Anda di halaman 1dari 19

PENDAHULUAN

Zat padat terdiri dari sejumlah atom-atom/molekul yang terikat. Jarak antar
atom/molekul berdekatan dan tersusun secara teratur. Lalu bagaimana atom-atom
tersebut berikatan membentuk suatu ikatan? Pada umumya atom-atom tunggal tidak
memiliki konfigurasi elektron yang stabil seperti gas mulia, maka atom-atom
bergabung membentuk molekul dengan cara berikatan dengan atom lain, sehingga
dapat dikatakan atom-atom memiliki kecenderungan untuk saling berikatan
membentuk suatu ikatan. Kecenderungan atom untuk berikatan disebabkan karena
adanya elektron yang tidak berpasangan pada kulit terluar suatu atom. Atom
cenderung berikatan karena adanya sifat elektronegatifitas, yaitu kecenderungan
bersih suatu atom untuk menarik elektron dari atom lain yang akan diikatnya.
Perbandingan nilai elektronegatifitas antara dua buah atom menyiratkan ikatan apa
yang akan terbentuk antara keduanya. Selain itu ikatan atom juga disebabkan oleh
energi ionisasi, yaitu energi yang mempengaruhi bagaimana atom berinteraksi dengan
atom lain dalam membentuk ikatan kimia. Ini merupakan kestabilan konfigurasi
elektron terluar dari suatu atom bebas, semakin besar nilainya maka semakin besar
energi yang diperlukan untuk memindahkan satu elektron terluar dari atom dengan
demikian semakin stabil struktur elektron atom tersebut. Ketika atom berikatan, dapat
ditinjau pula afinitas elektronnya. Afinitas elektron merupakan energi yang
dibebaskan bila elektron ditambahkan kepadanya. Afinitas elektron negatif berarti
elektron tersebut harus dipaksa agar melekat dan dengan sendirinya akan melayang
menjauhi ion negatif jika ia berada di ruang bebas.

I. GAYA IKAT DAN ENERGI IKAT

Zat padat terdiri atas sejumlah atom-atom/molekul yang terikat, dimana jarak
antar atom-atom/molekul saling berdekatan dan tersusun secara teratur. Pada
umumnya atom tunggal tidak memiliki konfigurasi elektron yang stabil seperti gas
mulia, sehingga agar kondisinya stabil atom-atom tersebut bergabung membentuk
molekul dengan cara berikatan dengan atom lain. Zat padat merupakan zat yang
memiliki struktur yang stabil. Kestabilan struktur zat padat ini disebabkan adanya
interaksi antara atom membentuk suatu ikatan kristal. Contohnya adalah kristal
sodium klorida (NaCl) yang memiliki struktur lebih stabil dibandingkan sekumpulan
atom-atom bebas dari Na dan Cl.

Ikatan antar atom sangat berhubungan erat dengan jarak antar atom dan
besarnya energi yang diperlukan untuk mengikat atom-atom tersebut. Adanya ikatan
atom ini mengimplikasikan adanya interaksi antar atom-atom bebas untuk membentuk
struktur yang stabil, terdapat gaya interaksi antar atom untuk mengikat atom satu
sama lain, besarnya energi atom-atom bebas penyusun kristal lebih besar daripada
energi kristalnya, dan energi yang diperlukan untuk memisahkan atom-atom penyusun
kristal menjadi atom-atom bebas dan netral dinamakan energi kohesif.

Agar atom-atom dapat berikatan, maka diperlukan gaya ikat. Gaya ikat adalah
resultan dari gaya tarik elektrostatik (antar proton-elektron) dan gaya tolak (proton-
proton). Besarnya gaya tarik dan tolaknya, yaitu:

 r > ro gaya tarik lebih besar


 r < ro gaya tolak lebih besar
 r = α gaya tarik dan gaya tolak = 0
 r = ro gaya tarik = gaya tolak, sehingga ro disebut jarak keseimbangan atau jarak
ikatan

Perumusan untuk gaya ikat adalah :


