Anda di halaman 1dari 19

RADIASI PENGION LANGSUNG DAN

TAK LANGSUNG

PENDAHULUAN

Bab IV pada e-modul ini menjelaskan tentang dua macam radiasi, yaitu radiasi
pengion langsung dan tak langsung. Materi pada radiasi pengion tidak langsung meliputi
transisi sinar-X, radiasi karakteristik, ionisasi dan eksitasi, Hukum Moseley, spektrum sinar-X,
radiasi dari partikel bermuatan yang dipercepat, pembentukan bremsstrahlung, target sinar-X,
bremsstrahlung yang dihasilkan, kualitas berkas dan pemberian filter, deposisi energi dalam
jaringan oleh berkas foton. Pada radiasi pengion langsung, materi berupa jenis berkas partikel
bermuatan yang dipakai untuk keperluan klinik, sumber berkas partikel bermuatan, dan
deposisi energi dalam jaringan oleh berkas partikel bermuatan.

TUJUAN

Setelah menyelesaikan bab ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami dan


menjelaskan radiasi pengion langsung dan tak langsung.

PENYAJIAN MATERI
Radiasi pengion berada dalam spektrum gelombang elektromagnetik. Tabel 4.1
menyajikan daftar spektrum elektromagnetik yang umum pada keseharian kita.
Tabel 4.1. Spektrum Elektromagnetik
Name  (m)  (Hz) Origin Interesting facts
Electric Vibrating atoms and molecules 60 Hz hum heard near
>105 <102
Power over macroscopic distances transformer
Vibrating atoms and molecules Low  are reflected from
Radio/TV 10-1 - 10-4 109 -104
over macroscopic distances earth’s atmosphere
Vibrating atoms and molecules Blocked by “dots” on
Microwaves 10-3 - 10-1 1011 - 109
microwave oven doors
Vibrating atoms or electron Passes through haze in the
Infrared 10-7 - 10-3 1014 - 109
transitions atmosphere
-7 14
Visible 4-7 x 10 7.5x10 - Vibrating atoms or electron About 1/40 of total EMR
4.3x1014 transitions spectrum
Vibrating atoms or electron “Burning rays” of sun
Ultraviolet 10-8 - 7x10-7 1016 - 1014
transitions
electron transitions  is size of atom, tissue
X-rays 10-11 - 10-8 1019 - 1016
damage, ionization.
-11 19
Gamma rays <10 >10 Nuclear transitions tissue damage, ionization.

Bila radiasi pengion berinteraksi dengan atom dan molekul di dalam suatu materi, maka
sebagian atau seluruh energinya akan berpindah, sehingga energinya menjadi berkurang.
Berkurangnya energi radiasi berlainan menurut jenis radiasi. Misalnya interaksi partikel
bermuatan listrik, seperti alpha dan beta dengan suatu materi berbeda dengan interaksi partikel
tidak bermuatan listrik seperti neutron dengan materi tersebut. Partikel bermuatan listrik akan
berinteraksi langsung dengan elektron dalam suatu atom secara elektromagnetik. Pada kondisi
tersebut akan terbentuk ion positif dan elektron bebas. Peristiwa ini disebut ionisasi radiasi.
Ionisasi radiasi dapat dideteksi dengan detektor listrik, detektor bilik ionisasi, dengan bahan film
foto atau dengan bahan yang dapat berfluoresensi.
Suatu materi terdiri dari atom dan molekul. Pada saat radiasi melewati materi, maka
sebagian atau seluruh energi radiasinya akan berpindah karena terjadinya hamburan dan
penyerapan. Dengan demikian, energi radiasinya akan berkurang. Proses berkurangnya energi
radiasi ini karena adanya interaksi antara radiasi dengan materi. Akibat proses interaksi antara
radiasi dan materi menyebabkan terjadinya peristiwa yang disebut ionisasi. Ion positif dan
elektron bebas yang terbentuk akibat ionisasi radiasi pada materi dapat dideteksi atau diukur
secara langsung dengan detektor listrik atau bilik ionisasi. Oleh karena itu, efek ionisasi radiasi
pada suatu materi digunakan secara luas untuk pemeriksaan dan pengukuran radioaktivitas.
Ada radiasi yang bersifat pengion langsung dan pengion tak langsung. Radiasi pengion
langsung adalah partikel bermuatan listrik (alpha, beta, dan lain-lain.) yang secara langsung
menyebabkan terjadinya ionisasi pada atom atau molekul dalam suatu materi. Berbeda dengan
hal tersebut, gelombang elektromagnetik, seperti sinar-X dan gamma (termasuk foton), akan
berinteraksi dengan elektron dalam suatu atom melalui peristiwa fotolistrik dan hamburan
Compton. Neutron yang merupakan partikel tidak bermuatan listrik akan menimbulkan radiasi
partikel bermuatan melalui interaksinya dengan inti atom. Di sini partikel bermuatan yang
dihasilkan secara sekunder oleh partikel neutron berperan pada proses ionisasinya. Jenis radiasi
ini disebut radiasi pengion tak langsung.
4.1. Produksi dan Kualitas Sinar-X
Secara umum, tabung sinar-X terdiri dari filamen sebagai sumber elektron, tabung
vakum, anoda, dan jendela tipis sebagai tempat keluar sinar-X. Gambar 4.1 menampilkan
struktur umum pada tabung sinar-X. Video 1 menampilkan animasi produksi sinar-X.

