1 BILANGAN KUANTUM
Louis de Broglie seorang ahli Fisika dari Perancis pada tahun 1923 mengajukan
hipotesis tentang gelombang materi. Menurutnya, gerakan partikel yang bergerak
mendekati kecepatan cahaya, seperti halnya gerakan elektron mengelilingi inti atom,
mempunyai sifat gelombang. Hipotesis ini dibuktikan kebenarannya oleh Davidson dan
Germer dengan mengamati pola-pola difraksi elektron dengan energi tertentu yang
ditembakkan pada lempeng logam nikel.
Thompson menemukan bahwa elektron memberi sifat difraksi sama seperti sinar
X, sifat gelombang dari elektron ini kemudian digunakan pada mikroskop elektron.
Pada tahun 1926 Erwin Schrodinger seorang ahli Fisika dari Austria berhasil
merumuskan persamaan gelombang untuk menggambarkan bentuk dan tingkat energi
orbital. Model atom ini disebut model atom mekanika kuantum dan merupakan model
atom yang digunakan sampai saat ini.
Model atom mekanika kuantum mempunyai persamaan dengan model atom Bohr
dalam hal tingkat energi. Sedangkan perbedaan kedua model atom tersebut terletak pada
bentuk lintasan elektron, di mana pada model atom Bohr elektron-elektron menempati
lintasan-lintasan berbentuk lingkaran dengan jari-jari tertentu, sedangkan pada model
atom mekanika kuantum, lintasan-lintasan elektronnya berbentuk elips bukan berbentuk
lingkaran yang lebih dikenal dengan orbital. Untuk menyatakan lintasan/orbit elektron
berbentuk elips diperlukan 4 macam bilangan kuantum yaitu : Bilangan kuantum utama
( ); Bilangan kuantum orbital ( ); Bilangan kuantum magnetik ( ); Bilangan kuantum
spin ( ) (Suharyanto, dkk, 2009: 253).
Tetapi persamaan Schrodinger baru mampu menyelesaikan tiga bilangan
kuantum, yaitu Bilangan kuantum utama ( ); Bilangan kuantum orbital ( ); Bilangan
kuantum magnetik ( sedangkan momentum magnetik spin diselesaikan dengan
Matriks Pauli
Bilangan kuantum diperoleh dari persamaan Schrodinger tak bergantung waktu
dalam sistem koordinat bola yaitu:
* ( ) ( ) + (1.1.1)
Dewi Yustikasari 1
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
( ) ( ) ( ) (1.1.3)
* ( ) + ( ) (1.1.4)
[ ( ) ( ) ] (1.1.5)
Persamaan diatas hanya dapat dipenuhi jika nilai masing-masing suku adalah
suatu kosntanta, diambil sehingga menjadi
( ) ( ) (1.1.6)
dan
(1.1.7)
Karena dapat bernilai negatif maupun positif maka solusinya hanya diambil
bagian pangkat positifnya. Selain itu konstanta kita biarkan diserap oleh fungsi ( ).
Dengan demikian, persamaan (1.8) menjadi:
( ) (1.1.9)
maka dapat dipenuhi dengan
(1.1.10)
disebut dengan Bilangan Kuantum Magnetik.
Dewi Yustikasari 2
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
Kemudian untuk mencari solusi persamaan (1.1.6), kita nyatakan dalam bentuk
lain, yaitu:
( ) [( ) ] (1.1.11)
(1.1.14)
( ) ( ) ( )
Dari persamaan (1.1.14) tampak bahwa haruslah bilangan bulat positif. Dengan
demikian, didapatkan:
(1.1.15)
(1.1.16)
dengan disebut Bilangan Kuantum Orbital.
Selanjutnya kita memecahkan persamaan Radial, yaitu persamaan (1.1.3):
(1.1.17)
( ) ( ) ( )
Dewi Yustikasari 3
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
Hal ini karena potensial Atom Hidrogen hanya bergantung pada jarak. Maka,
energi potensial ( ) Atom hidrogen diberikan oleh:
( ) (1.1.19)
Untuk atom seperti hidrogen atau ion dari atom lain yang memiliki sebuah
elektron misalnya, dan , maka energi total elektronnya adalah :
(1.2.2)
dengan Z adalah nomor atom dari unsur tersebut (Suharyanto, dkk, 2009: 254).
Dewi Yustikasari 4
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
Dengan
Dewi Yustikasari 5
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
Dewi Yustikasari 6
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
komponen atau lebih. Argumen klasik yang muncul adalah sebagai berikut: Jika arah z
dipilih untuk menjadi arah dari nonhomegenitas yang maksimum dari B, maka gaya
magnetik neto pada atom-atomnya terletak disepanjang sumbu z dan sebanding dengan
komponen dari momen magnetik dari atom dalam arah z. Secara klasik, dapat
memiliki arah manapun sehingga sinar yang terpantulkan akan tersebar keluar secara
kontinu. Berdasarkan mekanika kuantum, sinar yang terpantulkan memiliki jumlah yang
tertentu dan bulat ari komponen-komponen diskret dan jumlah komponennya
menetukan banaknya nilai yang memungkinkan dari . Oleh karena eksperimen Stern-
Gerlach menunjukkan berkas sinar yang terbelah, maka kuantisasi ruang akhirnya dapat
dibuktikan, setidaknya secara kualitatif.
