Anda di halaman 1dari 15

FOTOMETRI

Anita Purnamasari
Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Email : anitapsari26@gmail.com

Abstrak
Telah dilakukan eksperimen tentang fotometri yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara intensitas cahaya dengan jarak pancaran sebagai hukum
kebalikan kuadrat, mengetahui pengaruh ketebalan bahan penghalang terhadap
intensitas radiasi relatif dan menentukan koefisien transmitansi dan absorpbansi
bahan penghalang yang digunakan. Fotometri adalah suatu metoda analisa yang
didasarkan pada pengukuran besarn serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur
larutan berwarna dengan menggunakan detektor fotosel di mana besaran ini
merupakan fungsi dari kandungan komponen tertentu yang melakukan penyerapan.
Dalam bidang optika dan fotometri kemampuan mata manusia hanya sensitif dan
dapat melihat cahaya dengan panjang gelombang tertentu (spektrum cahaya nampak)
yang di ukur dalam besaran pokok ini. Pencahayaan (iluminasi) adalah kepadatan dari
suatu berkas cahaya yang mengenai suatu permukaan. Pada eksperimen ini dilakukan
dua kali kegiatan yaitu pertama yakni percobaan hukum kebalikan kuadrat dan
kegiatan kedua yakni percobaan absorbansi dan transmitansi. Pada kegiatan pertama
yaitu hukum kebalikan kuadrat, besar jarak r yang digunakan adalah sebesar 12 cm
dan diperoleh nilai intensitas cahaya yaitu 168768 cd. Pada kegiatan kedua dengan
menggunakan ketebalan benda yang diukur menggunakan micrometer sekrup dan
diperoleh ketebalan 0,04 mm dengan jarak yang digunakan yaitu 40 cm diperoleh
nilai rata-rata absorpbansi (α) sebesar -4,42 dan nilai rata-rata Transmitansi (T)
sebesar 0,367. Berdasarkan hasil grafik diperoleh hubungan antara illuminance
dengan jarak pancaran dapat terlihat bahwa semakin jauh jarak sensor dari sumber
cahaya, maka akan semakin rendah illuminancenya. Sehingga dapat dikatakan bahwa
hubungannya adalah berbanding terbalik.

Kata Kunci : fotometri, hukum kuadrat kebalikan dan intensitas cahaya

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fotometer merupakan alat yang digunakan mengukur intensitas pencahayaan
atau penyinaran. Prinsip dasar fotometri adalah pengukuran penyerapan sinar akibat
interaksi sinar yang mempunyai panjang gelombang tertentu dengan larutan atau zat
warna yang dilewatinya. Suatu fotometri adalah kata umum yang meliputi alat-alat
untuk mendeteksi intensitas cahaya hamburan, penyerapan dan fluorensi.
Kebanyakan fotometer berlandaskan pada sebuah fotoresistor atau fotodioda yang
Masing-masing mengalami perubahan sifat kelistrikan ketika disinari cahaya yang
selanjutnya dapat dideteksi dengan suatu rangkaian elektronik tertentu.
Fotometri adalah bagian dari optik yang mempelajari mengenai kuat cahaya
(intensity) dan derajat penerangan (brightness). Suatu sumber cahaya memancarkan
cahaya dengan intensitas (I) tertentu tergantung pada kuat penerangannya dan jarak
dari suatu titik terhadap sumber cahaya tersebut. Intensitas cahaya adalah besaran
pokok fisika untuk mengukur daya yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya pada
arah tertentu per satuan sudut.
Berdasarkan uraian di atas, hal yang melatarbelakangi dilakukannya
eksperimen ini adalah untuk mengetahui hubungan antara intensitas cahaya dengan
jarak pancaran sebagai hukum kebalikan kuadrat, mengetahui pengaruh ketebalan
bahan penghalang terhadap intensitas radiasi relatif dan menentukan koefisien
transmitansi dan absorpbansi bahan penghalang yang digunakan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada eksperimen ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hubungan antara intensitas cahaya dengan jarak pancaran sebagai
hukum kebalikan kuadrat ?
2. Bagaimana pengaruh ketebalan bahan penghalang terhadap intensitas radiasi
relatif ?
3. Bagaimana menentukan koefisien transmitansi dan absorpbansi bahan
penghalang yang digunakan ?
C. Tujuan
Tujuan pada eksperimen ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hubungan antara intensitas cahaya dengan jarak pancaran
sebagai hukum kebalikan kuadrat.
2. Untuk menyelidiki dan mengetahui pengaruh ketebalan bahan penghalang
terhadap intensitas radiasi relatif.
3. Untuk menentukan koefisien transmitansi dan absorpbansi bahan penghalang
yang digunakan.
D. Manfaat
Manfaat pada eksperimen ini adalah agar mahasiswa mengetahui hubungan
antara intensitas cahaya dengan jarak pancaran sebagai hukum kebalikan kuadrat,
mengetahui pengaruh ketebalan bahan penghalang terhadap intensitas radiasi relatif
dan menentukan koefisien transmitansi dan absorpbansi bahan penghalang yang
digunakan.

