Disusun oleh :
Kelompok 8
Atirah :102261134720
Puji syukur senantiasa kita ucapkan kehadirat Allah SWT.atas limpahan kasih
sayang dan bimbinganNya, sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah yang
berjudul “Pelayanan Bimbingan Hisab Ru’yat dan Bimbingan syariah”.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah, Aamiin Yaa Raobbal ‘Alamiin.
Kelompok 8
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang i
B. Rumusan Masalah ii
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………………13
B. DaftarPustaka…………………………………………………………………………………………………….…16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam penetapan awal bulan qamariah, terdapat beberapa metode yang menjadi dasar
dalam penentuannya, antara lain yaitu dengan menggunakan metode hisab dan metode
rukyat. Hisab merupakan sistem perhitungan yang didasarkan pada peredaran bulan dan
bumi mengelilingi matahari. Menurut sistem ini umur setiap bulan tidaklah konstan dan
juga tidak beraturan, melainkan tergantung pada posisi hilal di setiap awal bulannya.
Sedangkan rukyat atau biasa juga disebut rukyat al-Hilal adalah suatu kegiatan yang
dilakukan untuk melihat hilal atau bulan sabit muda setelah terjadi konjungsi / ijtimak, di
langit (ufuk) sebelah barat sesaat setelah matahari terbenam menjelang awal bulan baru
– khususnya menjelang Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah – untuk menentukan kapan
bulan baru itu dimulai (Khazin, 2008:173).
Rukyah digunakan untuk menentukan awal bulan kamariyah baru seperti Ramadan,
Syawal, Zulhijjjah dan Muharram. Dalam perjalanannya belum terlihat masalah dalam
kegiatan rukyah karena umat Islam hanya ada di Arab saja dan baru ada perbedaan ketika
Islam mulai menyebar luas.
Dalam penelusuran penulis melalui hadis-hadis Nabi yang berbicara dengan prosesi
rukyah, maka setidaknya ada empat bulan yang dijadikan rutinitas besar umat Islam saat
itu. Empat bulan tersebut adalah Ramadan, Syawal, Dzulhijjah, dan Muharram. Dan
penjelasan keempat bulan tersebut tidak lain adalah untuk memulai berpuasa Ramadan,
memulai idul fitri, mengetahui waktu berkurban, dan mengetahui waktu puasa Asyura.
Dan Kita bisa memahami bahwa penggunaan rukyah oleh umat Islam di zaman Nabi SAW
erat kaitannya dengan suatu kebutuhan pelaksanaan suatu ibadah, seperti puasa
Ramadan, salat idul fitri, pelaksanaan kurban, dan puasa Asyura.
Seadangkan bidang urusan agama islam pembimbingan syariah mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan bahan pelaksanaan kebijakan teknis, pelayanan,
bimbingan teknis, pembinaan, pengelolaan sistem informasi, dan penyusunan
rencana, serta pelaporan di bidang agama islam berdasarkan kebijakan teknis yang
ditetapkan oleh kepala kantor wilayah kementrian agama provinsi.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian metode hisab?
2. Apa pengertian metode ru’yat?
3. Bagaimana sejarah perkembangan hisab dan ru’yat ?
4. Bagaimana asas dan dalil tentang penentuan awal ramadhan?
5. Bagaimana proses dan tahapan penentuan awal ramadhan dengan metode
hisab dan ru’yat?
6. Apa tugas dan fungsi bidang urusan agama dan pembimbingan syariah?
BAB II
PEMBAHASAN
1
suduthukum.com
2
rumus-rumus yang ada pada kitab tersebut, seperti bagaimana cara untuk
menghitung awal bulan dangan data astronomis yang ada.
2
Maskufa, Ilmu Falaq., h. 155.
3
Zubaer Umar Jaelany, op. Cit., h.5
4
Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyah, h. 47-48.
3
nama benda langit, Matahari untuk hari ahad, Bulan untuk hari senin, Mars untuk
hari selasa, Merkurius untuk hari rabu, Jupiter untuk hari kamis, Venus untuk hari
jum‟at, dan Saturnus untuk hari sabtu5.