Untuk sementara, mari kita asumsikan bahwa momen magnetik dari atom
diakibatkan oleh momentum sudut orbital. Oleh karena sebanding dengan ,
banyaknya nilai yang memungkinkan dari adalah . Kemudian, karena adalah
bilangan bulat, banyaknya nilai dari selalu ganjil. Prediksi ini tidak konsisten dengan
pengamatan Stern dan Gerlach tentang adanya dua komponen (sebuah bilangan genap)
dalam berkas atom-atom perak yang dipantulkan. Oleh karena itu, kita harus
menyimpulkan bahwa mekanika kuantum mungkin tidak tepat atau mungkin masih
diperlukan model yang lebih baik lagi.
Pada tahun 1927, Phips dan Taylor mengulang kembali eksperimen Stern-Gerlach
menggunakan sinar dari atom hidrogen. Eksperimen tersebut adalah eksperimen yang
melibatkan sebuah atom yang mengandung elektron tunggal dalam keadaan dasar, yang
untuknya teori kuantum membuat prediksi yang dapat diandalkan. Mengingat bahwa
untuk hidrogen dalam keadaan dasar, maka . Selanjutnya, kita tidak
memperkirakan bahwa sinarnya akan terpantulkan oleh medannya, karena momen
magnetik dari atom adalah nol. Akan tetapi, berkas sinar dalam eksperimen Phipps-
Taylor lagi-lagi terbelah mejadi dua komponen. Berdasarkan hasil eksperimen ini, kita
sampai pada sebuah prediksi bahwa: sesuatu selain dari gerak orbital elektron telah
berkontribusi terhadap momen magnetik atom.
Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya, Goudsmit dan Uhlenback telah
mengajukan bahwa elektron memiliki momentum sudut intrinsik, yakni spin, selain dari
momentum sudut orbitalnya. Dengan kata lain, momentum sudut total dari elektron
dalam keadaan elektron tertentu mengandung baik konstribusi otbital maupun
Dewi Yustikasari 7
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
arah spin keatas dan yang menyatakan arah spin kebawah (Supiyanto, 2007 :
260).
Dewi Yustikasari 8
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
Pauli mengemukakan hipotesisnya yang menyatakan bahwa dalam satu atom tidak
mungkin dua elektron mempunyai keempat bilangan kuantum sama. Misal, 2 elektron
akan menempati subkulit 1s. Tiga bilangan kuantum pertama akan mempunyai nilai
yang sama (n = 1, l = 0, m = 0). Untuk itu bilangan kuantum yang terakhir, yaitu
Mengapa pada satu orbital hanya dapat ditempati maksimal oleh dua elektron?.
Karena jika ada elektron ketiga, maka elektron tersebut pasti akan mempunyai spin
yang sama dengan salah satu elektron yang terdahulu dan itu akan melanggar asas
larangan Pauli dengan demikian tidak dibenarkan. Jumlah elektron maksimal untuk tiap
subkulit sama dengan dua kali dari jumlah orbitalnya.
a. orbital s maksimal 2 elektron,
b. orbital p maksimal 6 elektron,
c. orbital d maksimal 10 elektron, dan
d. orbital f maksimal 14 elektron.
Dewi Yustikasari 9
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
2 SPIN
Dalam mekanika klasik, telah disepakati bahwa setiap benda tegar memiliki 2
jenis momentum sudut, yaitu momentum sudut orbital ( ), yang terkait dengan
gerak pusat massa dan momentum sudut spin , yang terkait dengan gerakan
terhadap pusat massa. Dianalogikan bahwa elektron sebagai bumi, selain mengorbit
matahari (inti atom), bumi (elektron) juga mengalami rotasi disekitar pusat massa yang
disebut spin (Griffiths, 2005 : 171-172).
Spin adalah salah satu dari dua jenis momentum sudut pada mekanika kuantum
atau dengan kata lain momentum sudut spin, yaitu momentum sudut yang dimiliki oleh
pusat massa. Spin dapat bernilai sebagai bilangan ganjil seperti, yang dikenal
sebagai partikel fermion dan spin juga dapat bernilai sebagai bilangan genap seperti 0,
1, 2 yang dikenal dengan partikel boson.
Pada teori Algebra dari spin bermula dari teori momentum sudut orbital, dengan
hubungan komunitatif yaitu :
[ ] , [ ] , [ ] (2.1.1)
dan
| 〉 √ ( ) ( )| 〉 (2.2.3)
dimana . Maka, nilai dari momentum sudut spin dan momentum sudut
magnetik spin adalah sebagai berikut :
(2.2.4)
Hal ini terjadi pada setiap partikel yang mempunyai spesifikasi dan nilai tetap dari s,
kita dapat menyebut setiap jenis dari spin yaitu : pi meson mempunyai spin 0; elektron
mempunyai spin ; photon mempunyai spin 1; delta mempunyai spin ; gravitasi
Dewi Yustikasari 10
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
2.2.1.1 Spin
dan quark.
