Anda di halaman 1dari 7

ICoSLaw 2022

International Conference on Sharia and Law


Surabaya, 4 Agustus 2022

STUDI KOMPARASI PENENTUAN ARAH KIBLAT MENGGUNAKAN TEODHOLIT


BERBASIS KOMPAS DAN ARAH MATAHARI

Nur Qomariyah
Program Studi Ilmu Falak Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (c06219024@student.uinsby.ac.id )

Abstrak: Penentuan arah kiblat merupakan persoalan yang urgen bagi setiap umat Islam.
Seiring perkembangan zaman, penentuan arah kiblat dapat dilakukan dengan berbagai teknik
dan metode yang bermacam-macam. Mulai dari teknik tradisional dengan menggunakan tongkat
istiwak dan rubuk mujayyab, hingga teknik penentuan arah kiblat secara modern menggunakan
theodolit. Untuk menentukan arah kiblat sebenarnya sudah tersedia beberapa aplikasi berbasis
android yang tersedia secara instan untuk menentukan arah kiblat. Namun demikian, untuk
mendapatkan keafdalan dalam beribadah, maka diperlukan usaha untuk memperoleh hasil arah
kiblat yang mendekati kebenaran. Seperti halnya penggunaan theodolit berbasis kompas dan
arah Matahari untuk menentukan arah kiblat juga perlu dikaji lebih lanjut untuk memperoleh
pendekatan hasil yang lebih presisi. Meskipun keduanya sama-sama mengunakan alat bantu
theodolit, akan tetapi tidak menutup kemungkinan jika antara kompas dan arah Matahari juga
memiliki perbedaan dalam memperoleh hasil arah kiblat. Kiranya sebagai umat Islam yang taat,
perlu dilakukan kehati-hatian dalam melakukan ibadah, termasuk diantaranya adalah kehati-
hatian dalam menentukan arah kiblat.

Kata kunci: Arah Kiblat; Theodolit; Kompas; Matahari.

1. PENDAHULUAN
Kiblat merupakan arah yang dituju oleh umat Islam untuk melaksanakan ibadah kepada
Allah Swt. 1 Oleh karena itu, penentuan arah kiblat menjadi hal yang urgen dikalangan umat
Islam. Pada hakikatnya penentuan arah kiblat berarti mencari posisi ka’bah dipermukaan Bumi.
Karena Bumi berbentuk bulat, maka setiap penjuru memiliki satu garis titik temu terhadap
Ka’bah. Bagi penduduk yang dekat dengan posisi Ka’bah tentunya mempunyai keistimewaan
bisa menghadap Ka’bah secara langsung. Berbeda dengan umat Islam yang jauh dari Ka’bah
maka harus melakukan perhitungan arah kiblat dengan konsep dan hukum yang berlaku bagi
Bumi bulat.2 Dalam Islam, menghadap ke arah kiblat merupakan syarat sah dari shalat, baik
berupa shalat fardhu maupun shalat sunah. Kiranya menentukan arah kiblat bagi orang yang
bermukim tidak lebih sulit dibandingkan orang yang sering bepergian. Pada kondisi tersebut,
umat muslim sering kali mengalami kesulitan dalam menentukan arah kiblat. Arah kiblat yang
dimaksud dalam hal ini adalah saṭr masjidil harām.3 Ketentuan tersebut telah dijelaskan secara
tegas dalam Q.S. Al-Baqarah [02: 144].

              

               

        


Artinya: “sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit[96], Maka sungguh Kami
akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil

1
Susiknan Azhari, Ilmu Falak Teori Dan Praktek (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2004), 33.
2
Muhiyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori Dan Praktik (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2004), 49.
3
Dwi Putra Jaya, “Dinamika Penentuan Arah Kiblat,” Jurnal Ilmiah Mizani: Wacana Hukum, Ekonomi Dan
Keagamaan 4, no. 1 (2018): 63, https://doi.org/10.29300/mzn.v4i1.1011.

