Anda di halaman 1dari 53

Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

1 BILANGAN KUANTUM

1.1 TEORI KUANTUM ATOM

Louis de Broglie seorang ahli Fisika dari Perancis pada tahun 1923 mengajukan
hipotesis tentang gelombang materi. Menurutnya, gerakan partikel yang bergerak
mendekati kecepatan cahaya, seperti halnya gerakan elektron mengelilingi inti atom,
mempunyai sifat gelombang. Hipotesis ini dibuktikan kebenarannya oleh Davidson dan
Germer dengan mengamati pola-pola difraksi elektron dengan energi tertentu yang
ditembakkan pada lempeng logam nikel.
Thompson menemukan bahwa elektron memberi sifat difraksi sama seperti sinar
X, sifat gelombang dari elektron ini kemudian digunakan pada mikroskop elektron.
Pada tahun 1926 Erwin Schrodinger seorang ahli Fisika dari Austria berhasil
merumuskan persamaan gelombang untuk menggambarkan bentuk dan tingkat energi
orbital. Model atom ini disebut model atom mekanika kuantum dan merupakan model
atom yang digunakan sampai saat ini.
Model atom mekanika kuantum mempunyai persamaan dengan model atom Bohr
dalam hal tingkat energi. Sedangkan perbedaan kedua model atom tersebut terletak pada
bentuk lintasan elektron, di mana pada model atom Bohr elektron-elektron menempati
lintasan-lintasan berbentuk lingkaran dengan jari-jari tertentu, sedangkan pada model
atom mekanika kuantum, lintasan-lintasan elektronnya berbentuk elips bukan berbentuk
lingkaran yang lebih dikenal dengan orbital. Untuk menyatakan lintasan/orbit elektron
berbentuk elips diperlukan 4 macam bilangan kuantum yaitu : Bilangan kuantum utama
( ); Bilangan kuantum orbital ( ); Bilangan kuantum magnetik ( ); Bilangan kuantum
spin ( ) (Suharyanto, dkk, 2009: 253).
Tetapi persamaan Schrodinger baru mampu menyelesaikan tiga bilangan
kuantum, yaitu Bilangan kuantum utama ( ); Bilangan kuantum orbital ( ); Bilangan
kuantum magnetik ( sedangkan momentum magnetik spin diselesaikan dengan
Matriks Pauli
Bilangan kuantum diperoleh dari persamaan Schrodinger tak bergantung waktu
dalam sistem koordinat bola yaitu:

* ( ) ( ) + (1.1.1)

Dewi Yustikasari 1
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

Untuk memecahkan persamaan diatas, maka digunakan separasi variabel dengan


memisahkan fungsi gelombang ( ) menjadi fungsi yang bergantung jarak, ( )
dan fungsi yang bergantung sudut, ( ). Sehingga didapatkan:
( ) ( ) ( ) (1.1.2)

Jika dijabarkan, maka bentuk separasi diatas menjadi:

( ) ( ) ( ) (1.1.3)

* ( ) + ( ) (1.1.4)

Persamaan (1.1.3) disebut dengan Persamaan Radial sedangkan persamaan


(1.1.4) disebut dengan Persamaan Angular.
Untuk mendapatkan bilangan kuantum pada sistem koordinat bola pada
persamaan Schrodinger, maka persamaan (1.1.3) dan (1.1.4) perlu diselesaikan telebih
dahulu. Persamaan angular dapat dipecah lagi menjadi dua suku, yaitu:

[ ( ) ( ) ] (1.1.5)

Persamaan diatas hanya dapat dipenuhi jika nilai masing-masing suku adalah
suatu kosntanta, diambil sehingga menjadi
( ) ( ) (1.1.6)
dan

(1.1.7)

Persamaan (1.1.7) adalah persamaan diferensial orde dua dengan akar-akar


berlainan. Solusinya diberikan oleh
( ) (1.1.8)

Karena dapat bernilai negatif maupun positif maka solusinya hanya diambil
bagian pangkat positifnya. Selain itu konstanta kita biarkan diserap oleh fungsi ( ).
Dengan demikian, persamaan (1.8) menjadi:
( ) (1.1.9)
maka dapat dipenuhi dengan
(1.1.10)
disebut dengan Bilangan Kuantum Magnetik.

Dewi Yustikasari 2
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

Kemudian untuk mencari solusi persamaan (1.1.6), kita nyatakan dalam bentuk
lain, yaitu:

( ) [( ) ] (1.1.11)

Persamaan (1.1.11) merupakan Persamaan Diferensial Legendre Terasosiasi, dan


solusinya diberikan oleh:
( ) ( ) (1.1.12)

dengan ( ) adalah Fungsi Diferensial Terasosiasi, yang didefinisikan oleh:


| |
(1.1.13)
( ) ( )| |⁄ ( ) ( )

dan ( ) merupakan polinomial Legendre ke , dan didefinisikan oleh Formula


Rodrigues, yaitu:

(1.1.14)
( ) ( ) ( )

Dari persamaan (1.1.14) tampak bahwa haruslah bilangan bulat positif. Dengan
demikian, didapatkan:
(1.1.15)
(1.1.16)
dengan disebut Bilangan Kuantum Orbital.
Selanjutnya kita memecahkan persamaan Radial, yaitu persamaan (1.1.3):
(1.1.17)
( ) ( ) ( )

Untuk menyelesaikan persamaan radial ini, maka kita perlu menyederhanakannya


sehingga didapatkan:
( ) (1.1.18)
* +

Persamaan (1.1.17) ini bentuknya mirip dengan persamaan Schrodinger tak


bergantung waktu, hanya saja ada penambahan suku pada potensialnya. Persamaan ini
tidak dapat diselesaikan lebih lanjut sebelum nilai diketahui.
Sekarang kita tinjau ssitem kuantum real yang menerapkan persamaan
Schrodinger tiga dimensi dalam koordinat bola, yaitu Atom Hidrogen ( ). Solusi dari
persamaan angular untuk atom hidrogen sama dengan solusi persamaan anguler yang
diperoleh sebelumnya.

Dewi Yustikasari 3
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

Hal ini karena potensial Atom Hidrogen hanya bergantung pada jarak. Maka,
energi potensial ( ) Atom hidrogen diberikan oleh:

( ) (1.1.19)

Sehingga persamaan radial pada atom hidrogen menjadi:


( ) (1. 1.20)
* +

Setelah persamaan diatas disederhanakan lagi, maka didapatkan besarnya


tingkatan energi yang dimiliki oleh elektron dalam Atom Hidrogen, sehingga persamaan
yang digunakan adalah:
(1. 1.21)
[ ( ) ]

disebut dengan Bilangan Kuantum Utama.

1.2 JENIS-JENIS BILANGAN KUANTUM

1.2.1 Bilangan Kuantum Utama


Bilangan Kuantum utama n menentukan tingkat energi dari jari-jari orbital
elektron atau kulit-kulit atom. Nilai bilangan kuantum utama n adalah 1, 2, 3, . . ., n.
Nilai n = 1 disebut kulit K, nilai n = 2 disebut kulit L, nilai n = 3 disebut kulit M, dan
seterusnya. Energi total elektron pada sebuah orbit adalah konstan dan bernilai negatif
yang berarti bahwa elektron dalam keadaan terikat sehingga diperlukan energi untuk
mengeluarkan elektron dari orbitnya.
Energi total elektron pada kulit ke-n untuk atom hidrogen adalah :
(1.2.1)

Untuk atom seperti hidrogen atau ion dari atom lain yang memiliki sebuah
elektron misalnya, dan , maka energi total elektronnya adalah :
(1.2.2)

dengan Z adalah nomor atom dari unsur tersebut (Suharyanto, dkk, 2009: 254).

Dewi Yustikasari 4
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

1.2.2 Bilangan Kuantum Orbital


Bilangan kuantum orbital menentukan besarnya momentum sudut elektron
dalam mengelilingi inti atom. Nilai bilangan kuantum orbital adalah 1, 2, 3, . . ., n – 1.
Keadaan momentum sudut orbital elektron dinyatakan dengan subkulit s untuk = 0, p
untuk = 1, d untuk = 2, f untuk = 3, dan seterusnya. Huruf – huruf seperti s, p, d,
dan f berasal dari huruf pertama sifat spektrum yang memencarkan elektron, yaitu s =
sharp (tajam), p = principal (utama), d = diffuse (kabur), dan f = fundamental (pokok).
Besar momentum sudut elektron memenuhi persamaan (Suharyanto, dkk, 2009: 254) :
√( ) (1.2.3)

Dengan

= bilangan kuantum orbital


L= momentum sudut elektron (J s)

1.2.3 Bilangan Kuantum Magnetik


Bilangan kuantum magnetik menentukan arah dari momentum sudut elektron.
Jadi, untuk menentukan besar dan arah momenum sudut elektron kita perlu mengetahui
nilai dan . Nilai bilangan kuantum magnetik adalah sampai dengan (
). Setiap nilai l memiliki nilai sebanyak ( ).
Elektron dalam suatu atom yang memiliki momentum sudut dapat berinteraksi dengan
medan magnetik luar. Jika dipilih arah medan magnetik luar sejajar dengan sumbu Z,
maka nilai L dalam arah Z memenuhi persamaan (Suharyanto, dkk, 2009: 255). :
(1.2.4)

