Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGAPLIKASIAN BAYANG-BAYANG MATAHARI KE


ARAH KIBLAT
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ilmu Falak
Dosen Pengampu : Muhammad Nurkhanif, M,S.I.

Disusun oleh:
1. Dewi Imro’atul Choiriyah (2002036055)
2. Lian Fauzan (2002036057)
3. Ellya Rahmawati (2002036098)
4. Salsabila Asila Hanun (2002036123)

HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Allah SWT atas semua limpahan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengaplikasian Bayang-
Bayang Matahari Ke Arah Kiblat” ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat
manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang ini.
Harapan penulis, semoga makalah yang telah tersusun ini dapat
bermanfaat sebagai salah satu rujukan atau pedoman bagi pembaca, menambah
wawasan serta pengalaman dalam kepenulisan. Sekalipun telah diusahakan sebaik
mungkin, namun makalah ini tentunya masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, saran dan kritik dari pembaca diharapkan bisa untuk disampaikan demi
perbaikan makalah ini.

Semarang, 20 Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
A. Pengertian Arah Kiblat........................................................................................3
B. Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang-Bayang Matahari.............................4
C. Dasar Hukum Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang-Bayang Matahari....6
D. Akurasi dan Relevansi Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang-Bayang
Matahari........................................................................................................................7
E. Contoh Menghitung Arah Kiblat dengan Bayang-bayang Matahari...........12
BAB III..................................................................................................................14
PENUTUP.............................................................................................................14
A. Kesimpulan.........................................................................................................14
B. Saran....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu bidang ilmu pengetahuan yang sangat menarik minat
para ilmuwan muslim adalah astronomi karena berkaitan langsung dengan
peribadatan umat islam. Seperti menentukan awal dan akhir ibadah puasa
Ramadhan, awal idul fitri, awal ibadah haji, awal dan akhir waktu shalat,
sampai menentukan arah kiblat. Semua ibadah tersebut didasarkan pada
perputaran benda-benda langit yang dibahas didalam ilmu falak atau
astronomi.
Sinar matahari berimplikasi pada bayangan matahari yang dengan
bayangan matahari tersebut dapat menentukan arah kiblat. Seiring
berkembangnya teknologi dan kemajuan islam, metode penentuan arah kiblat
juga mengalami perkembangan dari yang bersifat klasik (rashd al-qiblah,
tongkat istiwa’, dan fenomena bayangan matahari harian) dan bersifat modern
(Kompas, ilmu ukur segitiga bola, theodolite, GPS, google earth, dan lain-
lain).
Dalam makalah ini, pemakalah membahas tentang salah satu
metode penentuan arah kiblat dengan menggunakan bayang-bayang matahari.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian arah kiblat!
2. Bagaimana penentuan arah kiblat dengan bayang-bayang matahari?
3. Apa saja dasar hukum penentuan arah kiblat dengan bayang-bayang
matahari!
4. Jelaskan akurasi dan relevansi penentuan arah kiblat dengan bayang-
bayang matahari!
5. Berikan contoh menghitung arah kiblat menggunakan bayang-bayang
matahari!

1
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian arah kiblat.
2. Mengetahui penentuan arah kiblat dengan bayang-bayang matahari.
3. Mengetahui dasar hukum penentuan arah kiblat dengan bayang-bayang
matahari.
4. Mengetahui akurasi dan relevansi penentuan arah kiblat dengan bayang-
bayang matahari.
5. Mengetahui contoh menghitung arah kiblat menggunakan bayang-bayang
matahari.
6.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Arah Kiblat


