FALAK
Restu Anjarwati, M.Pd
Biodata Pengajar
RUKYAT
(Melihat)
Kata “hisab” berasal dari kata Arab al-hisab yang secara
harfiah berarti perhitungan atau pemeriksaan. Dalam al-Quran kata hisab
banyak disebut dan secara umum dipakai dalam arti perhitungan seperti dalam
firman Allah,
Pada zaman Nabi saw ilmu falak belum berkembang. Pengetahuan masyarakat Arab
mengenai benda-benda langit pada saat itu lebih banyak bersifat pengetahuan
perbintangan praktis untuk kepentingan petunjuk jalan di tengah padang pasir di
malam hari.
Mereka belum mempunyai pengetahuan canggih untuk melakukan
perhitungan astronomis sebagaimana telah dikembangkan oleh bangsa-
bangsa Babilonia, India dan Yunani.
Oleh karena itu penentuan waktu-waktu ibadah, khususnya Ramadan
dan Idulfitri, pada masa Nabi saw didasarkan kepada rukyat fisik,
karena inilah metode yang tersedia dan mungkin dilakukan di zaman
tersebut.
Sesungguhnya kami adalah umat yang ummi; kami tidak bisa menulis
dan tidak bisa melakukan hisab. Bulan itu adalah demikian-demikian.
Maksudnya adalah kadang-kadang dua puluh sembilan hari, dan
kadang-kadang tiga puluh hari [HR al-Bukhari dan Muslim]
Para khalifah mendekatkan ahli-ahli ilmu falak dan
perbintangan ke istana mereka yang mendorong laju
perkembangan kajian astronomi dalam Islam. Pada mulanya
ilmu falak Islam lebih berorientasi India dan Persia.
Arah Kiblat
HISAB Untuk Menentukan Waktu Shalat
RUKHYA Awal Bulan
T Gerhana
Kaidah Agama
Kegiatan
“Melihat”
Permasalahan Hisab Rukhyat
di Indonesia
1. Penentuan Arah Kiblat
Banyak masjid yang belum mengarah tepat ke kiblat
2. Penentuan Jadwal Shalat
perbedaan waktu shalat di setiap daerah
3. Penentuan Awal Bulan Hijriah
masih banyak terjadi perbedaan pendapat di masyarakat
4. Penentuan Saat Gerhana