Oleh:
Prof. Dr. H. Syamsul Anwar, M.A.
(Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah)
=========
=========
Diselenggarakan Oleh:
Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Bekerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 3-5 Muharam 1445 H/21-23 Juli 2023 M
KALENDER HIJRIAH GLOBAL: TANTANGAN DAN STRATEGI
IMPLEMENTASI •
Syamsul Anwar••
A. Pendahuluan
Masalah penyatuan kalender Islam merupakan masalah yang
tampaknya seperti hampir bersifa perenial. Hingga sekarang tidak ada
kalender Islam unifikatif yang dapat menyatukan sistem penanggalan dan
penentuan jatuhnya hari-hari besar Islam, meskipun peradaban Islam
sampai hari ini (Sabtu, 04 Muharam 1445 H) telah berusia 1457 tahun
Hijriah, 3 bulan, 14,5 hari sejak Al-Quran pertama kali diturunkan.1 Dalam
praktik, umat Islam mengggunakan beragam kalender yang satu sama lain
berbeda sistemnya, sehingga menimbulkan perbedaan jatuhnya tanggal
kamariah. Memang ada sistem kalender yang bersifat global, yaitu kalender
urfi (kalender tabular / kalender aritmatik), tetapi kalender ini tidak hakiki
sehingga tidak selalu pas dengan gerak faktual bulan di langit.
Selama dua dasawarsa terakhir kajian tentang bentuk kalender Islam
telah mengalami kemajuan pesat dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang belum berhasil menemukan bentuk kalender global,
meskipun sudah banyak gagasan untuk itu. Bentuk konkret pertama
kalender Hijriah global pertama yang relatif akurat adalah hasil rumusan
Jamāluddīn (W. 1443/2021) dalam bukunya at-Taqwīm al-Qamarī al-Islāmī
al-Muwaḥḥad.2 Konsep kalender unifikatif Jamāluddīn ini kemudian
diadopsi oleh ISESCO dalam Temu Pakar II (yang melibatkan 23 orang
•
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional I: Tantangan dan Strategi
Implementasi yang diselenggarakan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat
Muhammadiyah pada hari Sabtu, 04 Muharam 1445 H / 22 Juli 2023 M di Kampus
Universitas Muhammadiyah Malang.
••
Guru besar Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga dan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
1 Al-Quran diturunkan pertama kali, yang menandai mulainya usia peradaban
Islam, menurut hasil penyelidikan riwayat sejarah dan kalkulasi astronomi, adalah pada
hari Senin, 19 Ramadan 14 Sebelum Hijriah, bertepatan dengan 25 Agustus 609 M. Lihat
Anwar, Diskusi dan Korespondensi Kalender Hijriah Global (Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah, 2014), h. 105.
2 Abderrazik, at-Taqwīm al-Qamarī al-Islāmī al-Muwaḥḥad (Rabat, Maroko:
Marsam 2024). Tersedia dalam versi Indonesia, Abderrazik, Kalender KamariaH Islam
Unifikatif, alih bahasa Syamsul Anwar (Yogyakarta: Itqan Publushing, 2013).
2
3Riḍā, dkk., Hisab Bulan Kamariah, alih bahasa Syamsul Anwar, edisi ke-3
(Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2012), h. 143-153.
4Syākir, Awā’il asy-Syuhūr al-‘Arabiyyah (Kairo: Maktabat Ibn Taimiyyah li Ṭibā‘at
wa Nasr al-Kutub as-Salafiyyah, 1407 H), h. 19 dan 20.
5 Butir 5 dari Keputusan Pertemuan Persiapan untuk Konferensi Internasional
Rukyat Hilal, 18-19 Februari 2013, di Istanbul, Turki.
3
Eropah, dan Afrika, dan zona Asia.7 Kalender bizonal membagi kawasan
muka bumi menjadi dua zona, yaitu zona barat (benua Amerika) dan zona
timur (empat benua lainnya) di mana pada masing-masing zona
diberlakukan kalender yang jadwalnya mungkin berbeda dengan zona lain
pada bulan tertentu. Dalam Konferensi Istanbul 2016 yang melahirkan
KHGT diajukan dua konsep kalender, yaitu KHGT dan kalender bizonal
untuk didiskusikan dan dipilih. Setelah melalui diskusi panjang, dari segi
syariah, sosial dan astronomi, akhirnya para peserta memilih KHGT melalui
pemungutan suara dengan suara mayoritas mutlak mendukungnya.