1.2.4 Bilangan Kuantum Spin


Tiga bilangan kuantum yang telah kita bahas sejauh ini diperoleh
dengan cara menerapkan syarat-syarat batas untuk menjawab persamaan Schrödinger
dan kita dapat memberikan suatu interpretasi fisis terhadap bilangan kuantum.
Sekarang, mari kita pelajari spin elektron yang tidak diperoleh dari persamaan
Schrödinger.
Misalkan, kita dapatkan empat keadaan kuantum yang bersesuaian dengan tingkat
energi kedua pada atom Hidrogen, . Pada kenyataanya, terdapat delapan keadaan
bilangan kuantumnya. Empat keadaan tambahan tersebut dapat djelaskan dengan

Dewi Yustikasari 5
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

mendapatkan bilangan kuantum ke-4 untuk setiap keadaan–bilangan kuantum spin


.
Perlunya bilangan kuantum baru ini karena sebuah ciri yang tidak biasa yang
teramati dalam spektrum gas tertentu gas tertentu, contohnya uap natrium. Pangujian
lebih dekat atas salah satu garis yang kuat dalam spektrum emisi natrium akan
menyatakan bahwa garis tersebut pada faktanya adalah dua garis berdekatan yang
disebut dengan sebagai doublet. Panjang gelombang dari garis ini muncul dalam daerah
kuning dari spektrum elektromagnetik pada 589,0 nm dan 589,6 nm. Pada tahun 1925,
ketika doublet pertama kali ditemukan, fenomena tersebut tidak dapat dijelaskan oleh
teori atom yang ada. Untuk dapat menyelesaikan dilema ini, Samuel Goudsmit (1902 –
1978) dan George Uhlenbeck (1900 – 1988) mengusulkan bilangan kuantum spin,
mengikuti saran dari fisikawan Austria, Wolfgang Pauli (1900 – 1958).
Untuk menjelaskan bilangan kuantum baru ini, kita dapat (meskipun tidak tepat
secara teknis) membayangkan bahwa elektron berputar pada porosnya ketika elektron
sedang mengorbit mengelilingi inti. Hanya dua arah yang ada untuk spin elektron, yaitu
spin up (spin keatas) dan spin down (spin kebawah). Dengan adanya pengaruh medan
magnet, energi dari elektron akan sedikit berbeda untuk kedua arah spin tersebut dan
perbedaan energi ini menyebabkan terjadinya doublet dalam natrium.
Penjelasan klasik untuk spin elektron – yang dihasilkan dari sebuah elektron yang
berputar – tidaklah benar. Banyak teori sebelumnya yang menunjukkan bahwa elektron
adalah sebuah partikel titik, tanpa memiliki luas dalam ruang. Jadi, elektron tidak dapat
berputar. Meskipun adanya kesulitan konseptual tesebut, semua bukti eksperimen
mendukung gagasan tersebut bahwa sebuah elektron pada hakikatnya memang meiliki
suatu momentum sudut intrinsik, yang dapat dijelaskan bahwa bilangan kauntum ke-4
ini pada awalnya berasal dari sifat relativistik elektron.
Pada tahun 1921, Otto Stern (1888 – 1969) dan Walter Gerlach (1889 – 1979)
melakukan suatu eksperimen yang mendemonstrasikan kuantisasi ruang. Akan tetapi,
hasil eksperimen mereka tidaklah sesuai dengan pemahaman dari teori atom yang ada
pada waktu itu. Dalam eksperimen mereka, sebuah berkas atom-atom perak
ditembakkan melalui sebuah medan magnet nonhomogen dan terbelah menjadi dua
komponen yang diskret. Mereka mengulang kembali eksperimen meraka menggunakan
atom yang berbeda dan pada setiap percobaa, berkasnya akan terbelah menjadi dua

Dewi Yustikasari 6
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

komponen atau lebih. Argumen klasik yang muncul adalah sebagai berikut: Jika arah z
dipilih untuk menjadi arah dari nonhomegenitas yang maksimum dari B, maka gaya
magnetik neto pada atom-atomnya terletak disepanjang sumbu z dan sebanding dengan
komponen dari momen magnetik dari atom dalam arah z. Secara klasik, dapat
memiliki arah manapun sehingga sinar yang terpantulkan akan tersebar keluar secara
kontinu. Berdasarkan mekanika kuantum, sinar yang terpantulkan memiliki jumlah yang
tertentu dan bulat ari komponen-komponen diskret dan jumlah komponennya
menetukan banaknya nilai yang memungkinkan dari . Oleh karena eksperimen Stern-
Gerlach menunjukkan berkas sinar yang terbelah, maka kuantisasi ruang akhirnya dapat
dibuktikan, setidaknya secara kualitatif.
Untuk sementara, mari kita asumsikan bahwa momen magnetik dari atom
diakibatkan oleh momentum sudut orbital. Oleh karena sebanding dengan ,
banyaknya nilai yang memungkinkan dari adalah . Kemudian, karena adalah
bilangan bulat, banyaknya nilai dari selalu ganjil. Prediksi ini tidak konsisten dengan
pengamatan Stern dan Gerlach tentang adanya dua komponen (sebuah bilangan genap)
dalam berkas atom-atom perak yang dipantulkan. Oleh karena itu, kita harus
menyimpulkan bahwa mekanika kuantum mungkin tidak tepat atau mungkin masih
diperlukan model yang lebih baik lagi.
Pada tahun 1927, Phips dan Taylor mengulang kembali eksperimen Stern-Gerlach
menggunakan sinar dari atom hidrogen. Eksperimen tersebut adalah eksperimen yang
melibatkan sebuah atom yang mengandung elektron tunggal dalam keadaan dasar, yang
untuknya teori kuantum membuat prediksi yang dapat diandalkan. Mengingat bahwa
untuk hidrogen dalam keadaan dasar, maka . Selanjutnya, kita tidak
memperkirakan bahwa sinarnya akan terpantulkan oleh medannya, karena momen
magnetik dari atom adalah nol. Akan tetapi, berkas sinar dalam eksperimen Phipps-
Taylor lagi-lagi terbelah mejadi dua komponen. Berdasarkan hasil eksperimen ini, kita
sampai pada sebuah prediksi bahwa: sesuatu selain dari gerak orbital elektron telah
berkontribusi terhadap momen magnetik atom.
Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya, Goudsmit dan Uhlenback telah
mengajukan bahwa elektron memiliki momentum sudut intrinsik, yakni spin, selain dari
momentum sudut orbitalnya. Dengan kata lain, momentum sudut total dari elektron
dalam keadaan elektron tertentu mengandung baik konstribusi otbital maupun

Dewi Yustikasari 7
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

konstribusi spin . Hasil eksperimen Phipss-Taylor menegaskan hipotesis dari


Goudsmit dan Uhlenback.
Pada tahun 1929, Dirac menggunakan bentuk relativistik dari energi total sebuah
sistem untuk menyelesaikan persamaan gelombang relativistik untuk elektron dalam
sumur potensial. Analisisnya menegaskan sifat pokok dari spin elektron. (Spin, seperti
massa dan muatan, adalah sebuah sifat intrinsik dari sebuah partikel, yang tidak
dipengaruhi oleh sekelilingnya.) Selebihnya, analisis menunjukkan bahwa spin elektron
dapat dijelaskan oleh sebuah bilangan kuantum tunggal, , yang nilainya hanya boleh
Momentum sudut spin dari elektron tidak pernah berubah. Notasi ini

bertentangan dengan hukum-hukum klasik, yang mengatakan bahwa sebuah muatan


yang berotasi akan melambat dalam pengaruh dari medan magnet, karena adanya emf
Faraday yang menyertai medannya yang berubah-ubah.
Selain itu, jika elektron dipandang sebagai sebuah bola berputar yang berisi
muatan yang mematuhi hukum-hukum klasik, maka bagian-bagian dari benda tersebut
yang berada didekat permukaanya akan berotasi dengan kelajuan yang melebihi
kecepatan cahaya. Dengan demikian, gambaran klasik ini tidak boleh diterapkan terlalu
jauh; elektron yang berputar adalah sebuah entitas kuantum yang tidak dapat dijelaskan
oleh penjelasan klasik sederhana apapun. Oleh karena spin adalah sebuah bentuk dari
momentum sudut, maka ia harus mengikuti aturan kuantum yang sama dengan
momentum sudut orbital (Serway (diterjemahkan oleh Chriswan Sungkono), 2010: 398
-402).
Bilangan kuantum spin menentukan arah perputaran elektron terhadap sumbunya.
Hal ini dapat dianalisis dengan menggunakan spektroskopi berdaya pisah sangat tinggi
yang menunjukkan bahwa setiap garis spektrum terdiri dari sepasang garis yang sangat
berdekatan. Nilai bilangan kuantum spin ada dua, yaitu yang menyatakan

arah spin keatas dan yang menyatakan arah spin kebawah (Supiyanto, 2007 :

260).

Dewi Yustikasari 8
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

1.3 PRINSIP PAULI

Pauli mengemukakan hipotesisnya yang menyatakan bahwa dalam satu atom tidak
mungkin dua elektron mempunyai keempat bilangan kuantum sama. Misal, 2 elektron
akan menempati subkulit 1s. Tiga bilangan kuantum pertama akan mempunyai nilai
yang sama (n = 1, l = 0, m = 0). Untuk itu bilangan kuantum yang terakhir, yaitu

bilangan kuantum spin (s) harus mempunyai nilai berbeda ( ).