𝑘 𝑞1 𝑞2
𝐹=− ...(1)
𝑟2

Keterangan:
F = gaya ikatan (N)
k = konstanta
q1 dan q2 = muatan molekul/atom (C)
r = jarak antar molekul/atom
Dalam ikatan kristal ada pula yang disebut sebagai energi ikat. Energi ikat
kristal didefinisikan sebagai energi yang perlu diberikan untuk mengikat dua atau
lebih atom atau memisahkan komponen-komponennya menjadi atom-atom bebas
yang netral. Energi ikat ini sebenarnya adalah pendekatan untuk menggambarkan
gaya ikat antar atom. Seperti halnya dalam bahasan fisika klasik, dua atom akan
saling mengikat jika gaya tarik menarik antar dua atom tesebut. Selain itu adanya
gaya tolak antar atom karena jenis muatan dan adanya larangan pauli, berkontribusi
pada energi potensial yang terbentuk dalam kristal pada saat terjadi ikatan atom.
Besarnya energi ikat dari berbagai unsur pada kristal bervariasi. Kristal gas mulia
memiliki ikatan yang lemah dengan energi ikat yang lebih kecil jika dibandingkan
dengan unsur pada golongan IVA. Kristal dari logam alkali memiliki nilai energi ikat
yang relatif pertengahan dari semua unsur.

Gambar 1.1 Interaksi antara dua atom sebagai fungsi dari jaraknya
Pada gambar 1.1, U menunjukkan nilai energi potensial, sedangkan R
menunjukkan jarak antar atom. Dari grafik antara energi potensial dan jarak antar
atom tersebut didapatkan bahwa energi potensial minimum terjadi pada jarak R0 yang
disebut jarak interatomik setimbang. Energi potensial minimum (U0) tersebut adalah
energi kohesif. Untuk R  energi potensial sistem nol. Jika R semakin mengecil,
nilai negatif energi potensial akan semakin membesar. Sedangkan jika jarak R sama
dengan jarak ikat ( R= R0 ), maka energi potensial mencapai minimum. Hubungan
antara energi ikat dengan gaya ikat dapat dilihat pada persamaan berikut :
𝜕𝑈
𝐹 (𝑅) = − 𝜕𝑅 ...(2)

Gaya interaksi antar atom ditentukan dari gradien energi potensial.


Untuk R < R0 maka F(R) > 0 gaya bersifat repulsif.
Untuk R > R0 maka F(R) < 0 gaya bersifat atrakif.
Gaya repulsif dan atraktif akan menghilang pada kedudukan R0 yang merupakan
keadaan setimbang. Gaya atraktif menggambarkan adanya ikatan antar atoma atom
dalam zat padat. Gaya repulsif terjadi karena adanya larangan Pauli yang menyatakan
bahwa “tidak dibenarkan adanya dua elektron berada pada satu orbital yang memiliki
bilangan kuantum yang sama.”
Ikatan antar atom terdapat dua macam, yaitu ikatan yang kuat dan lemah. Pada
ikatan atom yang kuat, elektron pada orbital paling luarlah yang berperan besar dalam
pembentukan ikatan dan disebut sebagai elektron valensi. Elektron pada orbital yang
lebih dalam lebih erat terikat pada inti atom dan disebut elektron inti. Dua atom akan
saling terikat jika ada gaya ikat antara keduanya. Dalam membahas ikatan atom, kita
tidak menggunakan pengertian gaya ikat ini melainkan energi ikat. Ikatan antar atom
terbentuk jika dalam pembentukan ikatan tersebut terjadi penurunan energi total.
Perubahan energi potensial terhadap perubahan jarak antar dua ion atau dua molekul
dapat dinyatakan dengan persamaan, yaitu:
𝑎 𝑏
𝑈𝑟 = − 𝑟 𝑚 + 𝑟 𝑛 ...(3)

Keterangan :
Ur = energi potensial total
r = jarak antar atom
a = konstanta tarik menarik
b = konstanta tolak menolak
m,n = konstanta karakteristik jenis ikatan dan tipe struktur
-a/rm = Utarik adalah energi yang terkait dengan gaya tarik antar atom
b/rn = Utolak adalah energi yang terkait dengan gaya tolak antar atom
Untuk ion m = 1, sedangkan untuk molekul m = 6. Konstanta n disebut
eksponen Born yang nilainya tergantung dari konfigurasi elektron seperti terlhat pada
tabel 1.1.