Gambar 4.1. Tabung Sinar-X

Pada saat elektron cepat menumbuk anoda, beberapa interaksi terjadi. Yang paling
banyak adalah elektron mengalami interaksi dengan elektron orbital dan transfer sebagian
energinya yang menjadikan elektron tereksitasi. Pada saat elektron kembali ke keadaan semula,
maka akan memancarkan panas. Dalam tabung diagnostik, 99% elektron akan menghasilkan
panas, yang merupakan masalah yang harus dipertimbangkan (diilustrasikan interaksi pada titik
A Gambar 4.2). Panas tersebut diredam oleh cooling fins yang menempel pada anoda dan
cooling oil di luar kaca vakum.

Gambar 4.2. Interaksi pada Pembentukan Sinar-X

Ada pula elektron yang datang mendekati inti atom target. Gaya Coulomb menyebabkan
elektron akan mengalami pembelokan arah sehingga terjadi pengurangan energi disertai dengan
terpancarnya foton dalam bentuk sinar-X yang disebut bremsstrahlung. Ini merupakan spektrum
kontinu sinar-X. Spektrum kontinu timbul akibat adanya pengereman elektron-elektron yang
berenergi kinetik tinggi (berkecepatan tinggi) oleh anoda. Pada saat terjadi pengereman,
sebagian kecil energi kinetiknya berubah menjadi panas. Pengurangan energi elektron bervariasi
sehingga energi sinar-X yang dihasikan juga dalam rentang yang lebar (titik B Gambar 4.2)
sehingga disebut juga sinar-X polikromatik. Gambar 4.3 menampilkan spektrum sinar-X
bremsstrahlung.
Gambar 4.3. Spektrum Sinar-X Bremsstrahlung

Interaksi tidak hanya terjadi pada permukaan target, tapi juga di daerah lain (titik C
Gambar 4.2). Ada pula elektron yang berinteraksi dengan elektron terikat pada kulit bagian
dalam atom, misalnya kulit K. Elektron kulit menerima energi yang melebihi tenaga ikatnya
sehingga keluar dari atom. Kekosongan elektron diisi oleh elektron dari elektron dari kulit yang
lebih luar, yang kemungkinan terbesar dari kulit L ataupun kulit M. Bahkan elektron bebas di
luar atom dapat mengisi kekosongan tersebut. Pengisian kekosongan elektron tersebut akan
disertai oleh pancaran sinar X karakteristik. Untuk target tungsten (Z = 74) garis seri K akan
dalam rentang 58.5 keV (transisi dari kulit L ke kulit K) sampai 69.5 keV (elektron bebas
mengisi kekosongan kulit K). Transisi ke kulit L tidak penting dalam radiologi diagnostik,
karena berkaitan dengan foton energi rendah (11 keV), yang terserap sebelum keluar tabung. Ini
disebut sebagai sinar-X karakteristik atau sinar-X monokromatik. Intensitasnya lebih besar dan
kualitasnya lebih baik dari bremsstrahlung. Gambar 4.4 menyajikan bentuk khas spektrum sinar-
X yang dihasilkan.