Mengapa pada satu orbital hanya dapat ditempati maksimal oleh dua elektron?.
Karena jika ada elektron ketiga, maka elektron tersebut pasti akan mempunyai spin
yang sama dengan salah satu elektron yang terdahulu dan itu akan melanggar asas
larangan Pauli dengan demikian tidak dibenarkan. Jumlah elektron maksimal untuk tiap
subkulit sama dengan dua kali dari jumlah orbitalnya.
a. orbital s maksimal 2 elektron,
b. orbital p maksimal 6 elektron,
c. orbital d maksimal 10 elektron, dan
d. orbital f maksimal 14 elektron.

Karena satu orbital hanya ditempati 2 elektron, maka 2 elektron tersebut


dibedakan berdasarkan arah putaran (spin) yang berbeda atau dapat dinyatakan bahwa
elektron itu mempunyai bilangan kuantum spin berbeda.
Pertanyaan tentang berapa banyak elektron yang dapat menempati sebuah orbital
atomik seperti pada orbital 1s adalah masalah yang sangat penting dalam hubungannya
dengan spektra atomik dan sifat-sifat atomiknya. Solusi dari masalah ini diberikan oleh
Pauli pada tahun 1924 dan aturan ini disebut sebagai prinsip Pauli atau prinsip eksklusi
Pauli. Prinsip Pauli yaitu tidak mungkin di dalam suatu atom terdapat 2 elektron dengan
keempat bilangan kuantum yang sama. Hal ini berarti, bila ada dua elektron yang
mempunyai bilangan kuantum utama, orbital dan magnetik yang sama, maka bilangan
kuantum spinnya harus berlawanan.

Dewi Yustikasari 9
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

2 SPIN

2.1 DEFINISI SPIN

Dalam mekanika klasik, telah disepakati bahwa setiap benda tegar memiliki 2
jenis momentum sudut, yaitu momentum sudut orbital ( ), yang terkait dengan
gerak pusat massa dan momentum sudut spin , yang terkait dengan gerakan
terhadap pusat massa. Dianalogikan bahwa elektron sebagai bumi, selain mengorbit
matahari (inti atom), bumi (elektron) juga mengalami rotasi disekitar pusat massa yang
disebut spin (Griffiths, 2005 : 171-172).
Spin adalah salah satu dari dua jenis momentum sudut pada mekanika kuantum
atau dengan kata lain momentum sudut spin, yaitu momentum sudut yang dimiliki oleh
pusat massa. Spin dapat bernilai sebagai bilangan ganjil seperti, yang dikenal

sebagai partikel fermion dan spin juga dapat bernilai sebagai bilangan genap seperti 0,
1, 2 yang dikenal dengan partikel boson.
Pada teori Algebra dari spin bermula dari teori momentum sudut orbital, dengan
hubungan komunitatif yaitu :
[ ] , [ ] , [ ] (2.1.1)

Maka, vektor eigen dari dan adalah :


| 〉 ( ) | 〉 | 〉 (2.1.2)

dan
| 〉 √ ( ) ( )| 〉 (2.2.3)

dimana . Maka, nilai dari momentum sudut spin dan momentum sudut
magnetik spin adalah sebagai berikut :

(2.2.4)

Hal ini terjadi pada setiap partikel yang mempunyai spesifikasi dan nilai tetap dari s,
kita dapat menyebut setiap jenis dari spin yaitu : pi meson mempunyai spin 0; elektron
mempunyai spin ; photon mempunyai spin 1; delta mempunyai spin ; gravitasi

mempunyai spin 2 dan seterusnya (Griffiths, 2005 : 171-172).

Dewi Yustikasari 10
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

2.2 JENIS SPIN

2.2.1 Spin Tengahan ( )

2.2.1.1 Spin

Spin ini merupakan salah satu bentuk spin dengan


bilangan ganjil dan termasuk kedalam partikel Fermion dan
mempunyai dua keadaan eigen dengan 2 keadaan momen
magnetik spin, yaitu: dan , sehingga bentuk dari

matriks pada spin adalah 2 2, contoh partikel yang

mempunyai spin adalah elektron, lepton, neutrino, muon,

dan quark.
Sejauh ini, kasus yang paling penting Gambar 2.2.1. Partikel Spin 1/2
Sumber : Beisher, A. (2000:.231)
adalah spin jika kita sudah paham untuk

menyelesaikan permasalahan spin , maka dengan mudah kita dapat menyelesaikan nilai

dari spin yang lebih tinggi. Spin , mempunyai nilai = dan , dengan dua keadaan

statis : yaitu spin up dan , yaitu spin down, dengan representasi

dari spin up dan spin down : ( ) dan ( ).

Untuk mencari nilai dari , persamaan yangn digunakan adalah:

( ); ( ). (2.2.5)

Sebelum kita mendapatkan nilai dari , terlebih dahulu kita mencari nilai
dari dengan persamaan (2.2.3). Didalam mencari wakilan matriks pada spin
½ dijelaskan sebagai berikut:

Wakilan Matriks untuk Spin

Spin up dan spin down dari adalah :

√ ( ) ( ) √ ( ) ( )

Dewi Yustikasari 11
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

√ ( ) ( )( ) √ ( ) ( )( )

√ ( ) ( ) √ ( ) ( )

√ ( ) ( )( ) √ ( ) ( )( )

Setelah mendapatkan nilai dari masing-masing dan , maka didapatkan matriks


dari dan :

( ) dan ( ).

Berdasarkan persamaan (2.2.5), maka nilai dan pada spin adalah :

( ) *( ) ( )+ ( )

( ) *( ) ( )+ ( )

Selanjutnya mencari nilai dari . Ada dua keadaan pada , yaitu dan

Untuk keadaan , maka: Untuk keadaan , maka:

( )( ) ( ) ( )( ) ( )

( ) ( ) ( ) ( )

maka nilai maka nilai

Jika disubstitusikan nilai dari a, b, c, dan d, didapatkan :

( ) ( ) ( )

Dewi Yustikasari 12
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

Wakilan Matriks untuk Spin ½ bagi vektor Bra dan Ket


Alternatif lain untuk mencari matriks pada spin ½ yaitu dengan menggunakan
vektor bra dan ket. Vektor bra adalah elemen – elemen dari ruang vektor dual space
menurut notasi Diract, sedangkan vektor ket adalah vektor didalam ruang Hilbert.
Caranya hampir sama dengan sebelumnya, maka untuk mencari nilai pada , caranya
sebagai berikut:
Karena | 〉 | 〉, maka untuk | 〉 | 〉 dan | 〉 | 〉.

Maka, bentuk matriks pada adalah :

⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
( ) ( )
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩

dan untuk mencari nilai dari , maka persamaan yang digunakan adalah :

| 〉 √ ( ) ( ) |( )〉

| 〉 √ ( ) ( )| 〉

| 〉 √ ( ) ( )( )| 〉 | 〉

| 〉 √ ( ) ( )( )| 〉 | 〉

| 〉 √ ( ) ( )( )| 〉

Dari penjabaran diatas, didapatkan bentuk matriks dari dan adalah:

⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
( ) ( )
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩

⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
( ) ( )
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩

Dewi Yustikasari 13
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

dengan matriks dari dan sebagai berikut :

( ) ( ) ( ) ( )

Dengan ( ), ( ), dan ( ) adalah Matriks Pauli.

2.2.1.2 Spin

Spin termasuk kedalam spin dengan bilangan

ganjil dan termasuk kedalam partikel fermion. Spin ini


juga mempunyai bentuk matriks 4 4, karena spin

mempunyai 4 keadaan eigen dan 4 keadaan dari momen


magnetik spin yaitu: , dan . Contoh

partikel yang mempunyai spin adalah delta.

Spin mempunyai nilai ,

dengan 4 keadaan eigen, yaitu :

Gambar 2.2.2. Partikel Spin 3/2


Sumber : http//www.chanifanschemist-
( ) ( ) ibrahim,.blogspot.co.id/

( ) ( )

Dengan demikian, nilai dari juga mempunyai 4 keadaan, yaitu :

, ,

Wakilan Matriks untuk Spin

Untuk keadaan :

( )( ) ( )

Dewi Yustikasari 14
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

( ) , maka
( )
Untuk keadaan :

( )( ) ( )

( ) ( ), maka

Untuk keadaan :

( )( ) ( )

( ) , maka
( )
Untuk keadaan :

( )( ) ( )

( ) , maka
( )

Substitusikan nilai yang sudah didapatkan :

( ) ( ) ( )

Dewi Yustikasari 15
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

Mencari nilai dari dan , sama seperti persamaan sebelumnya, yaitu :

( ) dan ( )

Dengan , masing – masing 4 keadaan :

√ ( ) ( )

√ ( ) ( ) √

√ ( ) ( )( )

√ ( ) ( )( ) √

√ ( ) ( ) √

√ ( ) ( )

√ ( ) ( )( ) √

√ ( ) ( )( )

Sehingga didapatkan nilai dari matriks pada , , , dan sebagai berikut:



( ) dan ( )

√ √
√ √
√ √
( √ ) ( √ )

Wakilan Matriks pada Spin bagi Vektor Bra dan Ket

Spin mempunyai 4 nilai , dengan, | 〉 | 〉. Maka :

| 〉 | 〉 | 〉 | 〉 | 〉 | 〉 | 〉 | 〉

Dewi Yustikasari 16
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

jika masukkan kedalam bentuk matriks dengan aturan vektor bra dan ket, didapatkan :

⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩

⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩

⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩

(⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩)

( )