Tabel 1.1 Eksponen Born


Konfigurasi Elektron n
He (𝟏𝒔𝟐 ) 5
Ne (𝟐𝒔𝟐 𝟐𝒑𝟔 ) 7
Ar (𝟑𝒔𝟐 𝟑𝒑𝟔 ) 9
Kr (𝟒𝐬 𝟐 𝟒𝒑𝟔 ) 10
Xe (𝟓𝒔𝟐 𝟓𝒑𝟔 ) 12
Gambar 1.2 Kurva perubahan energi potensial.

Gambar 1.2 memperlihatkan kurva perubahan energi potensial terhadap jarak


antar atom. Ikatan yang stabil antar atom terjadi pada saat energi potensial minimum
yaitu pada posisi ro, kedua atom saling tarik menarik. Sedangkan saat r lebih kecil dari
ro, kedua atom saling tolak menolak. Jarak ro dikenal pula dengan istilah jarak
interatomik setimbang. Gaya tarik dan gaya tolak akan saling menghilangkan pada
kedudukan ro yang merupakan keadaan setimbang.

II. IKATAN ATOM DALAM KRISTAL

Ikatan kristal merupakan ikatan hasil interaksi antara atom, khususnya elektron
terluar dari atom-atom bersangkutan. Terbentuknya ikatan atam antar dua atau lebih
atom ditentukan oleh keadaan yang dapat menghasilkan nilai energi potensial yang
minimum. Beberapa cara untuk mendapatkan nilai energi potensial minimum adalah
sebagai berikut :

1. Penyesuaian jenis muatan total yang dimiliki masing-masing atom


2. Penyesuaian konfigurasi elektron paling luar dari masing-masing atom
3. Penempatan atom-atom pembentuk kristal menurut susunan orbital atom yang
memiliki keberkalaan dan kesatangkupan dalam ruang tiga dimensi yang
berukuran tak hingga.
Ikatan kristal terbagi dua kategori yaitu katagori ikatan utama atau primer dan
katagori ikatan sekunder. Kategori ikatan utama adalah jenis ikatan yang sangat kuat.
Ikatan utama ini terdiri dari tiga macam ikatan yaitu ikatan ionik, ikatan kovalen, dan
ikatan logam. Katagori ikatan sekunder yaitu ikatan hydrogen dan ikatan Van Der
Waals. Konfigurasi yang stabil dari gas mulia menjadi konfigurasi yang cenderung
untuk dicapai oleh unsur-unsur lain dalam membentuk ikatan atom.

2.1 Kategori Ikatan Primer


2.1.1 Ikatan Ionik
Ikatan ionik terbentuk dari hasil interaksi elektrostatik antara atom/ion yang
memiliki muatan yang berbeda yaitu ion positif dan negatif. Pada kristal ionik, tiap
ion dikelilingi oleh ion-ion yang lain. Contoh ikatan ionik yaitu kristal NaCl yang
terbentuk dari interaksi elektrostatik antara ion Na+ dengan Cl-. Kation (Na+) bereaksi
dengan anion (Cl-) membentuk Natrium Klorida (NaCl) yang bermuatan netral. NaCl
memiliki kofigurasi elektron yang lebih stabil dibandingkan dengan kedua ion
pembentuknya. Pada kristal NaCl, ion Na+ dikelilingi oleh 6 ion Cl-. Persamaan
sederhana reaksi kimianya adalah sebagai berikut:

𝑁𝑎+ + 𝐶𝑙 − → 𝑁𝑎𝐶𝑙 ...(4)


11Na  1s2 2s2 2p6 3s1

Na + 5,1 eV (energi ionisasi)  Na+ + e

17Cl  1s2 2s2 2p6 3s2 3p5

e + Cl  Cl- + 3,6 eV (afinitas elektron)

Na+ + Cl-  NaCl + 7,9 eV (energi elektrostatis)

Energi kohesif = energi elektrostatis – energi ionisasi + afinitas elektron

= 7,9 eV- 5,1 eV + 3,6 eV

= 6,4 eV

Na+ + Cl-  NaCl + 6,4 eV (energi kohesif)


Ikatan ionik biasanya terjadi antara atom-atom yang mudah melepaskan
elektron (logam-logam golongan utama) dengan atom-atom yang mudah menerima
elektron (terutama golongan VIA den VIIA). Contoh lain ikatan ionik adalah CaCl2,
MgBr2, BaO dan FeS. Pada ikatan ionik, ion-ion terikat satu sama lain karena ada
energi kohesif yang berasal dari energi potensial listrik.