Gambar 4.4. Bentuk Khas Spektrum sinar-X

Pada Gambar 4.4, tanjakan awal pada kurva merupakan sinar-X bremsstrahlung.
Spektrum garis tajam pada frekuensi paling besar dihasilkan akibat loncatan elektron ke orbit
paling dalam (orbit K). Henry Moosely melakukan pengukuran frekuensi spesifik terbesar dalam
spektrum sinar-X yang dihasilkan oleh berbagi logam. Diamati bahwa frekuensi tersebut
bergantung pada jenis logam. Ketika hasil pengamatan dibuatkan dalam bentuk grafik, maka

titik-titik pengamatan tampak berada pada garis lurus jika digambarkan dalam kurva Z sebagai
sumbu datar dan √ sebagai sumbu tegak. Gambar 4.5 menampilkan grafik dari sejumlah
pengukuran yang dilakukan oleh Moseley.
Gambar 4.5. Grafik Pengukuran yang Dilakukan oleh Moseley

Moseley mendapatkan bahwa frekuensi maksimum gelombang spektrum garis sinar-X


memenuhi persamaan

dengan f adalah frekuensi gelombang sinar-X karakteristik, a adalah konstanta, dan Re adalah
konstanta Rydberg sebesar 109,737/cm. Energi sinar-X dinyatakan menggunakan rumus berikut

Ada beberapa faktor yang berpengaruh pada spektrum sinar-X, yaitu:


1. Arus tabung, tergantung pada jumlah elektron yang menumbuk tabung, menentukan
kuantitas sinar X (energi sinar X, E ~ Ic)
2. Waktu paparan/eksposi, berpengaruh pada kuantitas sinar X (E ~ t)
3. Beda tegangan, menentukan kualitas sinar X (E ~ kV 2)
4. Bentuk gelombang tegangan
5. Filtrasi, untuk mengurangi foton energi rendah
6. Material anoda, menentukan efisiensi produksi sinar-X dan spektrum karakteristik. Anoda
berperan sebagai target tumbukan elektron untuk menghasilkan sinar-X. Biasanya, anoda
berupa tungsten.
Perkiraan rasio antara energi radiatif akibat produksi bremsstrahlung terhadap energi hilang
tumbukan (eksitasi dan ionisasi), dapat dinyatakan dengan hubungan berikut:

EK adalah energi kinetik elektron datang (keV) dan Z adalah nomor atom target. Untuk elektron
100 keV yang menumbuk target tungsten (Z = 74), perkiraan rasio radiatif terhadap kehilangan
tumbukan (100 x 74)/820 000 = 0.9%. Bila energi kinetik elektron ditingkatkan sampai 6 MeV
(untuk radioterapi), maka perkiraan rasio menjadi (6 000 x 74)/820 000= 54%. Tabel 4.2
menampilkan efisiensi konversi energi elektron menjadi sinar-X.
Tabel 4.2. Efisiensi Konversi Energi Elektron Menjadi Sinar-X
Kilovoltage (kV) % panas % sinar-X
60 99.5 0.5
200 99 1.0
4000 60 40
Komponen tabung sinar-X terdiri dari:
1. Katoda, material tungsten, pada umumnya tabung sinar X diagnostik mempunyai katoda dua
macam, fokus besar dan kecil
2. Anoda, material dengan Z tinggi yang memenuhi persyaratan berikut:
 Efesien dalam konversi elektron menjadi sinar X
 Mempunyai titik lebur tinggi
 Mempunyai daya konduktivitas panas tinggi
 Mempunyai tekanan uap rendah
 Mempunyai sifat mekanik untuk mudah dikonstruksi.
Anoda memiliki 2 desain, yaitu anoda stasioner dan anoda rotasi. Gambar 4.5(a) merupakan
anoda stasioner dan (b) adalah anoda rotasi.

Gambar 4.5. Desain Anoda

3. Rangkaian listrik
4. Tube housing
5. Mekanisme pengatur switch dan waktu, biasanya berupa electronic timer dan photo timer
yang menggunakan automatic exposure control (AEC). Eksposi disesuaikan dengan radiasi
yang mencapai film menggunakan bilik ionisasi atau photomultiplier.
6. Keamanan rangkaian
7. Distribusi spasial sinar-X meliputi:
 Intensitas radiasi mencapai film tidak homogen
 Efek Heel, merupakan penyebaran intensitas sinar-X yang tidak merata dikarenakan
penyerapan sebagian sinar-X oleh permukaan anoda sehingga intensitas sinar-X yang
lebih dekat sisi anoda akan mengalami perlemahan. Gambar 4.6 mengilustrasikan daerah
terjadinya efek Heel dan Gambar 4.7 menampilkan faktor sudut pada produksi sinar-X.