2. Prinsip dan Syarat KHGT
Perumusan suatu kalender Hijriah global tidak sekedar membuat
kriterianya. Kriteria (parameter) itu hanya masalah turunan dari prinsip dan
syarat yang harus dipenuhi oleh kalender Islam global. KHGT didasarkan
kepada beberapa prinsip dan syarat, serta parameter yang diturunkan dari
prinsip dan syarat tersebut. Prinsip-prinsip perumusan KHGT meliputi (1)
penerimaan hisab, (2) transfer imkanu rukyat, (3) kesatuan matlak, (4)
keselarasan hari dan tanggal di seluruh dunia, dan (5) penerimaan Garis
Tanggal Internasional yang berlaku sekarang.8
Perumusan semua kalender, termasuk KHGT, mustahil tanpa
penerimaanan hisab. Bahkan kalender itu sendiri diartikan sebagai sarana
hisab untuk menentukan posisi hari dalam aliran waktu di masa lalu, kini,
dan akan datang. Kalender tidak mungkin dibuat berdasarkan rukyat,
karena kalender memuat jadwal tanggal jauh ke muka, minimal untuk waktu
satu tahun ke depan.
Transfer imkanu rukyat artinya bahwa imkanu rukyat yang terjadi di
suatu kawasan muka bumi diberlakukan ke seluruh bumi, sehingga
kawasan yang belum mengalami imkanu rukyat (kawasan timur bumi) ikut
memasuki bulan baru berdasarkan imkanu rukyat yang terjadi di tempat lain
(di sebelah barat bumi). Ini berarti bahwa seluruh kawasan muka bumi
dipandang sebagai satu matlak (satu zona tanggal). Karena itu KHGT
berbasis kepada kaidah pokok satu hari satu tanggal di seluruh dunia.
7 Ilyas, New Moon’s Visibility and International Islamic Calendar for the Asia-
Pasific Region, 1407H – 1421H (Islamabad-Kuala Lumpur: COMSTECH-OIC, RESEAP &
University of Science Malaysia, 1994), h. 40.
8 Anwar, Studi Hukum Islam Kontemporer Bagian Dua (Yogyakarta: UAD Press,
2020), h. 229.
5
jatuh pada hari yang sama di seluruh muka bumi, maka tidak ada lain cara
kecuali menerapkan kalender global tunggal (unifikatif).15
2. Hadis
ومو َن
ُ صُ الص ْو ُم َي ْو َم َت
َّ ال َّ َع ْن َأبي ُه َرْي َر َة َأ َّن
َ النب َّي صلى هللا عليه وسلم َق
ِ ِ
ََ ْ ْ ُ َ ْ َ ُ ْ ُ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ُ َ ُّ ن
.]وال ِفطر يوم تف ِطرون واْلضحى يوم تضحو [رواه الترمذي والدارقطني
Dari Abū Hurairah [diriwayatkan] bahwa nabi saw bersabda,
“Puasa itu pada hari (semua kamu berpuasa), Idulfitri pada hari semua
kamu beridulfitri, dan Iduladha pada hari semua kamu beriduladha [HR
at-Tirmiżī dan ad-Dāraqunī].16
Dari segi usul fikih, kata “kamu” dalam pernyataan hadis di atas
adalah bentuk jamak dan jamak menunjukkan keumuman, sehingga hadis
ini menyatakan bahwa puasa dilaksanakan pada hari semua kamu umat
Islam melaksanakan puasa. Begitu pula halnya Idulfitri dan Iduladha
dilaksanakan pada hari semua umat Islam melaksanakannya. Artinya
ketiga ibadah itu dilaksanakan oleh kamum Muslimin secara serentak pada
hari yang sama. Syaikh Aḥmad Muḥammad Syākir, ahli hadis pensyarah
Sunan at-Tirmiżī selaku orang pertama yang menggagas KHGT,
menggunakan hadis ini sebagai dasar menyatakan bahwa kalender Islam
itu wajib unifikatif di mana setiap awal bulan dimulai serentak di seluruh
dunia tanpa mempertimbangkan perbedaan matlak.17
D. Urgensi dan Manfaat KHGT
Kehadiran KHGT dipandang sebagai suatu hal yang amat urgen bagi
