Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

MENENTUKAN ARAH KIBLAT DENGAN TRIGONOMETRI

Disusun oleh :
Kiki Kustanti (1137010031)

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
T.A 2014/2015

Kata Pengantar

Puji syukur penyusun panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga saya berhasil
menyelesaikan tugas makalah Bahasa Imdonesia yang berjudul MENENTUKAN
ARAH KIBLAT DENGAN TRIGONOMETRI tepat pada waktunya.
Penyusuni menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, saya telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai
dengan baik, oleh karena itu saya menerima kritik dan saran dari semua kalangan
yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penyusun ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
Amin

Bandung,

November 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..i
DAFTAR ISI....ii
BAB I
PENDAHULUAN.........1
1.1 Latar Belakang ....1
1.2 Rumusan Masalah .......2
1.3 Tujuan...2
1.4 Manfaat ....2
BAB II
PEMBAHASAN....3
2.1 Landasan Teori.3
2.1.1 Arah Kiblat .......3
2.1.2 Trigonometri .4
2.2 Pembahasan....11
2.2.1 Urgensi Arah Kiblat sebagai Syarat Syahnya Sholat......11
2.2.2 Aplikasi Trigonometri dalam Menentukan Arah Kiblat.....12
BAB III
PENUTUP ...23
3.1 Kesimpulan ....23
3.2 Saran ..23
Daftar Pustaka .24

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Sebagian besar masyarakat Indonesia terdiri dari Umat Islam. Tentu saja

dalam hal sholat arah kiblat menjadi hal terpenting yang tidak dapat
dikesampingkan karena menghadap kiblat dalam sholat merupakan syarat sahnya
sholat. Seorang muslim yang menetap di suatu tempat tentu tidak kesulitan dalam
menentukan arah kiblat, namun ketika ia bepergian jauh memungkinkan kesulitan
dalam menentukan arah kiblat ketika akan melakukan sholat. Islam adalah agama
ilmiah yang mempunyai dasar dari setiap amal yang dilakukan, termasuk dalam
menentuakan arah kiblat dalam sholat, tidak sekedar intuisi dalm menentukan arah
kiblat.
Selama ini matematika dianggap sebagai ilmu yang abstrak, teoretis dan
hanya berisi rumus-rumus, seolah berada jauh dan tidak bersinggungan dengan
realitas kehidupan. Namun sebenarnya matematika merupakan ilmu dasar dari
pengembangan sains (basic of science) dan sangat berguna dalam kehidupan.
Aplikasi ilmu matematika pada dasarnya sangatlah luas cakupannya. Salah
satu konsep serta teori dalam matematika yang erat hubungannya dengan
kehidupan sehari-hari ialah trigonometri. Konsep trigonometri dalam sejarah
perkembangan sains Islam sangat berperan sekali pada aplikasi ilmu falak. Hal ini
dapat diketahui dengan banyaknya ilmuwan muslim yang turut mengembangkan
ilmu falak, salah satunya yaitu Al- Khawarizmi (305 H/917 M) dengan magnum
opusnya dalam kitab al- Mukhtashar fi Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah.
Trigonometri adalah cabang dari ilmu matematika yang mengkaji masalah
sudut, terutama sudut segitiga yang masih ada hubungannya dengan geometri.
Seiring perkembangan ilmu matematika, ternyata kajian trigonometri tidak hanya
dapat diterapkan dalam bidang datar saja, akan tetapi dapat diterapkan dalam

bangun ruang seperti bola. Konsep trigonometri pada bola disebut Trigonometri
Segitiga Bola atau sering disebut segitiga bola. Segitiga bola merupakan sebuah
segitiga pada permukaan bola yang dibentuk dari 3 sisi yang merupakan bagian
dari lingkaran besar (Nurwendaya : 2010).
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, hal yang menjadi

rumusan masalah pada makalah ini, yaitu:


1.
2.

Apa keterkaitan antara trigonometri dan arah kiblat?


Bagaimana aplikasi trigonometri bola dalam menentukan arah
kiblat disuatu tempat berdasarkan perhitugan matematis?

1.3

Tujuan
1. Mengetahui hubungan trigonometri dengan arah kiblat
2. Mengetahui cara penerapan trigonometri bola dalam menentukan arah
kiblat

1.4

Manfaat

Manfaat dari penulisan karya tulis ini adalah


1.

Memberikan kontribusi positif bagi Umat Islam


bahwa perlu adanya pemahaman tentang penentuan arah kiblat yang benar.

2.

Menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai


aplikasi matematika dalam hal ibadah khususnya penentuan arah kiblat.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Arah Kiblat
Kata al-Qiblah terulang sebanyak 4 kali di dalam Al-Quran yaitu QS.2 :
142-145 yang berarti kiblat dan QS.10:87 yang berarti tempat sholat. Dari segi
bahasa, kata tersebut terambil dari akar kata qabala-yaqbulu yang berarti
menghadap (Susiknan Azhari, 2007: 39). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
kiblat diartikan arah ke kabah di Mekah (pada waktu salat)(Departemen P&K,
1989: 438) dan dalam kamus Al-Munawwir diartikan sebagai kabah (Achmad
Warson Munawir, 1984:1169). Sedangkan dalam Ensiklopedi Hukum Islam kiblat
diartikan sebagi bangunan kabah atau arah yang dituju kaum muslimin dalam
melaksanakan sebagian ibadah.
Kata Arah Kiblat, dua kata ini yang akan dicari formulasi dan hitungan
penentuannya. Kata arah berarti jurusan, tujuan dan maksud, yang lain memberi
arti jarak terdekat yang diukur melalui lingkaran besar pada permukaan bumi dan
yang lain artinya jihad, syathrah dan azimuth.Sedangkan kata Kiblat berarti
Kabah yang terletak di dalam Masjidil Haram kota Mekah. Para ulama sepakat
menghadap ke arah kiblat merupakan syarat sahnya shalat, maka kaum muslimin
wajib menghadap ke arah kiblat dalam melakukan ibadah shalat. Dengan
demikian arah kiblat adalah suatu arah (kiblat di Mekah) yang wajib dituju oleh
umat Islam ketika ibadah shalat[1].

Kiblat bagi Umat Islam telah dijelaskan oleh nabi Muhammad SAW dalam
Hadisnya. Sabda Nabi SAW :



Artinya: Kabah (Baitullah) adalah kiblat bagi orang-orang di masjidil
haram, masjidil haram adalah kiblat bagi orang-orang penduduk tanah
haram (Mekah), dan tanah haram (Mekah) adalah kiblat bagi semua
umatku di bumi, baik di barat maupun di timur ( HR. Al Baihaqi dari Abu
Hurairah)
Dalam Dictionary of Islam dijelaskan bahwa kabah (Baitul makmur)
pertama kali dibangun 2000 tahun sebelum penciptaan dunia. Batu-batu yang
dijadikan bangunan kabah saat itu diambil dari lima sacred mountains, yakni:
Sinai, al-Judi, Hira, Olivet dan Lebanon. Setelah Adam AS wafat, bangunan itu
diangkat ke langit. Lokasi itu dari masa ke masa diagungkan dan disucikan oleh
oleh umat para nabi. (Susiknan Azhari, 2007: 41). Bangunan berbentuk kubus ini
berukuran 12 x 10 x 15 meter.
2.1.2 Trigonometri
Trigonometri berasal dari bahasa Yunani yaitu tri artinya tiga, gonomon
artinya sudut dan metria yang artinya ukuran jadi. Dapat disimpulkan bahwa
trigonometri merupakan sebuah cabang matematika yang berhadapan dengan
sudut segi tiga dan fungsi trigonometrik seperti sinus, cosinus, dan tangen.
Menurut Edward J. Byng bahwa trigonometri adalah ciptaan bangsa Arab. Oleh
karena itu, banyak kata-kata dalam trigonometri yang menggunakan istilah dari
Arab.
Walaupun pada mulanya trigonometri dikaji sebagai cabang astronomi
tetapi akhirnya trigonometri berdiri sendiri sebagai sebuah disiplin ilmu. Hal ini

disebabkan oleh keperluan penyelesaian masalah astronomi. Kemunculan


trigonometri merupakan proses yang perlahan. Jika dibandingkan dengan cabang
matematika lain, trigonometri berkembang disebabkan hubungan antara
pendidikan matematika terapan dengan keperluan sains dalam bidang astronomi.
Berikut ini beberapa nama tokoh dalam trigonometri:

a.

Abu Wafa Muhammad Al Buzjani, Sebagai Peletak Dasar Rumus


Trigonometri.
Abul Wafa Muhammad Ibn Muhammad Ibn Yahya Ibn Ismail al Buzjani,

merupakan satu di antara sekian banyak ilmuwan muslim yang turut mewarnai
khazanah pengetahuan masa lalu. Dia tercatat sebagai seorang ahli di bidang ilmu
matematika dan astronomi dari

Baghdad.Kondisi Baghdad benar-benar amat

kondusif bagi perkembangan pemikiran Abul Wafa. Berkat bimbingan sejumlah


ilmuwan terkemuka masa itu,dia mengembangkan beberapa teori penting di
bidang matematika, utamanya geometri dan trigonometri.
Di bidang ilmu geometri, Abul Wafa memberikan kontribusi signifikan
bagi pemecahan soal-soal geometri dengan menggunakan kompas.Tak hanya itu,
dia juga mengembangkan metode baru tentang konstruksi segi empat serta
perbaikan nilai sinus 30 dengan memakai delapan desimal. Abul Wafa pun
mengembangkan hubungan sinus dan formula 2 sin2 (a/2) = 1 - cos a dan juga sin
a = 2 sin (a/2) cos (a/2).
Salah satu kontribusinya dalam trigonometri adalah mengembangkan
fungsi tangen dan mengembangkan metode untuk menghitung tabel trigonometri.
Abul Wafa juga menemukan relasi identitas trigonometri berikut ini:

sin(a + b) = sin(a)cos(b) + cos(a)sin(b)


