Anda di halaman 1dari 17

PERSEPSI TOKOH MASYARAKAT

TENTANG PENENTUAN ARAH KIBLAT


(MASJID DARUSSALAM KELURAHAN MAMPU KECAMATAN WAJO)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata KuliahMetodologi Penelitian Hukum

Dosen Pengampu : Prof.Dr.H.Sabri Samin.,M.Ag.

Oleh :
Dimas Syarief Hidayatullah
NIM : 10900121050

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM


UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2023
Proposal Lapangan Penelitian Kualitatif

Nama : Dimas Syarief Hidayatullah


Nim : 10900121050
Jurusan : Ilmu Falak
Tempat/Tanggal Lahir : Makassar/18 Juni 2001
Judul Proposal Penelitian : Persepsi Tokoh Masyarakat Tentang Penentuan Arah
Kiblat Masjid Darussalam Kelurahan Mampu
Kecamatan Wajo
Alamat : Jl.Kalimantan No 93 Makassar
No Hp : 085394450474
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Sebelum adanya perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini,


masyarakat di zaman dahulu menentukan waktu-waktu penting dalam
kehidupan sehari-hari dengan melihat tanda-tanda alam, seperti bintang dan
arah angin dalam menentukan kapan waktu panen misalnya. Setelah adanya
perkembangan ilmu pengetahuan, ilmu falak khususnya, manusia mulai
mengkaji tanda-tanda alam secara ilmiah dan menemukan teori obyektif dan
valid dalam menentukan waktu-waktu dalam kehidupan masyarakat, walaupun
belum sempurna
Ilmu falak merupakan ilmu yang sangat penting. Ilmu falak
mempelajari tentang arah kiblat, penanggalan, waktu sholat dan rukyatul hilal.
Selain itu ilmu falak juga merupakan ilmu yang erat kaitannnya dengan
pelaksanaan ibadah umat muslim.1
Sebagai salah satu pokok bahasan dalam ilmu falak, penentuan waktu
sholat merupakan salah satu bagian yang sangat vital bagi seorang muslim 2
Setiap harinya seorang muslim pasti bersinggungan dengan waktu sholat.
Selain itu penentuan waktu sholat ini terkait pula dengan ibadah lain seperti
sholat sunnah, puasa, dsb
Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Quran Surat Yunus ayat 5 yang
berbunyi

‫ُهَو اَّلِذ ْي َجَعَل الَّش ْمَس ِض َيۤا ًء َّو اْلَقَم َر ُنْو ًرا َّو َقَّد َرٗه َم َن اِز َل‬
‫ِلَتْع َلُم ْو ا َعَدَد الِّس ِنْيَن َو اْلِح َس اَۗب ا َخ َلَق ُهّٰللا ٰذ ِلَك ِااَّل اْلَح ِّۗق‬
‫ِب‬ ‫َم‬
‫َل‬ ‫ٰاْل‬
‫ُيَفِّص ُل ا ٰي ِت ِلَقْو ٍم َّيْع ُم ْو َن‬
Artinya: Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan
bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi
perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan
perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu 2 melainkan
dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaranNya) kepada orang-
orang yang mengetahui. (Q.S. Yunus: 5)
Pada ayat ini, Allah mengungkapkan dengan jelas bahwa bulan dan
matahari akan menjadi alat pengukuran bagi manusia untuk menentukan
tahun. Lebih jauh, al-Qur‟an mengungkapkan fakta bahwa perhitungan ini
akan dilakukan menurut gerak matahari yang terlihat di bumi dan posisi bulan
ketika ia bergerak dalam orbitnya