umat Islam dilihat dari beberapa perspektif sebagai berikut:
(وإذا ثبت في موضع لزم جميع الناس) وَل اعتبار باختَلف اْلطالع حتى
قالوا لو رأى أهل اْلغرب هَلل رمضان يجب برؤيتهم على أهل اْلشرق إذا ثبت
.عندهم بطريق موجب
Apabila hilal terlihat di suatu tempat, wajib berpuasa atas semua
manusia, dan tidak dipertimbangkan perbedaan matlak, sehingga para
ulama mengatakan, “Seandainya penduduk barat melihat hilal
Ramadan, wajib karena rukyat mereka ini berpuasa atas penduduk
timur apabila hilal itu tampak oleh mereka dengan cara yang
mewajibkan berpuasa.”20
• Ibn ‘Āsyūr, fakih Maliki (w. 1393/1973), mengutip pendapat kebanyakan
fukaha mazhab empat,
َ ُ ُ
وأقوال اْلذاهب اْلربعة جرت على أن َل عبرة باختَلف «فأدلة السنة
هذا هو: وقال اْلالكية، هذا قو ُل أكثر اْلشايخ: قال الحنفية... ... ... اْلطالع
َ
َل خَلف: وقال الحنابلة، في اْلسألة قوَلن مصححان: وقال الشافعية،اْلشهور
َ َ َ
.بلد تلزم بقية البلدان
ٍ أهل ِ في أن رؤية
Dalil-dalil Sunnah dan pendapat mazhab yang empat selaras
dengan prinsip tidak mempertimbangkan perbedaan matlak … … …
Ulama Hanafiah mengatakan, “Ini adalah pendapat kebanyakan
masyayikh.” Ulama Malikiah menyatakan, “Ini adalah pendapat yang
masyhur.” Ulama Syafiiah menyatakan, “Tentang masalah ini [dalam
mazhab Syafii] ada dua pendapat yang dipandang sah.” Ulama
Hanabilah mengatakan, “Tidak ada perbedaan pendapat bahwa rukyat
penduduk suatu negeri mengikat bagi seluruh negeri lain.”21
Sesungguhnya prinsip transfer rukyat dan kesatuan matlak itu dapat
disandarkan kepada hadis, “Berpuasalah kamu ketika terjadi rukyat dan
19 Ibn Nujaim al-Miṣrī, al-Baḥr ar-Ra’iq fī Syarḥ Kanz ad-Daqā’iq (Beirut: Dār al-
Kutub al-‘Ilmiyyah, 1418/1997), II: 471.
20 Zādah, Majma‘ al-Anhur rfī Syarḥ Multaqā al-Abḥur (Beirut: Dār al-Kutub al-
‘Ilmiyyah, 1419/1998), I: 352.
21 Ibn ‘Āsyūr, Jamharat Maqālāt wa Rasā’il asy-Syaikh al-Imām Muḥammad Ibn aṭ-
Ṭāhir Ibn ‘Āsyūr, diedit dan dihimpun oleh Muḥammad aṭ-Ṭāhir al-Mīsāwī (Yordania: Dār
an-Nafā’is li an-Nasyr wa at-Tauzī‘, 1436/2015), II: 826.
13
beridulfitri ketika terjadi rukyat” [HR Muslim].22 Hadis ini secara numum
memerintahkan agar berpuasa dan beridulfitri saat ada yang melihat hilal
seehingga para ulama di atas menyimpulkan bahwa di mana pun hilal
terlihat, maka seluruh kaum Muslimin wajib berpuasa termasuk yang
berada di kawasan yang belum melihat hilal baik karena masih rendah
posisinya maupun karena di bawah ufuk. Syarat KHGT itu adalah telah
terjadi rukyat di suatu tempat di muka bumi, bukan terjadi rukyat di seluruh
muka bumi.23
3. Masuk Bulan Baru Saat Bulan Masih di Bawah Ufuk bagi
Kawasan Tertentu
Dampak dari prinsip kesatuan matlak dan transfer imkanu rukyat
secara global adalah bahwa kawasan timur bumi di mana bulan masih di
bawah ufuk ikut memasuki bulan baru. Kondisi ini menjadi faktor yang
mendorong penolakan terhadap kalender global. Para pendukubng KHGT
harus dapat memberikan alasan syar’i atas keadaan ini. Di atas telah
disinggung bahwa syarat kalender itu adalah imkanu rukyat di suatu tempat
mana pun di muka bumi, maka imkanu rukyat itu berlaku untuk seluruh
kaum Muslimin, karena tidak ada katasan berlaskunya rukyat.