Sejauh ini, kasus yang paling penting Gambar 2.2.1. Partikel Spin 1/2
Sumber : Beisher, A. (2000:.231)
adalah spin jika kita sudah paham untuk
menyelesaikan permasalahan spin , maka dengan mudah kita dapat menyelesaikan nilai
dari spin yang lebih tinggi. Spin , mempunyai nilai = dan , dengan dua keadaan
( ); ( ). (2.2.5)
Sebelum kita mendapatkan nilai dari , terlebih dahulu kita mencari nilai
dari dengan persamaan (2.2.3). Didalam mencari wakilan matriks pada spin
½ dijelaskan sebagai berikut:
√ ( ) ( ) √ ( ) ( )
Dewi Yustikasari 11
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
√ ( ) ( )( ) √ ( ) ( )( )
√ ( ) ( ) √ ( ) ( )
√ ( ) ( )( ) √ ( ) ( )( )
( ) dan ( ).
( ) *( ) ( )+ ( )
( ) *( ) ( )+ ( )
Selanjutnya mencari nilai dari . Ada dua keadaan pada , yaitu dan
( )( ) ( ) ( )( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( )
Dewi Yustikasari 12
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
( ) ( )
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
dan untuk mencari nilai dari , maka persamaan yang digunakan adalah :
| 〉 √ ( ) ( ) |( )〉
| 〉 √ ( ) ( )| 〉
| 〉 √ ( ) ( )( )| 〉 | 〉
| 〉 √ ( ) ( )( )| 〉 | 〉
| 〉 √ ( ) ( )( )| 〉
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
( ) ( )
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
( ) ( )
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
Dewi Yustikasari 13
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
( ) ( ) ( ) ( )
2.2.1.2 Spin
( ) ( )
, ,
Untuk keadaan :
( )( ) ( )
Dewi Yustikasari 14
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
( ) , maka
( )
Untuk keadaan :
( )( ) ( )
( ) ( ), maka
Untuk keadaan :
( )( ) ( )
( ) , maka
( )
Untuk keadaan :
( )( ) ( )
( ) , maka
( )
( ) ( ) ( )
Dewi Yustikasari 15
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
( ) dan ( )
√ ( ) ( )
√ ( ) ( ) √
√ ( ) ( )( )
√ ( ) ( )( ) √
√ ( ) ( ) √
√ ( ) ( )
√ ( ) ( )( ) √
√ ( ) ( )( )
√
√
( ) dan ( )
√
√
√ √
√ √
√ √
( √ ) ( √ )
| 〉 | 〉 | 〉 | 〉 | 〉 | 〉 | 〉 | 〉
Dewi Yustikasari 16
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
jika masukkan kedalam bentuk matriks dengan aturan vektor bra dan ket, didapatkan :
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
(⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩)
( )
| 〉 √ ( ) ( )| 〉
| 〉 √ ( ) ( )| 〉 √ | 〉
| 〉 √ ( ) ( )( ) | 〉 | 〉
| 〉 √ ( ) ( )( )| 〉 √ | 〉
| 〉 √ ( ) ( )( )| 〉 √ | 〉
| 〉 √ ( ) ( )( )| 〉 | 〉
| 〉 √ ( ) ( )( )| 〉 √ | 〉
| 〉 √ ( ) ( )( )| 〉
Dewi Yustikasari 17
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
(⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩)
√
( )
√
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
(⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩)
√
( )
√
sesuai dengan persamaan (2.2.5), didapatkan matriks dari dan sebagai berikut :
√ √
√ √
√ √ √
( √ ) ( √ )
√ √
√ √ ( )
√ √
( √ ) ( √ )
Dewi Yustikasari 18
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
2.2.2.1 Spin 1
Spin ini merupakan salah satu bentuk spin dengan
bilangan genap dan termasuk kedalam partikel Boson dan
mempunyai tiga keadaan eigen dengan 3 keadaan momen
magnetik spin, yaitu: dan , sehingga bentuk
matriks pada spin 1 adalah 3 3, contoh partikel yang
mempunyai spin 1 adalah photon, gluon. Spin 1 mempunyai
nilai , dengan 3 keadaan eigen, yaitu :
Untuk keadaan :
( )( ) ( )
( ) ( ), maka nilai
Untuk keadaan :
( )( ) ( )
( ) ( ), maka nilai
Untuk keadaan :
( )( ) ( )
Dewi Yustikasari 19
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
( ) ( ), maka nilai
( ) ( ) ( )
√ ( ) ( ) √
√ ( ) ( )( ) √
√ ( ) ( ) √
√ ( ) ( ) √
√ ( ) ( )( )
√
Maka, didapatkan : ( √ ) dan (√ )
√
√
( ) (√ √ )
√
√
( ) ( √ √ )
√
( ) dan ( )
√ √
Dewi Yustikasari 20
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
( ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩) ( )
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
Karena | 〉 | 〉
Untuk | 〉 | 〉 | 〉 | 〉 | 〉 | 〉
| 〉 √ ( ) ( ) |( )〉
| 〉 √ ( ) ( )|( )〉
| 〉 √ ( ) ( )( )|( )〉 √ | 〉
| 〉 √ ( ) ( )( )|( )〉 √ | 〉
| 〉 √ ( ) ( )( )|( )〉 √ | 〉
| 〉 √ ( ) ( )( )|( )〉 √ | 〉
| 〉 √ ( ) ( )( )|( )〉
( ) ( ) dan ( ) ( )
√ √
dengan
⟨ | | ⟩ ⟨ |
| ⟩ ⟨ | | ⟩ √
(⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩) ( √ )
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ |
| ⟩ ⟨ | | ⟩
(⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩) ( √ )
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ √
dengan demikian, wakilan matriks pada spin 1 adalah:
( ), ( ), dan ( )
√ √
Dewi Yustikasari 21
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
2.2.2.2 Spin 2
Spin 2 termasuk kedalam spin dengan bilangan genap dan juga termasuk
kedalam partikel boson. Bentuk matriks dari spin 2 adalah 5 × 5, karena mempunyai 5
keadaan eigen dan momen magnetik spin dari spin 2, yaitu : -2, -1, 0, +1, dan +2.