TINJAUAN PUSTAKA
A. Cahaya
Menurut Pamungkas (2015: 121), cahaya merupakan gelombang
elektromagnetik yang dapat dilihat dengan mata. Suatu sumber cahaya memancarkan
energi, sebagian dari energi ini diubah menjadi cahaya tampak (visible light).
Perambatan cahaya di ruang bebas dilakukan oleh gelombang elektromagnetik.
Kecepatan rambat (v) gelombang elektromagnetik di ruang bebas sama dengan 3 x
108 meter per detik. Jika frekuensi (f) dan panjang gelombang l, maka berlaku :
λ= (1)

dimana : λ = panjang gelombang(m)


v = kecepatan cahaya (m/s)
f = frekuensi (Hz)
Panjang gelombang cahaya tampak berkisar antara 340 nanometer (nm) hingga 700
nanometer (nm), di mana jika diuraikan cahaya ini akan terdiri atas beberapa daerah
warna seperti yang terlihat pada Gambar 1 berikut ini:
Gambar 1 Warna-warna Spektrum
(Sumber: pamungkas, dkk 2015:122)

Ketika cahaya dengan panjang berbagai panjang gelombang (cahaya polikromatis)


mengenai suatu zat, maka cahaya dengan panjang gelombang tertentu saja yang akan
diserap. Di dalam suatu molekul yang memegang peranan penting adalah elektron
valensi dari setiap atom yang ada hingga terbentuk suatu materi. Elektron-elektron
yang dimiliki oleh suatu molekul dapat berpindah (eksitasi), berputar (rotasi) dan
bergetar (vibrasi) jika dikenai suatu energi. Pada spektrofotometri, cahaya datang atau
cahaya masuk atau cahaya yang mengenai permukaan zat dan cahaya setelah
melewati zat tidak dapat diukur, yang dapat diukur adalah I t/I0 atau I0/It
(perbandingan cahaya datang dengan cahaya setelah melewati materi (sampel).
Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A) sedangkan cahaya yang
hamburkan diukur sebagai transmitansi (T), dinyatakan dengan hukum lambert-beer
atau Hukum Beer, berbunyi “jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet, inframerah
dan sebagainya) yang diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan
suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan tebal larutan”. Berdasarkan hukum
Lambert-Beer, rumus yang digunakan untuk menghitung banyaknya cahaya yang
hamburkan:
(2)

atau

% (3)
Menurut Gunadhi (2002: 49), alat ukur cahaya (luxmeter) adalah alat yang
digunakan untuk mengukur besarna intensitas cahaya di suatu tempat. Besarnya
intensitas cahaya ini perlu untuk diketahui karena pada dasarnya manusia juga
memerlukan penerangan yang cukup. Untuk menegtahui intensitas cahaya ini maka
diperlukan sebuah sensor yang cukup peka dan linier terhadap cahaya sehingga
cahaya yang diterima oleh sensor dapat diukur dan ditampilkan pada sebuah tampilan
digital.
B. Hukum Fotometri
Menurut Adriana dkk (2015: 5-6), terdapat dua hukum dalam fotometri yaitu:
A. Hukum kuadrat Terbalik
Titik P adalah sumber cahaya dengan kuat penerangan I, jika A, B dan C
adalah permukaan bola yang berjari-jari 1 m, 2m dan 3m dari titik P dan
mempunyai sudut ruang ruang yang sama maka:
EA : E B : EC = (4)