Karena | 〉 √ ( ) ( ) |( )〉, maka:

| 〉 √ ( ) ( )| 〉

| 〉 √ ( ) ( )| 〉 √ | 〉

| 〉 √ ( ) ( )( ) | 〉 | 〉

| 〉 √ ( ) ( )( )| 〉 √ | 〉

| 〉 √ ( ) ( )( )| 〉 √ | 〉

| 〉 √ ( ) ( )( )| 〉 | 〉

| 〉 √ ( ) ( )( )| 〉 √ | 〉

| 〉 √ ( ) ( )( )| 〉

Dewi Yustikasari 17
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

dengan bentuk matriks dari dan adalah :

⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩

⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩

⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩

(⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩)


( )

⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩

⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩

⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩

(⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩)


( )

sesuai dengan persamaan (2.2.5), didapatkan matriks dari dan sebagai berikut :

√ √
√ √
√ √ √
( √ ) ( √ )

Maka, wakilan matriks pada spin sebagai berikut:

√ √
√ √ ( )
√ √
( √ ) ( √ )

Dewi Yustikasari 18
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

2.2.2 Spin Bulat (0, 1, 2, ...)

2.2.2.1 Spin 1
Spin ini merupakan salah satu bentuk spin dengan
bilangan genap dan termasuk kedalam partikel Boson dan
mempunyai tiga keadaan eigen dengan 3 keadaan momen
magnetik spin, yaitu: dan , sehingga bentuk
matriks pada spin 1 adalah 3 3, contoh partikel yang
mempunyai spin 1 adalah photon, gluon. Spin 1 mempunyai
nilai , dengan 3 keadaan eigen, yaitu :

( ), ( ) ( ) Gambar 2.2.3. Partikel Spin 1


Sumber : http//www.chanifanschemist-
ibrahim,.blogspot.co.id/

Dengan demikian, nilai dari juga mempunyai 3 keadaan, yaitu :


, ,

Wakilan Matriks untuk Spin 1

Untuk keadaan :

( )( ) ( )

( ) ( ), maka nilai

Untuk keadaan :

( )( ) ( )

( ) ( ), maka nilai

Untuk keadaan :

( )( ) ( )

Dewi Yustikasari 19
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

( ) ( ), maka nilai

Substitusikan nilai yang sudah didapatkan :

( ) ( ) ( )

Mencari nilai dari dan , sama seperti persamaan sebelumnya, yaitu :


( ) dan ( )

Dengan , masing – masing 3 keadaan :


√ ( ) ( )

√ ( ) ( ) √

√ ( ) ( )( ) √

√ ( ) ( ) √

√ ( ) ( ) √

√ ( ) ( )( )


Maka, didapatkan : ( √ ) dan (√ )


( ) (√ √ )


( ) ( √ √ )

jika disederhanakan lagi, didapatkan matriks pada dan sebagai berikut :

( ) dan ( )
√ √

Dewi Yustikasari 20
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

Wakilan Matriks untuk Spin 1 bagi Vektor Bra dan Ket


Untuk Spin 1 keadaannya eigen adalah -1, 0, dan +1 dan vektor basis pada spin 1
dinyatakan dengan: | 〉 | 〉 | 〉

⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
( ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩) ( )
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩

Karena | 〉 | 〉
Untuk | 〉 | 〉 | 〉 | 〉 | 〉 | 〉

| 〉 √ ( ) ( ) |( )〉

| 〉 √ ( ) ( )|( )〉

| 〉 √ ( ) ( )( )|( )〉 √ | 〉

| 〉 √ ( ) ( )( )|( )〉 √ | 〉

| 〉 √ ( ) ( )( )|( )〉 √ | 〉

| 〉 √ ( ) ( )( )|( )〉 √ | 〉

| 〉 √ ( ) ( )( )|( )〉

Maka, didapatkan nilai dan sebagai berikut :

( ) ( ) dan ( ) ( )
√ √

dengan

⟨ | | ⟩ ⟨ |
| ⟩ ⟨ | | ⟩ √
(⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩) ( √ )
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ |
| ⟩ ⟨ | | ⟩
(⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩) ( √ )
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ √
dengan demikian, wakilan matriks pada spin 1 adalah:

( ), ( ), dan ( )
√ √

Dewi Yustikasari 21
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

2.2.2.2 Spin 2
Spin 2 termasuk kedalam spin dengan bilangan genap dan juga termasuk
kedalam partikel boson. Bentuk matriks dari spin 2 adalah 5 × 5, karena mempunyai 5
keadaan eigen dan momen magnetik spin dari spin 2, yaitu : -2, -1, 0, +1, dan +2.
Contoh dari spin 2 adalah graviton.
Spin 2 mempunyai nilai m = -2,-1,0, 1,2, dengan 5 keadaan eigen, yaitu :

( ) ( ) ( ) ( ) ( )

Dengan demikian, nilai dari juga mempunyai 5 keadaan, yaitu :

Wakilan Matriks untuk Spin 2

Untuk keadaan

( )( ) ( )

maka

( ) ( )
Untuk keadaan

( )( ) ( )

maka

( ) ( )

Dewi Yustikasari 22
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

Untuk keadaan

( )( ) ( )

maka nilai

( ) ( )
Untuk keadaan

( )( ) ( )

maka

( ) ( )
Untuk keadaan

( )( ) ( )

maka nila

( ) ( )

Substitusikan nilai yang sudah didapatkan

( ) ( )

Dewi Yustikasari 23
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

Dengan dan masing – masing 5 keadaan :

√ ( ) ( )

√ ( ) ( )

√ ( ) ( ) √

√ ( ) ( )( ) √

√ ( ) ( )( )

√ ( ) ( )

√ ( ) ( ) √

√ ( ) ( ) √

√ ( ) ( )( )

√ ( ) ( )( )

Maka, didapatkan :


√ √

( ) ( )


( ) √ √

[( ) ( )]


√ √

( )


( ) √ √

[( ) ( )]

Dewi Yustikasari 24
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin


√ √

( )

Wakilan Matriks untuk Spin 2 bagi Vektor Bra dan Ket

Spin 2 mempunyai 5 nilai Untuk mencari nilai


dari maka kita menggunakan persamaan berikut :
| 〉 | 〉
Jika dijelaskan dalam bentuk matriks, maka didapatkan :
⟨ | | | ⟩ ⟨ ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | | ⟩ ⟨ ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
(⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩)

Untuk | 〉 | 〉 | 〉 | 〉 | 〉 | 〉 | 〉 | 〉
| 〉 | 〉

Maka didapatkan bentuk matriks pada

( )

| 〉 √ ( ) ( ) |( )〉

| 〉 √ ( ) ( )|( )〉

| 〉 √ ( ) ( )|( )〉 | 〉

| 〉 √ ( ) ( )|( )〉 √ | 〉

| 〉 √ ( ) ( )( ) |( )〉 √ | 〉

| 〉 √ ( ) ( )( )|( )〉 | 〉

| 〉 √ ( ) ( )( )|( )〉 | 〉

| 〉 √ ( ) ( )( )|( )〉 √ | 〉

Dewi Yustikasari 25
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

| 〉 √ ( ) ( )|( )〉 √ | 〉

| 〉 √ ( ) ( )( )|( )〉 | 〉

| 〉 √ ( ) ( )( )|( )〉

Dari penjabaran diatas, didapatkan bentuk matriks pada dan :

⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ |
| ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ |
| ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
(⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩)


( )

⟨ | | ⟩ ⟨ | |
| ⟩ ⟨ ⟩ ⟨ | | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | |
| ⟩ ⟨ ⟩ ⟨ | | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
(⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩)



( )

dengan demikian, didapatkan wakilan matriks pada spin 2 sebagai berikut:

√ √
√ √ √ √
√ √
( ) ( )

dan

( )

Dewi Yustikasari 26
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

3 PENGARUH PARTIKEL SPIN DALAM


KAITANNYA DENGAN PENERAPAN DIDALAM
TEKNOLOGI DAN KAJIAN TEORI

3.1 PENGARUH PARTIKEL SPIN DALAM KAITANNYA DENGAN


TEKNOLOGI

3.1.1 Komputer Kuantum


Teori tentang komputer kuantum ini pertama kali dicetuskan oleh fisikawan dari
Argonne National Laboratory sekitar 20 tahun lalu. Paul Benioff merupakan orang
pertama yang mengaplikasikan teori fisika kuantum pada dunia komputer di tahun 1981.
Dalam mekanika kuantum, suatu partikel bisa berada dalam dua keadaan
sekaligus. Inilah yang disebut keadaan superposisi. Dalam komputer kuantum, selain 0
dan 1 dikenal pula superposisi dari keduanya. Ini berarti keadaannya bisa berupa 0 dan
1, bukan hanya 0 atau 1 seperti di komputer digital biasa. Komputer kuantum tidak
menggunakan Bits tetapi QUBITS (Quantum Bits). Karena kemampuannya untuk
berada di bermacam keadaan (multiple states), komputer kuantum memiliki potensi
untuk melaksanakan berbagai perhitungan secara simultan sehingga jauh lebih cepat
dari komputer digital.