Contoh dari spin 2 adalah graviton.
Spin 2 mempunyai nilai m = -2,-1,0, 1,2, dengan 5 keadaan eigen, yaitu :
( ) ( ) ( ) ( ) ( )
Untuk keadaan
( )( ) ( )
maka
( ) ( )
Untuk keadaan
( )( ) ( )
maka
( ) ( )
Dewi Yustikasari 22
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
Untuk keadaan
( )( ) ( )
maka nilai
( ) ( )
Untuk keadaan
( )( ) ( )
maka
( ) ( )
Untuk keadaan
( )( ) ( )
maka nila
( ) ( )
( ) ( )
Dewi Yustikasari 23
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
√ ( ) ( )
√ ( ) ( )
√ ( ) ( ) √
√ ( ) ( )( ) √
√ ( ) ( )( )
√ ( ) ( )
√ ( ) ( ) √
√ ( ) ( ) √
√ ( ) ( )( )
√ ( ) ( )( )
Maka, didapatkan :
√
√ √
√
( ) ( )
√
( ) √ √
√
[( ) ( )]
√
√ √
√
( )
√
( ) √ √
√
[( ) ( )]
Dewi Yustikasari 24
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
√
√ √
√
( )
Untuk | 〉 | 〉 | 〉 | 〉 | 〉 | 〉 | 〉 | 〉
| 〉 | 〉
( )
| 〉 √ ( ) ( ) |( )〉
| 〉 √ ( ) ( )|( )〉
| 〉 √ ( ) ( )|( )〉 | 〉
| 〉 √ ( ) ( )|( )〉 √ | 〉
| 〉 √ ( ) ( )( ) |( )〉 √ | 〉
| 〉 √ ( ) ( )( )|( )〉 | 〉
| 〉 √ ( ) ( )( )|( )〉 | 〉
| 〉 √ ( ) ( )( )|( )〉 √ | 〉
Dewi Yustikasari 25
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
| 〉 √ ( ) ( )|( )〉 √ | 〉
| 〉 √ ( ) ( )( )|( )〉 | 〉
| 〉 √ ( ) ( )( )|( )〉
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ |
| ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ |
| ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
(⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩)
√
√
( )
⟨ | | ⟩ ⟨ | |
| ⟩ ⟨ ⟩ ⟨ | | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | |
| ⟩ ⟨ ⟩ ⟨ | | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
(⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩)
√
√
( )
√ √
√ √ √ √
√ √
( ) ( )
dan
( )
Dewi Yustikasari 26
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
Komputer kuantum menggunakan partikel yang bisa berada dalam dua keadaan
sekaligus, misalnya atom-atom yang pada saat yang sama berada dalam keadaan
tereksitasi dan tidak tereksitasi, atau foton (partikel cahaya) yang berada di dua tempat
berbeda pada saat bersamaan. Atom memiliki konfigurasi spin. Spin atom bisa ke atas
(up), bisa pula ke bawah (down). Misalnya saat spin atom mengarah ke atas (up) kita
Dewi Yustikasari 27
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
beri lambang 1, sedangkan spin down adalah 0 (seperti dalam sistem binary di komputer
digital).
Atom-atom berada dalam keadaan superposisi (memiliki spin up dan down secara
bersamaan) sampai kita melakukan pengukuran. Tindakan pengukuran memaksa atom
untuk „memilih‟ salah satu dari kedua kemungkinan itu. Ini berarti sesudah kita
melakukan pengukuran, atom tidak lagi berada dalam keadaan superposisi. Atom yang
sudah mengalami pengukuran memiliki spin yang tetap: up atau down. Saat konsep ini
diterapkan dalam komputer kuantum, keadaan superposisi terjadi pada saat proses
perhitungan sedang berlangsung.
Sistem perhitungan pada komputer kuantum ini berbeda dengan komputer digital.
Komputer digital melakukan perhitungan secara linier, sedangkan komputer kuantum
melakukan semua perhitungan secara bersamaan (karena ada multiple states semua
perhitungan dapat berlangsung secara simultan di semua state). Ini berarti ada banyak
kemungkinan hasil perhitungan. Untuk mengetahui jawabannya (hasil perhitungannya)
kita harus melakukan pengukuran qubit. Tindakan pengukuran qubit ini menghentikan
proses perhitungan dan memaksa sistem untuk „memilih‟ salah satu dari semua
kemungkinan jawaban yang ada. Saat ini perkembangan teknologi sudah menghasilkan
komputer kuantum sampai 7 qubit, tetapi menurut penelitian dan analisa yang ada,
dalam beberapa tahun mendatang teknologi komputer kuantum bisa mencapai 100
qubit. (Surya, Yohannes).
3.1.2 Laser
Laser merupakan singkatan dari Light Amplification by Stimulated Emission of
Radiation yaitu terjadinya proses penguatan cahaya oleh emisi radiasi yang terstimulasi.