1
Ahmad Izzuddin,Ilmu Falak Praktis, (Semarang: Pustaka Rizki Putra,2017), h.1
2
Ahmad Izzuddin,Ilmu Falak Praktis,h.3-4
Dalam kitab tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa dalam ayat ini Allah
Ta‟ala memberitahukan bahwa ayat ini adalah ayat yang menunjukan
kekuasaan Allah, Dia telah menjadikan sinar yang memancar dari tubuh
matahari sebagai cahaya terang dan dia menjadikan sinar bulan sebagai
cahaya. Kata Nur dan ḍiya‟ dalam ayat ini menerangkan cahaya yang berbeda
antar keduanya. Dalam ayat ini pun Allah menetapkan bulan pada beberapa
manzilah. Pertama bulan muncul dengan keadaan kecil, kemudian bersinar
dan bentuknya bertambah sehingga sempurnalah menjadi purnama.
Kemudian, bulan itu berkurang sinar dan bentuknya sehingga kembali kepada
keadaan semula3
Mengenai ilmu falak berarti orbit atau lintasan dan disebut juga dengan
garis edar benda-benda langit dan bumi termasuk kategori benda langit. Dalam
AlQur‟an kata falak yang berarti berarti orbit atau garis edar.5 Ilmu falak
adalah ilmu yang mempelajari lintasan benda-benda langit, tertama matahari,
bulan dan bumi untuk mengetahui posisi dan kedudukan benda langit yang
satu dengan benda langit lainnya4
Kegunaan mempelajari ilmu falak ini secara teoretis dimaksudkan
untuk penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sehingga diharapkan lahir para ilmuan dan astronom muslim, sementara secara
praktis adalah untuk keperluan yang terkait dengan masalah ibadah, seperti
shalat, puasa dan haji.
Penguasaan ulama Islam terhadap ilmu falak telah memungkinkan
mereka melakukan perhitungan untuk menentukan waktu-waktu shalat, sudut
arah kiblat, awal bulan hijriyah, gerhana Bulan (khusuf), dan gerhana
Matahari (kusuf). Salat disyariatkan untuk ditegakkan pada waktu-waktu
tertentu (mawaqit al-salah) dan dengan cara menghadap ke tempat atau ke
arah tertentu (al-qiblah)
Selanjutnya, masjid merupakan tempat disemaikannya berbagai nilai
kebajikan dan kemaslahatan umat. Baik yang berdimensi ukhrawi maupun
duniawi. Semuanya bisa berjalan dan sukses jika dirangkum dalam sebuah
garis kebajikan manajemen masjid. Masjid tempat ibadah kaum muslimin
yang memilki peran strategis untuk kemajuan peradaban umat Islam. Sejarah
telah membuktikan multifungsi peranan masjid tersebut.
Masjid Darussalam adalah masjid yang terletak di Kecamatan Wajo
Kwlurahan Mampu. Disamping berfungsi sebagai tempat peribadatan dan
peristirahatan bagi musafir, Masjid Darussalam juga digunakan sebagai tempat
kegiatan keagamaan berlangsung
Namun demikian, para Tokoh Masyarakat di Kelurahan Mampu
sebenarnya masih terbatas mengenai pemahamannya tentang ilmu falak yang

3
Al Imam Abul Fida Ismail Inmu Katsir Ad-Dimasyqi,Tafsir Ibnu Katsir (Bandung: Sinar Baru Algesindo,2000)
h.96-97
4
A.Jamil,Ilmu Falak Teori dan Aplikasi (Jakarta: Amzah 2014) h.1
baru yang menjadi acuan penentuan arah kiblat pada saat ini. Para tokoh
masyarakat di Kelurahan Mampu masih menggunakan metode lama dalam
Menentukan arah kiblat. Padahal sebagaimana diketahui bahwa
pemahaman ilmu falak sangat berpengaruh dalam penentuan arah kiblat.
Apabila menggunakan metode penentuan arah kiblat secara manual, maka
masih diragukan keakuratannya
Padahal ilmu falak sangat penting dipahami sebagai penentuan arah
kiblat. Apabila seorang tokoh agama yang diberi kepercayaan menentukan
arah kiblat belum begitu menguasai ilmu falak, maka bagaimana hukumnya
ibadah masyarakatnya jika arah kiblat tersebut tidak benar-benar menghadap
kiblat
Melihat permasalahan tersebut tentunya menimbulkan sebuah
pemikiran apakah arah kiblat yang ditentukan oleh tokoh masyarakat di
Kelurahan Mampu tersebut sudah sesuai dengan ketentuan yang ada pada ilmu
falak yang menjadi acuan penentuan arah kiblat pada dipakai sekarang ini,
padahal pemahaman yang dimiliki masih terbatas. Sedangkan sampai sekarang
ini, masyarakat Kelurahan Mampu yang beragama Islam telah menggunakan
masjid dan mushola tersebut sudah sejak lama dari awal didirikan hingga
sekarang
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka ingin melakukan
sebuah penelitian untuk mengetahui tentang pemahaman tokoh masyarakat
tentang ilmu falak,maka dengan itu mengambil judul “Persepsi Tokoh
Masyarakat Tentang Penentuan Arah Kiblat Masjid Darussalam Kecamatan
Wajo Kelurahan Mampu