Jadi, penerangan suatu permukaan yang tegak lurus terhadapat cahaya jatuh
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari permukaan tersebut ke sumber.
B. Hukum Cosinus Lambert

Gambar 2 Hukum Cosinus Lambert


(Sumber: Adriana dkk, 2015: 6)
Hukum kuadrat terbalik dipakai untuk cahaya jatuh tegak lurus permukaan.
Jika arah cahaya jatuh tidak tegak lurus yaitu membuat sudut θ dengan sudut
normal maka luasnya menjadi A cos θ. Penerangan pada sebuah titik di atas
suatu permukaan berbanding lurus dengan cosinus sudut antara cahaya jatuh dan
arah normal. Hal ini disebut Hukum Cosinus Lambert.
(5)

Keterangan:
E = derajat pancaran (Lux)
Iθ = Besarnya kuat penerangan pada arah tersebut (Cd)
d = jarak dari sumber (m2)
maka dapat dikatakan suatu permukaan ternyata sama terangnya jika dilihat dari
arah manapun.

(6)

Keterangan:
I = kuat penerangan (Cd)
A = Luas Permukaan (m2)
θ = sudut (°)
C. Besaran Fotometri
Menurut Gabriel (1988:170-171), Terdapat besaran fotometri, diantaranya:
a. Intensitas Cahaya (I)
Intensitas Cahaya (I) adalah jumlah arus cahaya yang dipancarkan dari
sumber cahaya tiap satuan sudut ruang. Satuan intensitas cahaya adalah lilin
Internasional yang didefinisikan sebagai “Satu lilin internasional (Cd= Kandela)
adalah kuat cahaya yang memberikan cahaya sebanyak 1/20 kali banyaknya
cahaya yang dipancarkan oleh 1 cm2 platina pada titik lebur”.
b. Fluks cahaya (F)
Fluks cahaya (F) adalah banyaknya daya yang dipancarkan dari sumber
cahaya tiap satuan waktu. Satuan fluks cahaya adalah lumen (lm) yang
didefinisikan sebagai “Satu lumen adalah arus cahaya dari sumber cahaya
sebanyak 1 kandela dalam 1 steradial. Atau arus cahaya yang dipancarkan dari
sumber cahaya yang menembus bidang seluas 1 m 2 dari kulit bola yang berjari-
jari 1 m dimana di pusat bola terdapat 1 lilin Internasional ”.
c. Kuat penerangan (E)
Kuat penerangan (E) adalah jumlah arus cahaya tiap satuan luas. Satuan
penerangan adalah Luks. Satu luks didefinisikan sebagai kuat penerangan bidang
yang tiap 1 m2 bidang tersebut menerima arus cahaya 1 lumen. Jika arus cahaya
(F) menerangi merata suatu bidang seluas A m2, maka kuat penerangan bidang
tersebut:
(7)

Keterangan: F = arus cahaya (Lumen)


A = luas bidang (m2)
E = kuat penerangan (Luks)
d. Terang Cahaya
Terang Cahaya merupakan besar kuat cahaya tiap 1 cm2 dari luas
permukaan sumber cahaya.
(8)

Keterangan : e = terang cahaya (lilin/cm2 atau stilb)


I = kuat cahaya (candela)
A = luas permukaan sumber cahaya (m2)
C. Luminansi
Menurut Puturuhu dkk (2018: 62), luminansi adalah suatu ukuran untuk
terang suatu benda. Luminansi yang terlalu besar akan menyilaukan mata. Luminansi
suatu sumber cahaya atau permukaan yang memantulkan cahaya yaitu intensitas
cahayanya dibagi luas semu permukaan. Luas semu permukaan adalah luas proyeksi
sumber cahaya pada suatu bidang rata yang tegak lurus pada arah pandang, dan bukan
luas permukaan seeluruhnya. Faktor refleksi suatu permukaan ikut menetukan
luminansi terhadap terang suatu benda yang diterangi oleh lampu.
(9)

METODE EKSPERIMEN
A. Waktu dan Tempat
Eksperimen ini dilakukan pada hari Senin, 30 Desember 2019 pada pukul
11.00-12.15 WITA di Laboratorium Fisika Optik Lantai 2 Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada eksperimen ini yaitu sumber cahaya,
light meter + sensor, mistar, mikrometer sekrup, bahan penghalang (plastik
transparan) dan ruangan yang gelap.
C. Prosedur Kerja
1. Kegiatan 1: Percobaan Hukum Kebalikan Kuadrat
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan lalu merangkai
percobaan.