Laser banyak digunakan didunia komunikasi, perbankan, kesehatan, industri
manufaktur, instrumentasi iptek, sistem pengamanan bank, dan gedung, sampai sistem
militer.
Laser merupakan sumber cahaya koheren yang monokromatik dan sangat lurus.
Cara kerjanya mencakup optika dan elektronika. Sebenarnya laser merupakan
perkembangan dari maser (Microwave Amplification by Stimulated Emission of
Radiation) yang menggunakan gelombang mikro. Cara kerja laser dan maser
sebenarnya sama, hanya saja yang membedakannya adalah panjang gelombang. Laser
bekerja pada spektrum inframerah sampai dengan ultra ungu, sedangkan maser
Dewi Yustikasari 28
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
Dewi Yustikasari 29
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
Dewi Yustikasari 30
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
didalam kisi kristal tanpa gesekan. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya fenomena
superkonduktivitas dengan elektron yang dapat bergerak tanpa ada hambatan.
Prinsip kerja dari bahan superkonduktor inillah yang sekarang digunakan pada
kereta super cepat yang sudah ada di Paris dan Tokyo (kereta Maglev). Kemampuan
menghantarkan listrik tanpa hambatan dan momen magnet yang besar membuat rel
superkonduktor memiliki medan magnet yang sangat besar dan mampu mengangkat
kereta sehingga seakan kereta mengambang. Dengan tidak adanya gesekan dengan rel,
kereta mampu melaju dengan kecepatan sangat tinggi
3.1.4 Superfluida
Bagaimana jadinya apabila sebuah cairan tidak memiliki viskositas (kekentalan)
sama sekali dan konduktivitas panas yang luar biasa besar? Atau sebuah kabel listrik
yang tidak memiliki hambatan sama sekali dan memiliki momen magnet yang luar biasa
besar? Tentu ini sebuah sifat tak lazim dari suatu zat, tapi telah ditemukan sifatnya.
Mengapa ini bisa terjadi?
Dewi Yustikasari 31
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
Superfluida adalah sebuah fase benda yang dicirikan dengan ketiadaan viskositas.
Dengan begitu superfluida, ditaruh dalam lingkaran tertutup, dapat mengalir tanpa akhir
tanpa gesekan. Fenomena ini biasa disebut arus tetap (persistent current). Landau
menemukan superfluida pada Helium pada suhu di bawah 2,18 K. Helium juga dikenal
dengan nama cairan kuantum.
Dalam fisika statistik kuantum, terdapat 3 teori statistik mengenai distribusi
partikel. Kita tidak mungkin menghitung sifat makro dari suatu zat dengan mengukur
satu per satu sifat dari setiap atomnya. Oleh karena itu digunakan statistik untuk
menghitung rata - rata dari sifat tadi dan merangkumnya dalam suatu teori. 3 distribusi
tadi dikenal dengan nama distribusi Maxwell-Boltzmann (MB), Bose-Einstein (BE) dan
Fermi-Dirac (FD).
Berdasarkan sifat dari distribusi tadi, distribusi FD ternyata lebih sering dipakai
karena sifatnya yang mematuhi aturan mekanika kuantum, yakni asas larangan Pauli,
yang bekerja pada elektron dalam atom, serta proton dan neutron dalam inti atom.
Partikel yang taat pada distribusi FD disebut fermion. Sementara distribusi BE bekerja
pada beberapa partikel yang tidak mematuhi asas Pauli, dan partikelnya disebut boson.
Apabila kita tinjau suatu superfluida, terdapat suhu kritis, dimana dibawah suhu
kritis tersebut sifat superfluida muncul. Pada suhu di bawah suhu kritis (untuk
superfluida dinamakan titik lambda), ternyata elektron dalam atom tersebut, yang
lazimnya adalah fermion, berubah menjadi boson. Efek perubahan ini dinamakan
"pengembunan" Bose. Ketika berubah menjadi boson, maka asas Pauli tidak lagi
berlaku, dan elektron bebas menempati keadaan kuantum yang sama. Elektron pada
helium yang seharusnya memiliki spin total 0 dapat menjadi 1. Hal inilah yang
menyebabkan superfluida kehilangan viskositasnya dan konduktivitas panasnya naik
luar biasa besar.
Superfluida sendiri diaplikasikan pada beberapa penelitian spektroskopi sebagai
pelarut kuantum, yang efektif untuk mengukur sifat dari gas, karena gas dalam pelarut
kuantum ini memiliki derajat kebebasan rotasi yang efektif. Selain itu, superfluida
digunakan untuk memerangkap cahaya dan mengurangi kecepatannya secara drastis.
Dewi Yustikasari 32
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
3.2.1 Gravitino
Gravitino merupakan partikel dasar dari statistik fermion yang mempunyai spin
3/2 serta masih dinyatakan sebagai hipotesis dengan simbol G. Gravitino juga
merupakan partikel fermion dengan spin 3/2 yang mematuhi persamaan Rarita-
Schwinger. Medan gravitino secara umum dapat ditulis sebagai dengan = 0, 1, 2,
3 sebagai indeks empat vektor dan = 1,2 sebagai indeks spinor.
Untuk = 0, maka mode dari indeks ini akan bernilai negatif, seperti pada partikel
yang tidak bermassa dari spin 1 atau spin yang lebih tinggi. Nilai dari mode ini tidak
dihasilkan secara fisikal dan untuk sebuah simetri gauge yang dapat membatalkan nilai
dari mode tersebut dengan , dimana adalah fungsi spinor ruang dan
waktu. Simetri gauge ini adalah transformasi dari supersimetri lokal dan menghasilkan
sebuah teori yaitu supergravitasi.
