Anda di halaman 1dari 12

METODE PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH (Studi Komparatif antara Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama) A.

Latar Belakang Perkembangan arus informasi, ilmu pengetahuan dan tehnologi yang sangat dahsyat dewasa ini membuat berbagai kalangan untuk berpikir lebih keras lagi demi mendapatkan peningkatan dan kemajuan pada bidangnya masing-masing. Di bidang pendidikan misalnya, mulai dari SD sampai Perguruan Tinggi, para pakar dan semua yang terlibat di dalamnya dituntut untuk mampu membuat inovasi dan terobosan-terobosan baru demi peningkatan pendidikan yang semakin berkualitas. Begitu juga di bidang yang lain, seperti ekonomi, politik, dan lain-lain. Perkembangan-perkembangan tersebut menuntut upaya-upaya pengembangan pada bidang ilmu-ilmu lain, termasuk di dalamnya ilmu fiqh, khususnya bidang falak yang dirasakan semakin langka. Pengembangan tersebut memerlukan pemikiran yang mendalam dan filosofis tentang dasar yang dijadikan pedoman dalam falak, seperti arah kiblat, awal waktu shalat, awal bulan Qamariyah dan gerhana. Pengembangan studi keislaman tersebut (termasuk di dalamnya ilmu falak), sebagaimana dikatakan oleh M. Amin Abdullah, membutuhkan pendekatan kritis, analitis, empiris dan historis. Dengan begitu akan terasa hidup, segar, qabilun li al-niqas, terbuka, open ended dan dinamis.1 Berkaitan dengan menghadap kiblat misalnya, banyak
1 M. Amin Abdullah, Studi Agama (Normatifitas atau Historisitas ?), Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996, hlm. 105.

masjid di Indonesia (yang jumlahnya +/- 700.000 masjid) mungkin arah kiblatnya kurang sesuai dengan arah kiblat yang sebenarnya (menurut perhitungan ilmu falak). Hal ini dapat juga dilihat bagaimana tentang arah konflik yang ada di mereka Suriname kiblat. Sebagian

menetapkan arah kiblatnya ke Barat miring ke Utara seperti di Indonesia, dan sebagian lagi menghadap ke arah Timur Laut.2 Sedangkan untuk mengetahui awal bulan Qamariyah, terutama bulan Ramadhan, Syawwal dan Zulhijjah, di kalangan umat Islam dikenal dengan dua metode, yaitu metode hisab dan ruyah. Apabila diadakan penelitian secara seksama perbedaan-perbedaan penentuan awal bulan Hijriyah (Qamariyah) itu disebabkan oleh dua hal pokok, yaitu pertama, Segi penetapan hukum; dan kedua, segi sistem dan metode perhitungan.3 Dari segi penetapan hukum, di Indonesia dapat dibedakan menjadi empat kelompok besar, yaitu : Pertama, kelompok yang berpegang pada rukyah. Kelompok ini bukannya tidak melakukan hisab sebagai persiapan untuk melakukan rukyah, hanya saja mereka ini menganggap bahwa hisab itu sebagai alat pembantu saja guna suksesnya rukyah. Kedua, kelompok yang memegang ijtima sebagai pedoman untuk menentukan awal bulan hijriyah. Kelompok ini berlandaskan kepada pendirian bahwa apabila ijtima terjadi sebelum matahari terbenam (qabla al-gurub), maka keesokan harinya dianggap bulan baru, sedangkan apabila ijtima terjadi sesudahnya (bada al-gurub), maka keesokan
2 M. Amin Abdullah, Sambutan pada Pembukaan Workshop Nasional Metode Penetapan Awal Bulan Qamariyah Model Muhammadiyah, Yogyakarta : Unpublished, 19 Oktober 2002. 3 Departemen Agama, Badan Hisab Rukyah, Jakarta : Depag RI, t.t., hlm. 34.