𝑒2
𝐸𝑝 = −𝛼 4𝜋𝜀 ...(5)
0𝑟

Keterangan :

Ep = energi potensial listrik; α = konstanta Madelung

α face-centered cubic (FCC) = 1,748; α body-centered cubic (BCC) = 1,763


𝐵
Akibat prinsip ekslusi timbul gaya tolak = 𝑟 𝑛 ...(6)

Untuk menentukan konstanta Madelung digunakan persamaan berikut :


(±1)
𝛼 = ∑𝑗≠𝑖 ...(7)
𝜌𝑖𝑗

Energi total satu ion akibat interaksi adalah :

𝑒2 1
𝑉0 = −𝛼 4𝜋𝜀 (1 − 𝑛)...(8)
0𝑟

Jika ada N ion, maka energi total = -NV0/2

Energi rata-rata untuk mengikat ion (energi kohesif ionik) adalah = V0/2

Jadi energi kohesif (atomik) = energi kohesif ionik + energi ionisasi + afinitas
elektron.

Kristal ion terbentuk karena adanya gaya tarik antara ion positif dan ion negatif.
Adapun sifat dari kristal ionik antara lain adalah keras dan stabil, merupakan
konduktor yang buruk karena tidak ada elektron bebas, suhu penguapan tinggi (sekitar
1000-2000K), tidak tembus cahaya, mudah larut dalam cairan polar, dan menyerap
radiasi inframerah.
Tabel 2.1 Beberapa contoh kristal ionik

2.1.2 Ikatan Kovalen


Ikatan kovalen atau disebut juga ikatan homopolar adalah ikatan yang terbentuk
karena adanya pemakaian bersama pasangan elektron. Terbentuknya ikatan kovalen
karena adanya kecenderungan dari berbagai atom untuk mencari keadaan stabil
dimana energi potensialnya paling minimum. Konfigurasi yang paling stabil itu
adalah konfigurasi elektron gas mulia. Oleh sebab itu beberapa atom saling berikatan
untuk membentuk konfigurasi elektron gas mulia. Ikatan kovalen itu sendiri terjadi
pada atom-atom dengan perbedaan nilai elektronegatifitas kecil.

Contoh paling sederhana adalah ikatan antara dua atom H. Atom H memiliki
konfigurasi elektron 1s1. Satu elektron dari masing-masing atom H saling berbagi
untuk mendapatkan konfigurasi paling stabil 1s2 seperti diperlihatkan pada Gambar 2.

Gambar 2.1 Ikatan kovalen pada molekul hidrogen (H2).

Konfigurasi elektron yang dihasilkan setelah terbentuknya ikatan


menyebabkan ikatan kovalen pada suatu molekul atau kristal sangat kuat. Contoh
kristal yang terbentuk dari ikatan kovalen adalah ZnS, GaSh, InAs dan SiC. Selain itu
ikatan ini memiliki karakteristik tembus cahaya, titik leleh tinggi, penghantar yang
buruk, tidak larut dalam zat cair biasa dan dalam hampir semua pelarut, serta
memiliki energi kohesif 16-12 eV.