Gravitino adalah fermion yang berinteraksi dengan supergravitasi sama seperti
foton yang berinteraksi dengan elektromagnetisme, dan graviton yang diduga
berinteraksi dengan gravitasi.
Pada tahun 1967, tiga fisikawan, Peter Van Nieuwenhuizen, Sergio Ferrara, dan
Daniel Freedman, pada saat itu bekerja di State University of New York di Stony
Brook, mereka menemukan bahwa teori gravitasi asli Eistein bisa supersimetris jika
seseorang memperkenalkan satu medan, pasangan medan gravitasi (disebut dengan
gravitino yang berarti “graviton kecil” dengan spin 3/2). Teori baru ini disebut
supergravitasi yang didasarkan pada partikel dot. Tidak seperti Superstring,
Superpartikel mempunyai dua partikel saja, yaitu graviton dengan spin 2 dan gravitino
dengan spin 3/2.
Dewi Yustikasari 33
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
materi tersebut, tetapi kehadirannya dapat dibuktikan dari efek gravitasi materi-materi
yang tampak seperti bintang dan galaksi.
Benda – benda yang dapat dilihat tersusun dari atom. Dan atom itu sendiri
tersusun dari partikel yang lebih kecil lagi, seperti proton, neutron, dan elektron. Ketika
para ilmuan mulai memahami penyusun atom pada awal abad ke-20, mereka telah
memahami dasar dari semua partikel dialam semesta. Akan tetapi, pada tahun 1933,
Astronom Swiss, Fritz Zwicky mulai berpendapat bahwa alam semesta juga diisi
dengan sesuatu yang lain, bukan hanya atom – atom yang kita kenal saat ini. Zwicky
menghitung semua materi yang terlihat digugus galaksi. Dia menemukan bahwa jumlah
materi yang terlihat cukup banyak untuk menghasilkan gaya gravitasi yang mampu
membuat galaksi – galaksi tersebut tetap berkumpul menjadi sebuah gugus galaksi.
Galaksi yang diamati oleh Zwicky juga berotasi dengan cepat, tetapi tidak membuat
galaksi tersebut terpecah-pecah menjadi beberapa bagian dan akhirnya Zwicky
menyadari bahwa ada sesuatu materi yang dapat menghasilkan gravitasi yang besar
sehingga galaksi tersebut masih tetap utuh. Kemudian dia menyebut materi tersebut
sebagai materi gelap yang tidak terlihat.
Pada massanya, penelitian yang dilakukan oleh Zwicky dilupakan banyak orang
karena gaya gravitasi yang dia hitung tidak sesuai dengan hasil pengamatan hingga
akhirnya pada tahun 1970-an, seorang Astronom, Vera Rubin menemukan suatu galaksi
yang sederhana. Semakin jauh jarak suatu planet dari Matahari, maka gravitasi yang
dirasakan oleh planet tersebut semakin melemah sehingga planet tersebut akan berputar
mengelilingi matahari (berevolusi) dengan kecepatan yang lebih lambat. Seharusnya
hukum yang sama berlaku untuk bintang-bintang yang mengorbit pusat galaksi. Bintang
yang terletak lebih jauh dari pusat galaksi seharusnya bergerak lebih lambat karena
pengruh gravitasi yang lemah. Sebaliknya, bintang yang berada diluar galaksi bergerak
dengan kecepatan yang tidak jauh berbeda dengan bintang yang berada dibagian dalam
galaksi, karena menurutnya ada sesuatu yang membuat bintang tersebut tetap mengorbit
dengan cepat dan tidak terlontar keluar galaksi, sehingga Rubin menyadari bahwa teori
yang dikemukakan oleh Zwicky benar.
Saat ini para astronom percaya bahwa dark matter merupakan materi yang
fundamental dalam membentuk alam semesta seperti sekarang ini. Pada 14 miliar tahun
yang lalu, ketika Big Bang terjadi, alam semesta tercipta dan mengembang sangat cepat
Dewi Yustikasari 34
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
bersama dengan gugus-gugus galaksi yang mulai terbentuk. Namun, alam semesta tidak
mengembang terlalu cepat sehingga galaksi-galaksi tersebut tidak terlontar ke sudut-
sudut alam semesta. Hal ini karena dark matter menjaga agar galaksi-galaksi tersebut
tetap utuh. Meskipun tidak terlihat, dark matter berperan penting dalam pembentukan
gugus-gugus galaksi yang saat ini bisa kita lihat.
Dark matter dapat diasumsikan seperti angin, kita tidak bisa melihatnya secara
langsung, tetapi kita yakin bahwa materi gelap (dark matter) itu ada. Dark
matter mengisi sekitar 24% alam semesta kita. Para astronom meyakini bahwa 28,6%
alam semesta kita diisi oleh materi. Seperti yang telah disebutkan, 24%-nya adalah dark
matter sedangkan 4,6%-nya adalah materi normal (atom-atom yang kita kenal). Sekitar
71,4% alam semesta kita diisi oleh sesuatu yang disebut sebagai energi gelap (dark
energy).
