Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SISTEM KALENDER NUSANTARA


“Kalender Sunda”
Dosen Pengampu: Dr. Arino Bemi Sado, S.H., M.H

Disusun Oleh:
Kelompok II
1. M Zainul Mukarrobin (200204063)
2. Sofiatun Uzma (200204064)
3. Lalu Muhammad Akrom (200204066)

PRODI ILMU FALAK


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MATARAM
2023

1
KATA PENGANTAR

Asslamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga Kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Kalender Sunda ini tepat pada
waktunya Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
Pak Dr. Arino Bemi Sado, S.H.,M.H pada bidang mata kuliah Sistem Kelender Nusantara. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan Kejurusitaan bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Arino Bemi Sado, S.H.,M.H ,selaku
dosen bidang mata kuliah Sistem Kalender Nusantara yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 6 September 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………………1

KATA PENGANTAR.......................................................................................2
DAFTAR ISI .....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................5
C. Tujuan ...........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kalender Sunda ..........................................................................7
B. Istilah-Istilah dalam Penanggalan Sunda…………………………………10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ...............................................................................................20
B. Saran……………………………………………………………………...20

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................21

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu penanggalan yang tenggelam dan hilang belum mendapat perhatiaan
dari kalangan akademis ialah penanggalan Sunda. Banyak sekali masyarakat Sunda
di Jawa Barat yang belum mengetahui mengenai penanggalan Sunda. Kalender
Sunda (“kalangider‟) atau yang disebut dengan Kala Sunda merupakan kalender
nusantara yang dipercayai oleh masyarakat Sunda zaman terdahulu. Adanya
penanggalan Sunda saat ini adalah berkat hasil penelitiaan kembali Ali Sastramidjaja.
Sebelum itu penanggalan Sunda sempat hilang dan dilupakan oleh masyarakat Sunda
kurang lebih 500 tahun.1 Sampai sekarang pun penanggalan Sunda masih asing bagi
masyarakat Sunda di Jawa Barat.

Sistem penanggalan atau yang lebih dikenal dengan sebutan kalender, disepakati
sebagai sebuah penanda waktu yang mencakup di dalamnya tahun, bulan, hari dan
jam. Menurut sejarahnya, perhitungan hari ditemukan pertama kali dalam budaya
masyarakat Sumeria dan Babylonia.2

Kalender adalah suatu satuan waktu yang terdiri dari hari, minggu, bulan, tahun
dan sebagainya.3 Kelender ini berguna untuk mengetahui pergantian waktu dan
memudahkan manusia untuk mengingat dan mencatat suatu peristiwa atau kejadian
yang terjadi di sekitarnya. Penanggalan juga berguna untuk aktivitas manusia seperti
bercocok tanam, berlayar dan menentukan arah mata angin, bahkan perhitungan
masa kehamilan juga memperhatikan sistem penanggalan.4

1 Hazmirullah, “Kalender Sunda dan Revisi Sejarah”, http://artshangkala.wordpress.com/kalender-sunda-


dan-revisi-sejarah/, diakses Rabu, 15 Maret 2023, Pukul 11.15 WITA.
2
Tjokroda Rai Sudharta, “Kalender 301 Tahun [Tahun 1800 S/d 2100], 2008 , hlm 7.
3
Ahmad Muhammad Syakir, Menentukan Awal Puasa dan Hari Raya, (Surabaya: Pustaka Progresif,
1993), hlm 55.
4
Janatun Firdaus, Kalender Sunda dalam Tinjauan Astronomi, (Bandung: PT Kiblat Buku Utama, 2017),
cet 1, hlm 10.

4
Sistem penanggalan sangat berkaitan dengan adanya pergantian antara siang dan
malam pada kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena adanya pergerakan benda
langit yang tak pernah berhenti antara Matahari, Bulan, dan Bumi. Dalam pergerakan
tersebut semuanya diatur dan disesuikan dengan posisi dan porosnya masingmasing
yang sering disebut dengan Rotasi Bumi, sebagaimana dijelaskan dalam QS. Yunus
ayat 6.

