Anda di halaman 1dari 8

ILMU FALAK DALAM HUKUM ISLAM

Nidar Maulana [ Dhiauddin Tanjung

Hukum Ekonomi Syariah UINSU

nidarmaulana5@gmail.com [ dhiauddintanjung@uinsu.ac.id

Abstrak

Perkembangan ilmu falak khususnya di Indonesia sudah berkembang pesat terbukti dengan adanya para pakar baru yang bermunculan dalam

bidang ilmu falak ini, perhitungan yang pada awalnya hanya memakai acuan pendekatan pergerakan benda-benda langit saat ini sudah

mengacu pada gerak nyata benda-benda langit. Untuk memudahkan perhitungan waktu salat, umat Islam membuat berbagai macam alat

bantuyang digunakan untuk mempermudah dalam menghitung awal waktu salat. Menentukan awal waktu salat dengan bantuan bayang-bayang

Matahari. Alat-alat bantu ini berupa tongkat IstiwaSeiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju, kini ilmu falak

mampu menghasilkan produk yang berbasis teknologi komputer dan android. Para pecinta ilmu falak terdorong untuk mengaplikasikan ilmunya
dalam bentuk program dan aplikasi berbasis android falak. Dari segi efektivitas kerja berbagai perhitungan rumit pun sudah dirangkai

dalambentuk program-program. Sehingga dapat mempercepat waktu perhitungan. Program tersebut ada di berbagai operating sistem baik itu

windows, linux, symbian, dan android.

Kata kunci ; ilmu falak,hukum islam, penelitian,solat

Abstract

The development of astronomy, especially in Indonesia, has grown rapidly, as evidenced by the emergence of new experts in the field of

astronomy. At first, calculations that only used the reference approach to the movement of celestial bodies now refer to the real motion of

celestial bodies. To facilitate the calculation of prayer times, Muslims make various kinds of tools that are used to make it easier to calculate the

beginning of prayer times. Determine the start of prayer times with the help of the sun's shadow. These tools are in the form of special sticks.

Along with the development of increasingly advanced science and technology, astronomy is now able to produce products based on computer

and android technology. Astrology lovers are encouraged to apply their knowledge

in the form of programs and applications based on the celestial android. In terms of work effectiveness, various complex calculations have also

been arranged in the form of programs. So it can speed up the calculation time. The program is available on various operating systems, be it

Windows, Linux, Symbian, and Android.


Keywords ; astronomy, Islamic law, research,pray

Pendahuluan

Ilmu Falak atau Ilmu astronomi ialah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari lintasan benda-benda langit seperti Matahari, Bulan,

Bintang- bintang dan benda-benda langit lainnya dengan tujuan untuk mengetahui posisi dari benda-benda langit itu serta kedudukannya secara

akurat (pasti) dari benda-benda langit lainnya.1 Dalam bahasa Inggris disebut Practical Astronomi.

Ilmu ini kemudian di adopsi oleh ilmuwan muslim dan di kembangkan dalam dunia Islam karena sangat berperan dalam penentuan-

penentuan ibadah. Karena penentuan waktu ibadah umat Islam memerlukan pengetahuan posisi matahari dan letak posisi geografis di bumi. Hal

ini untuk menentukan awal shalat lima waktu, dan penentuan arah kiblat. Selain kedua posisi tersebut posisi bulan juga diperlukan untuk

penetapan jadwal tahunan (tahun hijriyah) seperti ibadah puasa Ramadhan dan Ibadah Haji. Ketika Rasulullah Isra’ Mi’raj telah diperintah oleh

Allah swt untuk shalat, kemudian Rasulullah menyampikan kepada sahabat dan pengikutnya. Karena ibadah shalat adalah amalan yang akan

pertama kali di hisab di hari akhir.