Gambar 4.6. Area Efek Heel

Gambar 4.7. Pengaruh Sudut pada Produksi Sinar-X


Kompensasi efek Heel dapat dilakukan dengan kemiringan filter. Sudut 13 – 16 sering
digunakan dalam tabung diagnostik.
 Asimetri distribusi intensitas tidak terjadi pada arah normal dengan berkas elektron
datang
 Bentuk profil eksposi tergantung pada kualitas permukaan anoda
 Sudut 13 – 16 sering digunakan dalam tabung diagnostik
8. Rating tabung sinar-X, menentukan kondisi maksimum operasi tabung.

4.2. Pemberian Filter


Sinar-X tanpa filter mengandung sinar-X karakteristik dan bremsstrahlung. Kurva pada
Gambar 4.8 mengilustrasikan ini untuk target tungsten tebal yang dibombardir oleh elektron 100
keV, dengan asumsi emisi semua foton yang dibuat.

Gambar 4.8. Spektrum Sinar-X dari Elektron 100 keV pada Target Tungsten

Jika energi kurang dari 300 keV:


Gambar 4.8 kurva B mengilustrasikan efek pemfilteran pada sinar-X yang melewati 0,01 mm
tungsten. Garis karakteristik kulit-K masih ada, tetapi dihapus dari kurva B, C, dan D untuk
menghindari kebingungan dalam grafik. Perhatikan pengaruh energi ikat K pada 69,5 keV.
Redaman fotolistrik lebih besar tepat di atas daripada di bawahnya, menyebabkan diskontinuitas
dalam spektrum. Kurva C menunjukkan efek atenuasi tambahan 2 mm aluminium (Al), dan
kurva D yang menggunakan 0,15 mm Tembaga (Cu) dan 3,9 mm Al. Hasil utama dari
penambahan filter ke berkas sinar-X jelas untuk menghilangkan foton pada energi yang memiliki
koefisien atenuasi terbesar. Efek fotolistrik mendominasi pada rentang energi ini (akan
dijelaskan pada Bab Interaksi Radiasi dengan Materi). Ini menghasilkan spektrum sinar-X
monoenergi.
Media filter sinar-X yang paling umum adalah timbal, timah, tembaga, dan aluminium, yang
dapat digunakan secara tunggal atau kombinasi. Keuntungan dari filter kombinasi adalah mampu
mempersempit spektrum ke tingkat yang diinginkan sambil mempertahankan lebih banyak
keluaran sinar-X dari yang dapat dicapai. Filter dengan Z yang tinggi memberikan penyaringan
yang kuat, tetapi menyebabkan diskontinuitas pada energi ikat kulit. Filter dengan Z yang rendah
cenderung menghaluskan spektrum yang dihasilkan. Tren ini dapat dilihat pada Gambar 4.8.
Perlu diingat bahwa penggunaan filter kombinasi harus disesuaikan dengan urutan nomor atom
Z-nya. Hal ini memungkinkan setiap filter untuk menghilangkan sinar-X karakteristik yang
berasal dari filter Z yang lebih tinggi di hulunya. Aluminium ( = 1,5 keV) adalah yang
terbaik untuk filter akhir. Tembaga ( = 9 keV) juga cukup rendah dalam menyaring energi.
Namun, baik timah ( = 29 keV) maupun timbal = 85 KeV) tidak boleh digunakan tanpa
pemfilteran lanjutan yang cukup untuk menghilangkan sinar-X karakteristik, kecuali foton
tersebut diinginkan sebagai bagian dari keluaran.
Jika energi lebih dari 300 keV:
Pada energi yang lebih tinggi, efek fotolistrik menjadi kurang penting daripada efek Compton
dan koefisien total menjadi kurang bergantung pada energi. Jadi, penyaringan spektrum sinar-X
yang dihasilkan oleh elektron megavolt, terutama menghilangkan foton di bawah beberapa ratus
keV tanpa banyak mengubah bentuk spektral pada energi yang lebih tinggi. Namun, penggunaan
filter Z tinggi yang tebal, seperti timbal pada berkas sinar-X multimegavolt cenderung
menyaring foton berenergi tertinggi (> 4 MeV) melalui produksi pasangan, serta yang terendah
melalui efek fotolistrik. Podgorsak dkk. (1975) telah menunjukkan bahwa hal ini dapat
menurunkan daya tembus sinar-X radioterapi dalam tubuh atau phantom dengan nilai Z rendah.