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

1. Fokus Penelitian

a) Tokoh Masyarakat
b) Penentuan Arah Kiblat

2. Deskripsi Fokus

a) Tokoh Masyarakat
Tokoh Masyarakat adalah orang-orang yang memiliki pengaruh di
masyarakat, baik tokoh masyarakat yang dipilih secara formal (seperti lurah,
wali kota dll.) maupun yang didapatkan secara informal (seperti kiai, dukun,
seniman, guru). Seorang tokoh masyarakat adalah seseorang yang memiliki
posisi dalam lingkungan tertentu dan memiliki pengaruh besar. Mereka
umumnya dianggap penting oleh masyarakat dan dekat dengan kepentingan
umum
Jadi Menurut Pengertian Tersebut Dapat Disimpulkan Bahwa Tokoh
Masyarakat ialah Orang yang sangat berpengaruh di lingkungan tersebut
b) Penetuan Arah Kiblat
Arah dalam bahasa Arab disebut jihah atau syathrah dan kadang-
kadang disebut juga dengan qiblah (dalam bentuk masdar) yang berasal dari
kata qabbala yaqbulu qiblah yang artinya menghadap.
Kata kiblat berasal dari bahasa Arab ‫ القبلة‬asal katanya ialah ‫ مقبلة‬,
sinonimnya adalah ‫ وجهة‬yang berasal dari kata ‫ موجهة‬artinya adalah keadaan
arah yang dihadapi, kemudian pengertiannya dikhususkan pada suatu arah,
dimana semua orang yang mendirikan salat menghadap kepadanya.
Kiblat adalah arah yang dituju umat Islam dalam sebagian
konteksibadah, termasuk dalam salat. Arah ini menuju kepada bangunan
Ka'bah di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi, yang menurut umat Islam
adalah bangunan suci yang dibangun dua orang Nabi yaitu Ibrahim dan
anaknya Ismail
Jadi menurut Pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Kiblat
adalah Arah yang dituju Umat Islam Ketika Hendak melakukan Sholat/Ibadah

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka menemukan pokok
permasalahan yakni mengenai bagaimana Persepsi Tokoh Masyarakat
Mengenai Penentuan Arah Kiblat
Dari pokok permasalahan tersebut disusunlah rumusan masalah sebagai
berikut :

1. Bagaimana Persepsi Tokoh Masyarakat Kelurahan Mampu


Mengenai Penentuan Arah Kiblat?

2. Bagaimana Posisi Masjid Darussalam Apakah Sudah Sesuai


dengan Arah Kiblat Yang Sebenarnya?

D. Kajian Pustaka
Tujuan kajian pustaka ialah untuk menekankan keaslian dari penelitian
ini. Adapun beberapa penelitian yang terkait dengan Penentuan Arah Kiblat
diantaranya adalah
1. Slamet Hambali ( Ilmu Falak : arah kiblat setiap saat)
Buku Ilmu Falak Arah Kiblat Setiap Saat berisi pertama
mengemukakan bagaimana persoalan arah kiblat yang berada sekarang ini
dengan berbagai cara untuk dapat menentukan arah kiblat, yang kedua berisi
tentang lingkunga besar dan lingkungan kecil, pengertian kiblat secara detail
dan azimuth kiblat, hisab arah kiblat, azimuth kiblat dan jarak ke kiblat.
Ketiga adalah membahas segitiga siku-siku dari bayangan matahari dengan
langkah-langkah yang diperlukan dalam metode pengukuran arah kiblat
dengan segitiga siki-siku dari bayangan matahari setiap saat. Buku ini
memberikan pengetahuan baru bagaimana menentukan arah kiblat setiap saat
secara mudah, cepat dan akurat. Selain itu kita akan tahu mana arah kiblat
yang sebenarnya. Sehingga kita dapat beribadah secara khusu’.
Jadi buku ini berisi tentang bagaimana caranya untuk menentukan arah
kiblat sesuai dengan pedoman ilmu falak yang benar
2. Dr. Watni Marpaung, M.A. (Pengantar Ilmu Falak Edisi Pertama)
Memaparkan tentang ilmu falak secara umum, mulai dari pengertian,
sejarah, jenis-jenis ilmu falak, tujuan dan peranan, hingga mengarah pada
pembahasan hisab rukyat. Di dalamnya membahas hisab arah kiblat dengan 8
memaparkan landasan normatif, metode penentuan kiblat dengan beberapa
metode mulai dengan bantuan azimuth titik utara, bayang kiblat serta rashdul
kiblat. Hisab rukyat pun dibagi menjadi hisab waktu salat dan hisab arah
kiblat.
Jadi Kesimpulannya ialah buku ini mampu memberikan gambaran
nyata yang faktual dan masih ada dalam masyarakat serta masih dapat dilihat
contoh nyatanya
3. H Arwin Juli Rakhmadi Butar,MA.
Buku ini berbicara mengenai ilmu falak islami yaitu yang mengkaji hal
berkaitan dengan penentuan waktu dan penetapan ibadah umat Islam meliputi
kajian sejarah, kalender atau penanggalan, penentuan awal bulan Qamariyah,
waktu-waktu salat serta mengenai arah kiblat seperti yang penulis sedang kaji.
Tidak hanya itu, juga memberikan rangkuman, latihan serta test formatif pada
setiap bab agar pembaca dapat mengevaluasi hasil bacaannya
Jadi Buku ini sesuai dengan tema atau judul yang saya ambil
dikarenakan buku ini membahas tuntas tentang penentuan arah kiblat
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini, yakni sebagai berikut
1. Untuk Mengetahui Persepsi tokoh Masyarakat mengenai Penentuan
Arah Kiblat
2. Untuk Mengetahui Posisi Masjid Darussalam apakah sudah sesuai
dengan arah kiblat yang sebenarnya
Adapun kegunaan dari penelitian ini, yakni sebagai berikut :
a) Secara Praktis
Memberikan pengetahuan bagi para tokoh masyarakat tentang
penentuan arah kiblat
b) Secara Teoritis
Memberikan motivasi bagi para penggiat ilmu falak untuk lebih
menginspirasi mengkaji lebih dalam mengenai penentuan arah
kiblat
BAB II
TINJAUAN TEORETIS
A. Tokoh Masyarakat
1. Pengertian Tokoh Masyarakat