Tabel 2.2 Kristal Kovalen

2.1.3 Ikatan Logam


Ikatan logam hampir mirip dengan ikatan valensi. Ikatan logam terbentuk
akibat adanya elektron valensi yang merupakan elektron bebas yang dapat bergerak di
seluruh kristal. Elektron bebas ini dapat bertindak sebagai pengikat antar kation yang
berada berdekatan pada suatu kristal. Namun demikian, ikatan logam ini bukanlah
ikatan yang berarah seperti halanya ikatan kovalen. Ikatan logam merupakan ikatan
yang tidak berarah. Hal ini disebabkan elektron bebas yang bergerak dapat menempati
posisi dimanapun pada kristal. Unsur-unsur pada tabel periodik pada umumnya adalah
logam yang dapat menjadi molekul yang besar berupa padatan. Bila dua atom logam
saling mendekat, maka akan terjadi tumpah tindih antara orbital-orbitalnya sehingga
membentuk suatu orbital molekul. Semakin banyak atom logam yang saling
berinteraksi, maka semakin banyak tumpang tindih orbital yang akan terjadi.
Karakteristik dari ikatan ini adalah dapat menghantarkan kalor dan listrik dengan
baik. Adapun sifat dari kristal logam antara lain adalah tidak tembus cahaya,
permukaannya tampak mengkilap, memiliki konduktivitas yang baik, dan dapat
dilarutkan dan dicampurkan dengan logam lain sehingga membentuk senyawa baru.
Tabel 2.3 Kristal Logam

2.2 Kategori Ikatan Sekunder


2.2.1 Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen terjadi ketika sebuah atom hidrogen yang memiliki satu buah
elektron berikatan dengan atom lain seperti atom N, O, atau F yang mempunyai
pasangan elektron bebas. Hidrogen dan atom N atau O atau F akan berinteraksi
membentuk suatu ikatan hidrogen dengan besar energi ikatan sekitar 0,1 eV.
Kekuatan ikatan hidrogen ini dipengaruhi oleh perbedaan elektronegativitas antara
atom-atom dalam molekul tersebut. Semakin besar perbedaannya, semakin besar
ikatan hidrogen yang terbentuk. Pada air (H2O), terjadi dua ikatan hidrogen pada tiap
molekulnya. Akibatnya jumlah total ikatan hidrogennya lebih besar daripada asam
florida (HF). Pada ikatan hidrogen, sifat yang ditemukan adalah titik lebur dan titik
didih bahan molekul bertambah, keterlarutan dalam air lebih mudah apabila dalam
sesuatu molekul itu terdapat ikatan hidrogen, berlaku pemasangan molekul, dan
bentuk molekul protein menjadi lebih tegar dan sangat stabil.

Gambar 2.2 Ilustrasi ikatan hidrogen antara kristal es


2.2.2 Ikatan Van Der Waals
Atom-atom gas mulia (He, Ne, Ar, Kr, Xe) dapat membentuk suatu ikatan
kristal lemah. Ikatan kristal tersebut terjadi akibat adanya interaksi elektrostatis
anatara dipole-dipole listrik yang muncul karena adanya distorsi yang sangat kecil
pada distribusi elektronnya. Interaksi antar dipole inilah yang menghasilkan gaya
tarik-menarik antar atom gas mulia yang disebut gaya Van der waals. Gaya ini sangat
lemah, namun demikian, keberadaan gaya ini menyebabkan munculnya ikatan atom
yang disebut ikatan Van der waals. Selain pada gas mulia, ikatan ini juga ditemukan
pada beberapa ikatan molekul organic.
𝐴
Energi interaksi pada ikatan Van Der Waals : 𝐸𝑉𝐷𝑊 = − 𝑟 6

𝐵
Energi tolak menolak : 𝐸𝑟𝑒𝑝 = 𝑟 12

𝐴 𝐵
Sehingga energi interaksi pada ikatan Van Der Waals adalah : 𝐸(𝑟) = − 𝑟 6 + 𝑟 12

Persamaan tersebut dirumuskan lebih lanjut oleh Lennad-Jones dalam bentuk :


𝜎 𝜎
𝐸(𝑟) = 4ɛ[( 𝑟 )12 − (𝑟 6 )] ...(9)

Dari teori yang ada dapat disimpulkan perbedaan dari ikatan-ikatan kristal yang
ada adalah sebagai berikut.
Tabel 2.4 Perbedaan ikatan-ikatan kristal
Adapun energi ikat untuk setiap ikatan adalah :

1. Ikatan Van Der Waals : ~0,01 eV (lemah), contoh inert gass


2. Ikatan Ion : 1-10 eV (kuat), contoh NaCl
3. Ikatan Hidrogen : ~kBT (lemah), contoh air dengan es
4. Ikatan logam : ~1-10 Ev (kuat)
5. Ikatan kovalen : ~1-10 eV (kuat), contoh C, Ge, Si, H2