Materi filter dipilih dengan memperhatikan sifat absorption edge. Sebagai contoh, timah
Sn (Z = 50, K-edge = 29 keV), akan meneruskan foton 25 – 29 keV yang tidak diinginkan dalam
diagnostik, misalnya untuk radiografi abdomen. Untuk diagnostik umumnya menggunakan Al
(Z = 13, K-edge = 1,6 keV). Sinar-X < 1,6 keV dan radiasi karakteristik Al akan mudah diserap
jendela tabung atau udara antara filter dan pasien.
Inherent filtration diakibatkan oleh gelas tabung, minyak isolasi, jendela tabung
(bakelite), pada umumnya ekuivalen ~ 0,5 – 1 mm Al. Filtrasi inheren tergantung pada kV. Total
filtrasi minimum 1,5 mm Al untuk tabung yang beroperasi dengan tegangan 70 kVp dan 2,5 mm
Al untuk tabung dengan tegangan > 70 kVp. Untuk tabung dengan tegangan tinggi, filter 0,5
mm Cu mungkin lebih baik. Radiasi karakteristik Cu 9 keV, sehingga dibutuhkan kombinasi
dengan fiter Al untuk menyerapnya. Gambar 4.9 mengilustrasikan penjelasan di atas.

Gambar 4.9. Pengaruh Filter pada Spektrum Sinar-X 100 kV dengan Filter Inheren 0,5 mm Al.
a) Tanpa Filter, b) Filter Ideal (Imaginasi), c) dengan Tambahan Filter 2,5 mm Al
Pemberian filter mengakibatkan penguatan kualitas sinar-X. Ini berarti meningkatkan
daya penetrasinya yang dinyatakan dengan H1/2. Namun, pemberian filter juga menurunkan
intensitas sehingga menaikkan waktu paparan pada pemeriksaan. Untuk kenaikan tegangan 2,5
kali, dibutuhkan tambahan filter 0,5 mm Cu tanpa mengubah hasil citra yang diperoleh. Energi
elektron kulit K meningkat dengan kenaikan nomor atom Z. Sebagai contoh, gadolinium Gd (Z
= 64, K-edge = 50 keV) dan erbium Er (Z = 68, K-edge = 57,5 keV). Karena material relatif
transparan pada radiasi karakteristik, maka pemberian filter dengan unsur sama dengan anoda
akan menimbulkan efek khusus, seperti pada tabung mammografi dengan anoda molybdenum.

Gambar 4.10. a) Variasi intensitas dengan ketebalan materi penyerap, b) perubahan H1/2 dengan
ketebalan penyerap
Gambar 4.11. Efek Filter 0,05 mm Molybdenum pada Spektrum Sinar-X 35 kV (garis putus =
tanpa filter, garis kontinu = dengan filter)

4.3. Kualitas Berkas


Spektrum sinar-X
Spektrum dapat berupa:
a. diperkirakan dari pertimbangan teoritis (termasuk efek filtrasi), seperti yang telah diuraikan
b. diturunkan oleh transformasi Laplace dari kurva atenuasi sinar sempit yang diukur, seperti
yang dijelaskan oleh Greening (1950), atau
c. diukur secara langsung oleh beberapa jenis spektrometer (GeLi, SiLi, sintilator, bentcrystal
(Birks, 1970), atau Compton (Motz et al., 1953), dll.
Metode (b) relatif sulit dan hanya memberikan sedikit peningkatan dibandingkan spektrum yang
dapat diturunkan dengan metode (a). Detektor GeLi mungkin merupakan metode pilihan untuk
mendapatkan spektrum yang baik, termasuk puncak fluoresensi (sinar-X karakteristik), untuk To
di bawah ratusan keV. Pada energi yang tinggi, sintilator besar mungkin lebih disukai karena
detektor GeLi dengan ukuran yang dapat diperoleh menjadi terlalu transparan ke bagian ujung
atas spektrum sehingga membutuhkan koreksi besar. Metode kristal bengkok Birks lebih disukai
untuk fenomena transien karena seluruh spektrum terdaftar secara instan pada film.
Gambar 4.12 merupakan contoh dari penerapan metode GeLi oleh Seelentag et al.
(1979) yang mengukur 135 spektrum sinar-X untuk berbagai filtrasi dan nilai To dari 10 hingga
300 keV.
Gambar 4.12a. Spektrum terukur untuk elektron 100-keV pada target tungsten tebal, dengan
filtrasi dalam 2 mm Al ditambahkan ke window tube Be 3 mm. Kurva padat: spektrum bilangan
foton, kurva putus-putus: spektrum eksposur