Kemudian pada abad 20 SM juga telah ditemukan alat untuk mengetahui gerak
matahari dan benda-benda langit lainnya di negri Tionghoa dan berlanjut pada
asumsi Phytagoras 580-500 SM (bumi berbentuk bola bulat), Heraklitus dari Pontus
388-315 SM (bumi berputar pada sumbunya Mercurius dan Venus mengelilingi
matahari dan matahari mengelilingi bumi)6, kemudian Aristarchus dari Samos 310-
230 SM (Pengukuran jarak bumi dan matahari, dan menyatakan bumi beredar
mengelilingi matahari), dan Eratosthenes dari Mesir 276-196 SM (sudah dapat
menghitung keliling bumi). Dari situ dapat disimpulkan bahwa sejak sebelum
masehi ternyata sudah tampak adanya persoalan hisab rukyah walaupun dalam
kemasan yang berbeda.
Kemajuan peradaban suatu bangsa atau wilayah pada dasarnya memang sangat
dipengaruhi oleh kemajuan pengetahuan yang dicapai di zamannya. Begitu pula
dalam ranah kajian ilmu hisab atau falak yang pernah menjadi bagian dari golden
age kebudayaan dan peradaban Islam. Namun tidak bisa dipungkiri kalau
perkembangan keilmuan selalu bersifat melengkapi dan bahkan menjadi antithesis
dari penemuan dari manusia di zaman atau peradaban sebelumnya.
Tak terkecuali dalam keilmuan ini, Dr. Yahya Syami sebagaimana dikutip oleh
Susiknan Azhari membagi perkembangan ilmu falak dalam dua fase, yakni fase Pra
Islam dan fase Islam. Fase pra-Islam dimulai dari bangsa Babilonia yang banyak
menggunakan petunjuk gerakan benda langit sebagai pedoman atau ramalan
kehidupan mereka. Meski demikian, bangsa ini sudah mampu mengetahui kapan
terjadinya gerhana dengan petunjuk rasi bintang. Dalam bentuk sederhana, mereka
pun sudah menciptakan tabel-tabel kalender khusus untuk pergantian musim,
waktu, bulan, gerhana dan pemetaan langit.
Masyarakat Babilonia juga yang merumuskan penetapan waktu dalam satu hari
sebanyak 24 jam. Dimana satu jam adalah 60 Menit dan satu menit adalah 60 detik,
mereka menyebutnya dengan sebutan hukum Sittiny yaitu hukum per-enam puluh.
Karena mereka menganggap bahwa keadaan bumi adalah bulat dan berbentuk
5
Thanthawy al-Jauhary, Tafsir al-Jawahir, juz VI, Mesir: Musthafa al-Babi al-Habibi, 1346 H, h.
6
Rudolf, There Was Light, New York: Alfred A Knopt, 1957, h. 85.
4
lingkaran 360 derajat dan pembagiannya habis dengan 60. Selain itu, mereka juga
telah menetapkan peredaran bulan mengelilingi bumi membutuhkan waktu 29.
530594 hari7.
Setelah Babilonia, terdapat bangsa Mesir Kuno yang mampu menangkap
fenomena alam berupa pasang surutnya sungai Nil yang ditandai dengan
munculnya bintang Sirius di sebelah selatan setiap tanggal 19 tamuz atau juli.
Selain itu terdapat pula bangsa Mesopotamia, Cina, India, Perancis serta Yunani
yang memunculkan teori dan warna baru dalam perkembangan astronomi manusia.
Dari fase ini, agaknya Yunani yang banyak berpengaruh dalam perkembangan
astronomi dan keilmuan falak (hisab) Arab. Saat Masa kejayaan Yunani berakhir,
pusat peradaban dan perkembangan ilmu dunia memang berpusat pada dunia Timur
yang notabene di bawah kekuasaan Islam.