Kata tokoh dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai


orang yang terkemuka/terkenal, panutan5Tokoh adalah orang yang berhasil
dibidangnya yang ditunjukkan dengan karya-karya monumental dan
mempunyai pengaruh pada masyarakat sekitarnya.

Untuk menentukan kualifikasi sang tokoh, kita dapat melihat karya dan
aktivitasnya, misalnya tokoh berskala regional dapat dilihat dari segi
apakah ia menjadi pengurus organisasi atau pemimpin lembaga ditingkat
regional, atau tokoh dalam bidang tertentu yang banyak memberikan
kontribusi pada masyarakat regional, dengan pikiran dan karya nyata yang
semuanya itu mempunyai pengaruh yang signifikan bagi peningkatan
kualitas masyarakat regional

Pengertian tokoh dalam kamus bahasa Indonesia berarti “orangorang


yang terkemuka” mengacu pada defenisi tersebut dapat diartikan bahwa
tokoh agama adalah orang-orang yang terkemuka, terpandang serta
mempunyai peran besar terhadap pengembangan 6

Tokoh Masyarakat adalah sejumlah orang yang karena pengaruhnya


begitu luas dan besar dalam masyarakat baik pengetahuannya perjuangan
Perilaku yang baik dan diteladani serta karismatiknya cukup disegani
masyarakat.
2. Tugas dan Kedudukan Tokoh Masyarakat

Kedudukan tokoh masyarakat memegang peran penting dalam


masyarakat karena mereka dianggap sebagai orang yang mempunyai
tingkatan yang lebih dan pengetahuan a dibandingkan dengan anggota
masyarakat lain.
Olehnya itu, mereka pada umumnya memiliki tingkah laku
yang patut dijadikan teladan dalam rangka pembinaan akhlak remaja
maupun masyarakat lain. Sebab mereka pada umumnya memiliki
tingkah laku yang patut dijadikan teladan dalam rangka pembinaan
masyarakat yang damai penuh persaudaraan dan saling menghargai
maka akan tercipta manusia yang berakhlak mulia
5
Pusat Bahasa RI (,Kamus Besar Bahasa Indonesia(Jakarta: Balai Pustaka 2008) h.668
6
Yowono,Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Arkola 1995) h. 35
keteladanan yang baik dalam kehidupan sehari-hari, karena ia
memiliki ilmu agama Islam yang lebih luas dan lebih baik
pemahamannya terhadap ajaran agama Islam dibandingkan dengan
sebagian masyarakat
3. Peran Tokoh Masyarakat

Tokoh agama dipercaya oleh masyarakat menjadi panutan


karena ketokohannya sebagai figure pendakwah yang memiliki
pengetahuan luas dan mendalam mengenai ajaran agama Islam.
Kepercayaan tersebut didorong oleh atribut-atribut maupun
kepribadian Islami yang dimiliki7

Di Indonesia, peran tokoh masyarakat masih sangat disegani.