harinya dianggap bulan yang sedang berjalan.4 Ketiga, kelompok yang memandang bahwa ufuk hakiki sebagai kriteria untuk menentukan wujudnya hilal. Dalam mempersiapkan perhitungan-perhitungan, kelompok ini berpegang pada kedudukan hakiki bulan dengan alasan bahwa apabila bulan dalam keadaan dekat dengan matahari tidak mungkin bersinar. Oleh karena itu mereka tidak perlu melakukan koreksi-koreksi yang berguna untuk kepentingan observasi. Koreksi-koreksi bagi mereka dianggapnya berguna untuk kepentingan rukyah. Keempat, kelompok yang berpegang pada kedudukan hilal di atas ufuk mari, yaitu ufuk yang dapat dilihat langsung oleh mata kepala sebagai kriteria dalam menentukan masuknya awal bulan. Apabila hilal berada di atas ufuk mari pada saat matahari terbenam dianggapnya hilal sudah wujud, sedangkan apabila hilal berada di bawahnya, maka malam itu dan keesokan harinya dianggap akhir bulan yang sedang berjalan.5 Dari segi sistemnya, hisab di Indonesia dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu hisab urfi dan hisab hakiki. Hisab urfi cara penentuan awal bulan dengan perhitungan yang didasarkan kepada peredaran Bulan dan Bumi rata-rata dalam mengelilingi matahari. Dalam hisab urfi ini, setahun ditetapkan 12 bulan, tiap bulan ganjil berumur 30 hari dan bulan genap berumur 29 hari kecuali bulan Zulhijjah pada tahun kabisat berumur 30 hari. Sedangkan tahun kabisat terjadi 11 kali selama 30 tahun.6 Hisab urfi ini pernah dilakukan oleh Umar b. Khattab r.a.
4 Ibid., hlm. 35-36. 5 Ibid. 6 Departemen Agama RI, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta : Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, t.t., hlm. 99.

pada tahun ke-3 dari kekhalifahannya atau tahun ke-17 H dan hisab urfi Jawa (Islam), yang ditetapkan oleh Sultan Muhammad yang bergelar Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo tahun 1043 H/1633 M. Hisab urfi ini masih berlaku di Solo dan Yogyakarta.7 Sedangkan golongan rukyah dibedakan menjadi rukyah bi al-fili dan rukyah bi al-ilmi. Rukyah bi al-fili adalah rukyah yang dilakukan dengan menggunakan mata kepala telanjang. Sedangkan rukyah bi al-ilmi adalah rukyah yang dibantu dengan ilmu pengetahuan , seperti ilmu astronomi, ilmu klimatologi, dan lain-lain. Dalam menetapkan awal bulan Qamariyah, khususnya Ramadhan, Syawal dan Zulhijjah, masing-masing organisasi masa (ormas) Islam di Indonesia berbeda-beda dalam menerapkan metode dan kriteria yang dipakai. Perbedaan metode ini terutama dapat dilihat pada dua ormas besar, yaitu Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama (NU). Muhammadiyah menggunakan metode hisab hakiki dengan kriteria wujudul hilal, yaitu kriteria yang didasarkan pada terjadinya wujudul hilal pada saat terbenamnya matahari.8 Sedangkan Nahdatul Ulama (NU) menggunakan rukyah dengan kriteria apabila hilal di atas ufuk dan sebesar 2 atau lebih, sementara hisab hanya digunakan sebagai alat pendukung saja. Secara formal pemikiran hisab rukyah NU tertuang dalam Keputusan Muktamar NU ke-27 di Situbondo 1984. Munas alim ulama di Cilacap 1987 dan rapat kerja Lajnah
7 Abdur Rachim, Penetapan Awal Bulan Qamariyah Perspektif Muhammadiyah, Makalah pada Workshop Nasional Metodologi Penetapan Awal Bulan Qamariyah Model Muhammadiyah, Yogyakarta : Unpublished, 19-20 Oktober 2002. 8 Lihat Keputusan Munas Tarjih ke-26 di Padang, Sumatera Barat pada tanggal 1-5 Oktober 2003 Komisi Hisab dan Rukyah.

Falakiyah

NU

di

Pelabuhan

Ratu

(1992).