Arah kiblat adalah arah yang ditunjukkan oleh busur lingkaran besar
pada permukaan bumi yang menghubungkan tempat shalat dengan Ka'bah
Arah. Dalam bahasa Arab disebut jihah atau syathrah dan kadang-kadang
disebut juga qiblah yang berasal dari kata qabala yaqbulu yang artinya
menghadap. Kiblat juga diartikan juga dengan arah ke Ka'bah di Makkah,
sedangkan dalam bahasa latin disebut dengan azimuth, dengan demikian dari
segi bahasa kiblat berarti menghadap ke Ka'bah ketika shalat.1
Sedangkan Harun Nasution, mengartikan kiblat sebagai arah untuk
menghadap pada waktu Salat. Sementara Mochtar Effendy mengartikan kiblat
sebagai arah salat, arah Ka’bah di kota Mekah. 2 Departemen Agama Republik
Indonesia mendefenisikan kiblat sebagai suatu arah tertentu bagi kaum
muslimin untuk mengarahkan wajahnya dalam melakukan salat.3
Slamet Hambali memberikan defenisi arah kiblat yaitu arah menuju
Ka’bah (Baitullah) melalui jalur paling terdekat, dan menjadi keharusan bagi
setiap orang muslim untuk menghadap ke arah tersebut pada saat
melaksanakan ibadah salat, di manapun berada di belahan dunia ini.4
Dengan demikian sederhananya yang dimaksud dengan Arah Kiblat
dalam hal ini adalah menghadap ke arah kiblat dengan jarak yang terdekat ke
Ka’bah di Mekah, dan setiap muslim wajib menghadap ke arahnya saat
mengerjakan salat.

1
Maskufa, Ilmu Falak, (Jakarta: Gaung Persada, 2009), hal.124
2
Harun Nasution, et al., Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Djambatan, 1992, hlm 563.
3
Mochtar Effendy, Ensiklopedi Hukum Agama dan Filsafat, Vol.5, Palembang: Penerbit
Universitas Sriwijaya, Cet. Ke-1, 2001, hlm. 49.
4
Slamet Hambali, Ilmu Falak 1 (Tentang Penentuan Awal Waktu Shalat dan Penentuan Arah
Kiblat Seluruh Dunia), hlm. 84.

3
B. Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang-Bayang Matahari
Pada dasarnya banyak sekali metode atau cara dalam menentukan arah
kiblat, mulai dari cara yang manual sampai modern seperti menggunakan
Theodholite atau GPS, Qiblah locator, mizwala dan lain sebagainya.
Sedangkan dengan cara manual tersebut meskipun deengan metode
sederhana, hasil yang didapatkan dari perhitungannya tidak jauh berbeda
dengan hasil yang didapat dari perhitungan dengan menggunakan metode
modern.5
Salah satu contoh metode manual yang terdapat dalam kitab Natijat al-
Miqat karya Ahmad Dahlan Al-Tarmasi yaitu hanya perlu mengetahui arah
mata angin yaitu Barat, Timur, Utara dan selatan, serta letak lintang Makkah
dan lintang tempat saja, hingga alat yang digunakan untuk menghitung masih
sederhana meskipun sama-sama masih tergantung dengan adanya sinar
matahari.6
Allah SWT menciptakan matahari untuk kepentingan manusia, manusia
dapat mengambil manfaat dan pelajaran yang banyak dari matahari. Salah
satu manfaat yang dapat diambil adalah sebagai petunjuk dalam menentukan
arah kiblat bagi umat islam. Terdapat tiga cara penentuan arah kiblat dengan
matahari diantaranya:
1. Menentukan bayang-bayang matahari dengan tongkat istiwa’.
Menggunakan tongkat istiwa’ dengan bantuan sinar matahari akan
membentuk bayang-bayang dari tongkat istiwa’ tersebut jika diletakkan
ditempat terbuka yang mendapatkan sinar matahari, cara seperti ini
memiliki tingkat akurasi yang tinggi dibandingkan dengan menggunakan
kompas magnetic. Alat ini berguna untuk mengetahui waktu matahari
hakiki, seperti utara sejati.7
Dalam aplikasinya menentukan arah kiblat, tongkat istiwa’
berfungsi sbagai sudut pembantu untuk menemukan azimuth matahari

5
B A B Iv et al., “Jalaluddin As-Suyuthi, Tafsir Jalalain , Juz I, Semarang: Thoha Putra, Tt, Hlm. 123
Suryono Sukanto, Sosiologi Hukum , Jakarta: Rajawali Press, 1999, Hlm. 34 61,” n.d., 61–76.
6
Iv et al.
7
Muhyidin Khazin, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005, hlm. 90

