PENDAHULUAN
Bab V pada e-modul ini menjelaskan tentang dua macam interaksi radiasi dengan
materi, yaitu interaksi foton dengan materi dan interaksi radiasi pengion langsung dengan
materi. Materi pada interaksi foton dengan materi meliputi hamburan Thomson, hamburan
Rayleigh, efek fotolistrik, hamburan Compton, produksi pasangan dan pembentukan triplet,
reaksi fotonuklir, efek individu yang relatif predominan, efek yang mengikuti interaksi
individual foton, fluoresensi yang dihasilkan, efek Auger, serta kontribusi efek individu pada
koefisien atenuasi, koefisien energi transfer, dan koefisien absorpsi enegi. Pada inteaksi radiasi
pengion langsung dengan materi, dalam hal ini adalah elektron, materinya berupa daya henti
(tumbukan dan radiatif), daya hambur, jangkauan, straggling, daya henti terbatas, transfer
energi linier, interaksi elektron orbital, interaksi nuklir, dan kalkulasi dosis absorpsi dalam
interaksi dengan partikel bermuatan.
TUJUAN
PENYAJIAN MATERI
A. Interaksi Foton dengan Materi
5.1. Hamburan Thomson
J. J. Thomson memberikan deskripsi teoretis paling awal tentang proses di mana foton
sinar gamma dapat dihamburkan oleh elektron. Dalam teori ini, elektron dianggap bebas untuk
berosilasi di bawah pengaruh vektor listrik dari gelombang elektromagnetik klasik yang datang,
kemudian segera memancarkan kembali foton dengan energi yang sama. Elektron tidak
mempertahankan energi kinetik sebagai akibat dari peristiwa hamburan elastis ini. Ini sesuai
dengan prediksi kinematik dari perlakuan Compton relativistik cukup baik hingga hv = 0,01
MeV. Gambar 5.1 dengan jelas menunjukkan pernyataan ini pada energi foton rendah. Video 1
menyajikan penjelasan lebih lanjut mengenai hamburan Thomson.
Gambar 5.1. Representasi Grafis Hubungan Kinetik hv, hv’, dan T pada Efek Compton
Thomson juga menyimpulkan bahwa penampang diferensial per elektron untuk foton
yang tersebar pada sudut , per satuan sudut padat, dapat dinyatakan sebagai
dengan unit per elektron. adalah jari-jari elektron yang bernilai 2,818 x 10 -13 cm.
Jika bernilai 0 dan 180 , maka hasil persamaan tersebut adalah 7,94 x 10 -26 . Dengan
demikian, menurut Thomson, distribusi sudut foton yang tersebar untuk sejumlah besar peristiwa
diprediksi simetris depan-belakang. Jika berkas foton tidak terpolarisasi, maka akan ada simetri
silinder di sekitar sumbu berkas.
5.2. Hamburan Rayleigh
Hamburan Rayleigh dikenal sebagai hamburan koheren atau elastis. Ini dikarenakan
foton dihamburkan oleh aksi gabungan dari seluruh atom. Pada dasarnya, foton tidak kehilangan
energi, tetapi atom bergerak cukup untuk menghemat momentum. Foton diarahkan hanya
melalui sudut kecil. Oleh karena itu, efek pada berkas foton hanya dapat dideteksi dalam
geometri berkas sempit. Hamburan Rayleigh tidak memberikan kontribusi apa pun terhadap
kerma atau dosis, karena tidak ada energi yang diberikan kepada partikel bermuatan apa pun,
juga tidak ada ionisasi atau eksitasi yang dihasilkan.
Hamburan Rayleigh terjadi pada energi foton rendah, elektron menyerap energi dan
mengakibatkan bervibrasi yang frekuensinya sama dengan frekuensi sinar-X datang. Kondisi
demikian menyebabkan atom dalam keadaan tereksitasi, dan secepatnya elektron memancarkan
energi ke segala arah dengan frekuensi sama dengan frekuensi foton datang. Dalam proses
hamburan ini terjadi atenuasi tanpa absorpsi. Elektron yang bervibrasi tetap terikat oleh inti
dalam atom. Kemungkinan hamburan elastis meningkat pada elektron dengan energi ikat tinggi,
yang berarti elektron atom dengan nomer atom tinggi, serta energi foton dengan energi relatif
rendah.
Koefesien atenuasi massa / meningkat dengan kenaikan nomor atom medium (~ Z2)
dan menurun dengan kenaikan energi foton datang (/ ~ 1/hf). Interaksi hamburan elestis
terjadi terjadi pada semua energi sinar-X, namun kemungkinannya tidak lebih dari 10% dari
seluruh proses interaksi dalam radiologi. Tabel 5.1 menampilkan rasio Rayleigh terhadap
koefisien atenuasi total ( ⁄ ). Video 2 menampilkan penjelasan singkat mengenai hamburan
Rayleigh.
Tabel 5.1. Rasio Rayleigh terhadap Koefisien Atenuasi Total
5.3. Efek fotolistrik
Efek fotolistrik dominan dalam diagnostik, terutama untuk energi foton rendah. Efek ini
merupakan interaksi antara foton dengan elektron terikat, dan berkontribusi besar dalam
pencitraan diagnostik. Energi elektron datang seluruhnya diserap oleh eletron, yang kemudian
keluar dari orbit. Sebagian energi digunakan untuk membebaskan elektron dari tenaga ikat inti,
dan sisanya untuk tenaga kinetik elektron. Meskitpun efek fotolistrik dapat terjadi antara foton
dengan elektron pada sembarang kulit atom, namun kemungkinan tinggi terjadi dengan elektron
yang paling kuat terikat. Gambar 5.2a dan b menampilkan ilustrasi dan kinematika efek
fotolistrik.