Masa ini tergolong cukup lama dibanding peradaban lain yakni selama kurang
lebih 14 abad. Fakta sejarah menyatakan, masa Golden age dunia Islam memang
berbanding terbalik dengan dunia Barat yang berada dalam masa kegelapan (dalam
keilmuan Filsafat biasa dikatakan sebagai fase skolastik) dan berada di bawah
kontrol gereja. Berfokus pada perkembangan falak di dunia Islam, Donald
Routledge sebagaimana dikutip Anton Ramdan membaginya dalam 4 periode
secara spesifik, yakni8:
1) Periode 700 M – 825 M
Yakni masa penerjemahan buku-buku astronomi dari India dan Yunani seperti Zij
al-Sindhind, Almagest karya Ptolemy dan penulisan buku astronomi Zij ala Sinin
al-Arab oleh Muhammad al-Fazari pada 790 M.
2) Periode 825 M – 1025 M
Yakni di masa pemerintahan Abbasiyyah dengan adanya Baitul Hikmah
yang menjadi wadah lahir dan berkembangnya pengetahuan dan peradaban Islam.
Dari masa ini muncullah nama al-Khawarizmi, al-Farghani, Muhammad Ibnu Musa
hingga matematikawan dan astronom Abu Wafa Muhammad ibnu Muhammad al-
Buzjani.
3) Periode 1025 M – 1450 M
7
http://erwandigunawandly.blogspot.co.id/2014/06/historisitas-hisab-i-kaleidoskop.html. Diakses
pada tanggal 15 November 2017
8
http://erwandigunawandly.blogspot.co.id/2014/06/historisitas-hisab-i-kaleidoskop.html. Diakses
pada tanggal 15 November 2017.
5
Di masa ini Islam memiliki Ibnu al-Haitham yang mempelopori ilmu
astronomi berdasar penelitian dengan teleskop, al-Biruni dengan magnum
opusnya kitab al-Qanun al-Mas’udi, Ulugh Beg dan sebagainya.
4) Periode 1450 M – 1900 M
Masa ini adalah masa kemunduran keilmuan falak dan astronomi Islam yang
ironisnya bersamaan dengan menggeliatnya dunia keilmuan di Barat pasca masa
Renaisense. Di masa ini tidak banyak penemuan astronomi yang berarti dan penting
selain pendirian observatorium astronomi di Istambul oleh Taqi al-Din bin Ma‟ruf.
Menariknya, dari pembagian fase periode ini, tidak banyak ditemukan literatur
dan referensi yang menjelaskan detail terkait perkembangan keilmuan ini di kurun
abad awal hijriah. Padahal fase ini adalah masa kehidupan nabi Muhammad dan
sahabat atau tabi‟in yang otomatis adalah masa ayat-ayat al-Quran dan hadis masih
berproses turun dan berdialektika. Artinya, saat itu umat Islam mengalami fase
perpindahan yang cukup signifikan, dari keyakinan nenek moyang menuju agama
samawi terakhir, dari aktifitas sosial dan keagamaan warisan turun temurun menuju
pola interaksi yang digariskan dalam al-Quran, khususnya taklif terkait ibadah
tertentu yang sangat terikat dengan waktu dan otomatis terkait dengan keilmuan
falak dan hisab.
6
َأیَّا ࣰما َّم ۡعدُو َد ٰ ࣲۚت فَ َمن َكانَ ِمن ُكم َّم ِریضًا َأ ۡو َعلَ ٰى َسفَ ࣲر فَ ِع َّد ࣱة ِّم ۡن َأی ٍَّام ُأ َخ ۚ َر َو َعلَى ٱلَّ ِذینَ یُ ِطیقُونَ ۥهُ فِ ۡدیَ ࣱة طَ َعا ُم ِم ۡس ِكی ࣲۖن فَ َمن
َخَی ࣱر لَّ ُكمۡ ِإن ُكنتُمۡ ت َۡعلَ ُمون
ۡ وا ۟ تَطَ َّو َع خ َۡی ࣰرا فَه َُو خ َۡی ࣱر لَّ ۚۥهُ َوَأن تَصُو ُم
Artinya: (Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau
dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari
(yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang-orang yang
berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang
miskin. Tetapi barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu
lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS.
al-Baqarah: 184)
Ayat tersebut menyebutkan tentang waktu kapan puasa wajib dilakukan yaitu
dalam beberapa hari tertentu, lalu apa yang dimaksud dengan “beberapa hari
tertentu” tersebut. Ini masih belum jelas, maka dijelaskan dalam ayat setelahnya.