4
dan azimuth kiblat. Cara kerja tongkat istiwa seperti ini hampir sama
dengan konsep mizwala yaitu dengan mencari azimuth matahari terlebih
dahulu untuk kemudian dicari azimuth kiblat tempat tersebut.8
2. Menentukan arah kiblat dengan bayang-bayang benda ketika matahari
berada di zenith ka’bah.
Arah kiblat dapat ditentukan dengan berpedoman pada posisi
matahari yang sedang berada dizenith ka’bah, atau matahari sedang
berkulminasi tepat di atas ka’bah dan mempunyai ketinggian 90° dilihat
dari ka’bah. Keadaan seperti ini akan selalu terjadi dua kali dalam satu
tahun yaitu pada saat matahari bergerak dari khatulistiwa/equator menuju
arah titik balik utara kea rah equator dalam perjalanan tahunannya.9
Saat matahari menuju utara akan terjadi bulan Mei dan saat
matahari menuju selatan akan terjadi bulan juli. Jika keadaan ini terjadi,
makabayangan setiap benda tegak dibelahan bumi yang sedang
mengalami siang akan menghadap kiblat.10 Secara astronomis keadaan
ini terjadi jika lintang tempat sama dengan nilai deklinasi matahari pada
saat kulminasi, yaitu nilai deklinasi matahari ketika berkulminasi itu
sama dengan nilai lintang ka’bah yaitu 21°25’ Lintang Utara.11
Untuk selanjutnya dapat disimpulkan bahwa setiap jam 16.18 WIB
tanggal 28 Mei dan jam 16.27 WIB tanggal 16 Juli setiap tahun dapat
dijadikan pedoman untuk menentukan arah kiblat dengan bantuan posisi
matahari secara langsung. Untuk lebih teliti lagi sebaiknya diperhatikan
pula daftar deklinasi matahari tanggal-tanggal tersebut diatas pada
Almanak Nautika untuk tahun yang bersangkutan.12
3. Menentukan arah kiblat dengan baying-banyang benda ketika matahari
berada pada azimuth ka’bah atau arah yang berlawanan.
8
Anisah Budiwati, “Tongkat Istiwa’, Global Positioning System (GPS) dan Google Earth Untuk
Menentukan Titik Koordinat Bumi dan Aplikaasinya Dalam Penentuan Arah Kiblat”, Jurnal Al-
Ahkam, Vol.26 No.1 (April,2016), 73.
9
Rohmat, “Arah Kiblat Dengan Matahari,” Asas : Jurnal Hukum Ekonomi Syari’ah 4, no. 2 (2012).
10
Depag RI, Pedoman Penentuan Arah Kiblat, Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama, 1984,
hal. 38
11
Rohmat, “Arah Kiblat Dengan Matahari.”
12
Rohmat.

5
Berpedoman pada posisi matahari yang sedang persis berada pada
azimuth ka’bah atau berposisi pada arah berlawanan dengan azimuth
ka’bah. Cara ini dikenal dengan istilah pengukuran arah kiblat
berpedoman pada bayang-bayang kiblat, dengan cara inilah dapat
ditentukan arah kiblat dengan berpedoman pada posisi matahari pada
setiap hari.13
Pada setiap hari matahari daam perjalanan hariannyaa akan
memotong azimuth kiblat suatu tempat. Untuk Indonesia yang berada
disebelah selatan dan timur dari ka’bah, maka jika matahari berada di
utara suatu tempat maka matahari akan memotong azimuth kiblat tempat
tersebut. Bayang-bayang inilah yang menunjukkan kea rah kiblat untuk
tempat tersebut.14
Ketika matahari berada disebelah selatan suatu tempat maka
matahari akan memotong kebalikan dari azimuth kiblat tempat tersebut
pada saat sebelum tergelincir dan akan membentuk bayang-bayang tepat
pada azimuth kiblat tersebut. Dan bayang-bayang inilah yang
menunjukkan kea rah kiblat untuk tempat tersebut.15
Dengan bayang-bayang kiblat ini kita dapat menentukan pukul
berapa pada tanggal-tanggal tertentu akan terjadi bayang-bayang setiap
benda tegak menuju ke arah kiblat. Jadi pada saat itu seluruh bayang-
bayang benda tegak (tongkat, tiang listrik, sudut tembok bangunan dan
lainsebagainya) akan menunjukkan ke arah kiblat secara langsung.16