Pada tahun 1980-an, bukti pertama keberadaan dark matter yang cukup
meyakinkan ditemukan. Sebagai contoh, tahun 1981 tim yang dipimpin oleh Marc
Davis dari Harvard University melakukan pengamatan survei galaksi. Mereka
menyadari bahwa galaksi-galaksi tidak terletak pada pola yang seragam di alam
semesta. Galaksi-galaksi cenderung saling berkumpul dan membentuk gugus-gugus
galaksi yang besar. Pola pengumpulan ini disebut dengan jejaring kosmik (cosmic web).
Jejaring ini saling terikat dengan dark matter. Dengan kata lain, dark matter adalah
kerangka tempat materi normal melekat.
Penemuan jejaring kosmik memicu para astronom untuk mencari tahu mengapa
gugus-gugus galaksi membetuk pola seperti itu. Lebih jauh lagi, mereka pun meneliti
partikel apa sebenarnya dark matter itu. Pada tahun 1980, tim dari Rusia yang dipimpin
Dewi Yustikasari 35
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
oleh V.A. Lyubimov mengusulkan bahwa dark matter sebenarnya adalah partikel yang
bernama neutrino. Neutrino memiliki julukan sebagai “partikel hantu” karena hampir
tidak berinteraksi dengan partikel lainnya. Lyubimov berpendapat bahwa jika seluruh
massa neutrino dijumlahkan, maka massanya akan sama dengan seluruh massa dark
matter di alam semesta. Sayangnya terdapat satu masalah, yaitu neutrino merupakan hot
dark matter yang berarti partikel tersebut ringan dan bergerak sangat cepat. Astronom
yang bernama Carlos Frenk kemudian mencoba membuat simulasi pembentukan alam
semesta yang berisi dark matter. Hal yang mengejutkan adalah jika alam semesta diisi
oleh hot dark matter, maka bentuk jejaring kosmik yang terlihat tidak sama dengan
yang kita amati saat ini. Alam semesta yang terbentuk sama sekali berbeda dengan yang
seharusnya. Maka dari itu, muncul teori bahwa dark matter seharusnya dingin dan
bergerak lambat.
3.2.3 Graviton
Graviton merupakan partikel dasar yang masih dinyatakan sebagai hipotesis
merupakan kelompok partikel Gauge Boson yang mempunyai spin 2 dan bermassa nol
dan muatan listrik nol. Istilah graviton awalnya diciptakan pada tahun 1934 oleh
Fisikawan Soviet Dmitrii Blokhintsev dan F. Gal‟perin.
Pandangan terhadap alam semesta ini dapat menjadi lebih baik jika diketahui
komponen – komponen dasar materi penyusun benda – benda dialam semesta serta
interaksi antar komponen dasar tersebut. Sejauh ini telah dapat diketahui adanya empat
bentuk interaksi fundamental yang bertanggung jawab terhadap berbagai macam
interaksi antar materi. Secara umum, konsep interaksi digunakan untuk menyatakan
hubungan timbal-balik antara objek – objek yang ditinjau. Konsep ini bermanfaat
terutama untuk analisa bentuk hubungan antar objek materi. Keempat interaksi
fundamental tersebut adalah : interaksi gravitasi, elektromagnetik, nuklir lemah, dan
nuklir kuat.
Interaksi gravitasi bersifat tarik – menarik antar partikel materi. Hukum Newton
tentang gravitasi universal menyatakan bahwa besar interaksi tarik – menarik antar dua
partikel materi sebanding dengan massa kedua partikel tersebut dan berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak antara partikel tersebut. Interaksi ini memiliki jangkauan yang
sangat jauh (tak hingga), karena bila terdapat partikel – partikel materi, maka akan
terjadi interaksi gravitasi. Interaksi gravitasi inilah yang menyebabkan partikel materi
Dewi Yustikasari 36
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
menjadi satu sehingga terbentuk planet-planet, bintang, serta partikel penyusun tata
surya serta galaksi. Konsep interaksi memerlukan adanya partikel interaktif untuk
menyatakan gagasan hubungan antar partikel materi. Dalam hal interaksi gravitasi,
interaksi antar partikel materi dilakukan oleh partikel interaktif graviton. Graviton
bersifat tak bermassa, sehingga jangkauan interaksinya meliputi jarak tak hingga dan
bergerak dengan kecepatan cahaya. Karena kekuatan interaksi gravitasi sangat lemah
(paling lemah dibandingkan dengan tiga interaksi lain), maka akan sulit untuk
mendeteksi keberadaan partikel graviton.
Dewi Yustikasari 37
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
GLOSARIUM
Dewi Yustikasari 38
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
Dewi Yustikasari 39
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
Nomor Atom : Menunjukkan jumlah proton yang dimiliki oleh suatu atom.
Dewi Yustikasari 40
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
Vektor Eigen : Vektor kolom bukan nol yang bila dikaitkan dengan suatu
matriks berukuran n × n akan menghasilkan vektor lain
yang memiliki nilai kelipatan dari vektor Eigen itu sendiri.
Dewi Yustikasari 41
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
DAFTAR PUSTAKA
Beisher, A. (2003). Conceps of modern physics, sixth edition. New York : McGraw –
Hill.
Peleg, Y., Phini, R., dan Zaarur, E. (1998). Schaum’s outline of theory and problem of
quantum mechanics. United States of America : The McGraw – Hill Companies.