Gambar 2. Rangkaian eksperimen fotometeri


b. Menyalakan sumber cahaya dan mengatur sensitivitas light meter.
c. Mengukur intensitas cahaya mula-mulanya dan ukuran ruangan yang
digunakan.
d. Mengatur posisi sumber cahaya dengan menarik atau mendorong mistar
hingga ujung kanan tepat berimpit skala 10 cm.
e. Mencatat hasil penunjukan yang terbaca pada light meter pada posisi
tersebut.
f. Mengulangi kembali setiap selang 5 cm sampai 100 cm.
g. Membuat grafik hubungan antara illuminance (lux) sebagai sumbu y
terhadap 1/r2 sebagai sumbu x.
2. Kegiatan 2: Percobaan Absorpbansi dan Transmitansi
a. Menyiapkan bahan penghalang (plastik transparan) dengan berbagai
ketebalan lalu mengukur masing-masing tebalnya dengan menggunakan
mikrometer sekrup.
b. Mengatur jarak antara sensor light meter dengan sumber cahaya.
c. Menempatkan bahan penghalang (plastik transparan) pertama antara
sensor light meter dengan sumber cahaya. Mencatat hasil penunjukan
yang terbaca pada light meter.
d. Melanjutkan pengukuran untuk bahan penghalang yang lain dengan tebal
yang berbeda-beda.
e. Membuat grafik hubungan antara absorpbansi (sumbu y) terhadap
ketebalan (sumbu x) dan transmitansi (sumbu y) terhadap ketebalan
(sumbu x).
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Kegiatan 1. Percobaan Hukum Kebalikan Kuadrat
E0 = 0
No Jarak (cm) E (lux) I/r2 (cd)
1 12 1172 168768
2 20 220 88000
3 28 107 83888
4 36 61 79056
5 44 40 77440
6 52 27 73008
7 60 20 72000
Irerata 91737,14

Analisis data
1. Hitung intensitas cahaya
- Data I
I = E . r2
= 1172 lux . (12)2 m
= 1172 lux . 144 m
= 168768 cd
2. Hitung intensitas rerata diperoleh:

91737,14 cd
Grafik

Hubungan antara Illuminance (E)


terhadap liminious intensity (I)
1500

1000
E (lux)

500

0
0 50000 100000 150000 200000
r (cm)

Grafik 1. Hubungan antara illuminance dan intensitas


Kegiatan 2. Percobaan Absorbansi dan Transmitansi
E0 = 40
R = 44 cm
No Ketebalan (mm) E (lux) T
1 0,04 29 -8,039 0,725
2 0,06 21 -10,739 0,525
3 0,10 17 -8,556 0,425
4 0,20 13 -5,619 0,325
5 0,42 10 -3,300 0,25
6 0,83 7 -2,099 0,175
7 1,61 6 -1,178 0,15
Rata-rata -4,42 0,367

Analisis Data
1. Hitung absorpbansi (α)
- Data I

-8,039
2. Hitung absorbansi (α) rerata
= -4,42
3. Hitung transmitansi (T)
- Data I

4. Hitung transmitansi (T) rerata

0,367

Grafik

Hubungan antara absorbansi


terhadap ketebalan
0
0 0,5 1 1,5 2
-500

-1000
𝑎

-1500

-2000

-2500
t (mm)

Grafik 2. Hubungan antara absorpbansi terhadap ketebalan


Hubungan antara Transmitansi
terhadap Ketebalan
0,8
0,7
T (Transmitansi)

0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 0,5 1 1,5 2
t (mm)