Tokoh masyarakat masih benar-benar menjadi panutan umatnya.
Apapun yang disarankan oleh mereka masih diturut oleh kaumnya.
Peran tokoh masyarakatdalam bidangnya telah menjadikan mereka
sebagai seorang tokoh panutan dan teladan bagi masyarakat, inilah
salah satu bentuk potensi yang mereka miliki
Ada 4 indikator untuk mencerminkan seorang tokoh, yakni:
1. Berhasil dibidangnya. Istilah berhasil menunjuk pada pencapaian
tujuan-tujuan tertentu. Orang yang berhasil adalah orang yang mencapai
tujuan-tujuan tertentu (baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang)
berdasarkan potensi yang dimiliki dan aktivitas yang dilakukan sesuai dengan
bidang yang digelutinya.
2. Mempunyai karya-karya monumental (sesuai dengan konteks apa
dan dimana sang tokoh berkontribusi). Sebagai seorang tokoh, ia haruslah
mempunyai karya-karya yang dapat diwariskan kepada generasi berikutnya,
baik berupakarya tulis maupun karya nyata dalam bentuk fisik maupun non
fisik.
3. Mempunyai pengaruh pada masyarakat. Artinya, segala pikiran dan
aktivitas sang tokoh betul-betul dapat dijadikan rujukan dan panutan oleh
masyarakat dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sesuai dengan bidangnya
4. Ketokohannya diakui secara”mutawir”, artinya, dengan segala
kekurangan dan kelebihan sang tokoh, sebahagian besar warga masyarakat
memberikan apresiasi positif dan mengidolakannya sebagai seorang yang
pantas menjadi tokoh atau ditokohkan untuk menyelesaikan berbagai
persoalan sesuai dengan bidangnya8
Dari uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa tokoh masyarakat
adalah orang yang karena kemampuannya berhasil dalam bidang yang
ditunjukan dengan adanya karya nyata berupa sumbangsih tenaga dan pikiran

7
Silvia Lidya Kepercayaan Mahasiswa Terhadap Tokoh (Riau) h.119
8
Muhammad Iqbal Peran Tokoh Masyarakat (Depok: Fakultas Kesehatan 2010) h. 15-16
mereka terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat, serta dijadikannya
mereka sebagai contoh dan panutan
B. Arah Kiblat

1. Pengertian Arah Kiblat

Arah dalam bahasa Arab disebut jihah syathrah dan


kadangkadang disebut dengan qiblah yang berasal dari kat aqabbala
yaqbulu yang artinya menghadap. Qiblat diartikan juga arah Ka’bah di
Mekkah (pada waktu shalat)2 . Dengan demikian dari segi bahasa
qiblat berarti menghadap ke Ka’bah ketika shalat. Sementara itu, arah
sendiri adalah jarak terdekat dari suatu tempat ke Mekkah9
Secara terminologi, kiblat adalah arah Ka‟bah di Makkah yang
harus dituju oleh orang yang sedang melakukan shalat, sehingga semua
gerakan shalat, baik ketika berdiri, ruku‟, maupun sujud senantiasa
berimpit dengan arah itu10
Dari pendapat tersebut maka dapat disimpul bahwa arah kiblat
berarti arah pada saat melakukan ibadah

2. Sejarah Menghadap Kiblat

Dalam sejarahnya, Kakbah bukan kiblat pertama bagumat


Islam untuk menghadapkan wajahnya saat sholat. Sebelumnya arah
kiblat umat Islam adalah ke Masjidil Aqsa atau Baitul Maqdis di
Yerusalem. Pada tahun kedua hijrah, turun perintah dari Allah SWT
melalui Rasulullah Muhammad SAW untuk mengubah arah kiblat.

Perubahan arah kiblat terjadi pada bulan Rajab, yang mengutip dari
situs AboutIslam, terjadi 16-17 bulan usai hijrah dari Makkah ke
Madinah. Saat di Makkah, Rasulullah SAW dikisahkan mengambil
posisi sedemikian rupa sehingga tidak membelakangi Kakbah dengan
wajah yang menghadap Masjid Al-Aqsa.

Posisi tersebut sulit diterapkan di Madinah karena lokasinya yang


berbeda dengan Makkah. Namun faktor utama perubahan arah kiblat
adalah konflik yang terjadi antara muslim dengan kelompok yang
menentang ajaran Islam. Kelompok tersebut menganggap ajaran Islam
sama dengan mereka karena arah dan cara ibadah yang serupa.