Gambar 3.1. Sistem Komputer Masa Depan


Sumber : https://www.yohanessurya.com

Komputer kuantum menggunakan partikel yang bisa berada dalam dua keadaan
sekaligus, misalnya atom-atom yang pada saat yang sama berada dalam keadaan
tereksitasi dan tidak tereksitasi, atau foton (partikel cahaya) yang berada di dua tempat
berbeda pada saat bersamaan. Atom memiliki konfigurasi spin. Spin atom bisa ke atas
(up), bisa pula ke bawah (down). Misalnya saat spin atom mengarah ke atas (up) kita

Dewi Yustikasari 27
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

beri lambang 1, sedangkan spin down adalah 0 (seperti dalam sistem binary di komputer
digital).
Atom-atom berada dalam keadaan superposisi (memiliki spin up dan down secara
bersamaan) sampai kita melakukan pengukuran. Tindakan pengukuran memaksa atom
untuk „memilih‟ salah satu dari kedua kemungkinan itu. Ini berarti sesudah kita
melakukan pengukuran, atom tidak lagi berada dalam keadaan superposisi. Atom yang
sudah mengalami pengukuran memiliki spin yang tetap: up atau down. Saat konsep ini
diterapkan dalam komputer kuantum, keadaan superposisi terjadi pada saat proses
perhitungan sedang berlangsung.
Sistem perhitungan pada komputer kuantum ini berbeda dengan komputer digital.
Komputer digital melakukan perhitungan secara linier, sedangkan komputer kuantum
melakukan semua perhitungan secara bersamaan (karena ada multiple states semua
perhitungan dapat berlangsung secara simultan di semua state). Ini berarti ada banyak
kemungkinan hasil perhitungan. Untuk mengetahui jawabannya (hasil perhitungannya)
kita harus melakukan pengukuran qubit. Tindakan pengukuran qubit ini menghentikan
proses perhitungan dan memaksa sistem untuk „memilih‟ salah satu dari semua
kemungkinan jawaban yang ada. Saat ini perkembangan teknologi sudah menghasilkan
komputer kuantum sampai 7 qubit, tetapi menurut penelitian dan analisa yang ada,
dalam beberapa tahun mendatang teknologi komputer kuantum bisa mencapai 100
qubit. (Surya, Yohannes).

3.1.2 Laser
Laser merupakan singkatan dari Light Amplification by Stimulated Emission of
Radiation yaitu terjadinya proses penguatan cahaya oleh emisi radiasi yang terstimulasi.
Laser banyak digunakan didunia komunikasi, perbankan, kesehatan, industri
manufaktur, instrumentasi iptek, sistem pengamanan bank, dan gedung, sampai sistem
militer.
Laser merupakan sumber cahaya koheren yang monokromatik dan sangat lurus.
Cara kerjanya mencakup optika dan elektronika. Sebenarnya laser merupakan
perkembangan dari maser (Microwave Amplification by Stimulated Emission of
Radiation) yang menggunakan gelombang mikro. Cara kerja laser dan maser
sebenarnya sama, hanya saja yang membedakannya adalah panjang gelombang. Laser
bekerja pada spektrum inframerah sampai dengan ultra ungu, sedangkan maser

Dewi Yustikasari 28
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

memancarkan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang yang jauh lebih


pangjang sekitar 5 cm, lebih pendek sedikit dibandingkan dengan sinyal TV – UHF
(Sugata Pikatan, 1991).
Pada tahun 1917, Albert Einstein mempostulatkan pancaran imbas pada peristiwa
radiasi agar dapat menjelaskan kesetimbangan termal suatu gas yang sedang menyerap
dan memancarkan radiasi. Menurut Eisnterin, ada tiga proses pada kesetimbangan
tersebut, yaitu : serapan, pancaran spontan (fluorensi), dan pancaran terstimulasi.
Laser terjadi pada atom yang menyerap foton dari luar sehingga berada pada
keadaan tereksitasi (proses penyerapan), namun sebelum terjadinya pemancaran
spontan, foton dengan energi tertentu menstimulasi atom sehingga terjadilah
pemancaran terstimulasi dan dengan suhu yang tinggi, maka partikel spin dapat
terperangkap. Dengan energi yang luar biasa menyebabkan partikel spin menjadi searah.
Agar dapat menghasilkan laser, maka foton yang menstimulasi atom harus lebih banyak
daripada foton yang diserap oleh atom.
Pada teknologi laser, cahaya yang dihasilkan mempunyai karakteristik tersendiri:
monokromatik, koheren, dan menuju satu arah yang sama sehingga cahaya pada laser
menjadi sangat kuat, terkonsentrasi, dan terkoordinir dengan baik. Ada berbagai macam
media yang dapat digunakan untuk menghasilkan sinar laser, misalnya solid state laser
yang menggunakan bahan padat sebagai medianya seperti batu ruby dan gas laser,
misalnya gas helium, neon, CO2. Kekuatan laser sangat bervariasi, bergantung pada
panjang gelombang yang dihasilkannya. Contohnya: panjang gelombang yang
dihasilkan oleh ruby laser adalah 694 nm, sedangkan panjang gelombang yang
dihasilkan oleh gas CO2 adalah 10.600 nm (Sugata Pikatan, 1991).

Gambar 3.2 : Pertunjukan laser Infinity 2000 di Kunming Tower, Cina


Sumber : https://www.yohanessurya.com

Dewi Yustikasari 29
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

3.1.3 Superkonduktor pada Kereta Maglev


Superkonduktor pertama kali ditemukan oleh Fisikawan Belanda, Heike
Kamerlingh Onnes dari Universitas Leiden pada tahun 1911 yang menemukan
superkonduktor pada merkuri (Hg) pada suhu 4,2 K. Kemudian Onnes mulai
mempelajari sifat kelistrikan dari logam pada suhu yang sangat dingin.
Pada waktu itu telah dapat diketahui bahwa hambatan suatu logam akan turun
ketika didinginkan dibawah suhu ruang, tetapi belum ada yang mengetahui batas nilai
hambatan ketika suhu suatu logam mendekati 0 K. Beberapa ilmuan seperti Wiliam
Kelvin memperkirakan bahwa elektron yang mengalir dalam konduktor akan berhenti
ketika mencapai 0 K. Namun, ilmuan lain termasuk Onnes memperkirakan bahwa
hambatan akan menghilang pada keadaan tersebut.
Pada bahan superkonduktor, nilai dari hambatan listrik benar – benar bernilai nol,
artinya listrik dapat mengalir tanpa hambatan pada bahan superkonduktor. Apabila pada
rangkaian tertutup dari superkonduktor dialirkan arus listrik, maka arus tersebut terus
mengalir keseluruh rangkaian tanpa batas waktu bahkan setelah sumber listrik
dilepaskan dari rangkaian karena bahan superkonduktor, energi tidak hilang selama arus
mengalir, hal ini disebabkan oleh hambatan yang bernilai nol pada bahan
superkonduktor.
Superkonduktor terbentuk dari unsur tunggal, paduan logam ataupun senyawa.
Pada bahan logam, gejala superkonduktivitas terjadi karena keberadaan 0,01% elektron
yang tidak normal, sementara 99,99% bersifat normal. Walaupun sangat sedikit namun
keberadaan elektron tidak normal mempengaruhi sifat keseluruhan bahan. Logam tidak
lagi bersifat konduktor, namun bersifat superkonduktor setelah kehilangan hambatan.
Pertanyaanya sekarang, bagaimana bisa elektron normal berubah menjadi tidak
normal bahan bahan superkonduktor? Hal ini dikarenakan pada saat terjadi dentuman
besar (Big Bang), alam menciptakan dua partikel elementer, yaitu Boson dan Fermion.
Dengan Boson merupakan spin utuh (spin genap) sedangkan Fermion merupakan spin
separuh (spin ganjil). Kedua partikel ini mematuhi Statistika yang berbeda. Elektron
merupakan fermion dengan spin 1/2 dan mematuhi statistika Fermi-Dirac. Pada
superkonduktor, dua elektron akan membentuk pasangan Boson karena memiliki spin 1
atau 0. Pasangan elektron ini mematuhi aturan Bose-Einstein yang dapat bergerak

Dewi Yustikasari 30
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

didalam kisi kristal tanpa gesekan. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya fenomena
superkonduktivitas dengan elektron yang dapat bergerak tanpa ada hambatan.
Prinsip kerja dari bahan superkonduktor inillah yang sekarang digunakan pada
kereta super cepat yang sudah ada di Paris dan Tokyo (kereta Maglev). Kemampuan
menghantarkan listrik tanpa hambatan dan momen magnet yang besar membuat rel
superkonduktor memiliki medan magnet yang sangat besar dan mampu mengangkat
kereta sehingga seakan kereta mengambang. Dengan tidak adanya gesekan dengan rel,
kereta mampu melaju dengan kecepatan sangat tinggi

Gambar 3.3 : Kereta Maglev


Sumber : Google Image

3.1.4 Superfluida
Bagaimana jadinya apabila sebuah cairan tidak memiliki viskositas (kekentalan)
sama sekali dan konduktivitas panas yang luar biasa besar? Atau sebuah kabel listrik
yang tidak memiliki hambatan sama sekali dan memiliki momen magnet yang luar biasa
besar? Tentu ini sebuah sifat tak lazim dari suatu zat, tapi telah ditemukan sifatnya.
Mengapa ini bisa terjadi?