ُاس َوبَیِّنَ ٰـ ࣲت ِّمنَ ۡٱلهُد َٰى َو ۡٱلفُ ۡرقَا ۚ ِن فَ َمن َش ِه َد ِمن ُك ُم ٱل َّش ۡه َر فَ ۡلیَصُمۡ ۖه ۡ
ِ َّنز َل فِی ِه ٱلقُ ۡر َءانُ هُ ࣰدى لِّلن ُأ
ِ ضانَ ٱلَّ ِذ ۤیَ َش ۡه ُر َر َم
۟ وا ۡٱل ِع َّدةَ َولِتُ َكبِّر
ُوا ۟ َُومن َكانَ مریضًا َأ ۡو َعلَ ٰى َسفَ ࣲر فَ ِع َّد ࣱة ِّم ۡن َأی ٍَّام ُأخَ ۗ َر یُری ُد ٱهَّلل ُ ب ُك ُم ۡٱلی ُۡس َر َواَل یُری ُد ب ُك ُم ۡٱلع ُۡس َر َولِتُ ۡك ِمل
ِ ِ ِ ِ ِ َ َ
َٱهَّلل َ َعلَ ٰى َما هَد َٰى ُكمۡ َولَ َعلَّ ُكمۡ ت َۡش ُكرُون
Artinya: Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur`ān,
sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu
dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara
kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam
perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan
bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan
bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang dAyat tersebut
menyebutkan tentang waktu kapan puasa wajib dilakukan yaitu dalam beberapa
hari tertentu, lalu apa yang dimaksud dengan “beberapa hari tertentu” tersebut. Ini
masih belum jelas, maka dijelaskan dalam ayat setelahnya.
ُاس َوبَیِّنَ ٰـ ࣲت ِّمنَ ۡٱلهُد َٰى َو ۡٱلفُ ۡرقَا ۚ ِن فَ َمن َش ِه َد ِمن ُك ُم ٱل َّش ۡه َر فَ ۡلیَصُمۡ ۖه ۡ
ِ َّنز َل فِی ِه ٱلقُ ۡر َءانُ هُ ࣰدى لِّلن ُأ
ِ ضانَ ٱلَّ ِذ ۤیَ َش ۡه ُر َر َم
۟ وا ۡٱل ِع َّدةَ َولِتُ َكبِّر
ُوا ۟ َُومن َكانَ مریضًا َأ ۡو َعلَ ٰى َسفَ ࣲر فَ ِع َّد ࣱة ِّم ۡن َأی ٍَّام ُأخَ ۗ َر یُری ُد ٱهَّلل ُ ب ُك ُم ۡٱلی ُۡس َر َواَل یُری ُد ب ُك ُم ۡٱلع ُۡس َر َولِتُ ۡك ِمل
ِ ِ ِ ِ ِ َ َ
َٱهَّلل َ َعلَ ٰى َما هَد َٰى ُكمۡ َولَ َعلَّ ُكمۡ ت َۡش ُكرُون
Artinya: Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur`ān,
sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu
7
dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara
kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam
perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan
bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan
bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, agar kamu bersyukur. (QS. al-Baqarah: 185)
Pada dasarnya Rasulullah SAW juga telah memberikan tuntunan sebagaimana
disebut dalam beberapa hadist yang mejadi pegangan ulama, diantaranya
صُو ُموا لِ ُرْؤ يَتِ ِه َوَأ ْف ِطرُوا لِ ُرْؤ يَتِ ِه
“Berpuasalah kamu saat melihatnya (hilal) dan berifthar (lebaran) saat melihatnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
ًصُو ُموا لِ ُرْؤ يَتِ ِه َوَأ ْف ِطرُوا لِ ُرْؤ يَتِ ِه فَِإ ْن َحال بَ ْينَ ُك ْم َوبَ ْينَهُ َس َحابَةٌ فََأ ْك ِملُوا ْال ِع َّدةَ َوالَ تَ ْستَ ْقبِلُوا ال َّش ْه َر ا ْستِ ْقبَاال
“Berpuasalah kamu dengan melihat hilal dan berbukalah kamu dengan melihatnya
juga. Tetapi bila ada awan yang menghalangi, maka genapkanlah hitungan dan
janganlah menyambut bulan baru.” (HR. An-Nasa’i dan Al-Hakim).