C. Dasar Hukum Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang-Bayang Matahari


1. QS. Al-Furqan ayat 45-46
َ ِّ‫  اَلَ ْم تَ َر اِ ٰلى َرب‬
َ ‫ك َك ْيفَ َم َّد الظِّ َّل ۚ  َولَوْ َشٓا َء لَ َجـ َعلَهٗ َسا ِكنًا ۚ ثُ َّم َج َع ْلنَا ال َّش ْم‬
‫س َعلَ ْي ِه َدلِ ْياًل‬
‫ثُ َّم قَبَضْ ٰنهُ اِلَـ ْينَا قَ ْبضًا يَّ ِس ْيرًا‬

13
Ibid, hal. 39.
14
Rohmat, “Arah Kiblat Dengan Matahari.”
15
Rohmat.
16
Rohmat.

6
Artinya : "Tidakkah engkau memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu,
bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang; dan
sekiranya Dia menghendaki, niscaya Dia jadikannya (bayang-bayang itu)
tetap, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk. kemudian Kami
menariknya (bayang-bayang itu) kepada Kami sedikit demi sedikit."17
2. QS. An-Nahl ayat 48
َ‫ق هّٰللا ُ ِم ْن َش ْي ٍء يَّتَفَيَّؤُا ِظ ٰللُهٗ ع َِن ْاليَ ِم ْي ِن َوا ل َّش َمٓائِ ِل ُس َّجدًا لِّ ٰـلّ ِه َوهُ ْم ٰد ِخرُوْ ن‬
َ َ‫اَ َولَ ْم يَ َروْ ا اِ ٰلى َما خَ ل‬
Artinya : "Dan apakah mereka tidak memperhatikan suatu benda yang
diciptakan Allah, bayang-bayangnya berbolak-balik ke kanan dan ke kiri,
dalam keadaan sujud kepada Allah, dan mereka (bersikap) rendah hati."18
3. QS. Ar-Ra’d ayat 15
‫هّٰلِل‬
َ ٰ ‫ض طَوْ عًا َّوكَرْ هًا َّو ِظ ٰللُهُ ْم بِا ْل ُغ ُد ِّو َوا اْل‬
‫صا ِل‬ ِ ْ‫ت َوا اْل َ ر‬
ِ ‫َو ِ يَ ْس ُج ُد َم ْن فِى السَّمٰ ٰو‬
Artinya : "Dan semua sujud kepada Allah baik yang di langit maupun
yang di bumi, baik dengan kemauan sendiri maupun terpaksa, (dan sujud
pula) bayang-bayang mereka, pada waktu pagi dan petang hari."19

D. Akurasi dan Relevansi Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang-Bayang


Matahari
Sejak zaman manusia purba, bahkan sejak manusia ada di muka Bumi
ini, sampai sekarang dan selama Bumi beredar sesuai dengan lintasan
orbitnya dan berputar secara konstan, maka cara pengukuran arah dengan
memanfaatkan bayangan Matahari ini akan tetap digunakan selama Matahari
masih bersinar, karena cara ini merupakan cara yang dirasa paling akurat
diantara cara pengukuran arah kiblat yang lain. Hal ini disebabkan gerak
Matahari saat terbit sampai terbenam merupakan lintasan lurus dari timur ke
barat secara hampir sempurna. Dikatakan hampir karena memang ada
pergeseran tetapi terlalu kecil sehingga dapat diabaikan.20

17
QS. al Furqan (25): 45-46
18
QS. an Nahl (16): 48
19
QS. ar Ra’d (13): 15
20
Iv et al., “Jalaluddin As-Suyuthi, Tafsir Jalalain , Juz I, Semarang: Thoha Putra, Tt, Hlm. 123
Suryono Sukanto, Sosiologi Hukum , Jakarta: Rajawali Press, 1999, Hlm. 34 61.”