cos(2a) = 1 2sin 2(a)
sin(2a) = 2sin(a)cos(a)
Di samping itu, Abul Wafa membuat studi khusus menyangkut teori tangen dan
tabel penghitungan tangen. Dia memperkenalkan secan dan cosecan untuk
5

pertama kalinya,serta berhasil mengetahui relasi antara garis-garis trigonometri


yang mana berguna untuk memetakannya serta pula meletakkan dasar bagi
keberlanjutan studi teori conic.Sumbangsihnya bagi teori trigonometri amatlah
signifikan terutama pengembangan pada rumus tangen, penemuan awal terhadap
rumus secan dan cosecan. Maka dari itu, sejumlah besar rumus trigomometri tak
bisa dilepaskan dari nama Abul Wafa.

b.

Muhammad Musa Al-Khawarizmi


Nama sebenar al-Khawarizmi ialah Muhammad Ibn Musa al-

khawarizmi. Selain itu beliau dikenali sebagai Abu Abdullah Muhammad bin
Ahmad bin Yusoff. Beliau telah dilahirkan di Bukhara. Ketokohan al-Khawarizmi
dapat dilihat dari dua sudut ia itu dari bidang matematika dan astronomi.
Dalam bidang matematika, al-Khawarizmi telah memperkenalkan aljabar
dan hisab. Banyak kaedah yang diperkenalkan dalam setiap karya yang
dihasilkan. Antaranya ialah kos, sin dan tan dalam trigonometri penyelesaian
persamaan, teorema segitiga sama juga segitiga sama kaki dan mengira luas
segitiga, segi empat selari dan bulatan dalam geometri. Bidang astronomi juga
dapat ditakrifkan sebagai ilmu falaq (pengetahuan tentang bintang-bintang yang
melibatkan kajian tentang kedudukan, pergerakan, dan pemikiran serta tafsiran
yang berkaitan dengan bintang) beliau menjadi salah satu tokoh yang tercatat
dalam sejarah.

c.

Al-Battani Sang Penemu Hitungan Jarak Keliling Bumi


Sejak berabad-abad lamanya, astronomi dan matematika begitu lekat

dengan umat Islam. Tak heran bila sejumlah ilmuwan di kedua bidang tersebut
bermunculan. Salah seorang di antaranya adalah Abu Abdallah Muhammad Ibn
Jabir Ibn Sinan Al-Battani. Ia lebih dikenal dengan panggilan Al-Battani atau
Albatenius.Al Battani lahir di Battan, Harran, Suriah pada sekitar 858 M.Buah

pikirnya dalam bidang astronomi yang mendapatkan pengakuan dunia adalah


lamanya bumi mengelilingi bumi. Berdasarkan perhitungannya, ia menyatakan
bahwa bumi mengelilingi pusat tata surya tersebut dalam waktu 365 hari, 5 jam,
46 menit, dan 24 detik. Perhitungannya mendekati dengan perhitungan terakhir
yang dianggap lebih akurat.Itulah hasil jerih payahnya selama 42 tahun
melakukan penelitian yang diawali pada musa mudanya di Raqqa, Suriah. Ia
menemukan bahwa garis bujur terajauh matahari mengalami peningkatan sebesar
16,47 derajat sejak perhitungan yang dilakukan oleh Ptolemy.
Dalam bidang matematika, Al Battani juga memberikan kontribusi
gemilang terutama dalam trigonometri.Al Battani juga menemukan sejumlah
persamaan trigonometri.Beliau juga memecahkan persamaan sin x = a cos x ,dan
menggunakan gagasan al-Marwazi tentang tangen dalam mengembangkan
persamaan-persamaan untuk menghitung tangen, cotangen dan menyusun tabel
perhitungan tangen.

d.

Al-Biruni, Matematikawan Penemu Trigonometri Modern


Nama lengkap al-Biruni adalah Abu al-Raihan Muhammad bin Ahmad

al-Khawarizmi al-Biruni. Saintis ensiklopedis abad ke-9 ini dilahirkan di kota


Khawarizmi, salah satu kota di wilayah Uzbekistan pada tahun 362 H (973 M).
Adapun nama Al-Biruni berasal dari kata Birun dalam bahasa Persia yang berarti
kota pinggiran.Diantara pencapaian intelektualnya, peletakan dasaar-dasar
trigonometri.Al-Biruni dikenal sebagai matematikawan pertama di dunia yang
membangun dasar-dasar trigonometri. Meskipun ilmu trigonometri telah dikenal
di Yunani, akan tetapi pematangannya ada di tangan al-Biruni.

Ia mengembangkan teori trigonometri berdasarkan pada teori Ptolemeus. Hukum


Sinus (The Sine Law) adalah temuannya yang memperbaiki teori Ptolemeus.AlBiruni juga menjelaskan sudut-sudut istimewa dalam segitiga, seperti 0, 30, 45,
60, 90. Penemuan ini tentu sangat memberi kontribusi terhadap ilmu-ilmu lainnya.
7

Seperti ilmu fisika, astronomi dan geografi. Karena memang ilmu matematika
merupakan dasar dari ilmu-ilmu astronomi dan fisika.

