Anda di halaman 1dari 18

SPEKTROMETER PRISMA

A. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan adalah:
1. Melukiskan jalannya sinar untuk pembiasan pada prisma
2. Menyelidiki hubungan antara sudut pembias dan sudut deviasi prisma
3. Menyelidiki hubungan antara sudut deviasi dan deviasi minimum pada
prisma
4. Menentukan sudut pembias prisma
5. Menentukan deviasi minimum prisma
6. Menentukan indeks bias prisma berdasarkan deviasi minimum
B. ALAT DAN BAHAN
Alat:
1) Celah collimeter
2) Pengatur fokus lensa collimeter
3) Lensa collimeter
4) Lensa okuler teleskop
5) Pengatur lensa okuler teleaskop
6) Lensa objektif teleskop
7) Clamp pengatur posisi
8) Meja prisma
9) Skala nonius (NST = 19,5)
10) Pengatur ketinggian posisi prisma
11) Skala utama (NST = 20)

Bahan :

1) Prisma
Peralatan Utama

Gambar 1. Spektrometer Prisma

Fungsi dan prinsip kerja masing – masing komponen utama dari spektrometer
adalah :

1. Collimeter
Pada dasarnya adalah sebuah tabung yang dilengkapi dengan lensa
akromatik di suatu titik ujungnya (yang menghadap ke prisma) dengan
panjang fokus 178 mm dan sebuah celah S. Collimeter ini dipasang pada
tiang yang dieratkan pada dasar spectrometer (tidak dapat diputar).
Bagan dari Collimeter itu adalah:

Gambar 2. Bagan Collimeter


Lebar celah bisa diatur dengan menggunakan sekrup pengatur pc.
Gunanya untuk mengatur lebar berkas cahaya yang jatuh pada prisma.
Fungsi Collimeter adalah untuk mensejajarkan berkas sinar yang keluar
dari celah. Lensa ini harus akromatik, karena kita menggunakan berbagai
panjang gelombang. Posisi lensa terhadap celah dapat diatur dengan
sekrup pf.

2. Teleskop
Pada dasranya teleskop terdiri dari sebuah tabung dengan susunan
lensa didalamnya. Teleskop yang digunakan terdiri dari lensa objektif
(yang menghadap meja spektrometer) dan okuler. Posisi okuler terhadap
lensa objektif dapat diatur dengan sekrup pf. Untuk menentukan posisi
celah dengan tepat digunakan benang silang sebagai rujukan, posisi okuler
terhadap benang silang dapat diatur dengan menarik/mendorong
kedudukan okuler. Bagian teleskop ini adalah sebagai berikut:

Gambar 3. Bagan Teleskop

Keterangan :
1) Okuler
2) Benang silang
3) Sekrup pf
4) Objektif
Teleskop ini dapat diputar horizontal terhadap sumbu spektrometer
dan dapat dieratkan sembarang posisi dengan menggunakan kunci L. Jika
pada satu kedudukan sudah terkunci, pengaturan selanjutnya yang lebih
tepat dapat dilakukan dengan menggunakan sekrup M (benang silang
dapat saling tepat berimpit dengan celah). Posisi teleskop dapat dibaca
pada nonius D1 dan D2, yang letajnya berlawanan. Nonius ini berputar
bersama teleskop mengitari skala diam U.

3. Meja spektrometer
Pada meja spektrometer ini dilengkapi dengan skala utama yang
diam dan skala nonius. Untuk pembacaan susdut pada skala yang pertama
ditentukan adalah titik nol. Jika titik nol pada dua garis, gunakanlah harga
kecil.

Gambar 4. Skala Spektrometer

Cara pembacaan skala dengan nonius spektrometer :


1 skala utama = 20’
40 skala nonius = 39 skala utama
1 skala nonius = 39/40 x 20’ = 19,5’
Selisih 1 skala utama dengan 1 skala nonius = 0,5’= 30”
Misalkan Posisi skala utama 1800 + 2 skala
Dan skala nonius yang berimpit yang ke 16
Berarti skala yang dibaca :

1800+ 2 x 20’ + 16 x 0,5’= 1800+ (40’ + 8’)/60 = 180,80

C. TEORI DASAR

Prisma adalah bahan optik yang dibatasi oleh dua bidang pembias yang
membentuk sudut tertentu yang disebut sudut puncak (sudut pembias prisma) β.