Grafik 3.Hubungan antara transmitansi dan ketebalan


B. Pembahasan
Fotometri adalah suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran
besarn serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna dengan
menggunakan detektor fotosel di mana besaran ini merupakan fungsi dari kandungan
komponen tertentu yang melakukan penyerapan. Dalam bidang optika dan fotometri
kemampuan mata manusia hanya sensitif dan dapat melihat cahaya dengan panjang
gelombang tertentu (spektrum cahaya nampak) yang di ukur dalam besaran pokok ini.
Pencahayaan (iluminasi) adalah kepadatan dari suatu berkas cahaya yang mengenai
suatu permukaan.
Pada percobaan fotometri dilakukan dua kegiatan yaitu pertama yakni
percobaan hukum kebalikan kuadrat dan kegiatan kedua yakni percobaan absorbansi
dan transmitansi. Pada kegiatan pertama yaitu hukum kebalikan kuadrat, besar jarak r
yang digunakan adalah sebesar 12 cm, 20 cm, 28 cm, 36 cm, 44 cm, 52 cm dan 60
cm. Nilai iluminance yang diperoleh secara berturut-turut ialah 1172 lux, 220 lux,
107 lux, 61 lux, 40 lux, 27 lux dan 20 lux. Sehingga diperoleh intensitas cayaha
secara berturut-turut 168768 cd, 88000 cd, 83888 cd, 79056 cd, 77440 cd, 73008 cd
dan 72000 cd. Pada kegiatan kedua dengan menggunakan ketebalan benda yang
diukur menggunakan mikrometersekrup dan diperoleh ketebalan 0,04 mm, 0,06 mm,
0,10 mm, 0,20 mm, 0,42 mm, 0,83 mm dan 1,61 mm. Adapun jarak yang digunakan
pada percobaan ini adalah 40 cm. . Variabel yang dihitung adalah absorpbansi (α) dan
Transmitansi (T). Sehingga diperoleh nilai rata-rata absorpbansi (α) sebesar -4,42 dan
nilai rata-rata Transmitansi (T) sebesar 0,367
Berdasarkan hasil grafik diperoleh hubungan antara illuminance dengan jarak
pancaran dapat terlihat bahwa semakin jauh jarak sensor dari sumber cahaya, maka
akan semakin rendah illuminancenya. Sehingga dapat dikatakan bahwa hubungannya
adalah berbanding terbalik. Dan hubungan antara absorpbansi terhadap ketebalan
berbanding lurus yaitu semakin tebal suatu bahan maka semakin sedikit absorpbansi
yang dihasilkan. Sedangkan untuk hubungan antara transmitansi terhadap suatu
ketebalan bahan diperoleh hubungan berbanding terbalik yaitu semakin tebal suatu
bahan maka transmitansi yang dihasilkan juga semakin besar. Hal ini sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa intensitas cahaya berbanding terbalik dengan jarak
pancar dan berbanding lurus dengi intensitas penerangan.

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada eksperimen ini adalah sebagai berikut:
1. Hubungan antara intensitas cahaya dengan jarak pancaran sebagai hukum
kebalikan kuadrat berbanding terbalik yaitu semakin jauh jaraknya semakin
kecil intensitas cahaya yang dihasilkan.
2. Pengaruh ketebalan bahan penghalang terhadap pengaruh intensitas radiasi
yaitu semakin banyak penghalang yang digunakan maka intensitas radiasi
semakin kecil. begitupun sebaliknya semakin sedikit bahan penghalang maka
intensitas radiasi yang dihasilkan semakin besar.
3. Besarnya nilai absorbansi rerata yaitu -4,42 , sedangkan nilai transmitansi
rerata yaitu sebesar 0,367.
B. Saran
Saran pada percobaan ini adalah sebaiknya saat melakukan percobaan cahaya
didalam ruang hanya berasal dari sumber cahaya agar tidak mempengaruhi proses
pengambilan data sehingga data yang diperoleh akurat dan bagus.

DAFTAR PUSTAKA

Adriana, Yunita. 2015. Rancang Bangun Alat Ukur Efisiensi Lampu Pijar Berbasis

Mikrokontroler. Jakarta: Universitas Indonesia

Gabriel, J F. 1988. Fisika Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Gunadhi, albert. 2002. Perancangan dan Implementasi Alat Ukur Cahaya Sederhana.

Surabaya: Universias Widya Mandala Surabaya

Pamungkas, dkk. 2015. Perancangan dan Realisasi Alat Pengukur Intensitas

Cahaya. Bandung: Universitas Telkom

Paturuhu, Victor dkk. 2018. Pengaruh Intensitas Penerangan Pada Laboratorium

Dan Bengkel Jurusan Teknik Elektro. Ambon: Politeknik Negeri Ambon

Anda mungkin juga menyukai