Bahwa ada pendapat dalam fikih yang menyatakan rukyat hanya
berlaku di kawasan tertentu (pendapat yang memegangi prinsip perbedaan
matlak), itu hanyalah sebuah ijtihad bukan ketetapan nas sarih. Karena
hadis Abū Hurairah yang dikutip terdahulu [pada sub C.2.] memerintahkan
penyatuan jatuhnya hari-hari besar Islam di seluruh dunia pada hari yang
sama, maka konsekuensinya imkanu rukyat mau tidak mau diberlakukan ke
seluruh dunia sebagaimana ijtihad kebanyakan ulama seperti dikutip di
atas, dan sesuai dengan kaidah fikih,
َ َّ ْ َ
َما َل َي ِت ُّم ال َو ِاج ُب إَل ِب ِه ف ُه َو َو ِاجب
22 Muslim, Ṣaḥīḥ Muslim, diedit oleh Muḥammad Fu’ād ‘Abd al-Bāqī (Beirut: Dār
al-Fikr, 1412/1992), I: 482, hadis nomor 17 [1081].
23
Uraian lebih detail tentang masalah transfer imkanu rukyat lihat Anwar, “”al-Jawānib
asy-Syar‘iyah wa al-Fiqhiyyah li Waḍ‘ at-Taqwīm al-Islāmī al-‘Ālamī,” dalam Maṭāli‘ asy-
Syuhūr al-Qamariyyah wa at-Taqwī al-Islāmī, kumpulan kertas kerta Temu Pakar I dan
Temu Pakar II untuk Pengkajian Perumusan Kalnder Islam (Rabat: ISESCO, 1431/2010),
h. 367 dst.
14
24 As-Subkī, al-Asybāh wa an-Naẓā’ir, diedit oleh ‘Ādil Aḥmad ‘Abd al-Maujūd dan
‘Alī Muḥammad ‘Iwaḍ (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1411/1991), II: 88.
15
BIBLIOGRAFI
‘Abd ar-Rāziq, Jamāluddīn, (Abderrazik, Jamal Eddine), at-Taqwīm al-
Qamarī al-Islāmī al-Muwaḥḥad, Rabat, Maroko: Marsam, 2004.
Ibn Nujaim al-Miṣrī, al-Baḥr ar-Ra’iq fī Syarḥ Kanz ad-Daqā’iq, 9 jilid, Beirut:
Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1418/1997.
Nawawī, Abū Zakariyā Muḥyiddīn Ibn Syaraf an-, Ṣaḥīh Muslim bi Syarḥ an-
Nawawī, 18 jilid, Kairo: al-Maṭba‘ah al-Miṣriyyah, 1347/1929.
Subkī, Tājuddīn Ibn as-, al-Asybāh wa an-Naẓā’ir, diedit oleh ‘Ādil Aḥmad
‘Abd al-Maujūd dan ‘Alī Muḥammad Mu‘áwwaḍ, 2 jilid, Beirut: Dār al-
Kutub al-‘Ilmiyyah, 1411/1991.
Tirmiżī, Abū ‘Īsā Muḥammad Ibn Īsā at-, al-Jāmi‘ al-Kabīr (Sunan at-Tirmiẓī),
diedit Basysyār ‘Awwād Ma‘rūf, 6 jilid, Beirut: Dār al-Garb al-Islāmī,
1996.
Zādah, Syaikhī, Majma‘ al-Anhur rfī Syarḥ Multaqā al-Abḥur, 4 jilid, Beirut:
Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1419/1998.