‫ض ا ْٰل ٰيت‬
ِ ‫ت او ْاْلا ْر‬ ٰ ‫ار او اما اخلاقا‬
ِ ‫ّللاه فِى السمٰ ٰو‬ ِ ‫ف ال ْي ِل اوالن اه‬ ْ ‫اِن فِى‬
ِ ‫اختِ اَل‬
‫ِلقا ْوم يتقه ْونا‬
“Sesungguhnya pada pergantian malam dan siang dan pada apa yang diciptakan
Allah di langit dan di bumi, pasti terdapat tanda-tanda (kebesaran-Nya) bagi orang-
orang yang bertakwa.” (Q.S. 10 [Yunus]:6)5

Penanggalan Jawa Islam hanya tertuju pada kriteria penentuan awal bulan
Hijriah khususnya Ramadhan, Syawal, Zulhijjah dengan segala problem
penentuannya. Bagi kalangan astronomi pun masih sedikit penelitian mengenai
penanggalan yang bersifat lokal. Seakan-akan penanggalan lokal masih dianak
tirikan sehingga kita hanya mempunyai sedikit referensi mengenai penanggalan lokal
masyarakat Indonesia.

Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang di atas tentu saja sangat menarik jika
dilakukan kajian terhadap penanggalan Sunda yang berbasis Sukra, kala, Saka
Sunda.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari kalender sunda?

2. Apa saja istilah-istilah dalam penanggalan sunda?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari kalender sunda.

5 Dapartemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid IV, (Jakarta: PT. Sinergi Pustaka

Indonesia, 2012), h257.

5
2. Untuk mengetahui istilah-istilah dalam penanggalan sunda.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kalender Sunda

Istilah kalender berasal dari bahasa Inggris modern “calendar”, berasal dari
bahasa Perancis lama “calendier” yang asal mulanya dari bahasa Latin
“kalendarium” yang artinya buku catatan pemberi pinjaman uang.6

Pada bahasa Latinnya sendiri kalendarium berasal dari kalendae atau calendae
yang artinya “hari permulaan suatu bulan”. Padanan kalender dalam bahasa
Indonesia adalah penanggalan. Adapun menurut istilah, kalender dimaknai sebagai
suatu tabel atau deret halaman-halaman yang memperlihatkan hari, pekan dan bulan
dalam satu tahun tertentu.7

Menurut Susiknan Azhari kalender adalah sistem pengorganisasian satuan-satuan


waktu, untuk tujuan penandaan serta perhitungan waktu dalam jangka panjang.8
Istilah kalender dalam literatur klasik maupun kontemporer biasa disebut tarikh,
takwim, almanak dan penanggalan.9

Kalender Sunda merupakan sistem penanggalan yang sudah ada sejak jaman
dahulu yang disusun oleh para leluhur Sunda. Kalender Sunda merupakan buah dari
kebudayaan yang dimiliki oleh suku Sunda yang membuktikan bahwa masyarakat
Sunda tinggi peradabannya. Sebagaimana yang dijelaskan di dalam Ensiklopedia
Winkler Prins bahwa adanya suatu penanggalan atau kalender pada suatu masyarakat
adalah suatu bukti tingginya derajat peradaban mereka, serta kecermatan dan
ketelitian dalam penyusunan kalender mereka menunjukkan perkembangan
intelektual mereka . Tingkatan peradaban manusia dimulai dari memahami kata,
bahasa, tulisan, angka dan perhitungan, kemudian penanggalan.

6
Ruswa Darsono, Penanggalan Islam, Tinjauan Sistem, Fiqh dan Hisab Penanggalan, Yogyakarta : Labda
Press, 2010, hlm. 27
7
Ibid
8
Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008, cet II, hlm. 115
9
Susiknan Azhari, Kalender Islam ke Arah Integrasi Muhammadiyah-NU, Yogyakarta : Museum
Astronomi Islam, 2012, hlm. 27

7
Dasar dari setiap kalender atau penanggalan adalah siklus alam, bagaimana bumi
mengelilingi matahari, kemudian bulan mengelilingi bumi, dan lain sebagainya. Di
dalam siklus tersebut tentunya terdapat gejala-gejala alam yang bisa diamati dan
ditandai. Gejala-gejala alam itu terjadi secara berulang yang kemudian ditandai dan
diberikan nama atau istilah yang memiliki filosofi yang merepresentasikan kejadian
tersebut. Kemudian gejala-gejala tadi dihitung siklusnya dengan perhitungan
matematis sehingga dapat disusun suatu sistem penanggalan.10