Selanjutnya seiring dengan perkembangan ilmu matematika, rumusrumus


trigonometri yang biasa dipakai dalam ilmu matematika adalah sebagai berikut[2]:

a) Rumuscos(A
kosinus
jumlah
selisih
duaAsudut
+ B)
= cos dan
A cos
B sin
sin B
cos(A B) = cos A cos B + sin A sin B

b) Rumussin(A
sinus+jumlah
dan
selisih
B) = sin
A cos
B +dua
cossudut
A sin B
sin(A B) = sin A cos B cos A sin B

tan A+ tanB
c) Rumus
tangen
tan ( A+
B)= jumlah dan selisih dua sudut
1tanA tanB
tan ( AB)=

tan AtanB
1+tanA tanB

d) Rumus sinus sudut


rangkap
sin 2A
= 2 sin A cos A
sin 3A = 3 sin A 4 sin3A

e) Rumus kosinus sudut rangkap


cos 2A = cos2A sin2A = 1 2 c = 2
cos2A 1
cos 3A = 4 cos3A 3 cos A

f) Rumus perkalian kosinus dan kosinus


2 cos A cos B = cos(A + B) + cos(A B)

g) Rumus
1 sudut
tengahan
1cosA
sin A=
2
2
cos

1
1+ cosA
A=
2
2

tan

1
1cosA
sinA
1cosA
A=
=
=
2
1+ cosA
1+ cosA
sinA

h) Rumus tangen
sudut rangkap
2 tanA
tan 2 A=
1tan 2 A
tan 3 A=

3 tanAtan3 A
13 tan 2 A

10

i) rumus perkalian sinus dan sinus


2 sin A sin B = - cos(A + B) + cos(A B)

j) rumus 2perkalian
dan+sinus
cos A sinkosinus
B = sin(A
B) sin(A B)
2 cos A cos B = cos(A + B) + cos(A B)

a
b sinus
c
k) Aturan/hukum
=
=
sinA sinB sinC

l) Aturan/hukum
a2=b2 +c 22 kosinus
bc cosA
2

b =b +c 2 ac cosB
c 2=a 2+ b22 ac cosC
11

m) rumus penjumlahan dan pengurangan sinus dan kosinus


1
1
sinA+ sinB=2 sin ( A + B ) cos ( AB )
2
2
1
1
sinAsinB=2 cos ( A +B ) sin ( AB )
2
2
1
1
cosA +cosB=2 cos ( A + B ) cos ( AB )
2
2
1
1
cosAcos B=2sin ( A+ B ) sin ( AB )
2
2

Rumus-rumus trigonometri yang tersebut di atas adalah rumus hasil


kombinasi dan relasi antara rumus trigonometri yang satu dengan rumus
trigonometri yang lainnya. Dalam beberapa buku referensi yang berbeda namun

12

masih pada bahasan yang sama yaitu trigonometri, ditemukan beberapa metode
yang berbeda untuk mendapatkan rumus-rumus tersebut. Hal demikian sah-sah
saja, karena masing-masing ahli matematika punya asumsi-asumsi yang berbeda
dalam menafsirkan rumus itu. Namun demikian, tentunya mereka masih
menggunakan kaidah-kaidah yang sama, yaitu aturan geometri, relasi dan
kombinasi dalam menafsirkan rumus-rumus trigonometri.

Namun, dalam kaitannya dengan penelitian ini peneliti hanya menyoroti


relasi antara trigonometri dengan bidang astronomi atau ilmu falak. Diantaranya
adalah dalam teori penentuan arah kiblatnya yaitu teori trigonometri bola
(spherical trigonometry), teori geodesi dan teori navigasi.

2.2

Pembahasan
2.2.1 Urgensi Arah Klibat Sebagai Syarat Syahnya Sholat

13

Menurut bahasa sholat berarti doa, sedang menurut syara berarti


menghadapkan jiwa dan raga kepada Allah, karena taqwa hamba kepada
Tuhannya, mengagungkan kebesaranNya dengan Khusyuk dan ikhlas dalam
bentuk perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan
salam, menurut cara-cara dan syarat-syarat yang telah ditentukan. Syarat-syarat
sahnya sholat yaitu:
1. Suci badannya dari dua hadats yaitu hadast besar dan kecil.
2. Bersih badan, pakaian dan tempatnya dari najis.
3. Menutup aurat bagi laki-laki antara pusar dan lutut dan bagi wanita seluruh
badannya kecuali muka dan dua telapak tangan
4. Sudah masuk waktu shalat
5. Menghadap kiblat (Moh. RifaI 1978:84)
Sholat fardhu lima kali sehari dilakukan setiap muslim sebagai wujud
pelaksanaan rukun Islam yang kedua. Ketika Seorang muslim mendirikan sholat
tentu mengetahui kapan waktu sholat tiba dan kapan berakhir. Tidak kalah
pentingnya saat mendirikan sholat dia harus menentukan arah mana dia
menghadapkan wajahnya.
Pada dasarnya menghadap kiblat dalam wacana fikih merupakan syarat sahnya
sholat yang tidak dapat ditawar-tawar, kecuali dalam beberapa hal yaitu:
1. Bagi mereka yang dalam ketakutan, keadaan terpaksa, keadaan sakit berat
diperbolehkan tidak menghadap kiblat pada waktu sholat. Hal ini didasarkan pada
Q.S Al-Baqarah ayat 239.