Gambar 3.4 : Superfluida Helium Bergerak Melawan Gravitasi karena Kehilangan


Viskositasnya
Sumber : http://majalahkimia.blogspot.co.id/

Dewi Yustikasari 31
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

Superfluida adalah sebuah fase benda yang dicirikan dengan ketiadaan viskositas.
Dengan begitu superfluida, ditaruh dalam lingkaran tertutup, dapat mengalir tanpa akhir
tanpa gesekan. Fenomena ini biasa disebut arus tetap (persistent current). Landau
menemukan superfluida pada Helium pada suhu di bawah 2,18 K. Helium juga dikenal
dengan nama cairan kuantum.
Dalam fisika statistik kuantum, terdapat 3 teori statistik mengenai distribusi
partikel. Kita tidak mungkin menghitung sifat makro dari suatu zat dengan mengukur
satu per satu sifat dari setiap atomnya. Oleh karena itu digunakan statistik untuk
menghitung rata - rata dari sifat tadi dan merangkumnya dalam suatu teori. 3 distribusi
tadi dikenal dengan nama distribusi Maxwell-Boltzmann (MB), Bose-Einstein (BE) dan
Fermi-Dirac (FD).
Berdasarkan sifat dari distribusi tadi, distribusi FD ternyata lebih sering dipakai
karena sifatnya yang mematuhi aturan mekanika kuantum, yakni asas larangan Pauli,
yang bekerja pada elektron dalam atom, serta proton dan neutron dalam inti atom.
Partikel yang taat pada distribusi FD disebut fermion. Sementara distribusi BE bekerja
pada beberapa partikel yang tidak mematuhi asas Pauli, dan partikelnya disebut boson.
Apabila kita tinjau suatu superfluida, terdapat suhu kritis, dimana dibawah suhu
kritis tersebut sifat superfluida muncul. Pada suhu di bawah suhu kritis (untuk
superfluida dinamakan titik lambda), ternyata elektron dalam atom tersebut, yang
lazimnya adalah fermion, berubah menjadi boson. Efek perubahan ini dinamakan
"pengembunan" Bose. Ketika berubah menjadi boson, maka asas Pauli tidak lagi
berlaku, dan elektron bebas menempati keadaan kuantum yang sama. Elektron pada
helium yang seharusnya memiliki spin total 0 dapat menjadi 1. Hal inilah yang
menyebabkan superfluida kehilangan viskositasnya dan konduktivitas panasnya naik
luar biasa besar.
Superfluida sendiri diaplikasikan pada beberapa penelitian spektroskopi sebagai
pelarut kuantum, yang efektif untuk mengukur sifat dari gas, karena gas dalam pelarut
kuantum ini memiliki derajat kebebasan rotasi yang efektif. Selain itu, superfluida
digunakan untuk memerangkap cahaya dan mengurangi kecepatannya secara drastis.

Dewi Yustikasari 32
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

3.2 PENGARUH PARTIKEL SPIN DALAM KAITANNYA DENGAN KAJIAN


TEORI

3.2.1 Gravitino
Gravitino merupakan partikel dasar dari statistik fermion yang mempunyai spin
3/2 serta masih dinyatakan sebagai hipotesis dengan simbol G. Gravitino juga
merupakan partikel fermion dengan spin 3/2 yang mematuhi persamaan Rarita-
Schwinger. Medan gravitino secara umum dapat ditulis sebagai dengan = 0, 1, 2,
3 sebagai indeks empat vektor dan = 1,2 sebagai indeks spinor.
Untuk = 0, maka mode dari indeks ini akan bernilai negatif, seperti pada partikel
yang tidak bermassa dari spin 1 atau spin yang lebih tinggi. Nilai dari mode ini tidak
dihasilkan secara fisikal dan untuk sebuah simetri gauge yang dapat membatalkan nilai
dari mode tersebut dengan , dimana adalah fungsi spinor ruang dan
waktu. Simetri gauge ini adalah transformasi dari supersimetri lokal dan menghasilkan
sebuah teori yaitu supergravitasi.
Gravitino adalah fermion yang berinteraksi dengan supergravitasi sama seperti
foton yang berinteraksi dengan elektromagnetisme, dan graviton yang diduga
berinteraksi dengan gravitasi.
Pada tahun 1967, tiga fisikawan, Peter Van Nieuwenhuizen, Sergio Ferrara, dan
Daniel Freedman, pada saat itu bekerja di State University of New York di Stony
Brook, mereka menemukan bahwa teori gravitasi asli Eistein bisa supersimetris jika
seseorang memperkenalkan satu medan, pasangan medan gravitasi (disebut dengan
gravitino yang berarti “graviton kecil” dengan spin 3/2). Teori baru ini disebut
supergravitasi yang didasarkan pada partikel dot. Tidak seperti Superstring,
Superpartikel mempunyai dua partikel saja, yaitu graviton dengan spin 2 dan gravitino
dengan spin 3/2.

3.2.2 Materi Gelap (Dark Matter)


Semua benda yang dapat dilihat seperti planet, bintang, galaksi, dan sebagainya
ternyata hanya penyusun dari sebagian kecil dari keseluruhan materi dialam semesta.
Dan yang lainnya adalah materi yang tidak terlihat. Para Astronom menamakan materi
tersebut sebagai dark matter atau materi gelap. Materi gelap adalah materi yang tidak
dapat dideteksi dari radiasi yang dipancarkan atau penyerapan radiasi yang datang ke

Dewi Yustikasari 33
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

materi tersebut, tetapi kehadirannya dapat dibuktikan dari efek gravitasi materi-materi
yang tampak seperti bintang dan galaksi.
Benda – benda yang dapat dilihat tersusun dari atom. Dan atom itu sendiri
tersusun dari partikel yang lebih kecil lagi, seperti proton, neutron, dan elektron. Ketika
para ilmuan mulai memahami penyusun atom pada awal abad ke-20, mereka telah
memahami dasar dari semua partikel dialam semesta. Akan tetapi, pada tahun 1933,
Astronom Swiss, Fritz Zwicky mulai berpendapat bahwa alam semesta juga diisi
dengan sesuatu yang lain, bukan hanya atom – atom yang kita kenal saat ini. Zwicky
menghitung semua materi yang terlihat digugus galaksi. Dia menemukan bahwa jumlah
materi yang terlihat cukup banyak untuk menghasilkan gaya gravitasi yang mampu
membuat galaksi – galaksi tersebut tetap berkumpul menjadi sebuah gugus galaksi.
Galaksi yang diamati oleh Zwicky juga berotasi dengan cepat, tetapi tidak membuat
galaksi tersebut terpecah-pecah menjadi beberapa bagian dan akhirnya Zwicky
menyadari bahwa ada sesuatu materi yang dapat menghasilkan gravitasi yang besar
sehingga galaksi tersebut masih tetap utuh. Kemudian dia menyebut materi tersebut
sebagai materi gelap yang tidak terlihat.
Pada massanya, penelitian yang dilakukan oleh Zwicky dilupakan banyak orang
karena gaya gravitasi yang dia hitung tidak sesuai dengan hasil pengamatan hingga
akhirnya pada tahun 1970-an, seorang Astronom, Vera Rubin menemukan suatu galaksi
yang sederhana. Semakin jauh jarak suatu planet dari Matahari, maka gravitasi yang
dirasakan oleh planet tersebut semakin melemah sehingga planet tersebut akan berputar
mengelilingi matahari (berevolusi) dengan kecepatan yang lebih lambat. Seharusnya
hukum yang sama berlaku untuk bintang-bintang yang mengorbit pusat galaksi. Bintang
yang terletak lebih jauh dari pusat galaksi seharusnya bergerak lebih lambat karena
pengruh gravitasi yang lemah. Sebaliknya, bintang yang berada diluar galaksi bergerak
dengan kecepatan yang tidak jauh berbeda dengan bintang yang berada dibagian dalam
galaksi, karena menurutnya ada sesuatu yang membuat bintang tersebut tetap mengorbit
dengan cepat dan tidak terlontar keluar galaksi, sehingga Rubin menyadari bahwa teori
yang dikemukakan oleh Zwicky benar.
Saat ini para astronom percaya bahwa dark matter merupakan materi yang
fundamental dalam membentuk alam semesta seperti sekarang ini. Pada 14 miliar tahun
yang lalu, ketika Big Bang terjadi, alam semesta tercipta dan mengembang sangat cepat

Dewi Yustikasari 34
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

bersama dengan gugus-gugus galaksi yang mulai terbentuk. Namun, alam semesta tidak
mengembang terlalu cepat sehingga galaksi-galaksi tersebut tidak terlontar ke sudut-
sudut alam semesta. Hal ini karena dark matter menjaga agar galaksi-galaksi tersebut
tetap utuh. Meskipun tidak terlihat, dark matter berperan penting dalam pembentukan
gugus-gugus galaksi yang saat ini bisa kita lihat.
Dark matter dapat diasumsikan seperti angin, kita tidak bisa melihatnya secara
langsung, tetapi kita yakin bahwa materi gelap (dark matter) itu ada. Dark
matter mengisi sekitar 24% alam semesta kita. Para astronom meyakini bahwa 28,6%
alam semesta kita diisi oleh materi. Seperti yang telah disebutkan, 24%-nya adalah dark
matter sedangkan 4,6%-nya adalah materi normal (atom-atom yang kita kenal). Sekitar
71,4% alam semesta kita diisi oleh sesuatu yang disebut sebagai energi gelap (dark
energy).

Gambar 3.5 : Komposisi Alam Semesta.


Sumber : NASA/WMAP Science Team.