Walaupun tenyata metode Rukyat Al-Hilal ini dalam tenerapannya sedikit terdapat
perbedaan dalam jumlah mereka yang melihat. Sebagian berpendapat bahwa
kesaksian satu orang adil yang melihat bulan sudah bisa diambil. Ini didadari atas
hadit yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar.
وأمر الناس بصيامه، فصام رسول هللا صلى هللا عليه وسلم، فأخبرت النبي أني رأيته،تراءى الناس الهالل
“Masyarakat tengah berusaha melihat bulan, maka akupun datang menemui nabi
dan mengabarkan bahwa aku sudah melihat bulan, maka Rasulullah SAW berpuasa
dan memerintahkan ummat Islam lainnya untuk berpuasa.” (HR. Abu Daud).
Rasulullah saw pernah bersabda mengenai perintah berpuasa jika melihat hilal:
ُ فَِإ ْن ُغ َّم َعلَ ْي ُك ْم فَا ْق ُدرُوا لَه، َوِإ َذا َرَأ ْيتُ ُموهُ فََأ ْف ِطرُوا،ِإ َذا َرَأ ْيتُ ُموهُ فَصُو ُموا
Artinya: Apabila kalian melihatnya (hilal Ramadan), maka berpuasalah, dan jika
kalian melihatnya (hilal bulan baru), maka berbukalah. Tetapi jika mendung
(tertutup awan) maka estimasikanlah (menjadi 30 hari). (HR. al-Bukhari dan
Muslim)
8
Dalam hadis tersebut ada dua petunjuk untuk mengetahui kapan puasa Ramadan;
dengan melihat hilal atau dengan mengestimasikan/menyempurnakan bilangan
bulan menjadi 30 hari. Jikalau kita menggunakan rukyat, maka kita belum tahu
kapan akan datangnya bulan Ramadan karena harus menunggu tanggal 29 Sya’ban
terlebih dahulu, kemudian melakukan rukyatul hilal.
Jika dahulu rukyat (melihat) bulannya hanya dengan mata telanjang, maka
sekarang proses melihat bulan sudah mengalami perkembangan, dengan didukung
peralatan canggih modern.
Kehadiran alat teropong yang mampu memperbesar suatu benda hingga ribuan
kali ini sagat membantu dalam proses observasi penentuan awal Ramadhan ini.
Sehingga metode ini akan semakin baik hasilnya9.
9
Harakatuna.com
9
Menurut Lapan, metode rukyat atau rukyatul hilal adalah adalah aktivitas
pengamatan hilal dengan melihat secara langsung atau menggunakan teleskop10.
Hilal adalah nampaknya bulan sabit muda pertama setelah terjadinya konjungsi
(ijtimak atau bulan baru) di arah matahari terbenam yang dijadikan acuan jatuhnya
awal bulan dalam kalender Hijriyah termasuk Ramadhan.
Kapan waktu pengamatan hilal yaitu pada hari ke-29 untuk menentukan apakah
hari berikutnya sudah terjadi pergantian bulan atau belum. Metode rukyatul hilal
digunakan oleh Nahdlatul Ulama (NU) dengan melakukan pengamatan di beberapa
titik di Indonesia.
Dalam metode rukyat, hilal yang berada di bawah ketinggian dua derajat
mustahil diamati dengan mata, namun jika lebih dari dua derajat maka hilal
memungkinkan untuk dilihat dengan mata telanjang.
Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS) di
mana tinggi bulan baru yang teramati minimal 3 derajat dan elongasi minimal 6,4
derajat.
Jika menggunakan metode rukyat, maka visual hilal yang teramati akan menjadi
tanda bahwa esok hari akan jadi hari pertama bulan dalam kalender Hijriah.Namun
jika hilal tidak terlihat maka disepakati bahwa lusa adalah waktu jatuhnya awal
bulan, dan berlaku baik untuk penentuan awal bulan Ramadhan dan bulan-bulan
lain termasuk Syawal.