Elektron berangkat dari interaksi pada sudut relatif terhadap arah datangnya foton,
membawa momentum p. Karena foton telah diserap secara total, maka tidak ada foton tersebar
untuk membantu mempertahankan momentum. Dalam efek fotolistrik, peran itu diambil oleh
atom dari mana elektron dilepaskan. Meskipun energi kinetiknya , momentum tidak
dapat diabaikan. Arah yang diambil oleh atom rekoil tidak terlalu berpengaruh karena membawa
energi kinetik yang dapat diabaikan. Ini cukup dikatakan bahwa atom menyebar ke arah yang
memerlukan momentum untuk dipertahankan dalam setiap peristiwa fotolistrik, dan pada 0 <
< 180 .
Pada daerah energi 0,1 MeV dan di bawahnya, efek fotolistrik menjadi interaksi
paling penting. Perlu diingat bahwa
̃ ⁄
̃ ( * ⁄
Hubungan ini dapat dibandingkan pada kurva di Gambar 5.3 berikut ini.
Pada Gambar 5.3, mengindikasikan kontribusi efek fotolistrik, adalah efek Compton,
total keseluruhan yang mendekati Pb dengan kurva di bawah 0,1 MeV. Kurva berlabel
di bagian a mewakili koefisien atenuasi massa fotolistrik untuk karbon, dan di bagian b untuk
timbal yang diplot versus . Kurva karbon dengan jelas mendekati ketergantungan
timbal juga seperti itu, kecuali di mana patahan terjadi. Daerah bawah disebut "K-edge" pada 88
keV, dua elektron kulit K tidak dapat berpartisipasi dalam efek fotolistrik karena energi ikatnya
= 88 keV terlalu besar. Hanya elektron kulit L, M, dan yang lebih tinggi dapat
melakukannya. Tepat di atas 88 keV, elektron kulit K dapat berpartisipasi. Dengan demikian,
besarnya fungsi langkah yang dihasilkan (dari 7,1 turun menjadi 1,7 ⁄ ) menunjukkan
pentingnya kontribusi dua elektron kulit K pada fotolistrik penampang, dibandingkan dengan 80
elektron lainnya dalam atom. Kulit K menyumbang lebih dari tiga perempat karena energi ikat
yang besar dari kedua elektron tersebut dan ketergantungan yang kuat dari efek fotolistrik pada
energi ikat. Kulit L menunjukkan efek yang sama pada tiga tepi L ( pada 15,9, pada 15,2,
dan pada 13,0 keV) yang sesuai dengan tiga tingkat energi di kulit L. Langkah tepi L
gabungan lebih kecil daripada di tepi K karena energi ikat kulit L yang lebih rendah.
Perhatikan Gambar 5.4 di bawah ini. Pada grafik, terlihat bahwa efek fotolistrik akan
disertai oleh pancaran sinar-X karakteristik medium penyerap. Koefesien absorpsi massa
fotolistrik menurun cepat dengan kenaikan energi [/ ~ (1/hv)3], dan meningkat dengan
kenaikan nomor atom medium [/ ~ Z3].
Gambar 5.4. Hasil fluoresensi ( ) dan partisipasi fraksional dalam efek fotolistrik oleh
elektron kulit K dan L
Ketika sebuah elektron dikeluarkan dari kulit atom bagian dalam dengan proses apapun, seperti
efek fotolistrik, konversi internal, penangkapan elektron, atau tumbukan partikel bermuatan,
maka kekosongan yang dihasilkan segera diisi oleh elektron lain yang jatuh dari kulit yang
terikat kurang rapat. Untuk vakansi kulit K dan L, transisi ini kadang-kadang disertai dengan
emisi sinar-X fluoresensi energi kuantum atau masing-masing, sama dengan perbedaan
energi potensial antara tingkat pemberi dan penerima. Probabilitas terjadinya ini disebut hasil
fluoresensi (fluorescence yiled), atau . Nilainya diplot pada Gambar 5.4 sebagai fungsi
nomor atom. terlihat meningkat dengan cepat untuk Z > 10, secara bertahap mendekati
kesatuan untuk elemen Z tinggi. bernilai nol untuk unsur di bawah tembaga, naik menjadi
hanya 0,42 pada Z = 90. Peluang emisi sinar-X fluoresensi selama pengisian vakansi di kulit M
(atau lebih tinggi) sangat kecil.
Pada Gambar 5.5, sebuah foton dengan energi kuantum hv datang dari kiri menumbuk sebuah
elektron stasioner yang tidak terikat, lalu menghamburkannya pada sudut relatif terhadap arah
foton datang dengan energi kinetik T. Foton yang dihamburkan hv' berangkat dengan sudut
pada sisi yang berlawanan dari arah semula pada bidang hamburan yang sama. Energi dan
momentum masing-masing kekal. Asumsi elektron yang tidak terikat berarti bahwa hubungan
kinematik di atas tidak bergantung pada nomor atom medium.