Gambar 5. Jalannya sinar pada prisma

Keterangan

β = sudut pembias prisma

i1 = sudut datang sinar pertama pada prisma

r1 = sudut bias sinar pertama dalam prisma

i2 = sudut datang sinar pada pembias kedua

r2 = sudut bias keluar prisma

N2 &N1= garis normal pada bidang sisi pembias

D = sudut deviasi prisma

Jika seberkas sinar monokromatik berjalan dalam arah AB didatangkan


pada salah satu bidang pembias dengan sudut datang pertama i1 terhadap N1. Di
dalam prisma, sinar akan dibiaskan dengan sudut bias pertama r1 dalam arah BC,
sampai C pada bidang pembias kedua dengan sudut datang kedua i2 dan keluar
prisma dengan sudut bias kedua r2. Menurut aturan trigonometri diperoleh:

β = r1 + i2…………………….(1)

Bila D = sudut deviasi pertama, yaitu sudut yang dibentuk oleh perpanjangna
sinar masuk dan sinar keluar prisma, besarnya D memenuhi persamaan :

D = i1 + r2 – β........…………………(2)

Dari hasil percobaan ternyata besarnya deviasi prisma tidak selalu


berbanding lurus dengan besarnya sudut datang sinar pada prisma tersebut. Jika
sinar datang terhadap prisma diubah-ubah, pada saat i1 = r2 besarnya harga
deviasi D mencapai minimum = deviasi minimum (Dm), sehingga diperoleh:

Dm = 2i1 – β…..........………………(3)

i1 = ½ (Dm + β) = besarnya sudut datang saat trjadinya dviasi minimum.

Sedangkan besarnya β= 2 r1.

Menurut hukum Snellius, indeks bias prisma dapat dihitung dengan :

sin ½ (Dm + β)
NA = ……………….....(4)
sin ½ β

Dengan menggunakan persamaan yang ada maka besaran-besaran yang ingin


ditentukan dapat dicari .

Pada prisma jika didatangkan seberkas sinar polikromatik maka sinar yang
keluar dari prisma akan terurai pada masing-masing spektrum seperti pada gambar
berikut:

Gambar 6. Spektrum Cahaya Yang Terurai Dari Pembiasan Prisma


Penguraian warna dari polikromatik tersebut menghasilkan panjang
gelombang yang berbeda yang terlihat berada antara spektrum ultraviolet dan
infra merah.

Diagram spektrometer dan komponen-komponen penyusunnya adalah


seperti gambar berikut :

Gambar 7. Diagram Spektrometer

(Tim Mata Kuliah Gelombang dan Optik, 2017:2-4)

Cahaya putih bias merupakan super posisi dari gelombang-gelombang


yang membentang melalui seluruh spectrum tampak. Laju cahaya dalam
ruanghampaadalahsamauntuksemuapanjanggelombang
,tetapilajucahayatesebutdalamzat material berbedauntukpanjanggelombang yang
berbeda . Makaindeksrefraksisebuah material
bergantungpadapanjaanggelombangdinamakandispersi( Young,2001 : 506) .

Spectrometer adalahalat yang


digunakanuntukmengukurpanjanggelombangdenganakuratmenggunakankisidifrak
siatauprisma , untukmemisahkanpanjanggelombang yang berbeda .
Cahayadarisumbermelewaticelahsempitpadatitik focus L.
Sehinggacahayaparaleljatuhpadakisiteleskop yang
dapatdigerakkansehinggamemfokuskanberkasberkascahayaprismabekerja .
dispersepembelokkancahayadenganpanjanggelombang yang berbedadansudut
yang berbeda pula.