Gambar 4.12b. Sama seperti Gambar 4.12a, tetapi untuk filter 0,15 mm Cu + 3,9 mm Al.

Gambar 4.12c. Sama seperti Gambar 4.12a, tetapi untuk filter 2 mm Sn + 0,5 mm Cu + 4 mm
Al.

Gambar 4.12d. Perbandingan spektrum bremsstrahlung untuk To = 100 keV, target tungsten
tebal, filter 2 mm Al. Kurva padat: diturunkan dari spektrum terukur pada Gambar 4.12a; kurva
putus-putus: teoritis, sama seperti kurva C pada Gambar 4.8. Kedua kurva dinormalisasi secara
bebas pada 60 keV.
Gambar 4.12a menunjukkan spektrum yang diukur untuk To = 100 keV dengan filtrasi
tambahan, dari 2 mm Al, Gambar 4.12b menunjukkan spektrum yang sesuai untuk 0,15 mm Cu
dan 3,9 mm Al. Gambar 4.12c menunjukkan spektrum untuk filtrasi dari 2 mm Sn, 0,5 mm Cu,
dan 4 mm Al. Pada setiap gambar, ada dua kurva diberikan, yaitu kurva padat mewakili jumlah
foton per satuan interval energi dan kurva putus-putus mewakili eksposur per satuan interval
energi. Spektrum ini dapat dihubungkan dalam bentuk sebagai berikut: Spektrum bilangan foton
dikalikan dengan hv pada setiap energi untuk mendapatkan spektrum energi radiasi (tidak
ditampilkan); yang pada gilirannya dikalikan dengan ( ⁄ ) pada setiap energi untuk

mendapatkan spektrum eksposur. Gambar 4.12d membandingkan perkiraan spektrum


bremsstrahlung secara teoritis dengan yang diukur dengan spektrometer GeLi untuk To = 100
keV dan filtrasi dengan 2 mm Al. Kurva padat merupakan kurva C dari Gambar 4.8 dan kurva
putus-putus didapatkan dari kurva padat pada Gambar 4.12a dengan mengalikannya dengan hv
dan menormalkan kembali ke kurva teoritis pada 60 keV. Bentuk spektrum energi radiasi
bremsstrahlung terlihat sangat mirip. Ini menunjukkan bahwa perkiraan teoritis cukup masuk
akal dalam kasus itu.

4.4. Radiasi Pengion Langsung


Radiasi pengion langsung melibatkan partikel bermuatan. Partikel alpha dan beta dari
peluruhan radioaktif adalah contoh radiasi pengion langsung. Inti radioaktif, baik alami atau
buatan yang dihasilkan oleh reaksi nuklir, bersifat tidak stabil dan cenderung mencari
konfigurasi yang lebih stabil melalui pengusiran partikel energik, termasuk satu atau lebih hal
berikut:

Energi total (massa, kuantum, dan kinetik) foton dan partikel lain yang dilepaskan oleh proses
disintegrasi sama dengan penurunan bersih massa diam atom netral, dari induk ke anak. Energi,
momentum, dan muatan listrik masing-masing kekal dalam proses. Dalam hubungan ini, perlu
dicatat bahwa, menurut persamaan massa-energi Einstein E = , energi yang setara dengan
massa diam adalah sebagai berikut:

1 atomic mass unit (amu) = massa inti = 931,50 MeV


1 massa elektron (+ atau -) = 0,51100 MeV.