Tabel 2.5 Perbedaan sifat ikatan-ikatan kristal


DAFTAR PUSTAKA
[1] Rusdiana, Dadi. Ikatan Kristal. file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR.PEND.
FISIKA/196810151994031DADI_RUSDIANA/Ikatan_kristal.pdf. Diakses pada
Sabtu, 17 Maret 2018 pukul 05:30 WIB

[2] Irzaman. 2011. Zat Padat Ikatan Atomik Dalam Kristal.


irzaman.staff.ipb.ac.id/files/2011/08/pertemuan-ke-2-IKATAN-ATOMIK-
DALAM-KRISTAL.ppt. Diakses pada Sabtu, 17 Maret 2018 pukul 05:30 WIB.

[3] Putri, Melani. 2016. Gaya Ikat. www.scribd.com/document/360768450/Gaya-


Ikat. Diakses pada Sabtu, 17 Maret 2018 pukul 05:30 WIB.

[4] Muhammad, Irfan. 2013. Gaya Ikat dan Ikatan Kristal.


www.scribd.com/document/138451460/Bab-2-Gaya-Ikat-Kristal-Zat-padat.
Diakses pada Sabtu, 17 Maret 2018 pukul 05:30 WIB.

[5] Ekoputranto, Arvin. 2014. Gaya Ikat dan Ikatan Kristal.


dokumen.tips/documents/gaya-ikat-dan-ikatan-kristal.html. Diakses pada Sabtu,
17 Maret 2018 pukul 05:30 WIB.

[6] Kardiawarman. Ikatan Kristal. repository.ut.ac.id/4510/1/PEFI4420-M1.pdf.


Diakses pada Sabtu, 17 Maret 2018 pukul 05:30 WIB.

[7] Struktur Kristal Zat Padat.


staffnew.uny.ac.id/upload/132048523/pendidikan/2+Kegiatan+belajar+2.pdf.
Diakses pada Sabtu, 17 Maret 2018 pukul 05:30 WIB

[8] Prasetyowati, Rita. 2012. Ikatan Kristal. Yogyakarta : Fisika FMIPA UNY.
LAMPIRAN

Pertanyaan :

1. Adakah hubungan antara sifat mengkilap logam dengan ikatan pada logam? (Rani
Indah Pratiwi)
Jawaban :
Ikatan logam berasal dari gaya tarik menarik elektrostatik antara ion positif logam
dengan awan elektron. Besar energi ikat ikatan logam adalah ~1-10 Ev (kuat).
Adapun sifat dari kristal logam antara lain adalah tidak tembus cahaya, permukaannya
tampak mengkilap, memiliki konduktivitas yang baik, dan dapat dilarutkan dan
dicampurkan dengan logam lain sehingga membentuk senyawa baru.

Teori awan atau lautan elektron pada ikatan logam didefinisikan sebagai gaya tarik
antara muatan positif dari ion-ion logam (kation logam) dengan muatan negatif yang
terbentuk dari elektron-elektron valensi dari atom-atom logam. Jadi logam yang
memiliki elektron valensi lebih banyak akan menghasilkan kation dengan muatan
positif yang lebih besar dan awan elektron dengan jumlah elektron yang lebih banyak
atau lebih rapat. Hal ini menyebabkan logam memiliki ikatan yang lebih kuat
dibanding logam yang tersusun dari atom-atom logam dengan jumlah elektron valensi
lebih sedikit. Teori lautan atau awan elektron ini dapat menjelaskan berbagai sifat
fisika dari logam.
(https://chem.libretexts.org/Textbook_Maps/General_Chemistry_Textbook_Maps
/Map%3A_CLUE_(Cooper_and_Klymkowsky)/3%3A_Elements%2C_Bonding%
2C_and_Physical_Properties/3.4%3A_Metals/Why_Are_Metals_Shiny%3F)
Logam berkilau karena mereka memiliki banyak elektron bebas (yaitu
terdelokalisasi) yang membentuk awan elektron bermuatan negatif yang sangat
mobile pada dan di bawah permukaan logam halus dalam kasus yang ideal. Secara
sederhana, elektron dapat dianggap sebagai awan bermuatan negatif dengan latar
belakang muatan positif yang seragam, membentuk plasma yang sangat
terpolarisasi.
Plasma hanya merupakan gas padat dari partikel bermuatan dan distribusi
muatan dalam volumenya dapat diubah dengan menerapkan medan
elektromagnetik (EM) eksternal. Dengan tidak adanya medan EM eksternal,
muatan dalam plasma terdistribusi merata di dalam logam. Jadi, tidak ada daerah
di dalam logam yang lebih bermuatan negatif daripada yang lain.
Refleksi cahaya
Cahaya tidak lebih dari gelombang EM yang menyebar. Sinar cahaya masuk
atau masuk menciptakan gelombang EM berosilasi pada permukaan logam dan
mengganggu plasma. Plasma elektron pada permukaan logam kemudian menjadi
terpolarisasi oleh cahaya yang masuk dan mulai berosilasi dalam fase dengan
medan listrik.
Cahaya insiden menciptakan gelombang EM pada permukaan logam seperti
pada gambar di bawah ini.