Orang sunda di perkirakan telah mengenal sistem perhitungan sejak lama, hal ini
di buktikan dengan penemuan situs Kawali di Ciamis, Kawali merupakan situs
peninggalan abad ke 5 Saka. Pada situs kawali terdapat sebbuah gambbar matrix
yang tersusun dalam bentuk perhitungan, dari situs inilah kemudian Sastramidjaja
memperkirakan sistem perhitungan telah ada, ia juga menerangkan bahwa setidaknya
kalender Sunda telah mencapai 18 millenium atau 180 abad.11

Kalender Sunda diagi menjadi tiga berdasarkan benda langit yang digunakan
sebagai acuanya, yakni Suryakala atau disebut juga dengan Saka Sunda (kalender ini
berbasis pada peredaran Bumi mengelilingi Matahari, Syamsiah), Chandrakala atau
Caka Sunda (berbasis peredaran Bulan mengelilingi Bumi, Qomariah), dan
Sukrakala (berbasis pada posisi relatif bintang selama satu tahun, Najmiah).

1) Suryakala/Saka Sunda

Kalender Suryakala atau Saka Sunda memiliki jumlah Rata-rata hari sebanyak
365 hari dalam setahun (wastu, tidak lengkap) dan penambahan 1 hari setiap 4 tahun
sekali sehingga menjadi 366 hari (Wuntu,Lengkap). Tahun Wuntu (Lengkap) terjadi
pada setiap tahun dalam kelipatan 4 (4,8,12,16…,dst). Tahun dalam Saka Sunda
berakhir Ketika Matahari berada titik maximum point selatan.12

Dalam penanggalan Saka Sunda akan dilakukan pengurangan 1 hari setiap periode
128 tahun, dengan begitu walaupun tahun ke 128 termasuk ke dalam tahun Wuntu

10 Mega Nur Prabawati dan Siska Ryane Muslim, “Etnomatematika:Filosofi dan Konsep Matematis Kalender Sunda” ,

Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 11, Nomor 3, September 2022, hlm 370.
11
Muhamad Maimun, Sistem Penanggalan Sunda, makalah seminar nasional “Menelusuri Sejarah
Penanggalan Nusantara”, dalam rangka menyambut Dies Natalis ke 62 Fakultas Ilmu Budaya UGM Yogyakarta,
23 Februari 2008, hlm. 10
12
Ali Sastramidjaja, Sunda Calendar, 1991, h.1

8
(Lengkap) akan tetap berjumlah 365 hari. Hal ini dikarenakan untuk menyesuaikan
dengan tahun tropis, karena jika tidak dilakukan penyesuaian maka akan terjadi
selisih 1 hari dalam kurun waktu 128 tahun (128/4=32 tahun Wuntu).

Saka (128x365+(128/4)- 365,2421875-


Sunda 1(Koreksi dalam 365=0,2421875x128=31
128th)=365,2421875 (terdapat 31 tahun
kabisat/Wuntu).
Tropi 365.2422 365,2422-
cal 365=0.2422x128=31,0016
Year

2) Chandrakala/Caka Sunda
Penanggalan Caka Sunda didasarkan pada phase bulan dengan perhitungan yang
sedehana, awal bulanya dimulai dari Last Quarter hingga First Quarter.
Penanggalan Caka Sunda terbagi menjadi 2 segment yaitu Suklapaksa dan
Kresnapaksa.13

Caka Sunda terdiri 12 bulan dengan tahun Taun Pondok (basitah) dan Taun
Panjang (kabisat) yang terdapat dalam satu siklus yang disebut dengan Windu yakni
siklus 8 tahunan. Pada tahun basitah “Taun Pondok” jumlah hari dalam setahun
adalah 354 hari dan 355 hari untuk yang kabisath “Taun Panjang”.