9
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwar Arab Indonesia Terlengkap (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka
Progresif,1984),h.1169
10
3 Jan Van de Brink dan Marja Meeder, Kiblat Arah Tepat Menuju Mekkah, (Cet I; Literatur Antar
Nusa,1993),h.2.
Inilah yang menajdi salah satu hikmah di perintahkannya shalat
menghadap Baitul Maqdis yaitu pada Mesjid Al-Aqsa. Meskipun itu
kiblat bangsa Yahudi yang agamanya leboh dekat dengan agama islam
dibandingkan dengan syirik yang dianut oleh bangsa Arab dikala itu.
Setelah adanya pembersihan berhala-berhala serta para penyembah
berhala runtuh, Allah mengembalikan Ka’bah ketempat semula
Pada dasarnya di antara Baitul Maqdis dan Mekkah tidak ada
perbedaan. Di sisi Allah keduanya sama-sama terdiri dari batu dan
kapur yang diambil dari bumi Allah
Dari sejarah tersebut dapat ditariuk garis besarnya sebagai
berikut: Perpindahan arah kiblat dalam sejarah islam terjadi pada masa
kehidupan nabi Muhammad. Awalnya umat islam menghadap ke Baitul
Maqdis (Masjid Al-Aqsa) di Yerusalem sebagai kiblat dalam
melaksanakan salat. Namun pada Tahun ke-delapan Hijriah arah kiblat
diubah oleh perintah Allah melalui wahyu kepada Nabi Muhammad.
Perubahan arah kiblat ini memiliki makna yang mendalam bagi umat
Muslim. Selain menjadi tanda pengukuhan keutamaan Ka’bah sebagai
tempat ibadah yang paling suci dalam islam. Perubahan ini juga
menjadi pemisah antara agama islam dan agama Yahudi, yang
memiliki kaitan dengan baitul maqdis Setelah perubahan kiblat, umat
islam di seluruh dunia menghadap ke arah Ka’bah dalam
melaksanakan ibadah terutama ibadah salat. Arah ini disebut dengan
arah kiblat dan menjadi penting dalam pelaksanaan ibadah salat bagi
umat islam.
Menghadap kiblat adalah sebuah keharusan yang harus
dipenuhi seseorang pada saat ingin melaksanakan ibadah salat. Fiqih
(hukum islam) bersepakat mengatakan menghadap kiblat merupakan
salah satu sarat sahnya salat
3. Penentuan Arah Kiblat
Dalam ilmu falak, banyak cara dan metode untuk mengetahui
arah kiblat yang tepat, antara
lain perhitungan yang dilakukan dengan Ilmu Ukur Segitiga
Bola (Spherical
Trigonometri). Agar hasil perhitungan akurat, diperlukan alat
bantu mesin hitung atau
kalkulator,busur 360 derajat dan kompas yang baik.
Untuk menghitung arah kiblat yang akurat dengan data yang
akurat memerlukan keahlian
khusus yang tidak semua orang mau dan mampu melakukannya
dan tidak mugkin dapat
dilakukan dengan satu kali pertemuan.
Untuk menghitung arah kiblat harus diketahui terlebih dahulu
ada 3 (tiga) data, yaitu:
1. Lintang dan Bujur Ka’bah .
2. Lintang dan Bujur Tempat yang mau diukur arah Kiblatnya
3. Selisih Bujur Ka’bah dan Bujur Tempat yang mau diukur
arah Kiblatnya.
Berikut ini penjelasan lebih lengkap mengenai metode-metode
yang dapat digunakan dalam menentukan arah kiblat:
a) Menentukan Arah Kiblat dengan Menggunakan Tongkat
Istiwa’
Tongkat istiwa’ merupakan sebuah tiang lurus yang di
tancapkan pada bidang datar ataupun papan, alat ini digunakan untuk
menentukan arah timur dan barat sejati dengan mengandalkan
bayangan matahari, alat ini juga digunakan untuk menentukan waktu
zuhur.
Cara menentukan arah kiblat menggunakan tongkat istiwa’
terbilang akurat. Berikut cara penggunaannya:
1) Mencari tempat datar yang tidak terhalangi oleh matahari
2) Siapkan papan yang beberntuk lingkaran dengan diameter 50
cm.
3) Menancapkan tongkat yang tegak lurus dengan panjangnya
lebih dari diameter lingkaran papan yang sudah disiapkan lalu
tancapkan tongkat tersebut tepat di tengah lingkaran.
4) Mengamati bayangan tongkat saat ujung bayangan
menyentuh lingkaran pada pagi hari kemudian beri tanda B. Ketika
sianmg hari beri tanda T ketika ujung bayangan menyentuh lingkaran.
5) Membuat garis lurus anatara titik A dan titik B itulah garis
arah Barat dan Timur sebenarnya.
6) Membuat garis tegak lurus yang memotong, dari B-T sebesar
90°. Kemudian beri tanda U-S, itulah arah Utara (U) dan Selatan (S).
Titik perpotongan garis B-T dengan garis U-S beri tanda P.
7) Ambil busur lingkaran, letakkan titik tengah busur pada titik
P. Titik 0° pada busur berada tepat pada titik U. 15
8) Beri tanda K pada titik 292° (arah Kiblat Makassar),
kemudian tarik garis lurus dari titik P ke titik K. Garis lurus P-K inilah
yang menunjukkan arah kiblat.
b) Menentukan Arah Kiblat dengan Kompas
Kompas merupakan salah satu alat yang dapat
menunjukkan arah mata angin. Alat ini menggunakan medan
magnet bumi untuk menentukanm arah Utara, Selatan, Barat,
Dan Timur. Pada dasarnya kompas selain digunakan untuk
menunjukkan arah kompas juga dapat berguna untuk
menentukan letak orientasi dan mempermudah perhotungan
dan pembacaan peta. Namun seiring berkembangnya zaman
kini kompas juga digunakan sebagai petunjuk arah kiblat.
Penggunaan kompas dalam menentukan arah kiblat juga tidak
dapat dijadikan sebagai alat ukur yang utama sebab sistem
magnetik dalam kompas tidak dapat menentukan arah utara
sejatiMasjid Darussalam
melainkan arah utara magnetik bumi dan arah selatan
Kecamatan
magnetik Wajoarah selatan sejati.
bumi bukan
Kelurahan Mampu
C. Kerangka Konseptual