Pada tahun 1980-an, bukti pertama keberadaan dark matter yang cukup
meyakinkan ditemukan. Sebagai contoh, tahun 1981 tim yang dipimpin oleh Marc
Davis dari Harvard University melakukan pengamatan survei galaksi. Mereka
menyadari bahwa galaksi-galaksi tidak terletak pada pola yang seragam di alam
semesta. Galaksi-galaksi cenderung saling berkumpul dan membentuk gugus-gugus
galaksi yang besar. Pola pengumpulan ini disebut dengan jejaring kosmik (cosmic web).
Jejaring ini saling terikat dengan dark matter. Dengan kata lain, dark matter adalah
kerangka tempat materi normal melekat.
Penemuan jejaring kosmik memicu para astronom untuk mencari tahu mengapa
gugus-gugus galaksi membetuk pola seperti itu. Lebih jauh lagi, mereka pun meneliti
partikel apa sebenarnya dark matter itu. Pada tahun 1980, tim dari Rusia yang dipimpin

Dewi Yustikasari 35
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

oleh V.A. Lyubimov mengusulkan bahwa dark matter sebenarnya adalah partikel yang
bernama neutrino. Neutrino memiliki julukan sebagai “partikel hantu” karena hampir
tidak berinteraksi dengan partikel lainnya. Lyubimov berpendapat bahwa jika seluruh
massa neutrino dijumlahkan, maka massanya akan sama dengan seluruh massa dark
matter di alam semesta. Sayangnya terdapat satu masalah, yaitu neutrino merupakan hot
dark matter yang berarti partikel tersebut ringan dan bergerak sangat cepat. Astronom
yang bernama Carlos Frenk kemudian mencoba membuat simulasi pembentukan alam
semesta yang berisi dark matter. Hal yang mengejutkan adalah jika alam semesta diisi
oleh hot dark matter, maka bentuk jejaring kosmik yang terlihat tidak sama dengan
yang kita amati saat ini. Alam semesta yang terbentuk sama sekali berbeda dengan yang
seharusnya. Maka dari itu, muncul teori bahwa dark matter seharusnya dingin dan
bergerak lambat.

3.2.3 Graviton
Graviton merupakan partikel dasar yang masih dinyatakan sebagai hipotesis
merupakan kelompok partikel Gauge Boson yang mempunyai spin 2 dan bermassa nol
dan muatan listrik nol. Istilah graviton awalnya diciptakan pada tahun 1934 oleh
Fisikawan Soviet Dmitrii Blokhintsev dan F. Gal‟perin.
Pandangan terhadap alam semesta ini dapat menjadi lebih baik jika diketahui
komponen – komponen dasar materi penyusun benda – benda dialam semesta serta
interaksi antar komponen dasar tersebut. Sejauh ini telah dapat diketahui adanya empat
bentuk interaksi fundamental yang bertanggung jawab terhadap berbagai macam
interaksi antar materi. Secara umum, konsep interaksi digunakan untuk menyatakan
hubungan timbal-balik antara objek – objek yang ditinjau. Konsep ini bermanfaat
terutama untuk analisa bentuk hubungan antar objek materi. Keempat interaksi
fundamental tersebut adalah : interaksi gravitasi, elektromagnetik, nuklir lemah, dan
nuklir kuat.
Interaksi gravitasi bersifat tarik – menarik antar partikel materi. Hukum Newton
tentang gravitasi universal menyatakan bahwa besar interaksi tarik – menarik antar dua
partikel materi sebanding dengan massa kedua partikel tersebut dan berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak antara partikel tersebut. Interaksi ini memiliki jangkauan yang
sangat jauh (tak hingga), karena bila terdapat partikel – partikel materi, maka akan
terjadi interaksi gravitasi. Interaksi gravitasi inilah yang menyebabkan partikel materi

Dewi Yustikasari 36
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

menjadi satu sehingga terbentuk planet-planet, bintang, serta partikel penyusun tata
surya serta galaksi. Konsep interaksi memerlukan adanya partikel interaktif untuk
menyatakan gagasan hubungan antar partikel materi. Dalam hal interaksi gravitasi,
interaksi antar partikel materi dilakukan oleh partikel interaktif graviton. Graviton
bersifat tak bermassa, sehingga jangkauan interaksinya meliputi jarak tak hingga dan
bergerak dengan kecepatan cahaya. Karena kekuatan interaksi gravitasi sangat lemah
(paling lemah dibandingkan dengan tiga interaksi lain), maka akan sulit untuk
mendeteksi keberadaan partikel graviton.

Dewi Yustikasari 37
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

GLOSARIUM

Boson : Partikel identik dengan spin nol/bilangan bulat yang tidak


dapat dibedakan (indistinguishable) satu sama lain karena
fungsi gelombang saling bertumpang tindih dan energi
bersifat diskrit, serta tidak memenuhi prinsip larangan
Pauli.

Delta : Merupakan salah satu jenis partikel Barion yang merupakan


bagian dari partikel Fermion (partikel yang memenuhi
prinsip Larangan Pauli

Elektron : Partikel penyusun atom yang bermuatan negatif, ditemukan


oleh J.J. Thomson melalui percobaannya dengan tabung
sinar katode. Massanya dianggap = 0 sma dan muatannya
–1 sme (–1,6 × C), semula disebut sebagai sinar
katode. Elektron memiliki spin 1/2 dan merupakan
fermion yang mematuhi statistik Fermi-Dirac.

Fermion : Partikel yang tidak terbedakan (indistinguishable); bentuk


energi diskrit; memenuhi prinsip larangan Pauli.

Gluon : Gluon merupakan partikel Boson dengan spin 1. Bukti


eksperimental pertama dari gluon ditemukan pada tahun
1979 ketika tiga peristiwa jet teramati dalam Colider
elektron-positron yang disebut dengan PETRA di DESY
Hamburg. Gluon juga merupakan interaksi nuklir kuat
antar kuark yang dihubungkan oleh partikel interaktif.
Istilah gluon diperkenalkan pada tahun 1962 oleh
fisikawan Murray Gell-Mann, gluon berasal dari kata
“glue” dalam bahasa Inggris yang berarti perekat.

Gravitasi : Gaya tarik-menarik yang terjadi antara semua partikel


yang mempunyai massa di alam semesta. Gravitasi

Dewi Yustikasari 38
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

matahari mengakibatkan benda-benda langit berada pada


orbit masing-masing dalam mengitari matahari.

Konfigurasi Elektron : Susunan elektron pada kulit – kulit sebuah atom.

Lepton : Lepton merupakan kelompok partikel dasar dan merupakan


fermion dengan spin 1/2 dan dipengaruhi oleh gaya
elektromagnetik, gaya gravitasi, dan gaya lemah. Lepton
memiliki antipartikel yaitu antilepton. Lepton adalah
partikel fundamental yang terdiri dari elektron (e) sebagai
partikel bermuatan negatif yang paling ringan, muon (μ)
sebagai partikel bermuatan negatif dengan massa sekitar
200 kali lebih besar dari massa elektron dan tau (τ) sebagai
partikel bermuatan negatif yang bermassa sekitar 3500
lebih besar dari massa elektron.

Momentum Sudut : Momentum yang dimiliki benda-benda yang melakukan


gerak rotasi.momentum sudut sebuah partikel yang
berputar terhadap sumbu putar didefenisikan sebagai hasil
kali momentum linear partikel tersebut terhadap jarak
partikel ke sumbu putarnya.

Muon : Muon ditemukan oleh Carl D. Anderson pada tahun 1936


sewaktu ia mempelajari radiasi kosmis. Dalam model
standar fisika partikel, muon adalah sebuah partikel
fundamental semi stabil dengan muatan listrik negatif
dengan spin 1/2. Seperti partikel fundamental lainnya,
muon memiliki pasangan antimateri bermuatan
berlawanan, tetapi memiliki massa dan spin yang sama,
yaitu antimuon. Muon memiliki massa 207 kali massa
elektron, muon ditulis dengan µ- dan antimuon oleh µ+.

Neutrino : Neutrino merupakan partikel elementer yang kecepatannya


mendekati kecepatan cahaya, tetapi sulit dideteksi karena
tidak bermuatan listrik. Menurut model standar fisika,
partikel neutrino memiliki massa yang sangat kecil dan

Dewi Yustikasari 39
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

hanya memiliki interaksi lemah dengan materi. Neutrino


pertama kali dipostulatkan pada tahun 1931 oleh
Wolfgang Pauli untuk menjelaskan energi peluruhan beta,
peluruhan neutron menjadi proton dan sebuah elektron.
Nama neutrino diusulkan oleh Enrico Fermi, seorang
fisikawan yang mengembangkan teori awal yang
mendeskripsikan interaksi neutrino.

Nomor Atom : Menunjukkan jumlah proton yang dimiliki oleh suatu atom.

Photon : Photon adalah partikel yang tidak mempunyai massa (hal


ini yang menyebabkan photon tidak mempunyai inersia
dan gravitasi). Photon juga tidak punya electric charge
(artinya tidak ada photon yang bermuatan positif atau
negatif). Selain itu, photon juga tidak bisa luruh seperti
halnya partikel radioaktif lain. Di ruang vakum, photon
bergerak dengan kecepatan cahaya 300 juta meter per
sekon. Energi dan momentum photon ditentukan hanya
oleh frekuensinya. Kecepatan photon bisa berkurang bila
dia melewati material lain yang bukan vakum (contohnya
di dalam air, photon melambat).