13
Ibid…, h2

9
Pada putaran ke 15 dari siklus Windu jumlah hari dalam tahun ke 8 ialah 354
hari, hal ini untuk menyesuaikan dengan siklus tahunan yakni dalam masa periode
120 tahun (8x15=120). Periode tahunan ini juga dikenal dengan sebutan Sa Indung
Poe.
Caka Sunda (120x354)+(120/8)-1=42494
42494/120=354,11666667-354=0,11666667
0,11666667x120= 14 (siklus Windu)
Synodic Month 29,53059x12=354,36708
354,36708x120= 42524
354,36708-354=0,36708
0,36708x120=44

B. Istilah-Istilah dalam Penanggalan Sunda

Poe (Hari), Kata hari dalam bahasa Sunda mempunyai tiga makna, yaitu :14

a. Hari : selama ada Matahari, yaitu siang yang diteruskan oleh malam, masing-
masing 12 jam.
b. Hari : sehari semalam, jadi 24 jam. Dalam batu tulis Sri Jayabupati disebut
“ha” yaitu hariyang.
c. Hari : diletakan ditempat yang tertimpa panas.

Dalam menetapkan awal perhitungan suatu hari atau tanggal, dalam Masehi sejak
pukul 00.00. Adapun dalam kala Sunda dimulai sejak terbitnya Matahari (pkl.
06.00).15

14 Ali Sastramidjaja, Kalangider, Bandung, 1990, hlm 10

10
Dahulu untuk mengukur waktu tidak menggunakan jam, tetapi waktu (wayah atau
wanci) mempunyai nama tersendiri. Istilah / nama yang mengandung arti waktu,
wayah, wanci dalam waktu sehari semalam dalam Sunda dijelaskan sebagai berikut
:16

Meletek panon poe Jika matahari pertama kali mulai


terlihat/terbit. Hitungan hari
dimulai pkl 06.00
Isuk-isuk atau enjingenjing Jika matahari sudah terlihat
disebelah timur sampai jatuhnya air
embun (pkl06.00-07.00).
Beurang Selama ada sinar matahari (siang)
Murag Ciibun Waktu air embun berjatuhan (pkl.
07.00-08.00)
Rumangsang Saat matahari terasa hangatnya
(pkl. 08.00-09.00)
Pecat Sawed Sewaktu kerbau dihentikan untuk
bekerja dari membajak sawah.
Karena saatnya petani makan (pkl.
11.00)
Manceran atau tangang Sewaktu matahari tepat berada
diatas kepala (istiwa) sehingga
tidak ada bayangan suatu benda
(pkl. 12.00)
Lingsir atau Menggok Jika matahari sudah bergeser ke
barat (zawal) (pkl. 13.00-14.00).
Sonten Waktu antara lingsir dan sariak
layung
Tunggang gunung Waktu matahari terlihatnya di
puncak gunung.

15
Ali Sastramidjaja, Kalangider, Bandung,,,.hlm 11
16
Ibid, hlm. 12

11
Ngampih Laleur Waktu lalat kembali ke sarangnya
(pkl.16.30)
Sariak layung Waktu awan sudah berganti warna,
langit berwarna kuning menuju
merah (pkl. 17.00)
Burit Sewaktu awan sudah berwarna
merah, menuju ke warna hitam.
Pepohonan tinggal bayangan hitam
Sanekala atau sandekala Siang hendak menuju malam
Sareupna Waktu matahari terbenam.
Waktunya hanya sebentar, yaitu
berpindahnya siang ke malam (pkl.
18.00)
Harieum beungeut Waktu matahari sudah tidak terlihat
lagi, hanya tinggal terangnya
dilangit
Malem Dipakai untuk menyebut nama hari
sewaktu malam, seperti malem
jumaah. Terjadi dari pkl 18.00-
06.00.
Peuting Waktu selama tidak ada matahari,
baik itu saat terang bulan maupun
gelapnya bulan. Waktunya sama
dengan malem.
Sareureuh Budak Waktu setelah anak-anak tidur (pkl.
20.00)
Sareureuh Kolot Waktu setelah orang tua tidur (pkl.
21.00)
Tengah Peuting Waktu tengah malam (pkl 24.00)
Janari Waktu tengah malam sampai saat
hendak balebat (pkl. 00.00-04.00)

12
Kongkorongok hayam Waktu ayam mulai berkotek (pkl.
03.00)
Disada rorongkeng Waktu rorongkeng (sejenis
serangga) berbunyi sebelum
balebat (pkl. 04.00)
Balebat Jika dilangit sudah mulai terlihat
ada awan yang terkena terang sinar
matahari yang hendak terbit (pkl.
05.00)
Carangcang Tihang Jika terangnya langit sudah terlihat
dari dalam rumah, menembus sela-
sela bilik. Sedangkan tiang rumah
masih gelap, tetapi samar-samar
sudah mulai terlihat (pkl. 05.30)