Namun

pembahasan yang terkait dengan pemikiran hisab rukyah NU itu kiranya sudah muncul pada Muktamar NU ke-20 di Surabaya pada tanggal 10-15 Muharram 1374 H/8-13 September 1954 M.9 Dalam Muktamar tersebut diputuskan bahwa mengumumkan tetapnya awal Ramadan/Syawal berdasarkan hisab sebelum ada penetapan dari Departemen agama hukumnya tidak boleh.10 Perbedaan metode penetapan awal bulan Qamariyah yang digunakan oleh Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama ini menyebabkan perbedaan penetapan hari raya, baik hari raya Idul Fitri maupun Idul Adha, meskipun perbedaan ini tidak terjadi setiap tahun. Misalnya penetapan 1 Syawal 1418 H/1998 M secara terang-terangan Muhammadiyah berbeda dengan Pemerintah dan NU. Penetapan 1 Syawal 1415 H/1994 M Nahdatul Ulama (NU) beridul fitri pada 14 Maret 1994 M, sedangkan pemerintah dan Muhammadiyah pada tanggal 15 Maret 1994 M. Begitu juga yang terjadi pada penetapan 1 Syawal 1427 H/2006 M dan 1428 H/2007 M. Sedangkan pada hari raya Idul Adha pernah terdapat perbedaanpenetapan pada 10 Zulhijjah 1421 H/2000 M. Dari latar belakang tersebut menarik untuk diadakan kajian lebih lanjut tentang Metode Penetapan Awal Bulan Qamariyah : Studi Komparatif antara Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama (NU). B. Rumusan Masalah Secara umum fokus penelitian ini bertumpu pada metode penetapan awal bulan Qamariyah yang digunakan
9 Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyah di Indonesia, Yogyakarta : Logung bekerjasama dengan Walisongo Press, 2003, hlm. 94. 10 Ibid.

oleh Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama (NU). Adapun permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Apa latar belakang Ulama (NU) awal metode dan dalam bulan pemikiran Nahdatul menetapkan Qamariyah ? 2. Apa saja kelebihan dan kekurangan yang ada pada dan metode Nahdatul Muhammadiyah bulan Qamariyah ? 3. Bagaimana upaya titik temu yang dapat diterima dan oleh Nahdatul Muhammadiyah bulan Qamariyah ? C. Tujuan Penelitian Sesuai pokok masalah yang akan dikaji, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui latar belakang metode pemikiran Nahdatul 2. Mengetahui Muhammadiyah bulan Qamariyah. Muhammadiyah Ulama (NU) dan dalam dan Nahdatul Muhammadiyah

Ulama (NU) dalam penetapan awal

Ulama (NU) dalam penetapan awal

menetapkan awal bulan Qamariyah. kelebihan dan kekurangan yang ada pada metode Ulama (NU) dalam penetapan awal

3. Mencari Nahdatul

titik

temu

yang (NU)

dapat dalam

diterima oleh Muhammadiyah dan Ulama penetapan awal bulan Qamariyah. ii.Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) yang bersifat kualitatif. Secara operasional metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Metode Pengumpulan Data Sesuai dengan sifat penelitian ini, maka metode pengumpulan data yang digunakan adalah memakai data kepustakaan. Manfaat kepustakaan adalah dapat melakukan penelusuran primernya kepustakaan (primary dan menelaahnya.11 berupa Data sources)12 pandangan-

pandangan Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama (NU) tentang metode penetapan awal bulan Qamariyah, misalnya hasil keputusan Muktamar, Munas alim ulama, Tanwir, dan lain-lain. Sedangkan data-data sekundernya adalah karya-karya lain yang berbicara langsung atau tidak langsung tentang metode penetapan awal bulan Qamariyah.
11 Manfaat yang diperoleh dari penelusuran kepustakaan adalah (1) Menggali teori-teori dasar dan konsep yang telah dikemukakan para ahli terdahulu; (2) Mengikuti perkembangan penelitian tentang hal yang sedang diteliti; (3) Memperoleh informasi yang lebih luas mengenai topik yang dipilih; (4) Memanfaatkan data sekunder; (5) Menghindari duplikasi penelitian. Lihat Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, Metode Penelitian Survey, Jakarta : Surya Grafindo, 1989, hlm. 70. 12 Data Primer adalah data yang langsung segera dapat diperoleh dari sumber data oleh peneliti untuk tujuan yang khusus. Lebih lanjut, lihat Winarno Surahmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung : Transito, 1994, hlm. 163.