Hal ini disebut dengan istikmal yaitu melakukan pembulatan jumlah hari
sampai tiga puluh hari sebelum dimulainya bulan yang baru. Pada tahun ini,
rukyatul hilal yang dilakukan untuk menentukan awal puasa Ramadhan 1443
Hijriyah akan dilakukan pada tanggal 1 April 2021 petang di 101 titik di seluruh
Indonesia.
Metode hisab
10
Kompas.com Regional
11
bali.kemenag.go.id
10
Metode hisab adalah serangkaian proses perhitungan yang salah satunya
bertujuan menentukan posisi geometris benda langit untuk kemudian mengetahui
waktu di mana benda langit menempati posisi tersebut, atau mengetahui apakah
suatu siklus waktu sudah mulai atau belum.
Kemudian hilal dianggap sudah wujud (terlihat) apabila matahari terbenam lebih
dahulu daripada terbenamnya hilal walaupun hanya berjarak kurang dari satu
menit.Sementara penetapan hasil hisab yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan
Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah akan dikeluarkan sebagai maklumat untuk
kemudian digunakan oleh umat.Sebagai contoh, tahun ini melalui maklumat Nomor
01/MLM/I.0/E/2022 Muhammadiyah menetapkan bahwa 1 Ramadhan 1443
Hijriyah jatuh pada 2 April 202212.
Di tahun 2022, penentuan awal Ramadan 1443 Hijriyah akan dihadiri sejumlah
Duta Besar Negara Sahabat, Komisi VIII DPR RI, Mahkamah Agung, Majelis
Ulama Indonesia (MUI), Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG),
Badan Informasi Geospasial (BIG), Bosscha Institut Teknologi Bandung (ITB),
Planetarium, Pakar Falak dari Ormas-ormas Islam, Lembaga dan instansi terkait,
12
suaramuhammadiyah.id
11
Anggota Tim Unifikasi Kalender Hijriah Kementerian Agama, dan Pimpinan
Organisasi Kemasyarakatan Islam dan Pondok Pesantren.
Kegiatan rukyat hilal perlu memperlihatkan dua hal, yakni ketinggian serta umur
hilal. Ketinggian atau sudut elongasi sebesar 3 derajat, minimal 2 derajat dan tidak
lebih dari 4 derajat. Selain itu, umur minimal 8 jam saat itjimak [bulan dan matahari
terletak pada bujur ekliptika yang sama].
Apabila tinggi hilal berada di bawa 2 atau lebih dari 4 derajat, kemungkinan
objek yang dilihat bukan hilal, melainkan bintang, lampu kapal, atau objek lainnya.
Oleh karena itu, rukyatul hilal harus dilaksanakan di lokasi dengan medan
pandangan yang luas ke arah barat dan tidak dibatasi oleh halangan tertentu di
cakrawala baik berupa bukti, gunung, maupun pepohonan tinggi.
12
Bimbingan Syariah
Kata syariah berasal dari kata “syara‟a al-syai‟a” yang berarti “menerangkan
atau menjelaskan sesuatu” atau berasal dari kata syir’ah dan syariah yang berarti
suatu tempat yang dijadikan sarana untuk mengambil air secara langsung sehingga
orang yang mengambilnya tidak memerlukan bantuan alat lain.
Syariah merupakan peraturan-peraturan yang disyariatkan oleh Allah untuk
pegangan bagi umat manusia, baik secara terperinci maupun global. Dan juga
mengatur hubungan antara makhluk dengan Tuhannya.
Bidang Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan bahan dan pelaksanaan kebijakan teknis, pelayanan,
bimbingan teknis, pembinaan, pengelolaan sistem informasi, dan penyusunan
rencana, serta pelaporan di bidang urusan agama Islam berdasarkan kebijakan
teknis yang ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama provinsi.