1
Ensiklopedi : 330 jilid 1
Jadwal ibadah shalat itu merentang dalam satu hari dan menaut dengan fenomena astronomi seperti waktu dhuhur berdekatan dengan

fenomena kulminasi atas matahari, fenomena terbitnya fajar subuh (morning astronomical twilight) dan hilangnya senja (evening astronomical

twilight)2. Dan waktu-waktu shalat sudah ditentukan waktunya dan tidak sembaranga

Shalat merupakan ibadah umat Islam yang paling utama kepada Allah SWT. Shalat juga merupakan persoalan yang sangat fundamental

dan signifikan dalam Islam. Sehinggah banyak dasar dalam ayat al-Qur’an yang menyebutkan kata shalat sebanyak 85 kali. Diantaranya yaitu :

Qs. al-Baqarah (2);3, 43, 45, 83, 110, 153, 177, 238, 277. Qs.an-Nisa’ (4); 43, 77, 103, 142, 162. Qs. al-Maidah (5); 6, 12, 55, 57, 91, 106. Qs.

al-an’am (6); 72. Qs. al- Anfal (8); 3. Qs. at-Taubah (9); 5, 11, 18, 54, 71. Qs. ar-Ra’du (13); 22. Qs. Taha (20); 122. Qs. al-Ankabut (29); 45.

Qs. Lukman (31); 4, 17. Qs. al- Fatir (35); 29. Qs. al-Jum’ah (62); 9, 10. Qs. al-Muzzammil (73); 20. Qs. al- Bayyinah (98);3

Sehingga waktu-waktu shalat itu hal yang sangat urgen karena menyangkut masalah ibadah kepada Allah Swt. Dari ayat di atas yang

menjadikan dasar untuk menentukan waktu-waktu shalat tersebut, maka dapat ditarik sebagai alasan yang sangat mendasar bagi ahli falak atau

astronomi untuk mengembangkan ilmu ini dalam menentukan waktu ibadah. Namun dalam penentuan waktu tersebut masih banyak yang

mempermasalahkan, yang paling fenomenal yaitu fenomena terbitnya fajar subuh (morning astronomical twilight). Dalam perbedaan terbit fajar

banyak pula kaum muslimin yang meragukan “masuknya waktu subuh” sehingga jadwal shalat subuh di Indonesia berbeda

2
Departemen Agama RI,islam untuk disiplin ilmu astronomi
3
Nihayatul Rohmah, syafaq dan fajar (semarang :2012) hal 17
Dalam penentuan waktu shalat subuh (fajar) akhir-akhir ini telah menjadi problem penafsiran dalam kriteria fajar kadzib dan fajar shadiq.

Namun permasalahan ini tidaklah hal baru, sejak zaman dahulu (Rasulullah saw) permasalahan ini sudah ada. Dan permasalahan ini muncul

kembali seolah-olah menjadi fenomena baru. Namun dalam al-Qur’an dan hadits sudah banyak menjelaskan tentang fajar, kapan waktu

diharamkan makan bagi yang berpuasa dan kapan waktu diperbolehkan untuk shalat4

Fajar itu ada dua, fajar yang dikatakan seperti ekor srigala, yaitu fajar kadzib, sinarnya yang mencuat ke atas dan tidak membentang, dan

kedua adalah fajar ke dua yang membentang (di ufuk) dan tidak mencuat ke atas

Bagaimanakah dengan persoalan yang saat ini telah menjadi perbedaan dalam penentuan kriteria dua fajar tersebut, yang saat ini menjadi

perbedaan pendapat oleh Kementerian Agama dengan Qiblati yang terjadi pada tahun 2010-2011 lalu. dalam menentukan kriteria dua fajar

tersebut, yakni fajar kadzib dan fajar shadiq, para ulama telah menafsirkan hadits Rasulullah saw tentang waktu shalat, kemudian disusun oleh

ahli falaq yang menentukan perhitungannya. Adapun perbedaan dalam menentukan kriteria ketinggian matahari dalam perhitungan tersebut ada

yang berselisih (ahli astronomi). Bagaimana paduan kriteria ahli Hadits dan astronomi yang berselisih tersebut apakah bisa di satukan sehingga

menghasilkan jawaban bagi masyarkat (umat Islam) yang terkait dengan fenomena awal fajar (morning twilight).