Untuk elektron bebas, kemungkinan interaksi Compton menurun dengan kenaikan
energi foton, utamanya untuk energi foton lebih dari 100 keV. Untuk energi foton rendah,
koefesien atenuasi massa Compton (/) mendekati konstan dalam diagnostik, sebagai akibat
kemungkinan adanya interaksi foton dengan elektron tidak bebas (energi ikat tidak dapat
diabaikan).
( ⁄ )
( ⁄ ) ( )
Gambar 5.6. Hubungan antara sudut hambur elektron terhadap sudut hambur foton pada
efek Compton
Ketika = 0, = 90 , dan ketika = 180 , = O untuk semua energi foton. Elektron hanya
dapat dihamburkan di bagian depan oleh peristiwa Compton. Ketergantungan pada adalah
fungsi kuat dari antara sudut yang ekstrim. Untuk energi foton rendah 90 ⁄ , sudut
hamburan elektron berangsur-angsur berkurang dari 90 ke 0 saat sudut foton meningkat dari 0
ke 180 , dan = pada sekitar 60 . Pada energi foton tinggi, variasi utama dalam
terkonsentrasi pada nilai kecil, dan sebaliknya. Misalnya, pada = 500 MeV, = pada
2,59 . Semua foton yang dihamburkan pada sudut antara 2,59 dan 180 berhubungan secara
kinematis dengan elektron yang dihamburkan ke depan pada sudut < 2,59 . Semua elektron
yang dihamburkan pada sudut antara 2,59 dan 90 juga berhubungan dengan foton yang
dihamburkan ke depan antara 0 dan 2,59 .
Efek Compton sebanding dengan jumlah elektron dalam medium. Koefesien hamburan
Compton (/) sebanding dengan Z/A. Perhatikan bahwa jumlah elektron dalam material
sebanding dengan Z, dan densitasnya tergantung pada A. Untuk unsur rendah nilai Z/A
mendekati 0,5, terkecuali unsur hidrogen yang bernilai 1. Tabel 5.2 menyajikan nilai rasio
muatan/massa untuk atom dari berbagai elemen.
Gambar 5.7 menampilkan area cross-section Compton di berbagai tingkatan energi, hubungan
foton dan elektron dalam mempertahankan energi, dan kurva energi yang diserap pada interaksi
Compton.
Gambar 5.7. area cross-section Compton di berbagai tingkatan energi, hubungan foton dan
elektron dalam mempertahankan energi, dan kurva energi yang diserap pada interaksi
Compton
Perhatikan energi yang ditransfer kepada elektron dalam proses hamburan Compton
pada Gambar 5.8. Bila proses Compton terjadi pada foton energi rendah, energi yang ditransfer
pada elektron sangat rendah, sehingga sebagian energinya dihamburkan. Di lain pihak, bila
energi foton datang tinggi, 10 – 100 MeV, sebagian besar energinya ditransfer kepada elektron,
dan hanya sedikit yang dihamburkan.
Gambar 5.8. Energi Rata-rata dan Energi Maksimum Elektron Rekoil pada Tumbukan
Compton
Penampang lintang (cross section) proses hamburan Compton () merupakan jumlah
dari penampang lintang transfer (tr) dan (s). Koefesien transfer didefinisikan sebagai
Etr menunjukkan energi yang ditransfer menjadi tenaga kinetik elektron yang selanjutnya siap
untuk diserap medium. Harga tr merupakan fraksi kecil dari untuk foton datang dengan
energi < 10 keV, meningkat dan mencapai maksimum di sekitar energi 0.5 MeV, dan kemudian
menurun pelan dengan kenaikan energi. Gambar 5.9 menampilkan koefisien Compton total
untuk elektron bebas menggunakan formula Klein-Nishima.
Gambar di atas merupakan presentasi kontribusi proses atenuasi yang disebabkan oleh
fotolistrik (skala kiri) dan Compton (skala kanan) untuk beberapa material sebagai fungsi energi.
Saat foton energi diagnostik (sinar-X diagnostik 20 hingga 80 keV, foton pencitraan kedokteran
nuklir 70 hingga 511 keV) berinteraksi dengan material bernomor atom rendah (misal soft
tissue), maka efek Comptonlah yang mendominasi. Video 3 menampilkan penjelasan singkat
mengenai efek Compton.
5.5. Produksi pasangan
Produksi pasangan adalah proses penyerapan di mana foton menghilang dan
menimbulkan elektron dan positron. Itu hanya dapat terjadi di medan gaya Coulomb, biasanya di
dekat inti atom. Namun, ini juga dapat terjadi dengan probabilitas yang lebih rendah pada
elektron atom. Proses terakhir biasanya disebut "produksi triplet" karena elektron inang yang
menyediakan medan Coulomb juga memperoleh energi kinetik yang signifikan dalam
mempertahankan momentum. Ini menyebabkan dua elektron dan positron dikeluarkan dari
tempat interaksi. Energi foton minimum = 1,022 MeV jelas diperlukan agar produksi
pasangan terjadi di medan nuklir. adalah ambang batas untuk produksi triplet. Gambar
5.11 menampilkan produksi pasangan pada medan gaya Coulomb.
Jika nilai di atas , maka elektron dan positron akan diarahkan ke depan dengan kuat.