Jadi dalam waktu sehari semalam itu terjadi berbagai kejadian, sebab banyak yang
dikerjakan. Oleh karena itu dalam penanggalan Sunda hari-hari (waktu) disebut dengan
“wara” atau “waka”.17

2. Wara / Waka

Kata Wara mengandung makna hitungan dalam hari, dari setiap hari sampai 9 hari.
Selengkapnya ada 10 macam Wara, yaitu:18

Ekawara Setiap hari, nama harinya luwang


Dwiwara Dua hari, nama harinya mengo,
pepet
Triwara Tiga hari, nama harinya dora, way,
jantara
Caturwara Empat hari, nama harinya sri, laba,
jaya, mandala

17
Ibid…, hlm. 14.
18
Ibid…, hlm. 15

13
Pancawara Lima hari, nama harinya kaliwon,
manis (di jawa disebut legi), pahing,
pon, wage
Sadwara Enam hari, nama harinya tungle,
aryang, wurukung, paniron, uwas,
mawulu
Saptawara Tujuh hari, nama harinya radite
(Matahari), soma (Bulan), anggara
(Mars), buda (Merkurius), respati
(Jupiter), sukra (Venus), tumpek
(Saturnus)
Astawara Delapan hari, nama harinya sri,
indra, guru, yama, rudra, brahma,
kala, uma
Sangawara Sembilan hari, nama harinya dangu,
jagur, gigis, kerangan, nohan,
wogan, tulus, wurung, dadi
Dasawara Sepuluh hari, nama harinya pandita,
pati, duka, sri, manu, manusya, raja,
dewa, raksasa

3. Pancawuku atau Selapan

Dari wara yang ada 10, yang banyak digunakan hanya Pancawara dan Saptawara. Kedua
Wara ini digabungkan disebut Pancawuku atau Selapan.19

Pancawuku jumlahnya ada 35 hari;

1 Ahad Manis
2 Senen Pahing
3 Salasa Pon

19
Ibid…, hlm. 16

14
4 Rebo Wage
5 Kemis Kaliwon
6 Jumaah Manis
7 Saptu Pahing
8 Ahad Pon
9 Senen Wage
10 Salasa Kaliwon
11 Rebo Manis
12 Kemis Pahing
13 Jumaah Pon
14 Saptu Wage
15 Ahad Kaliwon
16 Senen Manis
17 Salasa Pahing
18 Rebo Pon
19 Kemis Wage
20 Jumaah Kaliwon
21 Saptu Manis
22 Ahad Pahing
23 Senen Pon
24 Salasa Wage
25 Rebo Kaliwon
26 Kemis Manis
27 Jumaah Pahing
28 Saptu Pon
29 Ahad Wage
30 Senen Kaliwon
31 Salasa Manis
32 Rebo Pahing
33 Kemis Pon

15
34 Jumaah Wage
35 Saptu Kaliwon

Hitungan pada Pancawuku akan Kembali setelah 35 hari, artinya pada hari ke 36
maka akan sama seperti hari pertama dan begitu seterusnya.20Pancawuku biasanya
digunakan untuk ketelitian dalam urusan meneliti data penanggalan.

4. Wuku
Wuku berarti Mingguan, awal perhitungan dari Wuku adalah hari Ahad (Minggu).
Dihitung mulai dari Ahad Wage yang disebut Wuku Sinta yang umurnya sampe
Sabtu Pon (7 hari). Jumlah Wuku ada 30, yaitu;

20
Ibid…, hlm 17

16
5. Ha atau Hariyang
Dalam batu tulis peninggalan Sri Jayabupati terdapat tulisan “ha” yang
diterjemahkan menjadi “Hariyang”. Maknanya adalah untuk menyebut hari yang
dibangun oleh pancawara, saptawara dan wuku. Selain dari tanggal, bulan dan tahun
dalam Caka Sunda.
6. Sasih atau Bulan
Adanya hitungan tanggal dalam penanggalan Lunar, karena berdasarkan
peredaran Bulan. Lamanya perputaran bulan dari silih berganti 29 dan 30 hari. Sehingga
rata-rata rotasi Bulan 29.5 hari.
7. Warsa / Warsih atau Tahun