Metode Peneltian

1. Jenis Penelitian

4
Syaikh Mamduh Farhan Al Bukhori, koreksi awal waktu shubuh (malang : 2010) hal 7
Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian studi komparatif.Studi kompararatif adalah membandingkan antara teori satu dengan teori lain yang

lain, dan hasil penelitian satu dengan penelitian lain5. Dalam hal ini peneliti akan membandingkan dua variabel. Variabel pertama yaitu hadits

yang berkaitan dengan penentuan fajar, variabel kedua yaitu ilmu astronomi yang berkaitan dengan fenomena munculnya fajar.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Library Research, yaitu penulis melakukan pengumpulan data- data dari buku-buku dan hadits dengan cara membaca dari

letaratur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas

b. b. Field Research, yaitu penulis mengumpulkan data secara langsung dari lapangan, penelitian yang telah ditentukan sesuai

dengan judul penelitian. Kemudian metode ini dijalankan dengan cara : Observations (pengamatan) secara langsung di lapangan

dengan mengambil gambar fenomena fajar shadiq

5
Sugiyono, metode penelitian pendidikan pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. (alfabeta, Bandung. 2010) Hal: 93.
Kesimpulan

Maka dari itu, dengan mempelajari Ilmu Falak kita dapat mengetahui kemana arah kiblat yang tepat, memastikan waktu shalat yang menjadi

syarat sahnya shalat, kita juga dapat melakukan Rukyatul Hilal dan menghitung waktu terjadinya gerhana, baik gerhana Matahari ataupun

Gerhana Bulan sehingga kita bisa mengetahui juga . Berdasarkan hal tersebut, maka mempelajari ilmu falak adalah sebuah fardhu kifayah bagi

umat muslim untuk membantu kesempurnaan pelaksanaan ibadah kepada Allah swt. Bagi umat Islam, ilmu falak berperan setidaknya dalam tiga

hal yaitu (1) menentukan waktu-waktu salat, (2) menentukan arah kiblat, dan (3) menentukan awal bulan qamariyah, khususnya dalam

menetapkan puasa dan hari raya.

DAFTAR PUSAKA
Agus Pamungkas, Cahya Fajar, Ilmu Pelayaran Astronomi Untuk ANT-III Dan IV (Yogyakarta: Leutikaprio, 2016)

Arkanuddin, Mutoha, „Teknik Penentuan Arah Kibalat‟


Bashori, M. Hadi, Pengantar Ilmu Falak (Jakarta Timur: Pustaka al-Kautsar, 2015)

Budiwati, Anisah, „Tongkat Istiwa„, Global Positioning System (GPS) dan Google Earth Untuk Menentukan Titik Koordinat Bumi dan
Aplikasinya dalam Penentuan Arah Kiblat‟, Al-Ahkam, 26.1 (2016), 65 <https://doi.org/10.21580/ahkam.2016.26.1.808>

Haliyah, Dahlia, „Penentuan Arah Kiblat (Dari Metode Klasik Ke Modern)‟, Jurnal Hukum Islam, 1.2 (2013)

Ibrahim, M Z, and M Z Norashikin, „Mobile Qibla and Prayer Time Finder Using External GPS and Digital Compass‟, 6

Izzuddin, Ahmad, „Metode Penentuan Arah Kiblat Dan Akurasinya. Conference Procedings of Annual International Conference on Islamic
Studies (AICIS XII)‟, 2012

Jamil, A., Ilmu Falak, 1st edn (Jakarta: Amzah, 2014)

Jayusman, „Akurasi Metode Penentuan Arah Kiblat: Kajian Fiqh Al-Ikhtilaf Dan

Sains‟, Jurnal Asas, 6.1 (2014)

Khazin, Mahyuddin, Kamus Ilmu Falak (Jogjakarta: Buana Pustaka, 2005)

Khazin, Muhyiddin, Ilmu Falak Dalam Teori Dan Praktik (Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongi Semarang, 2011)

Marpaung, Watni, Pengantar Ilmu Falak, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015) Mujab, Sayful, „Kiblat dalam Perspektif Madzhab-Madzhab
Fiqh‟, Pemikiran Hukum

dan Hukum Islam, 5.2 (2014), 27

Munawwir, Ahmad Warson, Kamus Al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progressif,

1997)

Pendididkan Nasional, Pusat Bahasa Dapartemen, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008)

Anda mungkin juga menyukai