Sudut keberangkatan rata-rata mereka relatif terhadap arah foton asli kira-kira sebesar
̅
̅
Area cross section diferensial atom untuk pembentukan positron energi (dan elektron
yang bersesuaian dengan energi ) diberikan oleh
( ⁄ )
dengan
( ) ⁄
P adalah fungsi hv dan Z, yaitu fungsi dari fraksi total energi kinetik yang berada pada positron.
Gaya tarik dan tolak nuklir cenderung memberikan positron sedikit lebih banyak energi daripada
elektron dengan perbedaan kurang dari 0,00752 MeV.
Total cross section produksi pasangan nuklir adalah
̅
Energi elektron dan positron diam masing-masing 0.51 MeV. Kedua partikel memberikan
energinya kepada medium. Bagi positron, pada saat mendekati diam akan bergabung dengan
elektron diam yang disebut anihilasi, berubah menjadi 2 foton dengan energi masing-masing
0.51 MeV.
+ 2 (0,51 MeV)
Untuk proses produksi pasangan, kemungkinan interaksi meningkat dengan kenaikan energi dan
juga kenaikan nomor atom medium. Hubungan antara penampang lintang produksi pasangan
dengan energi foton datang dan nomor atom medium ditunjukkan dalam Gambar 5.12 berikut.
Gambar 5.12. Total Cross Section Produksi Pasangan untuk Beberapa Unsur sebagai Fungsi
Energi
Koefesien atenuasi produksi pasangan meningkat dengan kenaikan nomor atom (/ ~
Z) dan kenaikan energi. Mengingat dalam diagnostik menggunakan sinar-X energi rendah, maka
efek produksi pasangan tidak berkontribusi dalam pembuatan citra. Proses anihilasi akan
bermanfaat pada saat pembentukan citra dengan metode kedokteran nuklir, menggunakan PET
(positron emmission tomography). Koefisien atenuasi massa untuk produksi pasangan adalah
( ⁄ )
Nilai ambang batas untuk proses ini adalah = 2,044 MeV meskipun energi yang diubah
menjadi massa masih sama dengan produksi pasangan medan nuklir. Hal ini dapat
ditunjukkan bahwa ambang batas yang lebih tinggi diperlukan oleh kekekalan momentum.
Gambar 5.13 menampilkan kinematika pembentukan triplet.
Gambar 5.13. Kinematika Pembentukan Triplet pada Ambang Batas Energi Foton Minimum
dengan
dan
√ , , dan
Fraksi energi foton insiden yang ditransfer ke energi kinetik partikel bermuatan adalah
( )
Bila melihat perbedaan absorpsi antara tulang dan jaringan lunak, maka
Sinar-X 60 kV – 140 kV absorpsi dalam tulang sangat tinggi dibanding dengan dalam
jaringan lunak
Sinar-X 200 kV – 250 kV memberikan absorpsi tulang sedikit lebih besar dibanding dengan
absorpsi jaringan lunak
sinar gamma Co 60 absorpsi massa tulang dan jaringan lunak mendekati sama
sinar-X yang diproduksi oleh elektron dengan energi 20 MeV sampai 259 MeV memberikan
absorpsi tulang lebih tinggi relatif terhadap absorpsi jaringan lunak.
Atom telah memiliki dua vakansi elektron, satu di kulit L dan satu di kulit M. Misalkan
dua elektron kulit N bergerak masuk untuk mengisi kekosongan tersebut dan atom memancarkan
dua elektron Auger lagi. Jika keduanya terlontar dari kulit N, maka atom tersebut akan memiliki
empat kekosongan kulit N. Salah satu elektron Auger itu akan memiliki energi kinetik sebesar
dan
Proses ini terjadi berulang, meningkatkan jumlah kekosongan elektron sebanyak satu untuk
setiap peristiwa Auger yang terjadi, sampai semua kekosongan terletak di kulit terluar. Jumlah
total energi kinetik yang dibawa oleh semua elektron Auger bersama sama dengan energi ikat
kulit asli dikurangi jumlah energi ikat dari semua kekosongan elektron akhir. Karena ini
kemudian dinetralkan oleh elektron dari pita konduksi, elektron-elektron tersebut ketika mereka
mendekat akan memperoleh energi kinetik yang sama dengan energi ikat kulit terluar dari
kekosongan yang mereka isi. Jadi semua dalam contoh ini berakhir sebagai energi kinetik
elektron yang berkontribusi pada kerma. Jika sinar-X telah dipancarkan, maka sisa
akan menjadi energi kinetik elektron. Harus disebutkan bahwa karena reaksi berantai Auger, ini
tiba-tiba menghasilkan ion bermuatan ganda yang mungkin memiliki muatan positif bersih
bahkan lebih dari 10 muatan dasar. Medan gaya Coulomb lokal yang dihasilkan dapat sangat
mengganggu molekul atau lingkungan kristalnya.
adalah efek fotolistrik, ialah efek Compton, merupakan produksi pasangan, dan sebagai
hamburan Rayleigh.
̅ ̅
[ ] * + * +
Fluoresensi kulit K dan produksi pasangan tidak relevan pada kasus ini.
merupakan representasi fraksi rata-rata energi elektron sekunder yang hilang pada interaksi
radiasi, yaitu bremsstrahlung dan anihilasi (positron).
Daya henti ( ⁄ ) adalah nilai harapan dari laju kehilangan energi per satuan
panjang lintasan x oleh partikel bermuatan tipe Y dan energi kinetik T dalam medium nomor
atom Z. Unit yang digunakan adalah MeV/cm atau J/m dengan nilai konversi
1 MeV/cm 1,602 x 10-11 J/m
Pada beberapa literatur, daya henti massa dinyatakan dengan notasi S, dan secara matematis
dapat ditulis sebagai berikut.