Pi Meson : Pion (singkatan dari Pi Meson) adalah meson dengan nilai


spin = 0, dan memiliki komposisi dari generasi
pertama quark. Di dalam model quark, sebuah up quark
dan anti-down quark membentuk π+, sedangkan down
quark dan anti-up quark membentuk π−Pion tercipta dalam
atmosfer atas oleh radiasi kosmik dan memiliki sebuah
masa urai yang sangat pendek.

Quark : Quark dijelaskan dalam model standar pada fisika partikel,


gabungan antar Quark membentuk partikel komposit
bernama Hadron. Terdapat 6 jenis quark yaitu up, down,
strange, charm, bottom, dan top. Dan untuk setiap jenis
quark terdapat jenis lawannya yaitu antiquark. Model
kuark secara independen diajukan oleh fisikawan

Dewi Yustikasari 40
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

bernama Murray Gell-Mann dan George Zweig pada


tahun 1964. Quark diperkenalkan sebagai bagian dari
skema penyusunan hadron dan terdapat sedikit bukti
keberadaan fisik mereka sampai dilakukannya eksperimen
hamburan inelastis di Stanford Linear Accelerator Center
pada tahun 1968.

Tetapan Planck : Lambang h. Tetapan fundamental yang besarnya sama


dengan perbandingan antara energi E dari suatu kuantum
energi terhadap frekuensinya Nilai tetapan
Planck 6,626 176 × J s. Tetapan ini dinamakan
demikian untuk mengenang fisikawan Max Planck (1858-
1947). Dalam perhitungan mekanika kuantum, seringkali
digunakan tetapan Planck terasionalisasi
J s.

Vektor Eigen : Vektor kolom bukan nol yang bila dikaitkan dengan suatu
matriks berukuran n × n akan menghasilkan vektor lain
yang memiliki nilai kelipatan dari vektor Eigen itu sendiri.

Dewi Yustikasari 41
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

DAFTAR PUSTAKA

Beisher, A. (2003). Conceps of modern physics, sixth edition. New York : McGraw –
Hill.

Dzulfikry. (2012). Superfluida dan Superkonduktor.


http://majalahkimia.blogspot.co.id/2012/01/superfluida-dan-
superkonduktor.html. Diakses pada 15 November 2017 , pukul 17 : 24 WIB.

Flugge, S. (1994). Parctical quantum mechanics. New York : Springer.

Griffiths, D. J. (2005). Introduction to quantum mechanics second edition. Unite State


of America: Pearson Practice Hall.

Peleg, Y., Phini, R., dan Zaarur, E. (1998). Schaum’s outline of theory and problem of
quantum mechanics. United States of America : The McGraw – Hill Companies.

Pikatan, Sugata. (1991). Laser. Seminar Intern FT. Ubaya, hal : 1 – 11.

Riandry, M. A. (2016). Handout fisika statistik berbasis STEM materi fungsi distribusi.
Palembang : FKIP Fisika Universitas Sriwijaya.

Sakurai, J. J., Napolitano, J. (2011). Modern quantum mecahnics, second edition.


United States of America : Pearson.

Saputra, M. B. (2017). Dark Matter Materi yang Tak Terlihat yang Mengisi Alam
Semesta. https://xploreastro.com/2017/03/27/dark-matter-materi-tak-terlihat-
yang-mengisi-alam-semesta/. Diakses pada 15 November 2017, pukul 17 : 20
WIB.

Serway, R. A., dan Jewett, J. W. (2010). Fisika untuk sains dan teknik. Diterjemahkan
oleh C. Sungkono. Jakarta: Salemba Teknika

Suharyanto., Karyono., dan Palupi, D. S. (2009). Fisika : untuk sma dan ma kelas XII.
Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Supiyanto. (2007). Fisika untuk SMA kelas XII. Jakarta : Phibeta.

Dewi Yustikasari 42
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

Surya, Y. https://www.yohanessurya.com/download/penulis/Bermimpi_07.pdf. Diakses


pada 15 November 2017 , pukul 18 : 27 WIB.

Wikipedia Gravitino. https://en.wikipedia.org/wiki/Gravitino. Diakses pada 15


November 2017 , pukul 17 : 30 WIB.

Wikipedia. Graviton. https://id.wikipedia.org/wiki/Graviton. Diakses pada 15


November 2017 , pukul 17 : 30 WIB.

Dewi Yustikasari 43
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

LAMPIRAN
SPIN ½

⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
( ) ( )
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩

( ) ( )

Nilai yang tertera didalam matriks diperoleh dari: Nilai yang tertera didalam matriks diperoleh dari:

⟨ | | ⟩ [ ]* + ⟨ | | ⟩ [ ]* +

⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ]* +

⟨ | | ⟩ [ ]* + ⟨ | | ⟩ [ ]* +

⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ]* +

⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
( ) ( )
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩

Nilai yang tertera didalam matriks diperoleh dari:

⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]

⟨ | | ⟩ [ ]* + ⟨ | | ⟩ [ ]* +

SPIN 1

⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
(⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩) ( )
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩

Nilai yang tertera didalam matriks diperoleh dari:

⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]

⟨ | | ⟩ [ ][ ]

Dewi Yustikasari 44
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]

⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]

⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]

⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ √
(⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩) ( √ )
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩

Nilai yang tertera didalam matriks diperoleh dari:

⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ] [√ ] √


⟨ | | ⟩ [ ][ ] √ ⟨ | | ⟩ [ ][ ]


⟨ | | ⟩ [ ] [√ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]

⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ] [√ ]


⟨ | | ⟩ [ ][ ]

⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
(⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩) ( √ )
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ √

Nilai yang tertera didalam matriks diperoleh dari:

⟨ | | ⟩ [ ] [√ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]

⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]

⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ] [√ ]

⟨ | | ⟩ [ ] [√ ] √ ⟨ | | ⟩ [ ][ ] √

Dewi Yustikasari 45
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

⟨ | | ⟩ [ ][ ]

SPIN 3/2

⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩

⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩

⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩

(⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩) ( )

Nilai yang tertera didalam matriks diperoleh dari:

⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]

⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]

⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]

⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]

⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]

⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]

⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]

⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]

Dewi Yustikasari 46
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩

⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ √
( )
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ √

(⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩)

Nilai yang tertera didalam matriks diperoleh dari:

⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]

√ √
⟨ | | ⟩ [ ][ ] √ ⟨ | | ⟩ [ ][ ]

⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]

⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ] √
√ √

⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]

√ √
⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]

⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]

⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]
√ √

⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩

⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩

( )
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩

(⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩)

Dewi Yustikasari 47
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

Nilai yang tertera didalam matriks diperoleh dari:

⟨ | | ⟩ [ ] [√ ] ⟨ | | ⟩ [ ] [√ ]

⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]

⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]
√ √

⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]

⟨ | | ⟩ [ ] [√ ] √ ⟨ | | ⟩ [ ] [√ ]

⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]

⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ] √
√ √

⟨ | | ⟩ [ ][ ] ⟨ | | ⟩ [ ][ ]

SPIN 2

⟨ | | ⟩ ⟨ | || ⟩ ⟩ ⟨ | ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | || ⟩ ⟩ ⟨ | ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
(⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩)

( )

Dewi Yustikasari 48
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

Nilai yang tertera didalam matriks diperoleh dari:

⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]

[ ] [ ]

⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]

[ ] [ ]

⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]

[ ] [ ]

⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]

[ ] [ ]

⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]

[ ] [ ]

⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]

[ ] [ ]

⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]

[ ] [ ]

⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]

[ ] [ ]

⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]

[ ] [ ]

⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]

[ ] [ ]

Dewi Yustikasari 49
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]

[ ] [ ]

⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]

[ ] [ ]

⟨ | | ⟩ [ ]

[ ]

⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
(⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩)


( )

Nilai yang tertera didalam matriks diperoleh dari:

⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]

[ ] [ ]

⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]

[ ] [ ]

√ √
⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ] √

[ ] [ ]

⟨ | | ⟩ [ ] √ ⟨ | | ⟩ [ ] √

[ ] [ ]

⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]

[ ] [ ]

Dewi Yustikasari 50
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ] √

[ ] [ ]

⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]

[ ] [ ]


⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]

[ ] [ ]

⟨ | | ⟩ [ ] √ √ ⟨ | | ⟩ [ ]

[ ] [ ]


⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]

[ ] [ ]

⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ] √

[ ] [ ]

⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]

[ ] [ ]


⟨ | | ⟩ [ ]

[ ]

⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩
(⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩ ⟨ | | ⟩)



( )

Dewi Yustikasari 51
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

Nilai yang tertera didalam matriks diperoleh dari:

⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]

[ ] [ ]

⟨ | | ⟩ [ ] √ ⟨ | | ⟩ [ ] √ √

[ ] [ ]

⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]
√ √
[ ] [ ]

⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]

[ ] [ ]

⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]

[ ] [ ]

⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]

[ ] [ ]

⟨ | | ⟩ [ ] √ ⟨ | | ⟩ [ ] √

[ ] [ ]

⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ] √
√ √
[ ] [ ]

⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]

[ ] [ ]

⟨ | | ⟩ [ ] ⟨ | | ⟩ [ ]

[ ] [ ]

Dewi Yustikasari 52
Handout Pendahuluan Fisika Kuantum Materi Spin

⟨ | | ⟩ [ ]

[ ]

⟨ | | ⟩ [ ] √

[ ]

⟨ | | ⟩ [ ]

[ ]

⟨ | | ⟩ [ ]

[ ]

⟨ | | ⟩ [ ]

[ ]

Dewi Yustikasari 53

Anda mungkin juga menyukai