14









Artinya : Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil
berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka
sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada
kamu apa yang belum kamu ketahui.
2. Mereka yang sholat sunnah di atas kendaraan. Hal ini didasarkan pada Hadist
Nabi Riwayat Bukhari dari Jabir bin Abdullah dan juga menurut Imam Muslim,
Tirmidzi dan Ahmad yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad mengerjakan
sholat sunnah di atas kendaraannya, ketika dalam perjalanan dari Mekah menuju
Madinah. Pada waktu itulah turun firman Allah Q.S Al-Baqarah ayat 115













Artinya : Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu
menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya)
lagi Maha Mengetahui. (Wahbah az-Zuhaily, 1991:24)

2.2.2

Aplikasi Trigonometri Dalam Menentukan Arah Kiblat


Salah satui cabang ilmu matematika yaitu trigonometri yang mampu di

aplikasikan dalam berbagai ilmu maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dalam


bidang astronomi aplikasi trigonometri dapat menghitung jarak ke bintang-bintang
yang lebih dekat. Dalam ilmu falak aplikasi trigonometri dapat membantu
meningkatkan akurasi penentuan posisi atau arah kiblat secara tepat dari berbagai
15

penjuru bagi umat Islam yang tinggal jauh dari Mekah, dapat menghitung awal
waktu sholat dan dapat membantu dalam penentuan penganggalan kalender
Hijriah. Dalam hal ini aplikasi matematika khususnya trigonometri dalam
membantu meningkatkan akurasi penentuan posisi atau arah kiblat yang benar[3].
Sebelum membahas perhitungan matematis dalam menentukan arah kiblat,
ada satu metode untuk mengetahui arah kiblat yang benar dengan bantuan cahaya
matahari. Kesempatan yang sangat tepat untuk mengetahui secara persis arah
kiblat adalah saat posisi matahari berada tepat di atas kabah. Dalam satu tahun
akan ditemukan dua kali posisi matahari di atas kabah . Kesempatan tersebut
Rasjid pada setiap tanggal 27 Mei pukul 11.57 LMT dan tanggal 15 Juli atau 16
Juli pukul 12.06 LMT. Bila waktu Mekah dikonversi menjadi waktu Indonesia
bagian barat(WIB) maka harus ditambah 4 jam 21 menit sama dengan pukul
16.18 WIB dan 16.27 WIB. Oleh karena itu, setiap tanggal 27 Mei atau 28 Mei
pukul 16.18 WIB dapat mengecek arah kiblat dengan mengandalkan bayangan
matahari yang tengah berada di atas kabah. Begitu pula setiap tanggal 15 juli atau
16 Juli juga dapat dilakukan pengecekan arah kiblat dengan metode tersebut.
Dalam Prakteknya tidak perlu langkah yang rumit untuk menentukan arah kiblat
berdasar jatuhnya bayangan benda yang disinari matahari. Pengamat (observer)
cukup menggunakan tongkat atau benda lain sejenis untuk diletakkan di tempat
yang memperoleh cahaya matahari. Cahaya matahari yang menyinari benda
tersebut akan menghasilkan bayangan. Arah bayangan ini merupakan arah kiblat
(Susiknan Azhari, 2007:53-54).
Dengan mengandalkan bayangan matahari yang berada di atas kabah
untuk menentukan arah kiblat tentu tidak rumit. Hal ini dapat dilakukan di seluruh
tempat di bumi, namun waktunya disuaikan saat mataharari di atas kabah. Tentu
setiap tempat dipermukaan bumi memiliki waktu yang berbeda dengan waktu di
Mekah.[4]
Arah kota Mekah yang terdapat Kabah (sebagai kiblat kaum muslimin)
dapat diketahui dari setiap titik di permukaan bumi ini berada pada permukaan

16

bola bumi, maka untuk menentukan arah kiblat dapat dilakukan dengan
menggunakan Ilmu Ukur Segitiga Bola (Spherical Trigonometri).
Seiring perkembangan ilmu matematika, ternyata kajian trigonometri
tidak hanya dapat diterapkan dalam bidang datar saja, akan tetapi dapat diterapkan
dalam bangun ruang seperti bola. Konsep trigonometri pada bola disebut
Trigonometri Segitiga Bola atau sering disebut segitiga bola. Segitiga bola
merupakan sebuah segitiga pada permukaan bola yang dibentuk dari 3 sisi yang
merupakan bagian dari lingkaran besar (Nurwendaya : 2010). Dimana lingkaran
besar merupakan sebuah irisan permukaan bola yang melewati pusat bola
sementara lingkaran kecil adalah irisan bola yang tidak melewati pusat bola
(Koesdiono : 2002).
Berbeda dengan segitiga pada bidang datar, segitiga bola memiliki tiga
sudut dalam satuan derajat busur dan tiga sisi berbentuk garis yang berdimensi
panjang seperti meter atau centimeter, sehingga segitiga bola seluruh elemennya
hanya dalam satuan derajat busur, karena hanya tiga sudut dan tiga sisi berbentuk
busur atau lengkungan bagian dari bola langit atau bola bumi (Toyyib : 2009).
Konsep trigonometri segitiga bola ini sangat bermanfaat sekali, misalnya
dalam bidang astronomi atau dalam hal perbintangan. Konsep ini dapat
menghitung jarak ke bintang-bintang yang lebih dekat. Disamping itu juga sangat
bermanfaat dalam Ilmu Falaq, misalnya dalam menentukan awal waktu Shalat,
awal tahun Hijriah, dan dapat membantu dalam penentuan arah Qiblat dari
berbagai penjuru dunia yang jauh dari Kabah termasuk juga kota Gorontalo.
Konsep dasar dari trigonometri tidak pernah lepas dari bangun datar segitiga
siku-siku. Segitiga siku-siku didefinisikan sebagai segitiga yang memiliki satu
sudut siku-siku dan dua sudut lancip pelengkap. Sisi dihadapan sudut siku-siku
merupakan sisi terpanjang yang disebut dengan sisi miring (hipotenusa),
sedangkan sisi-sisi di hadapan sudut lancip disebut kaki (leg) segitiga itu.(E-book
Algebra 2 &Trigonometri)

17

Menurut Izzudin dalam Susheri (2012) geometri bola menunjukkan bentuk


geometri pada permukaan sebuah bola, yaitu sebuah geometri dua dimensi.
Geometri sebuah bola terdiri dari lingkaran besar (great circle), lingkaran kecil
(small circle), dan busur dipermukaan. Dimana lingkaran besar merupakan sebuah
irisan permukaan bola yang melewati pusat bola sementara lingkaran kecil yang
tidak melewati pusat bola (Koesdiono : 2002). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat
perbedaan dari lingkaran besar dan lingkaran kecil pada gambar anatomi bangun
ruang bola di bawah ini.

Gambar 1.1 Anatomi bangun ruang bola

Untuk memahami permasalahan perhitungan arah Qiblat, maka diperlukan


pemahaman dasar mengenai konsep Trigonometri Segitiga Bola atau sering
disebut Segitiga Bola. Segitiga bola merupakan sebuah segitiga pada permukaan
bola yang sisi-sisinya merupakan bagian dari lingkaran besar (Nurwendaya :

18

2010). Lingkaran besar ditentukan oleh dua titik pada bola, misalkan titik A dan
titik B yang titik pusatnya adalah P. Dan terdiri dari dua busur, yakni busur AB
dan busur BA. Busur terpendek AB (besarnya kurang dari 180) dinamakan jarak
sferis antara A dan B (Koesdiono : 2002) seperti yang terlihat pada gambar di
bawah ini.

Gambar 1.2 Jarak sferis antara A dan B


Jarak-jarak sferis inilah yang nantinya akan membentuk segitiga bola.
Jarak sferis dari setiap titik pada lingkaran besar ke kutubnya semuanya sama,

yakni sebesar 90 atau

1
2 (Koesdiono : 2002). Untuk lebih jelasnya, lihat

gambar di bawah ini.

19

Gambar 1.3 Jarak sferis A dan B


Berbeda dengan segitiga pada bangun datar, segitiga bola memiliki tiga
sudut dalam satuan derajat busur dan tiga sisi berbentuk garis yang berdimensi
panjang seperti meter atau centimeter, sehingga segitiga bola seluruh elemennya
hanya dalam satuan derajat busur, karena hanya tiga sudut dan tiga sisi berbentuk
busur atau lengkungan bagian dari bola langit atau bola bumi (Toyyib : 2009).
Lihat gambar berikut:

20

Gambar 1.4 Sisi dan sudut pada segitiga bangun datar dan segitiga bola
Suatu tempat yang berada pada permukaan bumi dapat digambarkan
dengan titik-titik. Titik tersebut didefinisikan oleh dua koordinat yaitu bujur dan
lintang. Semua titik yang memiliki bujur nol terletak pada garis meridian
Greenwich (setengah lingkaran besar yang menghubungkan kutub utara dan
selatan dan melewati Greenwich). Sementara itu semua titik yang memiliki
lintang nol terletak pada garis ekuator (khatulistiwa). Persoalan arah Qiblat erat
kaitannya dengan garis lintang () dan garis bujur () tempat yang akan diukur.
(Jamil : 2009)
Lintang tempat () diukur dari garis khatulistiwa RasjidR kutub bumi
(dari khatulistiwa sampai ke suatu tempat). Lintang yang berada disebelah utara
khatulistiwa disebut Lintang Utara diberi tanda positif (+), sedang yang berada di
sebelah selatan disebut Lintang Selatan dan diberi tanda negative (-). Bujur tempat
() biasanya diukur dari meridian Greenwich di Inggris sebagai titik pusat garis
bujur. Garis bujur dari kota Greenwich RasjidR barat disebut Bujur Barat dan
bertanda positif (+) dari 0 sampa 180. Sebaliknya garis bujur dari dari kota
Greenwich RasjidR timur disebut Bujur Timur yang diberi tanda negative (-). Jadi

21

garis bujur diukur dari 0 sampa 180, baik RasjidR barat maupun RasjidR timur.
(Jamil : 2009).
Untuk lebih jelasnya, dibawah ini disajikan gambar segitiga bola dimana
titik A merupakan titik kota Mekah, titik B adalah lokasi yang akan ditentukan
arah Qiblatnya, dan titik C adalah titik utara sejati (Kutub Utara).

Gambar 1.5 Segitiga bola

Dari Gambar di atas, segitiga bola ABC menghubungkan titik A (kota Mekah),
titik B(lokasi) dan titik C (Kutub Utara). Titik A memiliki koordinat bujur a dan
lintang a. Titik B memiliki koordinat bujur b dan lintang b. Titik C memiliki
lintang 90. Busur a adalah panjang busur yang menghubungkan titik B dan C.
Busur b adalah panjang busur yang menghubungkan titik A dan C. Busur c adalah
panjang busur yang menghubungkan titik A dan B. Sudut C (sudut ACB) tidak
lain adalah selisih antara bujur a dan bujur b. Jadi sudut C = a b. Jadi arah
kiblat dari titik B dapat diketahui dengan menentukan besar sudut B (sudut CBA).
Selanjutnya, jari-jari bumi dianggap sama dengan 1. Sudut yang menghubungkan
titik di khatulistiwa, pusat bumi dan kutub utara adalah 90 derajat. Karena lintang

22

titik A adalah La, maka busur b sama dengan 90 La. Karena lintang titik B
adalah Lb, maka busur a sama dengan 90 Lb.Untuk menentukan rumus yang
akan digunakan, dilihat dari data-data apa saja yang tersedia. Jika data-data yang
tersedia berupa lintang utara (LU) maka rumus yang akan digunakan adalah
cot B=

1.

cos ( B ) tan ( A )sin ( B ) cos ( B A )


sin ( B A)

sedangkan jika data-data yang tersedia berupa lintang selatan (LS) maka rumus
yang digunakan adalah
cotB=

2.

cos ( B ) tan ( A ) +sin ( B ) cos ( BA)


sin ( B A)

Setelah mendapatkan data dari Qiblalocator.com berupa garis lintang ()


dan garis bujur () dari masing-masing lokasi yang menjadi subjeknya maka
langkah selanjutnya adalah menghitung besar sudut arah Qiblat dengan
menggunakan rumus pertama dari masing-masing Mesjid yang menjadi subjek
penelitian. Untuk membantu proses perhitungan peneliti menggunakan kalkulator
casio tipe fx-991ES PLUS dan untuk proses perhitungan dilakukan secara analitik
sementara untuk hasilnya merupakan hasil yang aproksimasi.
Dari Qiblalocator.com dapat dilihat bahwa letak geografis R Masjid
Sabilurrasyad adalah 03311 LU (b) dan 1230342 BT (b) dan letak
geografis kota Mekah adalah 2125 LU (a) 3950 BT (a). Langkah
selanjutnya adalah menghitung besar sudut arah Qiblat dengan menggunakan
rumus pertama, dimana

cot B=

cos ( B ) tan ( A )sin ( B ) cos ( B A )


sin ( b a)

23

cos ( 0 33' 11' ' ) tan ( 21 25' )sin ( 0 33' 11 '' ) cos ( 123 03 ' 42' ' 39 50 ' )
'
''
'
sin ( 123 03 42 39 50 )

( 0.9999 )( 0.3922 )(0.0096)(0.1179)


0.9930

=0.3938
'

Cot B = 21.4956 atau 21 29 44.24 ' '

(BU)

Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa besar sudut arah Qiblat Mesjid
Sabilurrasyad adalah 212944,24 dari Barat ke Utara dan untuk besar sudut dari
arah berlawanan (dari Utara ke Barat) adalah

90 29' 44.24 ' ' =68 30' 15.76 ' '

(BU)[5].
Untuk memperkecil kemungkinan kesalahan yang akan terjadi maka pada
perhitungan di atas peneliti memgambil 10 digit dibelakang koma tapi hanya
menuliskan 4 digit saja.
Selanjutnya perhitungan arah Qiblat untuk Rasjid-mesjid yang lain sama dengan
perhitungan di atas, dan pada besar sudutnya hanya berbeda pada besar detiknya
saja. Hal ini disebabkan oleh letak geografis dari Rasjid yang menjadi subyeknya
saling berdekatan.

Arah kiblat dari seluruh tempat di bumi dapat dilihat pada Gambar 2.
Sebagai contoh, arah kiblat dari Indonesia adalah pada angka 290-an derajat, dari
Afrika Selatan sekitar 20-an, dari Inggris sekitar 110-120 derajat. Tentu saja, arah
kiblat yang tepat akan bergantung dari posisi setiap tempat.

24

Gambar 2. Arah kiblat dari seluruh tempat di bumi.

(Software Accurate Times v.5.1.)

Ada satu posisi yang menarik untuk dikaji, yaitu tempat yang merupakan
titik antipodal Kabah. Titik ini adalah titik yang paling jauh dari Kabah, dimana
bujurnya berselisih 180 derajat dengan bujur Kabah dan lintangnya tepat
berlawanan dengan lintang Kabah. Hanya sebuah pengandaian saja, jika dibuat
terowongan dari Kabah menembus pusat bumi maka ujung terowongan tersebut
akan sampai di titik antipodal Kabah. Jadi titik antipodal Kabah ini memiliki
bujur 140:10:25,42 W = -140,17383889 derajat dan lintang 21:25:21,03 S =
-21,42250833 derajat. Di titik antipodal ini, ke arah mana saja orang menghadap
maka pasti akan menuju Kabah. Ini dapat ditunjukkan dengan rumus arah kiblat
di atas. Jika dimasukkan lokasi berupa titik antipodal Kabah, maka nilai tan(B) =
0/0. Kita tahu bahwa 0/0 bisa bernilai berapa saja, sehingga B dapat bernilai

25

berapa saja. Namun secara kebetulan, titik antipodal itu terletak di Samudra
Pasifik dan tidak ada orang yang tinggal di sana.

Titik lain yang menarik untuk dikaji adalah titik ekstrim kutub Utara dan
kutub Selatan. Tepat di titik kutub Utara, lintang sama dengan 90 derajat,
sedangkan bujur tidak dapat didefinisikan. Jika orang berdiri di titik tersebut,
kemanapun arah menghadap adalah selatan. Bagaimanakah caranya menentukan
arah kiblat di titik tersebut? Buat lingkaran berjari-jari kira-kira 1 meter yang
berpusat di titik tersebut. Selanjutnya tentukan titik bujur nol yang
menlambangkan bujur Greenwich di lingkaran tersebut (bukan di titik kutub
Utara, sebab di titik kutub Utara tidak ada bujur). Selanjutnya dari titik bujur nol
tersebut, tentukan sudut berlawanan dengan jarum jam

yang besarnya sama dengan bujur Kabah. Maka titik sudut yang besarnya sama
dengan bujur Kabah ini adalah arah kiblat dari titik kutub Utara[6].

26

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Matematika adalah ilmu aplikatif yang dapat membantu dalam berbagai
bidang, salah satu cabangnya yaitu trigonometri. Lingkup bahasan trigonometri
bukan hanya pada bidang datar saja melainkan pada bidang ruang, seperti pada
bola (Sphericall Trigonometry). Aplikasi Trigonometri tidak hanya dalam
matematika saja, tetapi dapat juga diterapkan dalam kehidupan salah satunya yaitu
dalam menentukan arah kiblat di suatu tempat. Rumus yang digunakan dalam
penentuan arah kiblat yaitu Sphericall Trigonometry Formula.
3.2 Saran
Semoga makalah yang sederhana ini dapat memberikan gambaran tentang
penerapan trigonometri pada penentuan arah kiblat, serta dengan adanya makalah
ini adanya pergeseran dari paradigma matematika hanya kumpulan rumus tanpa
penerapan yang konkrit ke paradigma bahawa matematika merupakan ratu ilmu
pengetahuan dan berhubungan dengan berbagai aspek penerapan.

Demikianlah makalah ini ditulis dengan harapan dapat menjadi sumber bacaan
yang bermanfaat bagi pembaca.

27

Daftar pustaka

[1]

Anonim. 2010. Arah Qiblat. (online) tersedia di http//www.blog.am3n.net


(1 November 2014).

[2]

Nihayaturrahmah.

2010.

Astronomi

Bola/Trigonometri).

Bola

(online)

(Rumus-Rumus

Segitiga

tersedia

di

http//www.nihayaturrahmah.blogspot.com (2 November 2014)


[3]

Ika,

L.2013.Aplikasi

Trigonometri.(online).

Tersedia:

http://likha-

ika.blogspot.com/2013/04/babi-pendahuluan-a.html (1 november 2014)


[4]

Zaimwahid. 2011. Menentukan Arah Kiblat dengan Matematika.(online).


Tersedia:

http://zaimwahid.wordpress.com/2011/09/17/menentukan-arah-

kiblat-dengan-matematika/ (2 november 2014)


[5]

Wahyuni. 2009. Penerapan Konsep Trigonometri Segitiga Bola terhadap


Penentuan Arah Kiblat. Jurnal Pengajaran Sains Vol. 1. Tersedia:
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CB
8QFjAA&url=http%3A%2F%2Fkim.ung.ac.id (2 november 2014)

[6]

Khazin, Muhyiddin. 2004. Ilmu Falaq Dalam Teori dan Praktik. (online)
Tersedia: http//www.Khazin.blogspot.com (1 November 2014)

28

Anda mungkin juga menyukai