( * ( * ( * ( *
Untuk kalkulasi jangkauan elektron digunakan (S/)tot yang mengikuti persamaan berikut:
∫ ( *
( * ( * ( *
Indikasi c untuk collision, s untuk soft, dan h untuk hard. Interaksi elektron dengan elektron,
diandaikan elektron asal akan selalu memiliki energi relatif lebih besar. Interaksi terjadi antara
dua partikel dengan massa sama, kehilangan energi besar dan perubahan arah elektron besar.
Kehilangan energi maksimum sama dengan ½ energi elektron datang. Mass collision stopping
power untuk elektron dan positron adalah
( * [ ( ) ]
(⁄ )
dengan elektron
dan positron
{ }
C/Z adalah faktor koreksi kulit dan adalah faktor koreksi untuk efek densitas atau polarisasi.
Persamaan lain yang dapat digunakan untuk mengetahui kehilangan energi akibat
ionisasai (mass stopping power) mengikuti teori relativitas dan mekanika kuantum serta untuk
partikel berat bermuatan adalah
* ( ) +
re adalah radius elektron klasik (2.82 fm), β = v/c, z adalah muatan proyektil dalam unit muatan
elektron, I adalah potensial eksitasi rata-rata medium, dan C/Z adalah koreksi model kulit. Untuk
unsur nilai rata-rata I= 11.5Z, dan untuk senyawa dikalkulasi dengan mengandaikan
penjumlahan daya henti tumbukan, dengan memasukkan berat tiap atom dalam senyawa. Nilai
C/Z sebagai fungsi medium dan kecepatan partikel bermuatan yang bergerak cepat. Koreksi ini
memasukkan penurunan daya henti massa ketika partikel yang telah habis kecepatannya lebih
banyak dibanding dengan elektron atom dalam medium penghenti.
Dari persamaan di atas, dapat diperoleh beberapa informasi sebagai berikut:
Daya henti tidak tergantung pada massa proyektil dan berbanding terbalik dengan kuadrat
kecepatan proyektil. Perhatikan bahwa 2mev2 di bawah tanda logaritma tidak mempunyai
hubungan dengan energi kinetik partikel yang berkaitan dalam proses tumbukan.
Daya henti massa secara perlahan mendatar ke nilai minimum untuk energi kinetik E K ≈ 3
mec2
Faktor Z/A berpengaruh pada penurunan sekitar 20% dari daya henti massa unsur C ke
unsur Pb. Nilai –ln I mengakibatkan tambahan pengaruh penurunan daya henti massa oleh
kenaikan Z.
Dalam suatu medium, nilai z2 menunjukkan bahwa partikel berat dengan muatan 2 kali akan
mengalami daya henti 4 kali.
Daya henti massa untuk elektron dan positron mengikuti ICRU Report No. 37 sebagai
berikut:
* ( * ( ) +
yang berkaitan dengan . Dapat dilihat bahwa daya henti berbanding terbalik dengan energi
kinetik.
Untuk energi elektron E>100 keV, nilai β mendekati 1, nilai di luar kurung mendekati
konstan.
Bentuk dalam kurung naik pelan dengan kenaikan energi, dan S col/ρ melewati nilai minimum
pada E sekitar 1 MeV.
Scol/ρ untuk menurun dengan kenaikan Z karena pengaruh nilai Z/A. Pada Pb elektron
banyak terikat sehingga kemungkinan terjadi ionisasi relatif rendah.
Faktor I ikut berpengaruh dalam menurunkan daya henti massa dengan kenaikan Z.
Efek polarisasi mempengaruhi proses soft collision yang merupakan interaksi transfer
energi antara partikel bermuatan yang lewat dan atom yang relatif jauh. Dalam gas, atom-atom
berjarak cukup luas sehingga mereka mengalami interaksi secara independen satu sama lain.
Namun, dalam media terkondensasi (cairan atau padatan), densitas meningkat dengan faktor
103-104 di atas gas pada tekanan atmosfer dan jarak atom rata-rata kurang dari 1/10 gas. Dalam
situasi ini, distorsi dipol atom di dekat lintasan partikel yang lewat melemahkan medan gaya
Coulomb yang dialami oleh atom yang lebih jauh, sehingga mengurangi energi yang hilang dari
mereka. Oleh karena itu, mass collision stopping power berkurang di media mampat.
Gambar 5.14 menunjukkan bahwa meningkat hampir secara linier sebagai fungsi di
atas untuk berbagai media mampat, menjadi agak lebih besar untuk Z rendah daripada
media Z tinggi pada nilai yang diberikan. menjadi penting saat di atas energi massa diam
partikel. Secara relatif, ini menjelaskan tidak signifikannya efek polarisasi, kecuali elektron,
dalam rentang energi yang biasanya ditemui. Ukuran efek polarisasi untuk elektron, yang
dinyatakan sebagai persentase penurunan daya henti tumbukan massa dalam zat padat atau cair
dibandingkan dengan gas dengan Z yang sama, ditunjukkan pada Tabel 5.3. Nilainya meningkat
sebagai logaritma T beberapa MeV di atas energi elektron, dan menurun secara bertahap dengan
meningkatnya Z.