Dengan demikian, beberapa area di permukaan logam menjadi lebih positif


sementara yang lain lebih negatif. Karena ketidakrataan ini di bidang EM di
permukaan, elektron meninggalkan daerah negatif (lembah) dan menumpuk di
daerah yang lebih positif, seperti pada gambar di bawah. Ini menciptakan pola
gelombang beriak dalam distribusi spasial elektron yang sebelumnya tersebar
merata. Umumnya disebut pola gelombang (atau riak dalam plasma) yang
dihasilkan dari penumpukan elektron di tempat-tempat tetap "polarisasi".
Singkatnya, awan elektron terpolarisasi.
Gelombang EM yang menyerupai gelombang berarti bahwa riak dalam plasma
bergerak dalam ruang dan waktu. Jadi, elektron bebas juga harus bergerak
bersama dengan gelombang EM insiden dan menumpuk di tempat yang tepat
untuk mempertahankan gerakan beriak itu. Tindakan ini mengikuti medan listrik
insiden tergantung pada "mobilitas" dari elektron. Dalam logam yang ideal,
elektron dapat langsung bergerak ke titik positif dan mengikuti gelombang EM
tanpa lag. Dalam hal ini, kita mengatakan bahwa elektron membentuk plasma
polarizable yang tak terhingga. Dengan polarizable tak terhingga, riak dalam
plasma bisa sebesar yang mereka perlukan untuk menghentikan gelombang EM
insiden menembus permukaan logam.
Namun, osilasi plasma elektron menciptakan medan elektromagnetik
("polarisasi") lain yang keluar dari fase dengan gelombang EM insiden (lihat
garis putus-putus berwarna hijau pada gambar di atas). Dalam bahasa awam, ini
berarti bahwa riak di plasma menghasilkan medan EM lain yang menentang
gelombang EM asli. Ini menentang daripada memperkuat gelombang EM asli
karena tindakan menciptakan riak dalam plasma menggunakan energi dari
gelombang EM asli.
Dalam logam yang ideal, gelombang EM yang dihasilkan dari polarisasi
membatalkan 100 persen dari gelombang EM insiden asli di dalam logam.
Dengan kata lain, gelombang EM telah sepenuhnya diubah menjadi riak dalam
plasma. Maka, cahaya insiden berhenti dan tidak dapat menembus sebagian besar
logam. Di luar logam, gelombang EM dari polarisasi diarahkan keluar dari
permukaan dan merupakan cahaya yang dipantulkan.

Dalam kasus non-ideal, riak dalam plasma “membusuk” setelah beberapa saat.
Hal tersebut disebabkan oleh elektron yang “lelah” berosilasi dengan gelombang
EM insiden. Oleh karena itu, untuk mempertahankan gerakan osilator, ia harus
terus menerus “mencuri” sedikit energi dari cahaya yang datang, dan cahaya yang
dipantulkan dari permukaan berada pada intensitas yang lebih rendah daripada
cahaya yang datang.
Permukaan kristal
Logam juga kristal, mereka membentuk struktur geometrik berulang yang
teratur sempurna. Karena itu, permukaannya biasanya halus. Ketika cahaya
memantul dari permukaan yang halus, akan terlihat mengkilap. Permukaan kasar
memiliki pandangan yang tersebar karena fase cahaya insiden terdistribusi secara
acak yang menghancurkan koherensi cahaya yang dipantulkan.
Ada sesuatu yang disebut kedalaman kulit yang mengukur seberapa dalam
cahaya dapat menembus di luar permukaan dan merupakan konsekuensi dari fakta
bahwa dalam logam nyata, elektron tidak merespon secara instan terhadap
gerakan gelombang EM yang datang. Gelombang EM berfrekuensi tinggi seperti
sinar-X bergerak terlalu cepat agar elektron dapat mengikuti. Inilah mengapa
sinar-X digunakan untuk pencitraan. (https://www.quora.com/Why-are-metals-
shiny)