4.4.1. Disintegrasi alpha


Disintegrasi alfa terjadi terutama pada inti berat. Contoh penting adalah peluruhan
radium menjadi radon, yang diwakili oleh persamaan keseimbangan massa-energi berikut:
+ + 4,78 MeV

dengan waktu paruh 1.602 tahun. adalah atom induk yang meluruh untuk menghasilkan
anak berupa . Ketika partikel  (inti He) dipancarkan oleh atom , nomor atomnya
berkurang 2 dan akibatnya melepaskan dua elektron atom dari kulit terluarnya, menjadi atom
netral . Setelah partikel  melambat, ia menangkap dua elektron dari sekelilingnya,
sehingga menjadi atom yang netral. Nilai 4,78 MeV adalah energi yang setara dengan
penurunan massa diam dalam mengubah atom netral menjadi atom netral + .
Hampir semuanya muncul sebagai energi kinetik partikel, kecuali sebagian kecil yang diberikan
pada foton 0,18 MeV. Gambar 4.13 menampilkan level energi atom untuk menjadi
.
Gambar 4.13. Level Energi Atom untuk Menjadi

Diagram tingkat massa-energi yang sesuai untuk disintegrasi ini ditunjukkan pada
Gambar. 4.13. Skala vertikal berupa nilai relatif massa atom netral atau setara energinya. Ada
dua cabang untuk disintegrasi . 94,6% dari inti ini meluruh langsung ke ,
menyediakan 4,78 MeV yang dibagi sebagai energi kinetik antara partikel alpha (4,70 MeV) dan
atom rekoil sekitar 85 keV. Pembagiannya sebanding dengan kebalikan dari massa
mereka untuk menghemat momentum. Cabang alternatif untuk peluruhan hanya terjadi
pada 5,4% inti, yang melepaskan energi kinetik 4,60 MeV dan menimbulkan keadaan tereksitasi
nuklir . Keadaan ini segera menuju ke keadaan dasar melalui emisi sinar gamma 0,18
MeV. Massa diam atom dan digabungkan ke tingkat energi massa yang lebih rendah
untuk memungkinkan diagram untuk menekankan rincian energi kinetik dan kuantum yang
dilepaskan. Energi kinetik + kuantum (4,78 MeV) hanya terdiri dari sekitar [4,78/(4 x 931)]100
0,1% energi yang setara dengan total penurunan massa diam atom netral menjadi
karena massa sisa partikel alpha sangat besar.
Dalam menghitung dosis yang diserap dalam media dari proses disintegrasi radioaktif,
perhitungan selalu dilakukan dengan asumsi batas non stokastik. Oleh karena itu, digunakanlah
rasio percabangan rata-rata. Dengan mempertimbangkan contoh radium yang meluruh menjadi
radon, energi kinetik rata-rata yang diberikan kepada partikel bermuatan per disintegrasi adalah
sama dengan
4.4.2. Disintegrasi beta
Inti yang kelebihan neutron cenderung memancarkan elektron (partikel ) sehingga
meninggalkan inti dengan kekurangan satu neutron dan kelebihan satu proton. Ini berarti nomor
atom Z bertambah 1. Sebaliknya, inti dengan kelebihan proton biasanya memancarkan positron
( ), secara efektif menurunkan Z 1 tingkat dan jumlah neutronnya bertambah 1. Dalam kedua
kasus, jumlah total nukleon (proton + neutron) tetap konstan, sehingga produk anak adalah
isobar dari induknya. Emisi sinar meninggalkan banyak jenis inti dalam keadaan tereksitasi,
dan satu atau lebih sinar gamma kemudian dipancarkan untuk mencapai keadaan dasar.
Sinar yang dipancarkan dalam mode disintegrasi tertentu memiliki spektrum energi
kinetik dari nol hingga nilai maksimum tetap dengan distribusi diferensial berbentuk
lonceng yang dicontohkan oleh spektrum sinar dari yang ditunjukkan pada Gambar.
4.14.

Gambar 4.14. Emisi Spektrum Sinar dari

Energi kinetik maksimum ( = 1,7 1 MeV dalam kasus ini) menunjukkan penurunan
bersih massa diam dari atom netral menjadi atom netral karena keadaan dasar
dicapai secara langsung tanpa emisi sinar gamma. Persamaan keseimbangan massa-energi atom
adalah
+ + 1,71 MeV (energi kinetik)

dengan waktu paruh 14,3 hari.