Prismadapatdigunakanuntukmenguraikancahayakedalamberbagaiwarnakar
enaindeks bias sebuah medium bervariasitergantungpadapanjanggelombang
,warna –warnaacahaya yang berbedamembiasdengancara yang berbeda. (Bueche
,2006:246)

Prinsipkerjadarispectrometer adalahcahaya yang


didatangkanlewatcelahsempit yang disebutcolimeter. Kolimeterinimerupakan
focus lensa .prisma yang beradaditengah spectrometer
berfungsiuntukmenyebarkanchaya. Cahayaputihtersebarpadamaisng-
masingpanjanggelombangdanmenghasilkan spectrum pelangi.

Alamrauanghampa (vakum )kecepatancahaya c


adalahsamauntuksetiappanjangelombangatauwarnacahaya ,
artinyakecepatancahaya bias
samadengankecepatancahayainframerah(Halliday,1993:40-41).

D. PROSEDUR KERJA
A) Kalibrasi Alat
1. Mengkalibrasikan teleskop terlebih dahulu dengan cara melihat
benda yang agak jauh, kemudian dengan memutar pengatur fokus
lensa okuler teleskop. Melihat benda sampai jelas.
2. Meletakkan Collimeter dalam satu garis lurus dengan teleskop, lalu
menyalakan lampu NA. Melihat melalui teleskop dan
mensimetriskan dengan garis mendatar yang ada pada teleskop.
Mengatur dengan memutar sekrup pengatur posisi teleskop
(pengatur turun naik) jika belum simetris.
Gambar 8. Posisi Teleskop dan Collimator Saat Kalibrasi Alat

B) Menentukan Sudut Pembiasan Prisma


1. Meletakkan prisma di atas meja prisma dengan sudut pembiasnya
menghadap collimator dan mengatur posisinya hingga garis bagi
sudut pembias berhimpit dengan sumbu utama collimator.
2. Mengamati bayangan tajam dari sinar pantul pada sisi pembias
pertama prisma dengan mengatur posisi teleskop dan meja prisma
sehingga bayangan tadi berhimpit dengan garis silang tegak pada
teleskop dan bayangan tetap dalam keadaan simetri dengan garis
mendatar.
3. Mengunci kedudukan teleskop jika bayangan tajam sudah didapat,
lalu mencatat posisinya dengan skala utama dari skala nonius
misalkan 𝛼1.
4. Memindahkan teleskop ke arah sisi pembias kedua, melihat
bayangan tajam seperti sebelumnya dan membaca posisinya
misalkan 𝛼2.

Catatan : bila pembacaan 𝛼1 dan 𝛼2 dengan skala nonius yang


sama maka selisih kedua pembacaan akan sama dengan skala
nonius yang berbeda, maka selisihnya = β.
Gambar 9. Sudut Deviasi Prisma

5. Mengulangi langkah 1 samppai dengan 4 sebanyak 10 kali


pengamatan dan mencatat datanya.

C) Menentukan Deviasi Minimum dan Indeks Bias Prisma


1. Mengatur posisi prisma terhadap collimator sehingga sinar yang
keluar membentuk sudut datang tertentu pada bidang sisi prisma.
2. Mengamati bayang tajam berupa garis kuning dengan mengatur
posisi teleskop sehingga sinar bias yang keluar tepat masuk ke
dalam teleskop, seperti gambar berikut :

Gambar 10. Deviasi Minimum Prisma

3. Mencatat saat terjadinya deviasi minimum dengan cara merubah


posisi prisma ke kiri atau ke kanan dan di saat bayangan tajam tadi
membalik arah, berarti di sana terjadi deviasi minimum. Mencatat
posisi teleskop pada posisi misalnya β1.
4. Memutar posisi prisma 1800 dari semula (dari gambar di atas).
5. Mengamati bayangan tajam dengan mengatur posisi teleskop
sehingga sinar bisa keluar dari bidang sisi prisma yang lain tepat
masuk ke dalam teleskop.
6. Melakukan langkah 3 lalu mencatat hasilnya misalkan β2.
Catatan: untuk β1 dan β2 dengan skala nonius yang sama maka
selisihnya 2Dm dan jika berbeda selisihnya Dm
7. Mengulangi langkah 1 sampai 6 sebanyak 10 kali dengan merubah-
ubah besar sudut datang pada prisma dan mencatat datanya pada
kolom data.
8. Mengganti lampu NA dan sumber cahaya monokromatik yang lain
seperti Hg, Cd dan lain-lain dan mengulangi langkah 1 sampai 7
untuk sumber cahaya yang berbeda – beda lalu mencatat datanya.