7
Sebagaimana diketahui bahwa setiap tahun Matahari bergeser dari 0° di
khatulistiwa pada tanggal 21 Maret bergeser ke arah utara sampai mencapai
23,5° LU pada tanggal 22 Juni. Selanjutnya kembali ke titik 0° pada tanggal
23 September dan melanjutkan pergeserannya ke belahan Bumi sebelah
Selatan sejauh 23,5° LS pada tanggal 22 Desember, dan kembali lagi ke titik
0° tanggal 21 Maret tahun berikutnya21
Pergeseran yang akibat gerak revolusi Bumi mengelilingi Matahari
dengan lintasan orbit berbentuk oval pada posisi miring ini ditempuh Bumi
rata-rata selama 91,3 hari sejauh 23.5°. Artinya setiap hari (24 jam) Bumi
bergeser sejauh 0° 15’ 23.86”. Dari terbit sampai terbenam (selama 12 jam)
Bumi bergeser sejauh 0° 7’ 41.93”. Dan apabila kita memanfaatkan cahaya
Matahari selama 4 jam untuk pengukuran arah ini, artinya Matahari hanya
bergeser sejauh 0° 2’ 33.98”. Sebuah sudut yang hanya bisa dihitung tetapi
sangat sulit digambarkan karena terlalu kecilnya. dengan demikian dapat
dikatakan bahwa pengukuran dengan menggunakan bayangan Matahari ini
relatif paling akurat karena kita akan memperoleh arah yang sempurna.
Bandingkan bila menggunakan kompas, kesalahan itu bisa mencapai 4°.22
Setiap titik di permukaan Bumi dapat dinyatakan dalam dua koordinat,
yaitu bujur (longitude) dan lintang (latitude). Semua titik yang memiliki bujur
0 terletak pada garis meridian greenwich (setengah lingkaran besar yang
menghubungkan kutub utara dan selatan dan melewati greenwich). Sementara
itu semua titik yang memiliki lintang 0 terletak pada garis ekuator
(khatulistiwa). bujur timur terletak di sebelah timur greenwich, sedangkan
bujur barat terletak di sebelah barat greenwich. Sesuai kesepakatan umum,
bujur positif bernilai positif, sedangkan bujur barat bernilai negatif.
Sementara itu semua titik yang terletak di sebelah utara ekuator disebut
lintang utara, demikian juga untuk titik di selatan ekuator disebut lintang

21
Bayong Tjasyono, Ilmu Kebumian dan Antariksa, Cet I, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006,
hlm. 70-71
22
Ibid

8
selatan. Lintang utara bernilai positif, sedangkan lintang selatan bernilai
negatif.23
Seharusnya ketika kita akan menentukan arah kiblat, terlebih dahulu
disiapkan data-data yang bersangkutan seperti data lintang dan bujur tempat
serta lintang dan bujur Makkah, sehingga nantinya akan diketahui selisih
bujur Makkah dan tempat yang akan diukur arah kiblatnya setelah itu baru
kemudian dihitung menggunakan rumus arah kiblat dengan menggunakan
konsep segitiga bola sehingga diketahui seberapa besar sudut kiblatnya dan
kemudian akan diketahui ke arah manakah kita akan menghadap kiblat ketika
melakukan ibadah salat.24
Sebagaimana gambar segitiga bola dibawah ini:

Gambar 4.4 :Segitiga bola ABC yang menghubungkan titik A (Ka’bah), titik B
(lokasi) dan titik C (kutub Utara).
Sumber:http://www.eramuslim.com/peradaban/ilmu-hisab/segitiga-bola-dan-arah-
kiblat. Pada hari Rabu, 17 April 2013, pukul 08:30 WIB.
Dari gambar 3.4, segitiga bola ABC menghubungkan antara tiga titik A
(Ka’bah), titik B (lokasi) dan titik C (kutub Utara). Titik A (Ka’bah) memiliki
koordinat bujur Ba dan lintang La. Titik B memiliki koordinat bujur Bb dan
lintang Lb. Titik C memiliki lintang 90˚. Busur a adalah panjang busur yang
menghubungkan titik B dan C. Busur b adalah panjang busur yang
menghubungkan titik A dan C. Busur c adalah panjang busur yang
menghubungkan titik A dan B. Sudut C tidak lain adalah selisih antara bujur
Ba dan bujur Bb. Jadi sudut C = Ba – Bb. Sementara sudut B adalah arah

23
Iv et al., “Jalaluddin As-Suyuthi, Tafsir Jalalain , Juz I, Semarang: Thoha Putra, Tt, Hlm. 123
Suryono Sukanto, Sosiologi Hukum , Jakarta: Rajawali Press, 1999, Hlm. 34 61.”
24
Iv et al.