Persepsi Tokoh Penentuan Arah


Masyarakat Kiblat

Pengertian
Pengertian Arah
Tokoh
Kiblat
Masyarakat

Kedudukan Sejarah
Tokoh Menghadap
Masyarakat Kiblat

Peran Tokoh Penentuan Arah


Masyarakat Kiblat
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian


1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Lapangan yaitu suatu
penelitian yang memusatkan perhatian pada suatu kasus yang secara
intensif dan secara terperinci mengenai latar belakang yang
dipermasalahkan

2. Lokasi Penelitian
Penelitian Lapangan ini dilaksanakan di Masjid Darussalam
Kecamatan Wajo Kelurahan Mampu berkaitan dengan pengaruh
pemahaman masyarakat terhadap penentuan arah kiblat

B. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan
astronomi dan syar’I,yaitu:
1. Pendekatan astronomis, dalam penelitian ini peneliti
melakukan observasi dengan menggunakan metode hisab dan rukyatul
hilal sebagai objek penentu untuk menentukan awal tahun hijriah.
2. Pendekatan syar’i, peneliti ini berhubungan dengan
persoalan ibadah umat islam. Sehingga untuk memperkuat argumentasi
peneliti maka dibutuhkan dalil Al-Qur’an Hadis serta pendapat para ulama

C. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer pada penelitian ini adalah data yang diperoleh dari
hasil observasi dan wawancara. Hasil observasi yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah hasil dari pengamatan rukyatul hilal
dan Hisab. Sedangkan hasil wawancara pada penelitian ini yaitu
melakukan wawancara pada tempat yang sedang diteliti saat
bercerita pada tokoh masyarakat tentang pendapat atau pandangan
mereka dalam penentuan arah kiblat
2. Data Sekunder
Data sekunder pada peneititan ini adalah sumber data yang
menjadi penunjang dalam penelitian ini, yakni tulisan ilmiah yang
berupa buku, jurnal, skripsi, dan tulisan yang berkaitan dengan
objek penelitian ini
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah metode yang digunakan
untuk mengumpulkan informasi.
Informasi tersebut berupa data-data yang digunakan sebagai
bahan penelitian.
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode
diantaranya metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
a. Metode observasi
Metode observasi merupakan pengamatan secara langsung
yang menuntut individu untuk turun di dilapangan. Observasi bertujuan
untuk mengetahui secara fisik keadaan lokasi yang akan diteliti peneliti.
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data dengan jalan
mengadakan pengamatan secara langsung dan tistematis terhadap objek
yang diteliti, dalam hal ini peneliti melakukan observasi di Masjid
Darussalam Kelurahan Mampu Kecamatan Wajo
b. Metode wawancara Menurut Lexy J. Moleong
pengertian wawancara adalah suatu percakapan dengan tujuan-
tujuan tertentu. Metode ini bertujuan untuk menggali informasi dari
narasumber. Wawancara juga bertujuan mendapatkan informasi dan data
yang objektif dan berimbangPertanyaan di susun secara sistematis mulai
dari hal pokok yang sederhana hingga pada garis besar permasalahan yang
diteliti.11
c. Metode dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan suatu cara yang digunakan
untuk mengumpulkan data baik secara tertulis, berupa catatan, foto,
dokumen atau arsiparsip serta buku-buku yang lain yang dianggap penting
dan searah dengan penelitian yang peneliti lakukan