2. Mengapa ikatan ion dapat larut dalam air? (Naufal Riyandi)


Jawaban :
Ikatan ion berasal dari gaya tarik menarik elektrostatik antara ion positif dan
ion negatif. Besar energi ikat ikatan ion adalah 1-10 eV (kuat), Adapun sifat dari
kristal ionik antara lain adalah keras dan stabil, merupakan konduktor yang buruk
karena tidak ada elektron bebas, suhu penguapan tinggi (sekitar 1000-2000K), tidak
tembus cahaya, mudah larut dalam cairan polar, dan menyerap radiasi inframerah.
Apabila persenyawaan ion dilarutkan ke dalam air, ion-ionnya akan dikelilingi oleh
molekul air karena gaya tarik menarik yang kuat antara ion yang bermuatan dan
molekul air. Pada waktu melarut, ion-ion akan memisah atau terdisosiasi satu dari
lainnya. Umumnya, senyawa ion larut dalam air karena molekul air yang kovalen
polar (memiliki kutub positif dan negatif) membentuk ikatan nisbi polar dengan ion.
Disini oksigen yang negatif dari molekul air berikatan dengan kation (M+) dan sisi
hidrogen yang positif berikatan dengan anion (X–). Jika jumlah ikatan antara molekul
air dan sebuah anion meningkat, ikatan diantara ion meningkat, ikatan diantara ion
dan ion-ion di sebelahnya dalam struktur kristal melemah dan akhirnya ion yang
terdehidrasi dibebaskan ke dalam larutan. (https://socratic.org/questions/why-are-
ionic-compounds-soluble-in-water)

Pembentukan ikatan menghasilkan pelepasan energi. Energi ini ditransfer ke kation


dan anion membuat mereka bergetar lebih cepat akhirnya memutuskan ikatan ion
antara kation dan anion yang menyebabkan mereka untuk melepaskan diri dari kisi
ionik dan memasuki larutan. Namun, tidak semua senyawa ionik larut dalam air. Ini
karena dalam kasus-kasus tertentu, energi yang dilepaskan dari interaksi ion-dipol
tidak cukup untuk memutuskan ikatan ion yang kuat antara kation dan anion. Ini
menjelaskan mengapa senyawa seperti MgO tidak larut dalam air (energi yang
dilepaskan dari interaksi ion-dipol tidak cukup untuk memecah "ikatan ion ganda"
antara Mg2+ dan O2-). (https://anhourofchemaday.wordpress.com/2013/05/18/why-
are-ionic-compounds-soluble-in-water-a-simple-covalent-molecule/)
Ketika NaCl dimasukkan ke dalam air, air menarik Na+ ke satu sisi dan Cl- ke sisi
lainnya. Molekul air dapat menarik cukup kuat untuk akhirnya memecah setiap
molekul garam menjauh dari kisi, melarutkan struktur kristal.
(https://socratic.org/questions/why-are-ionic-compounds-soluble-in-water)

3. Penjelasan grafik kesetimbangan. (Tiara Amalia R P)


4. Cara menentukan nilai n? (Abdul Haris)
Jawaban :
Nilai konstanta eksponen Born ditentukan berdasarkan konfigurasi elektron.
Harga eksponen Born tergantung pada ukuran ion. Semakin besar ukuran ion,
semakin besar nilai n. Dari penelitian Pauling didapatkan nilai eksponen Born
yang menghasilkan energi potensial dengan ketelitian tinggi seperti pada tabel
yang ada di pembahasan.

Anda mungkin juga menyukai