Pikatan, Sugata. (1991). Laser. Seminar Intern FT. Ubaya, hal : 1 – 11.
Riandry, M. A. (2016). Handout fisika statistik berbasis STEM materi fungsi distribusi.
Palembang : FKIP Fisika Universitas Sriwijaya.
Saputra, M. B. (2017). Dark Matter Materi yang Tak Terlihat yang Mengisi Alam
Semesta. https://xploreastro.com/2017/03/27/dark-matter-materi-tak-terlihat-
yang-mengisi-alam-semesta/. Diakses pada 15 November 2017, pukul 17 : 20
WIB.
Serway, R. A., dan Jewett, J. W. (2010). Fisika untuk sains dan teknik. Diterjemahkan
oleh C. Sungkono. Jakarta: Salemba Teknika
Suharyanto., Karyono., dan Palupi, D. S. (2009). Fisika : untuk sma dan ma kelas XII.
Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Dewi Yustikasari 42
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
Dewi Yustikasari 43
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
LAMPIRAN
SPIN ½
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
( ) ( )
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
( ) ( )
Nilai yang tertera didalam matriks diperoleh dari: Nilai yang tertera didalam matriks diperoleh dari:
⟨ | | ⟩ [ ]* + ⟨ | | ⟩ [ ]* +
⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ]* +
⟨ | | ⟩ [ ]* + ⟨ | | ⟩ [ ]* +
⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ]* +
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
( ) ( )
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]
⟨ | | ⟩ [ ]* + ⟨ | | ⟩ [ ]* +
SPIN 1
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
(⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩) ( )
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]
⟨ | | ⟩ [ ][ ]
Dewi Yustikasari 44
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]
⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]
⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ √
(⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩) ( √ )
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ] [√ ] √
√
⟨ | | ⟩ [ ][ ] √ ⟨ | | ⟩ [ ][ ]
√
⟨ | | ⟩ [ ] [√ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]
⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ] [√ ]
√
⟨ | | ⟩ [ ][ ]
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
(⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩) ( √ )
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ √
⟨ | | ⟩ [ ] [√ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]
√
⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]
√
⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ] [√ ]
⟨ | | ⟩ [ ] [√ ] √ ⟨ | | ⟩ [ ][ ] √
√
Dewi Yustikasari 45
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
⟨ | | ⟩ [ ][ ]
SPIN 3/2
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
(⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩) ( )
⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]
⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]
⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]
⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]
⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]
⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]
⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]
⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]
Dewi Yustikasari 46
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ √
( )
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ √
(⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩)
⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]
√ √
⟨ | | ⟩ [ ][ ] √ ⟨ | | ⟩ [ ][ ]
⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]
⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ] √
√ √
⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]
√ √
⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]
⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]
⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]
√ √
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
√
( )
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
√
(⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩)
Dewi Yustikasari 47
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
⟨ | | ⟩ [ ] [√ ] ⟨ | | ⟩ [ ] [√ ]
⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]
⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]
√ √
⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]
⟨ | | ⟩ [ ] [√ ] √ ⟨ | | ⟩ [ ] [√ ]
⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]
⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ] √
√ √
⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]
SPIN 2
⟨ | | ⟩ ⟨ | || ⟩ ⟩ ⟨ | ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | || ⟩ ⟩ ⟨ | ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
(⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩)
( )
Dewi Yustikasari 48
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]
[ ] [ ]
⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]
[ ] [ ]
⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]
[ ] [ ]
⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]
[ ] [ ]
⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]
[ ] [ ]
⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]
[ ] [ ]
⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]
[ ] [ ]
⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]
[ ] [ ]
⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]
[ ] [ ]
⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]
[ ] [ ]
Dewi Yustikasari 49
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]
[ ] [ ]
⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]
[ ] [ ]
⟨ | | ⟩ [ ]
[ ]
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
(⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩)
√
√
( )
⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]
[ ] [ ]
⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]
[ ] [ ]
√ √
⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ] √
[ ] [ ]
⟨ | | ⟩ [ ] √ ⟨ | | ⟩ [ ] √
[ ] [ ]
⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]
[ ] [ ]
Dewi Yustikasari 50
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ] √
[ ] [ ]
⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]
[ ] [ ]
√
⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]
[ ] [ ]
⟨ | | ⟩ [ ] √ √ ⟨ | | ⟩ [ ]
[ ] [ ]
√
⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]
[ ] [ ]
⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ] √
[ ] [ ]
⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]
[ ] [ ]
√
⟨ | | ⟩ [ ]
[ ]
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
(⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩)
√
√
( )
Dewi Yustikasari 51
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]
[ ] [ ]
⟨ | | ⟩ [ ] √ ⟨ | | ⟩ [ ] √ √
[ ] [ ]
⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]
√ √
[ ] [ ]
⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]
[ ] [ ]
⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]
[ ] [ ]
⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]
[ ] [ ]
⟨ | | ⟩ [ ] √ ⟨ | | ⟩ [ ] √
[ ] [ ]
⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ] √
√ √
[ ] [ ]
⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]
[ ] [ ]
⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]
[ ] [ ]
Dewi Yustikasari 52
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin
⟨ | | ⟩ [ ]
[ ]
⟨ | | ⟩ [ ] √
[ ]
⟨ | | ⟩ [ ]
√
[ ]
⟨ | | ⟩ [ ]
[ ]
⟨ | | ⟩ [ ]
[ ]
Dewi Yustikasari 53