E .TABEL DATA

NO 𝛼1 𝛼2

1 100,125 220,166
2 100,116 220,166
3 100,133 220,175
4 100,125 220,166
5 100,125 220,166

No 𝛃 𝛃
1 200,1 100,025
2 200,108 100,003
3 200,1 100,016
4 200,108 100,003
5 200,116 100,016
F. PENGOLAHAN DATA

 Menghitung sudut pembiasprisma

1. Data 1
α 1 = 100,125°
α 2 = 220,166°

α2−α1 220,166°−100,125° 120,041°


β= = = = 60,02°
2 2 2

2. Data 2

α 1 = 100,116°
α 2 = 220,166°

α2−α1 220,166°−100,116° 120,05°


β= = = = 60,025°
2 2 2

3. Data 3

α 1 = 100,133°
α 2 = 220,175°

α2−α1 220,175°−100,133° 120,042°


β= = = = 60,021°
2 2 2

4. Data 4

α 1 = 100,125°
α 2 = 220,166°
α2−α1 220,166°−100,125° 120,041°
β= = = = 60,02°
2 2 2

5. Data 5

α 1 = 100,125°
α 2 = 220,166°

α2−α1 220,166°−100,125° 120,041°


β= = = = 60,02°
2 2 2

 Sudut pembias rata-rata

β1+β2+β3+β4+β5
β rata rata = ( )
5

60,02°+60,025°+60,021°+60,02°+60,02°
=
5

300,106°
= 5

= 60,02°

%KSR

βU = 60,02°
βH= 60°
β H− β U
%KSR = | | × 100%
βH

60°− 60,02°
=| | × 100%
60°

= 0,03 %

 Menghitungdeviasi minimum
1. Data 1
β1 = 200,1°
β 2 = 100,025°

β 1−β 2 200,1°−100,025° 100,075°


β= = = = 50,037°
2 2 2

2. Data 2
β 1 = 200,108°
β 2 = 100,003°
β 1−β 2 200,108°−100,003° 100,105°
β= = = = 50,052°
2 2 2

3. Data 3
β 1 = 200,1°
β 2 = 100,016°

β 1−β 2 200,1°−100,016° 100,084°


β= = = = 50,042°
2 2 2

4. Data 4
β 1 = 200,108°
β 2 = 100,003°

β 1−β 2 200,108°−100,003° 100,105°


β= = = = 50,052°
2 2 2

5. Data 5
β 1 = 200,116°
β 2 = 100,016°

β 1−β 2 200,116°−100,016° 100,1°


β= = = = 50,05°
2 2 2

∑Dm Dm1+Dm2+Dm3+Dm4+Dm5
Dmu= = =
5 5
50,037+50,052+50,042+50,052+50,05
5

250,233
= 5

= 50,0460

 %KSR

Dmu= 50,046°
DmH =50°
DmH−DmU
%KSR = | | × 100%
DmH
50°−50,046°
=| | × 100%
50°

= 0,092 %

 Menentukan indeks bias prisma berdasarkan deviasi minimum

Sin 1⁄2(Dm+β)
NAU = Sin1⁄2(β)

Sin 1⁄2(50,046°+60,02°)
= Sin1⁄2(60,02°)

Sin 1⁄2(110,066°)
= Sin 30,01°
Sin 55,033°
= Sin 30,01°
0,819
= 0,5

= 1,638
NAH−NAU
%KSR =| | × 100%
NAH

1,6−1,638
=| | × 100%
1,6

= 2, 375 %

G. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini tentang spektrometer prisma, dimana dilakukan


dua kali percobaan. Percobaan pertama yaitu menentukan sudut pembias prisma
dan yang kedua menghitung indeks bias prisma.