Gambar 5.14. Koreksi Efek Densitas sebagai Fungsi dan Energi Kinetik Elektron T
dengan mass radiative stopping power ( ⁄ ) dengan satuan MeV ⁄ . Untuk energi E
<100 MeV kehilangan energi yang diubah menjadi bremsstrahlung mengikuti persamaan
berikut:
( * ̅̅̅
atau
( * ̄
sebesar 5,80 x 10-28 ⁄ . T adalah energi kinetik partikel dalam MeV, ̅̅̅ adalah
fungsi yang berubah-ubah perlahan dari Z dan T. Nilainya 16/3 untuk T << 0,5 MeV dan kira-
kira 6 untuk T = 1 MeV, 12 untuk 10 MeV, dan 15 untuk 100 MeV. tidak berdimensi.
Rasio daya henti radiasi terhadap tumbukan adalah
( *
( *
Srad/ρ meningkat dengan kenaikan Z dan naik pelan dengan kenaikan energi elektron.
Pengaruh Z2 pada daya henti massa radiatif tinggi terutama pada material dengan Z tinggi.
Gambar 5.15 menampilkan energi yang hilang akibat ionisasi dan radiasi sebagai fungsi energi
elektron untuk karbon dan timbal. Nilai stopping power ditampilkan pada sumbu y.
Gambar 5.15. Fungsi Energi Elektron untuk Karbon dan Timbal
∫
̅ ∫
∫
atau
( * *( * ⁄ +
LET merupakan hal yang paling relevan antara radiobiologi dengan dosimetri mikro. Kalkulasi
⁄ dan ⁄
( * { [ ] }
(⁄ )
untuk elektron
[ ] [ ]
dan positron
[ ( * ( ) ( ) ]
Dalam LET, batasan energi tertentu dinyatakan sebagai energi cut off diberikan sebagai
subscript, misalnya LET100 yang berarti LET yang diperoleh bila lintasan akibat elektron
sekunder dengan energi 100 eV atau lebih dihitung sebagai lintasan yang berbeda. Parameter
yang paling sederhana adalah L∞ yang didefinisikan sebagai energi hilang per unit jarak suatu
partikel bermuatan yang dihasilkan oleh gelombang elektromagnet atau neutron, ataupun
partikel bermuatan berasal dari sumber radiasi. Nilai L∞ sama dengan daya henti. Tabel 5.4
menampilkan nilai stopping power ionisasi dan stopping power terbatas untuk berbagai energi
elektron di air.
Tabel 5.4. Nilai Stopping Power Ionisasi dan Stopping Power Terbatas untuk Berbagai Energi
Elektron di Air
Sebagai contoh adalah elektron dengan energi 20 MeV dalam medium air. Laju
kehilangan energi akibat ionisasi 2.063 keV/cm. Jika dilihat, hanya perubahan energi kurang dari
∆ = 0.0001 MeV atau 100 eV, nilai LET jauh lebih rendah, yang hanya 1.042 MeV/cm.
Perhatikan grafik LET elektron sebagai fungsi kedalaman pada Gambar 5.16. Pada akhir lintasan
nilai LET sangat tinggi, dan puncak tersebut dikenal sebagai puncak Bragg.
Gambar 5.16. Kurva Bragg untuk Partikel Bermuatan yang Melambat di Air
5.13. Jangkauan
Berkas elektron menembus medium sampai kedalaman tertentu dan mempunyai
jangkauan maksimum, tidak seperti berkas foton yang menembus seluruh ketebalan medium.
Formula empiris hubungan antara jangkauan (R) dengan energi awal elektron (E0) sebelum
masuk dalam medium sebagai berikut.
Berdasarkan rumus di atas, diperoleh harga R untuk berbagai energi elektron yang ditampilkan
pada Tabel 5.5 berikut. Gambar 5.17 menampilkan grafik presentasi jumlah partikel yang
berpenetrasi ke dalam air. adalah ”half-value depth” atau jarak rata-rata dan adalah
jangkauan praktisnya.
Tabel 5.5. Harga Jangkauan Elektron dalam Air untuk Berbagai Energi Elektron
Energi awal (MeV) 4 6 9 12 15 18 24
Range dalam air (cm) 1.7 2.75 4.3 5.9 7.4 9.0 12.1
Gambar 5.17. Dosis Absorpsi sebagai Fungsi Kedalaman untuk Elektron Monoenergi di Air
Gambar 5.18. Distribusi Dosis Metode Monte Carlo untuk Berkas Elektron
Gambar di atas menunjukkan distribusi dosis pada bidang utama berkas elektron dengan
lapangan 4 x 4 cm2 untuk 3 jenis energi, 4, 10, dan 20 MeV. Hasil kalkulasi Monte Carlo
menunjukkan perbedaan daya tembus dan penyebaran lateral pada kedalaman. Berkas elektron
20 MeV dipengaruhi oleh ketidakseimbangan elektron lateral, bahkan pada sumbu utama untuk
kedalaman yang lebih tinggi.
Untuk dosimetri, parameter energi yang terpenting adalah energi rata-rata pada
permukaan medium E 0 . E 0 dapat ditentukan berdasarkan hasil pengukuran harga kedalaman
Hubungan di atas berlaku untuk lapangan radiasi lebar (12 x 12 cm untuk E 15 MeV, dan 20 x
20 cm untuk E > 15 MeV) dan energi sekitar 5 - 35 MeV. Pada umumnya, pengukuran
dilakukan dengan SCD (source collimator distance) 100 cm.
