 [ ] 12 1,215 1,09 1,09 1,09 0,0867


14 0,7500 [ ] 13 1,320 0,96 0,96 0,96 0,076
15 0,8000 [ ] 14 1,420 0,82 0,80 0,81 0,064
15 1,520 0,68 0,69 0,68 0,054
Dari data di atas maka akan diperoleh grafik
16 1,620 0,59 0,60 0,60 0,048
seperti dibawah ini :
17 1,720 0,51 0,52 0,52 0,041
Grafik 4.1 Hubungan 1/r2 dengan 18 1,820 0,45 0,44 0,44 0,035
iluminansi cahaya (E)
19 1,920 0,40 0,39 0,40 0,032
10
Iluminansi Cahaya E (cd/m2)

y = 0.0894x + 0.6822
8 R² = 0.9701 Dari hasil analisis tabel di atas dengan

6 menggunakan persamaan (4) untuk iluminansi


maka diperoleh hasil sebagai berikut :
4 No Transmitansi

2 ( ) T (Cd)
1 0,105 [ ]
0
0 20 40 60 80 100 120 2 0,205 [ ]

Jarak Pancaran 1/r2 (m2) 3 0,305 [ ]


4 0,410 [ ]
5 0,505 [ ]
6 0,610 [ ] 14 1,420 [ ]
7 0,710 [ ] 15 1,520 [ ]
8 0,810 [ ] 16 1,620 [ ]
9 0,910 [ ] 17 1,720 [ ]
10 1,015 [ ] 18 1,820 [ ]
11 1,115 [ ] 19 1,920 [ ]
12 1,215 [ ]
13 1,320 [ ] Dari data di atas maka akan diperoleh grafik
14 1,420 [ ] seperti dibawah ini :
15 1,520 [ ]
16 1,620 [ ] Grafik 4.2 Hubungan antara x
dengan In T
17 1,720 [ ]
0
18 1,820 [ ] 0 0.5 1 1.5 2 2.5
19 1,920 [ ] -0.5

-1
Setelah menentukan nilai transmitansi
ln T

-1.5
maka dilanjutkan dengan menganalisis nilai
-2
kofisien absorbansi dengan menggunakan
-2.5 y = -1.3917x - 0.1892
persamaan maka diperoleh hasil sebagai
R² = 0.9977
berikut : -3
ketebalan, x (10 pangkat -4 m)

Tabel 5. Hasil analisis koefisien absorbansi


V. PENUTUP
Absorbansi
No I. Kesimpulan
( ) α (m-1)
Berdasarkan eksperimen yang telah
1 0,105 [ ]
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
2 0,205 [ ]
1. Semakin jauh jarak pancaran (r)maka
3 0,305 [ ]
semakin kecil iluminansi cahayanya (E)
4 0,410 [ ]
2. Semakin tebal bahan penghalangnya
5 0,505 [ ]
maka semakin kecil iluminansi
6 0,610 [ ]
cahayanya
7 0,710 [ ] 3. - koefisien absorbansi yang diperoleh
8 0,810 [ ] berdasarkan analisis perhitungan
9 0,910 [ ] ( ̅) yaitu 2,04 x 103 m-1 dan analisis
10 1,015 [ ] grafik diperoleh nilai 1,606 x 103 m-1
11 1,115 [ ] - Koefisien transmitansi (T) yang
12 1,215 [ ] diperoleh yaitu sebesar 0,218
13 1,320 [ ]
B. Saran
1. Praktikan sebaiknya berhati-hati dan teliti
pada saat melakukan eksperimen
2. Praktikan sebaiknya bekerja sama dengan
baik, baik dengan teman kelompok
maupun dosen pembimbing
3. Praktikan sebaiknya mengetahui prosedur
kerja sebelum melakukan praktikum atau
eksperimen
1.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Bueche, Frederick J. 1989. Fisika Edisi
Kedelapan. Jakarta : Erlangga
[2] Gabriel, J.F. 1996. Fisika Kedokteran.
Jakarta : EGC
[3] Soedarjo, Peter. 1992. Azas-azas Fisika jilid
3 Optika. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press

Anda mungkin juga menyukai