9
menuju titik A (Ka’bah). Jadi arah kiblat dari titik B dapat diketahui dengan
menentukan besar sudut B.25
Selanjutnya, jari-jari Bumi dianggap sama dengan 1. Sudut yang
menghubungkan titik di khatulistiwa, pusat Bumi dan kutub utara adalah 90
derajat. Karena lintang titik A adalah La, maka busur b sama dengan 90° –
La. Karena lintang titik B adalah Lb, maka busur a sama dengan 90° – Lb.26
Pada segitiga berlaku rumus:
Rumus cos:
Cos a = Cos b Cos c + Sin b Sin c Cos A
Cos b = Cos a Cos c + Sin a Sin c Cos B
Cos c = Cos a Cos b + Sin a Sin b Cos C
Rumus sin:
Sin A/ Sin a = Sin B/ Sin b = SinC/ sin c
Setelah sudut B terhadap A dan C sudah di ketemukan, maka untuk
mendapatkan arah utara selatan yang lurus, tentukanlah terlebih dahulu arah
barat –timur dengan bayangan sinar Matahari. lakukan pada tengah hari saat
bayangan Matahari sebelum zawal dan Matahari sesudah zawal dapat
membentuk simetris. Perhatikan gambar dibawah ini27 :

Sesudah zawal Sebelum zawal

B U

S T

25
http://www.eramuslim.com/peradaban/ilmu-hisab/segitiga-bola-dan-arah-kiblat.
26
Iv et al., “Jalaluddin As-Suyuthi, Tafsir Jalalain , Juz I, Semarang: Thoha Putra, Tt, Hlm. 123
Suryono Sukanto, Sosiologi Hukum , Jakarta: Rajawali Press, 1999, Hlm. 34 61.”
27
Iv et al.

10
Setelah ditemukan garis utara-selatan, maka buatlah arah kiblat dengan
Busur derajat, ditarik dari utara ke barat atau sebaliknya tergantung daerah
yang di cari arah kiblatnya sebesar derajat yang sudah di cari seperti
pembahasan diatas.28

65o 23’
B

T
Dengan adanya gambar-gambar di atas dapat diketahui bahwa yang
dimaksud dengan perhitungan arah kiblat suatu perhitungan untuk
mengetahui berapa besar nilai sudut A. Pembuatan gambar segitiga bola ini
berguna untuk membantu menentukan nilai arah kiblat bagi suatu tempat
dihitung dari suatu titik mata angin ke arah mata angin lainnya.29
Rumus segitiga bola dapat digunakan ke berbagai tempat di permukaan
Bumi dalam menentukan arah kiblat. Dalam metode penentuan arah kiblat
tersebut, dapat diketahui dengan menghitung azimuth kiblat dan dengan
mengetahui posisi Matahari (rashd al-kiblat).30
Tabel perhitungan arah kiblat dari berbagai wilayah di Indonesia31
No Nama Kota Lintang Bujur Arah Kiblat (BU)
28
Iv et al.
29
Muhyidin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Cet. III, Yogyakarta: Buana
Pustaka, 2008, hlm. 53.
30
Rashdul Kiblat adalah ketentuan waktu dimana bayangan benda yang terkena sinar matahari
manunjuk arah kiblat. Sebagaimana dalam kalender menara kudus KH. Turaichan ditetapkan tanggal 27
atau 28 Mei dan tanggal 15 atau 16 Juli pada tiap-tiap tahun sebagai Yaumi Rashdil Qiblat. Ahmad
Izzuddin, Ilmu Falak Praktik (Metode Hisab Rukyat Praktis dan Solusi Permasalahanya), Cet. I,
Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2012, hlm. 45.
31
Data lintang dan bujur di dapat dari buku Muhyidin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan
Praktik, op.cit.