Dalam melaksanakan tugas, Bidang Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah
menyelenggarakan fungsi:
a.penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan teknis dan perencanaan
di bidang urusan agama Islam;
b.pelayanan dan pemenuhan standar nasional urusan agama Islam;
c.bimbingan teknis dan supervisi di bidang kemasjidan, hisab rukyat dan bina
syariah, bina paham keagamaan dan kepustakaan Islam, kepenghuluan dan
fasilitasi keluarga sakinah, fasilitasi bina lembaga dan sarana prasarana kantor
urusan agama, serta pengelolaan sistem informasi urusan agama Islam; dan
d.evaluasi dan penyusunan laporan di bidang urusan agama Islam dan bina kantor
urusan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
13
serta pengelolaan data dan informasi di bidang pembinaan syariah, paham
keagamaan, hisab rukyat, dan penyumpahan keagamaan serta pemberdayaan zakat
dan wakaf.
Hisab dan Rukyat adalah dua metode penentuan awal bulan dalam Islam yang
hasil penetapannya kemudian menjadi kalender Hijriyah atau Qamariyah.
Perbedaan pendapat tentang penentuan awal bulan Qamariyah memang kerap
terjadi dikalangan organisasi masyarakat Islam. Persoalan ini merupakan persoalan
yang sudah menuju ranah ijtihadi, karena masing-masing organisasi memilikki
metode penetapan awal bulan Qamariyah sendiri.
Penentuan awal bulan Qamariyah sangatlah penting bagi umat Islam, sebab
selain untuk menentukan hari besar dalam Islam, juga penting untuk menetukan
awal dan akhir bulan Ramadhan serta bulan Dzulhijah karena masalah ini
menyangkut ibadah Syar’i.Persoalan disetiap tahun seringkali terjadi, tentunya
masalah awal Ramadhan dan 1 Syawal,penentuan awal bulan Ramadhan
hakikatnya adalah menentukan awal bulan Ramadhan dan awal bulan Syawal.
Dalam perbedaan tentangcara penentuan awal bulan Qamariyah ini sering terjadi
diskusi yang membahas tentang Hisab Rukyah,bahkan sering terlontar pertanyaan-
pertanyaan yang menimbulkan perselisihan di kalangan masyarakat Indonesia.
Terdapat 3 metode atau cara untuk melakukan penentuan awal bulan Qamariyah
yang sering digunakan di wilayah Indonesia. Pertama, Rukyat Al-hilal adalah
pengamatan dengan mata kepala terhadap penampakan bulan sabit sesaat setelah
matahari terbenam dihari sudah terjadinya ijtima’ (konjungsi) yang digunakan oleh
salahsatu organisasi kemasyarakat Islam di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama.
kedua,Hisab adalah perhitungan gerakan-gerakan benda langit untuk mengetahui
keadaan pada suatu saat yang diinginkan dipelopori oleh organisasi kemasyarakatan
Islam yaitu Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama sebagai organisasi kemasyarakatan
Islam yang berhaluan Ahlussunah Waljama’ah berketetapan mencontoh Rasulullah
dan para sahabatnya dan mengikuti ijtihad para ulama yang empat madzhab
(Hanafi, Maliki, Syaf‟i dan Hanbali) dalam penentuan awal bulan Qamariyah wajib
menggunakan Rukyatul Al-hilal Bilfi’li (melihat hilal secara langsung) atau
Istikmal (menyempurnakan bulan Sya‟ban 30 hari).
14
bulan saat terbenam Matahari di seluruh Indonesia kurang dari dua derajat, maka
bulan baru tidak mungkin terlihat. Artinya, bulan baru baru diakui masuk ketika
tinggi Bulan saat terbenam Matahari sudah mencapai 2 derajat.
15
Daftar Pustaka
http://erwandigunawandly.blogspot.co.id/2014/06/historisitas-hisab-i-
kaleidoskop.html diakses pada tanggal 15 November 2017.
Muhammad Al-Farabi Putra, Pemikiran Ibn Al-Khaitam. Makalah Mata Kuliah
Pemikiran “Hisab Rukyah Klasik” UIN Walisongo Semarang, disampaikan pada
tanggal 20 0ktober 2017. h. 17. 22
Puspasari Setyaniningrum, suaramuhammadiyah.id, tarjih.or.id, lapan.go.id,
kompas.com di akses pada tanggal 28 Maret 2022
16