Elektron di sebelah kiri persamaan diperlukan untuk menyeimbangkan muatan dan
massa diam dari di sebelah kanan. Secara fisik, ketika inti memancarkan , makan
akan menghasilkan ion bermuatan positif yang segera menangkap elektron yang berdiri
untuk menjadi atom netral. Simbol mewakili neutrino yang hampir bermassa nol.
Neutrino merupakan partikel bermuatan nol yang dipancarkan bersama dengan masing-masing
partikel sehingga menghemat energi dan momentum dalam proses disintegrasi. Selisih antara
energi kinetik sinar dan = 1,71 MeV pada setiap disintegrasi dibawa oleh neutrino
terkait. Distribusi diferensial energi kinetik neutrino melengkapi partikel seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 4.14. Gambar 4.15 menunjukkan diagram tingkat energi atom yang
sesuai.

Gambar 4.15. Diagram Level Energi untuk Menjadi

Energi kinetik rata-rata partikel atau dalam spektrum sinar ditemukan kira-
kira 0,3 hingga 0,4 kali , tergantung pada bentuk spektral individu, yang ditentukan oleh
klasifikasi "forbiddenness" transisi sinar . Untuk tujuan memperkirakan secara kasar dosis
serap yang dideposisi/disimpan oleh partikel bermuatan, persamaan
diasumsikan untuk sinar jika informasi yang lebih akurat tidak tersedia.
Berhubung neutrino tidak relevan secara radiologis, maka energi yang dihabiskan dalam
materi yang pemancar sinar hanyalah produk dari jumlah sinar dengan energi rata-
ratanya, bukan energi maksimumnya. Contoh sederhana dari disintegrasi adalah menjadi
. Persamaan keseimbangan massa-energi atomnya adalah
+ 1,73 MeV (energi kinetik)
dengan penurunan massa atom dari ke = 1,022 MeV + 1,73 MeV = 2,75 MeV. Hal ini
diilustrasikan pada Gambar 4.16.
Gambar 4.16. Diagram Level Energi Atom untuk Emisi oleh

Selama emisi , sebuah elektron valensi dilepaskan secara bersamaan oleh atom .
Baik dan elektron menghilang oleh atom induk dan muncul sebagai partikel bebas pada
persamaan di sebelah kanan. Penurunan massa atom sama dengan jumlah energi kinetik yang
dilepaskan (1,73 MeV) dan massa sisanya (masing-masing 0,51 MeV) dari dan . Ketika
berhenti, ia bergabung dalam interaksi anihilasi dengan elektron terdekat, memancarkan
1,022 MeV dalam bentuk dua sinar gamma 0,511 MeV yang berlawanan arah. Kadang-kadang,
positron dimusnahkan sebelum berhenti. Dalam hal ini, foton juga membawa energi kinetik yang
tersisa.
Untuk perhitungan dosis absorpsi pada disintegrasi beta, bremsstrahlung dan anihilasi
positron oleh sinar diabaikan dan hanya mengasumsikan bahwa energi kinetik dihabiskan
dalam interaksi tumbukan yang menghasilkan deposisi dosis serap. Koreksi kehilangan radiasi
tersebut relatif tidak penting dalam media Z rendah (misalnya, air dan jaringan). Dalam kondisi
CPE (akan dipelajari pada bab berikutnya), dosis yang diserap karena disintegrasi per gram
medium adalah (MeV/g). Kontribusi dosis absorpsi tambahan didasarkan pada setiap
sinar gamma yang dihasilkan dari radionuklida tertentu harus diperlakukan seperti yang
dijelaskan pada Bab II.

Tugas
1. Bandingkan hasil sinar-X kulit K per elektron dalam target tebal emas, perak, dan tembaga
untuk = 0,1 dan 1 MeV. Jumlahkan semua arah dan abaikan atenuasi.
2. Sebuah linear accelerator (linac) menghasilkan berkas sinar-X dengan elektron 20 MeV
yang tegak lurus mengenai target tungsten setebal 0,05 cm. Rancanglah filter perataan sinar
tembaga yang akan menghasilkan intensitas seragam maksimum di seluruh balok berukuran
pada jarak 1 m. Filter harus ditempatkan 10 cm dari target.

Anda mungkin juga menyukai