11
1 Solo 7˚ 35' LS 110˚ 24' BT 24˚ 33' 20.35"
2 Yogyakarta 7˚ 48' LS 110˚ 21' BT 24˚ 43' 01.07"
3 Pekalongan 6˚ 55' LS 109˚ 41' BT 24˚ 39' 25.26"
4 Rembang 6˚ 39' LS 111˚ 29' BT 24˚ 10' 42.27"
5 Brebes 6˚ 54' LS 109˚ 02' BT 24˚ 48' 33.51"
6 Bandung 6˚ 57' LS 107˚ 34' BT 25˚ 11' 24.55"
7 Bogor 6˚ 37' LS 106˚ 48' BT 25˚ 17' 17.95"
8 Jakarta 6˚ 10' LS 106˚ 49' BT 25˚ 08' 45.77"
9 Surabaya 7˚ 15' LS 112˚ 45' BT 24˚ 02' 11.42"
10 Tuban 6˚ 56' LS 112˚ 04' BT 24˚ 06' 53.41"
11 Pacitan 8˚ 12' LS 111˚ 06' BT 24˚ 37' 35.17"
12 Lampung 5˚ 25 LS 105˚ 17' BT 25˚ 17' 26.17"
13 Balikpapan 1˚ 13 LS 116˚ 51' BT 22˚ 10' 03.35"
14 Banda Aceh 5˚ 35' LU 095˚ 20' BT 22˚ 08' 34.3"
15 Bontang 0˚ 04' LU 117˚ 30' BT 21˚ 52' 05.42"
16 Batam 1˚ 08' LU 104˚ 00' BT 23˚ 05' 06.11"
17 Gorontalo 0˚ 34' LU 123˚ 05' BT 21˚ 29' 56.9"
18 Fak Fak (NTT) 2˚ 52' LS 132˚ 20' BT 21˚ 18' 28.64"
19 Makassar 5˚ 08' LS 119˚ 27' BT 22˚ 28' 21.7"
20 Denpasar 8˚ 37' LS 115˚ 13' BT 23˚ 44' 46.9"
21 Manokwari 1˚ 00" LS 134˚ 05' BT 21˚ 24' 32.14"

E. Contoh Menghitung Arah Kiblat Dengan Bayang-bayang Matahari


Menghitung arah kiblat kota Semarang dengan data sebagai berikut32:
1. Lintang Makkah : 21˚ 25‘ 21.04“ 2.
2. Bujur Makkah : 39˚ 49‘ 34.33“
3. Lintang tempat : -7˚
4. Bujur tempat : 110˚ 24“
Dengan Rumus:
Catan B = cotan b x sin a ÷ sin C – cos a x cotan

Keteragan data:
a = 90o - ɸx
= 90o – (-7o)
= 97o 00’ 00”

32
Iv et al., “Jalaluddin As-Suyuthi, Tafsir Jalalain , Juz I, Semarang: Thoha Putra, Tt, Hlm. 123
Suryono Sukanto, Sosiologi Hukum , Jakarta: Rajawali Press, 1999, Hlm. 34 61.”

12
b = 90o - ɸm
= 90o – (21o 30’)
= 68o 30’ 00”
C = 110o 24’ – 39o 58’
= 70o 26’ 00”
Kemudian data dimasukan dalam rumus
Catan B = cotan 68o 30’ x sin 97o 00’ ÷ sin 70o 36’ – cos 97o 00’ x
cotan 70o 26’
= 65o 22’ 49.08”
Jadi arah kiblat semarang adalah 65o 22’ 49.08” dari titik Utara ke arah
Barat atau 24o 37’ 10.92” dari titik Barat ke Utara dan azimuth kiblatnya
adalah 294o 37’ 10.92” (UTSB).
Dalam perhitungan ini yang digunakan adalah hasil arah kiblat dari
Barat ke Utara yaitu sebesar 24o 37’ 10.92”. dan untuk perhitungan
selanjutnya menggunakan rumus yang sama seperti di atas hanya tempat
pengukuranya berbeda.33