b. Metode Analisis Data Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis data yang telah terkumpul untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.13 Dalam melakukan analisis data, penulis akan melakukan analisis melalui tehnik deskriptif-analitis dengan menggunakan metode content analysis, hermeneutic dan komparatif. Metode content analysis akan dipergunakan untuk melacak dan mencermati serta menelaah teks-teks yang termaktub dalam sumber data secara obyektif, sistematis, relevan dan sosiologis.14 Metode hermeneutic digunakan untuk memahami makna sebuah teks sebagai sebuah fenomena budaya agar tidak terjadi distorsi pesan atau informasi antara teks, penulis teks dan pembaca teks.15 Mengingat penelitian ini akan menganalisis bagian dari pemikiran organisasi masa (ormas Islam), dalam hal ini Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama (NU), maka penulis akan menggunakan pendekatan historis (historical approach). Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui asal-usul pemikiran atau pendapat tertentu dari seorang tokoh atau mazhab (ormas), dan untuk mengetahui latar belakang seorang tokoh serta stereotype keberagamaan di lingkungannya. 16 Karakter yang menonjol dari historical approach

13 Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta : Rake Sarasin, 1996, edisi III, hlm. 104. 14 Ibid., hlm. 51. 15 Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial Agama, Bandung : Remaja Rosda Karya, 2001, hlm. 73. 16 Ibid., hlm. 65-66. Lihat juga Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995, hlm. 16-17.

adalah

tentang

signifikansi

waktu

prinsip-prinsip

kesejarahan tentang individualitas dan perkembangannya sehingga dihasilkan periodisasi atau derivasi sebuah fakta serta melakukan rekonstruksi proses genesis. Sedangkan metode lain. komparatif hal ini akan penulis pergunakan antara untuk membandingkan antara satu ormas dengan ormas yang Dalam perbandingan pemikiran Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama (NU) tentang metode penetapan awal bulan Qamariyah.

E. Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan secara sistematis dengan langkah-langkah yang didesain sebagai berikut : 1. Tahap Pra Penelitian a. Pembuatan rancangan penelitian. b. Pengumpulan bahan-bahan penelitian. 2. Tahap Penelitian a. Melengkapi penelitian pendukung. b. Analisis Data. Secara operasional desain penelitian tersebut dapat penulis paparkan sebagai berikut : Pada tahap pengumpulan data, penulis akan melacak pandangan-pandangan Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama (NU) beserta pandangan tokoh-tokohnya mengenai metode penetapan awal bulan Qamariyah, baik melalui keputusan muktamar, munas, tanwir dan lain-lain. bahan-bahan dengan bahan

Sedangkan pada tahap analisis data, penulis akan menganalisis data-data yang telah terkumpul dengan metode content analysis, hermeneutic dan komparatif serta historical approach. Dengan metode content analysis, penulis akan melihat pemikiran Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama (NU) yang berkaitan khusus dengan masalah metode penetapan awal bulan Qamariyah, kemudian melihat secara umum pemikiran kedua ormas tersebut secara keseluruhan. Metode hermeneutic akan penulis pergunakan untuk memahami makna dari teks-teks mengenai metode penetapan awal bulan Qamariyah pada karya Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama (NU) sebagai sebuah fenomena budaya yang melingkupi kedua ormas tersebut dan sekitarnya. Metode komparatif akan penulis pergunakan untuk membandingkan antara pemikiran Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama (NU) mengenai metode penetapan awal bulan Qamariyah. Sedangkan historical approach akan penulis pergunakan untuk menganalisis dan membuat rekonstruksi pemikiran Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama (NU) secara sistematis dan obyektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi Tahapan-tahapan dan dan mensintesiskan langkah-langkah bukti-bukti tersebut untuk penulis menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat. pergunakan sampai analisis selesai dan diperoleh kesimpulan.

10

Proposal Disertasi

METODE PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH (Studi Komparatif antara Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama)

Oleh : R U P I I , M. Ag.

11

NIM. 085113026

PROGRAM DOKTOR INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO 2009

12

Anda mungkin juga menyukai