Pada percobaan pertama kita mencari α1 dan α2 sebelum itu kita harus
mengkalibrasi spectrometer prisma. Bayangan yang dilihat adalah bayangan yang
jelas dan tidak berbayang, bukan yang terang. Nilai α1 didapat pada kisaran 1000-
an, sedangkan α2 kisaran 2000- an. Hal ini karena pada α1 skala utama bernilai
1000 sedangkan α2 bernilai 2200. Kami melakukan 10 variasi data pengulangan
dengan 5 data yang diolah .Setelah dicari nilai β dengan rumus (α2−α 1)/2, kami
mendapatkan sudut pembias prisma rata-rata sebesar 60,02° dan dengan
persentase kesalahan 0,03 %. Persentase yang kami peroleh adalah kecil, berarti
percobaan yang kami lakukan mendekati nilai sebenarn yaitu 60°.

Percobaan kedua, yaitu menghitung deviasi minimum, pada percobaan ini


kami mencari nilai β1 dan β2. Untuk nilai β2 didapat setelah memutar prisma 180°.
Untuk β1 nilai skala utama berada di skala 2000 sedangkan β2 berada diskala 1000.
Sama seperti sebelumnya, kami melakukan 10 kali pengulangan dengan mengolah
5 data saja, indeks bias prisma atau deviasi minimum didapat dengan rumus ( β1-
β2)/2 dan kami mendapatkan deviasi minimum rata-rata sebesar 50,046° dengan
persentase kesalahan 0,092%. Hal ini membuktikan bahwa percobaan yang kami
lakukan mendekati nilai sebenarnya yaitu 50°.

Dari data yang didapat pada percobaan pertama dan kedua, kami
𝑠𝑖𝑛1⁄2 (𝐷𝑚+β)
menghitung nilai indeks bias prisma, Rumus yang digunakan : NA =
sin1⁄2(β)

dengan memakai deviasi minimum rata-rata dan sudut pembias rata – rata dengan
Dm rata –rata = 50,0460 dan β = 60,020 didapatkan besar NA yaitu 1,6380. Dengan
membandingkan terhadap nilai indeks bias sebenarnya sebesar 1,6 didapat
persentase kesalahan sebesar 2,375 %. Persentasenya cukup besar dikarenakan
ada beberapa factor kesalahan saat pengambilan data seperti kurang tepat sinar
berada di titik koordinat, kesalahan mata pengamat membaca skala dan karena
kesalahan mata terlalu lama mengamati sinar sehingga kurang fokus dalam
melihat.

H. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan, yaitu:

1. melukiskan jalannya sinar untuk pembiasan pada prisma dengan cara


didatangkan pada salah satu bidang pembias dengan sudut dating pertama
i1 terhadap N1 di dalam prisma, sinar akan dibiaskan dengan sudut pembias
pertama r1 dalam arah DE. Sampai E pada bidang pembias kedua dengan
sudut dating kedua i2 dan keluar prisma dengan sudut bias kedua.

D E

2. Hubungan antara sudut pembias dan sudut deviasi prisma, yaitu tidak
berbanding lurus dimana nilai deviasi prisma yang besar tidak selalu harus
memperbesar sudut pembias.
3. Hubungan sudut deviasi dan sudut deviasi minimum pada prisma, yaitu
tidak selalu berbanding lurus, dimana sudut deviasi minimum mencapai
maksimum ketika deviasi didapat dengan mengubah sudut datang.
4. Dari percobaan yang dilakukan , besar sudut pembias prisma, yaitu 60,02°
5. Dari percobaan yang dilakukan , besar deviasi minimum yaitu 50,046°
6. Dari percobaan yang dilakukan berdasarkan deviasi minimum besar indeks
bias prisma yang didapat yaitu : 1,638

DAFTAR PUSTAKA

Bueche, J Frederick. 2006. Fisika Univewrsitas Edisi Kesepuluh. Jakarta :


Erlangga

Halliday dan Resnick. 1993. Fisika Jilid II. Jakarta : Erlangga

Tim Mata Kuliah Gelombang dan Optikb. 2017. Modul Praktikum Gelombang
dan Optik. Padang : UNP
Young, Hugh A dan Roger A. Freedman. 2001. Fisika Universitas Edisi
Kesepuluh Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai