Anda di halaman 1dari 13

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PEMBAHASAN ILMU HISAB

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Hisab

Dosen Pengampu: Olih Bustanwidi, M. Pd.

Oleh :

Kelompok 1

Ani Wulantani (2101121) Muhammad Ikmal Bastiar (2101097)

Arfin Muhammad Yamin (2101184) Muhammad Rif”at (2101208)

Ikna Maulana (2101036) Nurwanti Mardiyanti (2101147)

Isma Anggraeni (2101201) Rani Nurrani (2101310)

Miftah Farid Maulana (2101253)

PAI B/III/V

FAKULTAS TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM TASIKMALAYA

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pengertian dan Ruang
Lingkup Pembahasan Ilmu Hisab” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada salah
satu mata kuliah kami, yaitu Ilmu Hisab. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Pengertian dan Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Hisab bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Dalam penulisan makalah ini kami banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan petunjuk
dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Pak Olih Bustanwidi, M Pd yang telah memberikan bimbingan, motivasi, saran dan
petunjuk dalam penyusunan makalah ini.
2. Kedua orang tua yang selalu mendo’akan dan memberikan bantuan baik moril maupun
materil sehingga penulis dapat menyampaikan penyusunan makalah ini.
3. Kepada teman teman yang sudah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.

Semoga amal baik mereka mendapat pahala dari Allah SWT kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran-saran yang akan membantu ke
arah perbaikan sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
khususnya dan bagi para pembaca umumnya.

Tasikmalaya, 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Hisab .............................................................................................. 3


B. Manfaat Ilmu Hisab .................................................................................................. 4
C. Hukum Ilmu Hisab ................................................................................................... 4
D. Objek dan Metode Ilmu Hisab ................................................................................. 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................... 8
B. Saran ......................................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan Hisab sudah pula berabad-abad dilakukan orang. Khalifah Abu Ja’far Al-
Mansur yang memerintah pada tahun 136 sampai 158 H atau 754 sampai 775 M adalah
orang yang pertama kali memperhatikan Ilmu Hisab ini. Ia memerintahkan Muhammad
Al-Fazari untuk menterjamahkan kitab Sindihind, sebuah kitab Ilmu Falak menurut
metode Hindu.
Kitab ini mula-mula diperkenalkan kepada Khalifah oleh seorang sarjana Hindu
bernama Manka. Pada masa itu juga Abu Yahya bin Bathriq menterjamahkan dari bahasa
Grika kitab Ilmu Falak, Quadripartitium, karangan Ptolomeus, ahli Falak yang hidup
pertengahan abad kedua di Iskandariyah. Umar bin Al-Farrukhan menterjamahkan
beberapa kitab dari Bahasa Persia.
Kemajuan semakin meningkat pada masa pemerintahan Khalifah Al-Makmuntahun
198-218 H atau 815-833 M. Muhammad bin Abu Musa Al-Khawarizimi telah berhasil
membuat tabel geraknya benda-benda di langit dengan metode yang terdapat dalam kitab
Sindihind. Tetapi Al-Khawarizmi mengubah tanggal dan tahunnya menurut perhitungan
Bangsa Persia. Kemudian, tabel Khawarizimi ini dua abad kemudian diperbaiki oleh
Abdul Qasim Maslamah Al-Majridi dan di tarikhnya disesuaikan dengan tanggal dan tahun
Hijriyah. Dia ini sarjana Muslim bangsa Spanyol. Pada tahun 1126, Adelard dari Bath
menterjamahkannya ke Bahasa Latin.
Seorang sarjana lain, Al-Hajjaj bin Yusuf yang telah memperlihatkan kegiatannya sejak
zaman pemerintahan Harun Al-Rasyid menterjamahkan kitab Almagest karangan
Ptolomeus. Sebuah observatorium besar didirikan di kota Baghdad, dibangun oleh seorang
Yahudi yang telah masuk Islam, Sind bin ‘Ali. Dari observatorium ini telah dihasilkan
tabel-tabel yang mu’tamad (tested tables) yang dinamakan “Tabel Ma’mun”, yang juga
berdasarkan metode Sindihind.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Ilmu Hisab?
2. Apa Saja Manfaat Ilmu Hisab?
3. Bagimana Hukum Ilmu Hisab?
4. Bagaimana Objek dan Metode Ilmu Hisab?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Ilmu Hisab.
2. Untuk Mengetahui Manfaat Ilmu Hisab.
3. Untuk Mengetahui Hukum Ilmu Hisab.
4. Untuk Mengetahui Objek dan Metode Ilmu Hisab.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Hisab


Secara bahasa, hisab berasal dari Bahasa Arab yakni hasiba yahsibu hisaban yang
memiliki arti menghitung. Secara Etimologi hisab adalah uatu perhitungan, suatu
kemuliaan, dan kebaikan yang telah dilakukan nenek moyang atau sesuatu yang
mencukupi. yaitu suatu ilmu yang mempelajari benda-benda langit, matahari, bulan,
bintang-bintang, dan planet-planetnya.
Dalam dunia islam, istilah (terminologi) hisab sering digunakan dalam ilmu falak untuk
memperkirakan posisi matahari dan bulan terhadap bumi. Karena posisi matahari menjadi
patokan umat islam dalam menentukan masuknya waktu sholat. Sementara posisi bulan
digunakan untuk mengetahui terjadinya hilal sebagi pertanda masuknya periode bulam
baru dalam kalender hijriyah.
Hisab adalah perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi
bulan dalam menentukan dimulainya awal bulan pada kalender Hijriyah. Hisab secara
harfiah 'perhitungan. Dalam dunia Islam istilah hisab sering digunakan dalam ilmu falak
(astronomi) untuk memperkirakan posisi Matahari dan bulan terhadap bumi. Posisi
Matahari menjadi penting karena menjadi patokan umat Islam dalam menentukan
masuknya waktu salat. Sementara posisi bulan diperkirakan untuk mengetahui terjadinya
hilal sebagai penanda masuknya periode bulan baru dalam kalender Hijriyah. Hal ini
penting terutama untuk menentukan awal Ramadhan saat muslim mulai berpuasa, awal
Syawal (Idul Fithri), serta awal Dzulhijjah saat jamaah haji wukuf di Arafah (9 Dzulhijjah)
dan Idul Adha (10 Dzulhijjah).
Dalam Al-Qur'an surat Yunus (10) ayat 5 dikatakan bahwa Allah memang sengaja
menjadikan Matahari dan bulan sebagai alat menghitung tahun dan perhitungan lainnya.
Juga dalam Surat Ar-Rahman (55) ayat 5 disebutkan bahwa Matahari dan bulan beredar
menurut perhitungan.
Karena ibadah-ibadah dalam Islam terkait langsung dengan posisi benda-benda langit
(khususnya Matahari dan bulan) maka sejak awal peradaban Islam menaruh perhatian
besar terhadap astronomi. Astronom muslim ternama yang telah mengembangkan metode
hisab modern adalah Al Biruni (973-1048 M), Ibnu Tariq, Al Khawarizmi, Al Batani, dan
Habash. Metode hisab termasuk pembaruan (bid'ah) karena tidak pernah dicontohkan
semasa Nabi Muhammad masih hidup.

3
Dewasa ini, metode hisab telah menggunakan komputer dengan tingkat presisi dan
akurasi yang tinggi. Berbagai perangkat lunak (software) yang praktis juga telah ada.
Hisab sering kali digunakan sebelum rukyat dilakukan. Salah satu hasil hisab adalah
penentuan kapan ijtimak terjadi, yaitu saat Matahari, bulan, dan bumi berada dalam posisi
sebidang atau disebut pula konjungsi geosentris. Konjungsi geosentris terjadi pada saat
matahari dan bulan berada di posisi bujur langit yang sama jika diamati dari bumi. Ijtimak
terjadi 29,531 hari sekali, atau disebut pula satu periode sinodik.

B. Manfaat Ilmu Hisab


Ilmu hisab adalah ilmu yang mempelajari lintasan benda-benda langit seperti matahari,
bulan, dan bumi untuk mengetahui posisi dan kedudukan benda langit yang satu dengan
benda langit lainnya. Ilmu hisab adalah satu ilmu yang membahas tentang seluk beluk
perhitungan. Di sebut juga dengan ilmu falak yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang
benda-benda langit baik tentang fisiknya, geraknya, ukurannya dan segala sesuatu yang
berhubungan dengannya.
Dengan mempelajari ilmu hisab, kita dapat memastikannya ke arah mana kiblat suatu
tempat di permukaan bumi. Kita juga dapat memastikan waktu shalat telah tiba atau
matahari sudah terbenam untuk berbuka puasa. Dengan ilmu ini pula orang yang
melakukan rukyatul hilal dapat mengarahkan pandangannya dengan tepat ke posisi hilal,
bahkan kita juga dapat mengetahui akan terjadinya peristiwa gerhana matahari atau
gerhana bulan berpuluh bahkan beratus tahun yang akan datang.
Dengan demikian, atau ilmu hisab dapat menumbuhkan keyakinan dalam melakukan
ibadah, sehingga ibadahnya lebih khusyu’. Nabi SAW bersabda : “Sesungguhnya sebaik-
baik hamba Allah adalah mereka yang selalu memperhatikan matahari dan bulan untuk
mengingat Allah” (HR. Thabrani).

C. Hukum Ilmu Hisab


Pada dasarnya di dalam menetapkan 1 (satu) Ramadhan dan 1 (satu) Syawal di setiap
tahun di Indonesia hingga saat ini dan mungkin saat-saat mendatang tak kunjung menyatu,
selalu ada saja timbul perbedaan yang mungkin disebabkan adanya perbedaan prinsip yang
mendasar dalam memahami nash yang berakibat melahirkan perbedaan cara
penerapannya, ada yang merujuk pada pendapat wujudul Hilal atas dasar Hisab (bulan
sudah berada di atas ufuq) dan ada juga yang merujuk pada pendapat Rukyatul hilal (bulan
berada di atas ufuq dengan ketentuan Imkanu ar- rukyah), dari kedua methode dasar dalam
4
menetapkan awal Ramadhan dan awal bulan Syawwal di setiap tahun di Indonesia
khususnya, ketika terjadi hasil Ijtihadnya ternyata jatuh pada hari yang sama, maka tidak
menimbulkan permasalahan di kalangan masyarakat , tapi manakala ternyata hasilnya
jatuh pada hari yang berbeda, maka diakui atau tidak, dapat dipastikan menimbulkan
dampak permasalahan di kalangan masyarakat khususnya masyarakat awam, sekurang-
kurangnya sedikit kebingungan, karenanya harus menunggu Keputusan Pemerintah, dalam
hal ini menteri Agama RI.
Banyak ayat Al-Quran dan Hadits yang dijadikan petunjuk sebagailandasan dan
kemudian ditafsirkan dengan menggunakan dua cara tersebut yakni hisab dan rukyat.
Secara keseluruhan dalil-dalil naqli (baik Al-Quran maupun hadits) memberikan petunjuk
dan motivasi umat manusia agar selalu mempelajari benda-benda langit (matahari, bumi,
bulan dan bintang) untuk menetapkan waktu-waktu ibadah. Yang salah satunya adalah
untuk menentukan awal bulan kamariyah. Adapun dalil-dalil tersebut adalah sebagai
berikut :
• Surat Al-Baqarah Ayat 189
ُ ‫ْس ْال ِب ُّر ِبا َ ْن ت َأْتُوا ْالبُي ُْوتَ ِم ْن‬
‫ظ ُه ْو ِرهَا َو ٰل ِك َّن ْال ِب َّر َم ِن‬ ِ ‫اس َو ْال َح‬
َ ‫ج ۗ َولَي‬ ِ َّ‫ِي َم َواقِيْتُ ِللن‬ َ ‫ع ِن ْاْلَ ِهلَّ ِة ۗ قُ ْل ه‬
َ َ‫۞ يَسْـَٔلُ ْونَك‬
ٰ ‫ات َّ ٰق ۚى َوأْتُوا ْالبُي ُْوتَ ِم ْن اَب َْوا ِب َها ۖ َواتَّقُوا‬
َ‫ّللاَ لَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُح ْون‬

189. Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang bulan sabit.52)


Katakanlah, “Itu adalah (penunjuk) waktu bagi manusia dan (ibadah) haji.” Bukanlah
suatu kebajikan memasuki rumah dari belakangnya, tetapi kebajikan itu adalah
(kebajikan) orang yang bertakwa. Masukilah rumah-rumah dari pintu-pintunya, dan
bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.
• Surat Al-Baqarah Ayat 185
‫ش ْه َر‬ َّ ‫ش ِهدَ ِم ْن ُك ُم ال‬ ِ ۚ َ‫اس َوبَيِ ٰنت ِمنَ ْال ُه ٰدى َو ْالفُ ْرق‬
َ ‫ان فَ َم ْن‬ ِ َّ‫ِي ا ُ ْن ِز َل فِ ْي ِه ْالقُ ْر ٰانُ ُهدًى ِللن‬
ْ ‫ضانَ الَّذ‬ َ ‫ش ْه ُر َر َم‬ َ
‫ّللاُ ِب ُك ُم ْاليُس َْر َو َْل ي ُِر ْيدُ ِب ُك ُم‬ٰ ُ‫سفَر فَ ِعدَّة ٌ ِم ْن اَيَّام اُخ ََر ۗي ُِر ْيد‬ َ ‫ع ٰلى‬َ ‫ص ْمهُ َۗو َم ْن َكانَ َم ِر ْيضًا ا َ ْو‬ ُ َ‫فَ ْلي‬
َ‫ع ٰلى َما َه ٰدى ُك ْم َولَعَلَّ ُك ْم ت َ ْش ُك ُر ْون‬ ٰ ‫ْالعُس َْر َۖو ِلت ُ ْك ِملُوا ْال ِعدَّة َ َو ِلتُك َِب ُروا‬
َ َ‫ّللا‬

185. Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta
pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir
(di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang
sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya)

5
sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki
kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu
mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu agar kamu bersyukur.
• Surah Al-Anbiya ayat 33
َ‫س َو ْالقَ َم ۗ َر ُك ٌّل ِف ْي فَلَك يَّ ْسبَ ُح ْون‬ َ ‫ِي َخلَقَ الَّ ْي َل َوالنَّ َه‬
َّ ‫ار َوال‬
َ ‫ش ْم‬ ْ ‫َوه َُو الَّذ‬

33. Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-
masing beredar pada garis edarnya.
• Surat Yasin ayat 40
َ‫ار َۗو ُك ٌّل ِف ْي فَلَك يَّ ْسبَ ُح ْون‬ َ ‫س يَ ْۢ ْنبَ ِغ ْي لَ َها ا َ ْن ت ُ ْد ِركَ ْالقَ َم َر َو َْل الَّ ْي ُل‬
ِ ‫سا ِب ُق النَّ َه‬ َّ ‫َْل ال‬
ُ ‫ش ْم‬

40. Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat
mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.

D. Objek dan Metode Ilmu Hisab


Metode hisab artinya 'menghitung'. Dalam metode hisab, penentuan awal bulan Hijriah
mengandalkan hitungan ilmu falak atau ilmu astronomi guna memastikan apakah hilal
sudah wujud atau belum. Jadi, dalam metode hisab, tidak perlu benar-benar melihat hilal
secara langsung.
Beberapa metode Ilmu Hisab :
• Hisab Urfi
Dalam sistem Hisab Urfi, kalender qamariyah disusun berdasarkan masa
peredaraan rata-rata Bulan mengelilingi Bumi, yakni 29 hari 12 jam 44 menit 3 detik
(masa yang berlalu di antara dua ijtimak yang berurutan, atau satu bulan Sinodis).
Berdasarkan perhitungan ini, maka satu tahun (12 bulan) dihitung sama dengan 354
hari 8 jam 48 menit 36 detik (354 11/30 hari).
Karena terdapat angka pecahan sebesar sebesar 11/30 hari, maka untuk
menghilangkannya sistem ini membuat siklus 30 tahunan dalam kalender qamariyah
yang terdiri dari 19 tahun Basitah (354 hari) dan 11 tahun Kabisat (355 hari). Tahun-
tahun Kabisat (tahun panjang) dalam siklus 30 tahun tersebut jatuh pada urutan ke 2,
5, 7, 10, 13, 16, 18, 21, 24, 26, 29. Umur bulan dalam sistem ini dibikin tetap, yakni

6
30 hari untuk buJan-bulan ganjil dan 29 hari untuk bulan-bulan genap (kecuali bulan
ke 12 pada tahun-tahun Kabisat berumur 30 hari.
Dengan sistem ini, awal bulan-bulan qamariyah di segenap belahan Bumi akan
selalu jatuh pada hari yang sama. Tetapi karena mengesampingkan variabel
penampakan hilal, maka –dalam kerangka penentuan waktu untuk pelaksanaan hukum
syari'at- sistem ini tidak banyak dianut oleh kaum muslimin.

• Hisab Hakiki
Dalam sistem Hisab Hakiki, kalender qamariyah disusun berdasarkan masa
peredaraan Bulan yang sebenarnya (hakiki). Karena itu, panjang masa yang berlalu di
antara dua ijtimak berurutan (satu bulan sinodis) tidak selalu sama setiap bulan.
Kadang hanya 29 hari lebih 6 jam dan beberapa menit, dan kadang sampai 29 hari
lebih 19 jam dan beberapa menit. Berkaitan dengan ini, maka umur bulan yang selalu
tetap seperti dalam Hisab 'Urfi tidak dikenal dalam sistem ini. Boleh jadi 29 hari
berturut-turut, atau 30 hari berturut-turut.
Dalam praktiknya, sistem ini menyusun kalender dengan memperhitungkan
posisi Bulan. Karena itu untuk penentuan waktu-waktu ibadah sistem Hisab Hakiki
ini banyak dianut oleh kaum muslimin. Berbagai metode hisab banyak dikembangkan
pada alur sistem ini. Dari segi akurasinya, metode-metode hisab tersebut lazim
dikategorikan menjadi tiga, yakni Taqribi, Tahqiqi dan Kontempor.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hisab adalah perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi
bulan dalam menentukan dimulainya awal bulan pada kalender Hijriyah. Hisab secara
harfiah 'perhitungan. Dalam dunia Islam istilah hisab sering digunakan dalam ilmu falak
(astronomi) untuk memperkirakan posisi Matahari dan bulan terhadap bumi. Posisi
Matahari menjadi penting karena menjadi patokan umat Islam dalam menentukan
masuknya waktu salat. Sementara posisi bulan diperkirakan untuk mengetahui terjadinya
hilal sebagai penanda masuknya periode bulan baru dalam kalender Hijriyah. Hal ini
penting terutama untuk menentukan awal Ramadhan saat muslim mulai berpuasa, awal
Syawal (Idul Fithri), serta awal Dzulhijjah saat jamaah haji wukuf di Arafah (9 Dzulhijjah)
dan Idul Adha (10 Dzulhijjah).
Dengan mempelajari ilmu hisab, kita dapat memastikannya ke arah mana kiblat suatu
tempat di permukaan bumi. Kita juga dapat memastikan waktu shalat telah tiba atau
matahari sudah terbenam untuk berbuka puasa. Dengan ilmu ini pula orang yang
melakukan rukyatul hilal dapat mengarahkan pandangannya dengan tepat ke posisi hilal,
bahkan kita juga dapat mengetahui akan terjadinya peristiwa gerhana matahari atau
gerhana bulan berpuluh bahkan beratus tahun yang akan datang.
Dengan demikian, atau ilmu hisab dapat menumbuhkan keyakinan dalam melakukan
ibadah, sehingga ibadahnya lebih khusyu’. Nabi SAW bersabda : “Sesungguhnya sebaik-
baik hamba Allah adalah mereka yang selalu memperhatikan matahari dan bulan untuk
mengingat Allah” (HR. Thabrani).

B. Saran

1. Bagi dosen, penulis berharap untuk memperbanyak literatur yang berkaitan dengan
Pengertian dan Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Hisab supaya mahasiswa bisa
menambah wawasan dan memperdalam lagi mengenai pembahasan tersebut dengan
baik.
2. Bagi mahasiswa, penulis berharap mempelajari lebih dalam tentang Pengertian dan
Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Hisab dengan sungguh-sungguh agar mengetahui
8
bagaimana tujuan yang harus dicapai dalam Pengertian dan Ruang Lingkup
Pembahasan Ilmu Hisab.
3. Bagi mahasiswa, penulis berharap mempelajari lebih dalam tentang Pengertian dan
Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Hisab dengan sungguh-sungguh agar mengetahui
bagaimana tujuan yang harus dicapai dalam Pengertian dan Ruang Lingkup
Pembahasan Ilmu Hisab.

9
DAFTAR PUSTAKA

Fairuz Sabiq, Telaah Metodologi Penetapan Awal Bulan Qamariyah di Indonesia, (tesis),

Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, 2007

Lajnah Falakiyah PBNU. Pedoman Rukyat dan Hisab Nahdlatul Ulama. Jakarta: Lajnah
Falakiyah

Thomas Djamaluddin, Astronomi Memberi Solusi Penyatuan Ummat, Jakarta:Lembaga

Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), 2011

10

Anda mungkin juga menyukai