33
Iv et al.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Arah kiblat adalah arah yang ditunjukkan oleh busur lingkaran besar
pada permukaan bumi yang menghubungkan tempat shalat dengan Ka'bah.
Arah Kiblat adalah menghadap kiblat dengan jarak yang terdekat ke Ka’bah
di Mekah, dan setiap muslim wajib menghadap ke arahnya saat mengerjakan
salat.
Terdapat tiga cara penentuan arah kiblat dengan matahari diantaranya:
1. Menentukan bayang-bayang matahari dengan tongkat istiwa’.
2. Menentukan arah kiblat dengan bayang-bayang benda ketika matahari
berada di zenith ka’bah.
3. Menentukan arah kiblat dengan bayang-bayang benda ketika matahari
berada pada azimuth ka’bah atau arah yang berlawanan.
Pergeseran yang akibat gerak revolusi Bumi mengelilingi Matahari
dengan lintasan orbit berbentuk oval pada posisi miring ini ditempuh Bumi
rata-rata selama 91,3 hari sejauh 23.5. Dan apabila kita memanfaatkan cahaya
Matahari selama 4 jam untuk pengukuran arah ini, artinya Matahari hanya
bergeser sejauh 0° 2’ 33.98”. Sebuah sudut yang hanya bisa dihitung tetapi
sangat sulit digambarkan karena terlalu kecilnya. dengan demikian dapat
dikatakan bahwa pengukuran dengan menggunakan bayangan Matahari ini
relatif paling akurat karena kita akan memperoleh arah yang sempurna.

B. Saran
Demikianlah makalah yang kami susun, semoga dengan adanya
makalah ini dapat menambah wawasan dan pemahaman kita mengenai
“Pengaplikasian Bayang-Bayang Matahari Ke Arah Kiblat”. Kami menyadari
bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi
tulisan maupun referensi yang menjadi bahan rujukan. Untuk itu kami dengan

14
senang hati menerima kritik dan saran yang diberikan, guna penyempurnaan
makalah kami berikutnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Budiwati, Anisah. 2016. “Tongkat Istiwa’, Global Positioning System (GPS) dan
Google Earth Untuk Menentukan Titik Koordinat Bumi dan Aplikaasinya
Dalam Penentuan Arah Kiblat”. Jurnal Al-Ahkam, Vol.26 No.1.73.
Depag RI. 1984. Pedoman Penentuan Arah Kiblat. Proyek Pembinaan Badan
Peradilan Agama.
Effendy, Mochtar. 2001. Ensiklopedi Hukum Agama dan Filsafat. Vol.5,
Palembang: Penerbit Universitas Sriwijaya.
Hambali, Slamet. Ilmu Falak 1 (Tentang Penentuan Awal Waktu Shalat dan
Penentuan Arah Kiblat Seluruh Dunia).
Iv, B A B, Natijat Al, M I Q Ā T Karya, and Ahmad Dahlan. “Jalaluddin As-
Suyuthi, Tafsir Jalalain , Juz I, Semarang: Thoha Putra, Tt, Hlm. 123
Suryono Sukanto, Sosiologi Hukum , Jakarta: Rajawali Press, 1999, Hlm.
34 61,” n.d., 61–76.
Izzuddin, Ahmad. 2012. Ilmu Falak Praktik (Metode Hisab Rukyat Praktis dan
Solusi Permasalahanya). Cet I. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.
Khazin, Muhyidin. 2005. Kamus Ilmu Falak. Yogyakarta: Buana Pustaka.
Khazin, Muhyidin. 2008. Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Cet. III,
Yogyakarta: Buana Pustaka.
Maskufa. 2009. Ilmu Falak. (Jakarta: Gaung Persada)
Nasution, Harun. 1992. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: Djambatan. Rohmat. “Arah
Kiblat Dengan Matahari.” Asas : Jurnal Hukum Ekonomi Syari’ah 4, no.
2 (2012).

Tjasyono, Bayong. Ilmu Kebumian dan Antariksa. Cet I. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya. 2006.
http://www.eramuslim.com/peradaban/ilmu-hisab/segitiga-bola-dan-arah-kiblat.
pada hari Minggu, 17 Oktober 2021, pukul 08:30 WIB

16

Anda mungkin juga menyukai