Nama-nama bulan dalam kalender Sunda adalah sebagai berikut :

17
8. Windu
Windu bermakna periode, 1 Windu adalah 8 tahun yang pada Kala Sunda terdiri
dari 3 Kabisat/Wuntu, dan 5 Basitah/Wastu.
9. Indung Poe

Indung Poe adalah hari yang dijadikan awal tahun dalam kurun masa 15 Windu.
Indung Poe yang pertama adalah Senin Manis, umurnya yaitu 15 windu atau 120
tahun diteruskan ke Ahad Kliwon yang mana dikarenakan pada setiap 120 tahun atau
15 windu tahun ke delapanya dijadikan pendek jadi Indung Poe akan mundur 1 hari
setiap 120 tahun.

Adapun Urutan Indung Poe adalah Sebagai berikut :21

21
Janatun Firdaus, Skripsi ANALISIS PENANGGALAN SUNDA DALAM TINJAUAN ASTRONOMI, 27 Juni
2013, hlm 71

18
19
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kalender Sunda merupakan kalender yang terbentuk dari akumulasi perhitungan
dan pengamatan selama bertahun-tahun di masa lalu yang kemudian di
manifestasikan menjadi sebbuah bentuk penanggalan oleh Ki Sunda.
Kalender Sunda terdiri dari Kala Saka yang berbasis peredaran Matahari (Tropical
Year) dengan siklus kabisat 4 tahun, dan Kala Caka/Chandra yang berbasis pada
Phase Bulan dengan siklus 8 tahun (Windu).
2. Berbagai istilah-istilah yang di gunakan entah dalam penamaan waktu-waktu
tertentu dan juga pada penamaan nama hari,bulan dan tahun dengan istilah-istilah
yang bermacam-macam seperti poe, windu, wuku, dsb. Yang benar-benar
menunjukan tingginya kebudayaan masyarakat/suku Sunda dari sejak zaman
dahulu.
B. Saran
Agar dapat lebih memahami secara bagus dan detail, alangkah baiknya membaca dengan
baik dan teliti serta membaca tidak hanya dari satu sumber saja, meinkan dari berbagai
sumber lainya juga.

20
DAFTAR PUSTAKA

Hazmirullah, “Kalender Sunda dan Revisi Sejarah”, http://artshangkala.wordpress.com/kalender-sunda-


dan-revisi-sejarah/, diakses Rabu, 15 Maret 2023, Pukul 11.15 WITA.
Tjokroda Rai Sudharta, “Kalender 301 Tahun [Tahun 1800 S/d 2100], 2008
Ahmad Muhammad Syakir, Menentukan Awal Puasa dan Hari Raya, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1993)
Janatun Firdaus, Kalender Sunda dalam Tinjauan Astronomi, (Bandung: PT Kiblat Buku Utama, 2017), cet
1
Dapartemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid IV, (Jakarta: PT. Sinergi Pustaka
Indonesia, 2012)
Ruswa Darsono, Penanggalan Islam, Tinjauan Sistem, Fiqh dan Hisab Penanggalan, Yogyakarta : Labda
Press, 2010
Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008, cet II
Susiknan Azhari, Kalender Islam ke Arah Integrasi Muhammadiyah-NU, Yogyakarta : Museum Astronomi
Islam, 2012
Mega Nur Prabawati dan Siska Ryane Muslim, “Etnomatematika:Filosofi dan Konsep Matematis Kalender
Sunda” , Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 11, Nomor 3, September 2022
Muhamad Maimun, Sistem Penanggalan Sunda, makalah seminar nasional “Menelusuri Sejarah
Penanggalan Nusantara”, dalam rangka menyambut Dies Natalis ke 62 Fakultas Ilmu Budaya UGM Yogyakarta,
23 Februari 2008
Ali Sastramidjaja, Sunda Calendar, 1991
Ali Sastramidjaja, Kalangider, Bandung, 1990
Janatun Firdaus, Skripsi ANALISIS PENANGGALAN SUNDA DALAM TINJAUAN ASTRONOMI, 27 Juni
2013

21

Anda mungkin juga menyukai