Kedalaman R50 merupakan indeks kualitas berkas dalam dosimetri elektron (IAEA TRS
398) dan yang dikalkulasi dari hasil pengukuran R 50,ion yakni kedalaman yang mengakibatkan
kurva ionisasi turun 50% dari nilai maksimumnya, dengan mengikuti hubungan berikut:
R50 = 1.029 R50,ion – 0.06 (g/cm2) untuk R50,ion 10 g/cm2
Energi elektron paling mungkin Ep,0 merupakan parameter yang penting untuk karakterisasi
distribusi dosis dan mempunyai hubungan empiris dengan jangkauan praktis Rp. Untuk energi
elektron 1 - 50 MeV, harga Ep,0 mengikuti hubungan berikut
Ep,0 = 0.22 + 1.98 Rp + 0.0025 Rp2 MeV
Energi rata-rata E z elektron menurun dengan kenaikan kedalaman dan mempunyai hubungan
empiris dengan Rp sebagai berikut.
E z = E 0 (1 - z/Rp)
Hubungan di atas mendekati kebenaran untuk energi elektron rendah, atau kedalaman dekat
permukaan dan dekat pada Rp untuk energi elektron tinggi.
Hubungan antara jangkauan praktis dengan nilai setengan kedalaman berkas elektron
secara empiris sebagai berikut
Rp= 1.193 d50+ 0.154
Rumus di atas menunjukkan karakteristik d 50 19 buah linac dari berbagai manifaktur dengan
akurasi tinggi.
Pada saat berkas elektron masuk dalam medium (misalnya air), lintasan elektron
mendekati paralel. Dengan kenaikan kedalaman, lintasan cenderung miring disebabkan oleh
multiple scattering, menghasilkan kenaikan fluens elektron sepanjang sumbu utama berkas
sampai kedalaman maksimum. Kenaikan kemungkinan interaksi dengan penurunan energi pada
kedalaman berpengaruh besar pada distribusi angular elektron. Dengan kenaikan kedalaman
sudut, lintasan elektron rata-rata meningkat dengan arah datang berkas. Ini berarti panjang
lintasan yang sebenarnya dan jumlah interaksi lebih tinggi pada kedalaman tertentu. Tabel 5.6
menampilkan tabel data untuk beam radiasi elektron. Ukuran lapangannya adalah 10 x 10 cm 2
yang menggunakan linac dengan foil penghambur ganda.
Tabel 5.6. Data untuk Beam Elektron
Gambar 5.19 menampilkan profil pada berbagai kedalaman di air untuk beam elektron
20 MeV. Hal ini disebabkan oleh pelebaran penumbra akibat transpor lateral elektron. Hal ini
dapat dipelajari lebih lanjut pada Fisika Radioterapi.
Jarak dari sumbu utama ke posisi 50% dari dosis sumbu utama seperti mengikuti divergensi
berkas. Untuk keperluan klinis, jarak antara posisi 90% dan 50% penting dalam dosis preskripsi
pada 90% dosis maksimum, untuk menentukan berapa jarak dari pinggir lapangan dosis yang
memadai akan diberikan. Tabel 5.7 di bawah ini menunjukkan lebar penumbra untuk berbagai
energy dengan variasi lapangan. Perhatikan jarak antara pinggir lapangan dengan 90% lebih dari
5 mm. Kondisi demikian lebih lebar dibanding dengan berkas sinar-X sehingga penambahan
lapangan diperlukan dalam perlakuan dengan berkas elektron.
Tabel 5.7. Jarak Garis Isodosis 90% dan 50% untuk Berbagai Energi Elektron dan Lapangan
Gambar 5.20. Jumlah Partikel Bermuatan Monoenergi atau Foton yang Berpenetrasi ke
Medium
p adalah jarak total sepanjang lintasan dari titik masuk A ke titik berhenti B. Perhatikan bahwa
belum tentu kedalaman titik terminal B.
Secara eksperimental, kisaran dapat ditentukan untuk media transparan optik, seperti
emulsi fotografi dengan secara mikroskopis mengikuti setiap lintasan partikel dalam tiga
dimensi dan memperoleh panjang lintasan rata-rata dari banyak partikel identik dengan energi
awal yang sama. Kuantitas yang sangat mirip tetapi tidak identik disebut jangkauan CSDA yang
mewakili jangkauan dalam perkiraan perlambatan terus-menerus. Dalam hal mass stopping
power, rentang CSDA didefinisikan sebagai
∫( *
Jangkauan proyeksi 〈 〉 paling mudah divisualisasikan dalam hal lapisan datar medium
penyerap yang menerima berkas partikel bermuatan secara tegak lurus. 〈 〉 dapat didefinisikan
sebagai
∫
〈 〉 ∫
∫
adalah jumlah partikel kejadian dikurangi partikel yang mengalami reaksi nuklir. adalah
Gambar 5.22. Persentase Dosis Kedalaman pada Sumbu Utama untuk Berkas Elektron
Kenaikan energi elektron dan lapangan radiasi mengakibatkan persentase dosis kulit
meningkat, buildup terjadi lebih cepat, dan jangkauan terpakai juga meningkat. Pengaruh
lapangan dan ukuran lapangan radiasi pada kurva dosis kedalaman dapat dilihat pada Gambar
5.23. Persentase dosis kulit pada energi elektron 6 MeV, sekitar 70% dan 80% berturut-turut
untuk lapangan kecil dan lapangan besar. Untuk elektron 18 MeV, persentase dosis kulit sekitar
85% dan mendekati 100% untuk lapangan 4 x 4 cm dan 20 x 20 cm.