E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan
peneliti untuk mendapatkan data penelitian.
Adapun instrumen yang digunakan:
1. Buku catatan,
dalam hal ini dapat membantu peneliti dalam mencatat
apa saja peristiwa yang terjadi dalam penelitian.
2. Alat rekam, dalam hal ini berupa kamera, video, ataupun
perekam suara yang membantu peneliti dalam mendokumentasikan proses
penelitian hingga hasil penelitian sehingga dapat memudahkan dalam
mengumpulkan data
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data merupakan salah satu cara untuk dapat
mempelajari, menganalisis, mengelola, dan mengelompokkan data yang

11
0 Suharsimi Arikunto , prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, h. 270
berkaitan dengan penelitian ini, agar penelitian tersebut dapat menarik
kesimpulan terhadap permasalahan yang telah dimaksud.
Dalam penelitan ini adapun teknik analis yang dapat diambil
ialah salah satunya teknik deskriptif yaitu data yang telah dikumpulkan
dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk dianalisis dan
data hasil analisis tersebut apakah sudah bisa dijadikan sebagai metode
baru atau tidak.
. Analisis data yang akan dilakukan agar mendapatkan hasil
yang sesuai dengan keadaan yang sebenar-benarnya, yaitu:
1. Melakukan peringkasan data (reduksi), yaitu dari data
mentah hasil penelitian kemudian disederhanakan. Peringkasan data ini
merupakan proses analisis data yang dilakukan peneliti melalui observasi,
wawancara, dan dokumentasi, kemudian memfokuskan pada objek
penelitian agar data yang didapatkan memiliki gambaran dan kesimpulan
yang jelas.
2. Penyajian data, data yang disajikan berdasarkan kasus
faktual yang memiliki keterkaitan dengan fokus penelitian,
3. Penyimpulan dan verifikasi, data yang telah diringkas atau
direduksi dan disajikan secara sistematis, akan disimpulkan sementara. Hal
ini dimaksud untuk mendapat gambaran sementara dari hasil penelitian.
Kemudian di verifikasi terhadap data yang telah diperoleh.
4. Kesimpulan akhir, data diperoleh berdasarkan kesimpulan
sementara yang telah diverifikasi dan mendapatkan kesimpulan akhir.
Kesimpulan akhir ini diharapkan dapat diperoleh setelah pengumpulan
data selesai

G. Pengujian Keabsahan Data

Agar proses analisis data akurat makan diperlukan proses


pengujian data. Hal ini dilakukan untuk mengecek kembali data yang
sudah dikumpulkan untuk memperoleh keabsahan data.
Langkah ini dilakukan dengan menghitung arah kiblat masjid
Darussalam di Kecamatan Wajo Kelurahan Mampu dan membandingkan
dengan hasil pengukuran di masjid -masjid tersebut yang sebelumnya.
Perhitungan ini menggunakan konsep Ilmu Falak
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta, 2006

Butar-Butar, Arwin Juli Rakhmadi. Pengantar Ilmu Falak Teori, Praktek,


dan Fikih. Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2018.

Hambali, Slamet. Ilmu Falak 1: Tentang Penentuan Awal Waktu Salat dan
Penentuan Arah Kiblat di Seluruh Dunia. Semarang: PPS IAIN Walisongo
Semarang, 2011.

KEMENTERIAN Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta :


Yayasan Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta, 2013.

Jamil. Ilmu Falak: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Amzah, 2009

Suharsimi Arikunto , prosedur penelitian suatu pendekatan praktek

Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwar Arab Indonesia


Terlengkap (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Progresif,1984

Jan Van de Brink dan Marja Meeder, Kiblat Arah Tepat Menuju Mekkah,
(Cet I; Literatur Antar Nusa,1993)

Al Imam Abul Fida Ismail Inmu Katsir Ad-Dimasyqi,Tafsir Ibnu Katsir


(Bandung: Sinar Baru Algesindo,2000)

Anda mungkin juga menyukai