Elektron energi rendah dapat dihamburkan lebih mudah dan dengan sudut hambur lebih
besar. Akibatnya, pertambahan dosis lebih cepat pada kedalaman yang relatif pendek. Rasio
dosis permukaan dengan dosis maksimum menjadi lebih rendah untuk elektron energi lebih
rendah dibanding dengan elektron energi tinggi. Persentase dosis kedalaman untuk lapangan
persegi panjang (X, Y) dapat dihubungkan dengan PDD untuk lapangan berbentuk kubus
[ ]
Gambar 5.23. Persentase dosis kedalaman dengan variasi lapangan untuk elektron 6 MeV, 12
MeV, dan 18 MeV
Kedalaman dosis maksimum (dmaks) juga tergantung pada energi elektron, namun dengan
hubungan yang tidak lurus. Kedalaman dmaks cenderung meningkat dengan kenaikan energi,
namun untuk energi tinggi, dmaks dapat menurun dan sangat dipengaruhi oleh lapangan.
Penurunan dmaks untuk energi tinggi tersebut diakibatkan oleh efek foil penghambur. Gambar
5.24 menunjukkan kurva isodosis untuk dua berkas elektron berbeda dengan ukuran lapangan
sama. Kurva isodosis 50% dekat permukaan mengikuti geometri tepi lapangan. Terlihat dengan
kenaikan kedalaman garis isodosis <50% mengembang keluar, dan garis isodosis >50% tertarik
ke dalam. Konsekuensinya, lebar untuk volume medium dengan dosis tinggi menurun dengan
kenaikan kedalaman, dan akibatnya penyempitan dapat terjadi pada kedalaman jangkauan
terapeutik bila dibandingkan dengan ukuran lapangan pada permukaan. Perhatikan untuk
lapangan kecil, karena kekurangan medium penghambur menjadikan volume medium dengan
dosis tinggi menjadi terbatas.
Gambar 5.24. Distribusi Isodosis Elektron di Air untuk Beam 7,5 MeV dan 17 MeV
Titik acuan perhitungan persentase dosis kedalaman berkas elektron berbeda dengan
berkas foton. Pada berkas foton, titik referensi untuk 100% yang juga disebut titik normalisasi
dipilih pada kedalaman dosis maksimum d maks. Pada berkas elektron, mengingat kedalaman d maks
bervariasi dengan berbagai faktor, maka titik normalisasi tidak dipilih pada kedalaman dosis
maksimum. Pada umumnya titik normalisasi dipilih sebagai berikut.
Tabel 5.8. Titik Normalisasi untuk Berbagai Energi Elektron
Energi awal (MeV) 2-4.99 5-9.99 10-19.99 20-50
Kedalaman normalisasi (cm) 0.5 1.0 2.0 3.0
Dosis elektron turun cepat setelah dosis mencapai 80%. Dalam terapi biasanya target tumor
diletakkan pada kurva isodosis 85%. Tabel 5.9 menyajikan perkiraan jangkauan praktis dan
kedalaman 85% untuk berbagai kualitas berkas elektron.
Tabel 5.9. Perkiraan Jangkauan Praktis dan Kedalaman 85% untuk Berbagai Berkas Elektron
Energi awal E0 (MeV) 6 9 12 15 18
Range Rp (cm) 2.75 4.3 5.9 7.4 9.0
Kedalaman 85% (cm) 1.4 2.4 3.3 4.3 5.0
Pada titik P di kedalaman manapun di medium w, dosis absorpsi dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan
∫ ( *
adalah spektrum fluens partikel bermuatan diferensial, namun tidak termasuk sinar ,
dengan satuannya MeV ⁄ .( ) adalah mass collision stopping power untuk medium w
dengan unit partikel MeV ⁄ . Perlu diingat bahwa 1 MeV/g = Gy. Dosis
tersebut dapat disederhanakan menjadi
( *
Tugas
1. Berapa energi maksimum dan energi rata-rata elektron rekoil Compton yang dihasilkan oleh
sinar gamma 20 keV dan 20 MeV?
2. Hitung energi fotoelektron yang dikeluarkan dari kulit K dalam timah oleh foton 40 keV.
Hitung ⁄
3. Sebuah narrow beam yang mengandung foton pada 6 MeV menumbuk tegak lurus
pada lapisan timah setebal 12 mm yang memiliki kerapatan 11,3 ⁄ . Berapa banyak
interaksi dari masing-masing jenis (fotolistrik, Compton, produksi pasangan, Rayleigh) yang
terjadi pada timah?
4. Berapa energi maksimum yang dapat ditransfer ke elektron dalam tumbukan keras oleh 25
MeV (a) elektron (menurut konvensi), (b) positron, (c) proton, (d) partikel alpha?
5. Hitung mass collision stopping power untuk elektron dan positron dengan energi kinetik 50
MeV dalam aluminium (termasuk faktor koreksi efek polarisasi).
6. Berapakah dosis rata-rata (Gy) dalam aluminium foil setebal 0,3 ⁄ dari penyinaran