State Islamic University of Sunan Ampel Surabaya


1
ICoSLaw 2022
International Conference on Sharia and Law
Surabaya, 4 Agustus 2022

Haram. dan dimana saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya
orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui,
bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak
lengah dari apa yang mereka kerjakan”.

Selanjutnya dalam Q.S. Al-Baqarah [02:149-150] Allah berfiman:

                

              

            

       


Artinya: “Dan dari mana saja kamu keluar (datang), Maka Palingkanlah wajahmu ke arah
Masjidil haram, Sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. dan
Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan (149). Dan dari mana saja kamu
(keluar), Maka Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu (sekalian)
berada, Maka Palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu,
kecuali orang-orang yang zalim diantara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka
dan takutlah kepada-Ku (saja). dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu
mendapat petunjuk (150).”

Dari ketiga aya diatas menegaskan bahwa arah kiblat menjadi salah satu penyebab sah
atau tidaknya shalat. Oleh karena itu sangat dibutuhkan kehati-hatian dalam menentukan arah
kiblat dalam menjalankan ibadah. Sejarah mengatakan bahwa orang zaman dahulu berijtihad
dalam menentukan arah kiblat menggunakan rasi bintang, fase bulan, cahaya fajar, dan arah
aingin.4 Hal ini menunjukkan bahwa nenek moyang kita sudah menyadari betapa pentingnya
menentukan arah kiblat. Namun seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,
metode penentuan arah kiblat secara tradisional telah ditinggalkan. Dewasa ini, untuk
menemukan sebuah instrumen arah kiblat bukanlah hal yang sulit lagi. Akan tetapi banyaknya
instrument tidak selamanya menjamin tingkat keakurasian arah kiblat yang presisi. Sejauh ini,
salah satu alat yang memiliki tingkat keakurasian dibidang arah kiblat adalah theodolit. Akan
tetapi dalam praktik pengukuran arah kiblat, theodolit tidak bisa berdiri sendiri. Dalam hal ini
ada dua mekanisme yang mendukung theodolit dalam pengukuran arah kiblat, yaitu kompas
dan arah Matahari.
Permasalahan mendasar dalam penelitian ini adalah bahwa theodolit sebagai salah satu
alat yang memiliki keakurasian yang tinggi didalam penentuan arah kiblat bukanlah alat yang
bisa berdiri sendiri. Dalam hal ini theodolit membutuhkan kompas atau arah Matahari untuk
menentukan arah Utara sejati. Akan tetapi, baik kompas maupun arah Matahari memiliki
kelebihan dan kekurangan yang dapat mempengaruhi hasil dari perhitungan arah kiblat. Oleh
karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengkomparasikan antara kinerja theodolit
menggunakan kompas dan kinerja theodolit saat menggunakan arah Matahari dalam penentuan
arah kiblat. Hal ini dilakukan untuk mengetahui mekanisme mana yang lebih efisien dan lebih
mendekati kebenaran dalam menentukan arah kiblat.

2. METODE

4
Arino Bemi Sado, “Pengaruh Deklinasi Magnetik Pada Kompas Dan Koordinat Geografis Bumi Terhadap
Akurasi Arah Kiblat,” AL-AFAQ: Jurnal Ilmu Falak Dan Astronomi 1, no. 1 (2019): 2.

State Islamic University of Sunan Ampel Surabaya


2
ICoSLaw 2022
International Conference on Sharia and Law
Surabaya, 4 Agustus 2022

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kualitatif dengan
teknik deskriptif. Dalam pengambilan data, metode yang digunakan adalah studi kepustakaan
(library research). Artinya, penulis mencoba menjabarkan hasil temuan yang didapkan dari
berbagai sumber literatur, baik berupa buku, jurnal, artikel, atau sumber lain yang berkaitan
dengan penelitian ini. Selanjutnya penulis akan menganalisis dan mengkomparasikan data yang
didapat dengan argumen-argumen dari sudut pandang penulis untuk mendapatkan konklusi
terhadap penelitian yang dikaji.

3. PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Arah Kiblat
Secara bahasa, kata kiblat berasal dari bahasa Arab ‫القبلة‬ yang merupakan bentuk
maṣdar dari kata ‫ قبل – يقبل – قبلة‬yang artinya menghadap.5 Kata kiblat juga dimaknai sebagai
‫( وجهة‬asal kata ‫ )مواجهة‬yang artinya arah untuk menghadap. Maksudnya, arah bagi umat Islam
untuk menghadap ketika shalat.6 Istilah kiblat dalam al-Qur’an mempunyai beberapa arti,
diantaranya adalah:
a. Kata kiblat bermakna arah, hal ini dijelaskan dalam Q.S. al-Baqarah [02:142]

               

        


Artinya: “Orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia akan berkata: "Apakah yang
memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah
berkiblat kepadanya?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi
petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus".
b. Kata kiblat sebagai tempat shalat, dalam firman Allah Q.S. Yunus [10:87]

           

     


Artinya: “Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya: "Ambillah olehmu berdua
beberapa buah rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan Jadikanlah olehmu
rumah-rumahmu itu tempat shalat dan dirikanlah olehmu sembahyang serta gembirakanlah
orang-orang yang beriman".
Persoalan pendefinisian arah kiblat juga memiliki keragaman dikalangan para ulama dan
tokoh Islam. Diantaranya Harun Nasution yang mendefinisikan arah kiblat sebagai arah untuk
menghadapkan ketika melaksanakan ibadah shalat. Sedangkan menurut Abdul Aziz Dahlan,
kiblat adalah arah yang dituju umat Islam dalam melaksanakan beberapa ibadah. Sementara
Departemen Agama Republik Indonesia memaknai istilah kiblat sebagai suatu arah untuk
menghadapkan wajah ketika mendirikan shalat.7 Dari banyanya definisi yang dipaparkan dapat
ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan arah kiblat adalah arah yang dijadikan bagi
umat Islam untuk menghadapkan wajah ketika melaksanakan ibadah shalat, baik berupa shalat
fardhu maupun shalat sunah. Dalam syariat Islam, menghadap kiblat ke baitullah menjadi
tuntutan untuk melaksanakan ibadah tertentu. Menhadap kiblat berhukum wajib ketika
melaksanakan shalat dan menguburkan jenazah orang Iskam. Menghadap kiblat bernilai sunah
apabila melaksanakan qurban, membaca al-Qur’an, azan, berdo’an, dan ibadah-ibadah sunah

5
Jaya, “Dinamika Penentuan Arah Kiblat,” 65.
6
Kemenag RI, ILmu Falak Praktik (Jakarta Pusat: Kementrian Agama Republik Indonesia, 2013), 18–19.
7
Kemenag RI, 19.

State Islamic University of Sunan Ampel Surabaya


3
ICoSLaw 2022
International Conference on Sharia and Law
Surabaya, 4 Agustus 2022

lainnya.8 Hal ini menunjukkan bahwa penentuan arah kiblat merupakan aspek penting yang
perlu diperhatikan bagi setiap umat Islam.

3.2 Sejarah Arah Kiblat


Napak tilas sejarah menyatakan bahwa, perintah untuk menghadap ke Ka’bah (Baitullah)
muncul pasca hijrahnya Rasulullah Saw. ke Madinah. Sejarah pembangunan Ka’bah bermula saat
Nabi Adam As. Meletakkan bangunan dasar Ka’bah dari lima pegunungan, yaitu: Sinai, al-Judi,
Hira, Olivet, dan Lebanon. Sepeninggan Nabi Adam As bangunan tersebut diangkat oleh Allah
Swt. ke langit. Pada masa Nabi Ibrahim As, ia dan putranya (Nabi Ismail As) membangun sebuah
rumah ibadah pada lokasi tersebut. Q.S. Ali Imran [03:96] menerangkan bahwa tempat ibadah
yang dibangun oleh Nabi Ibrahim As dan Nabi Ismail As adalah tempat ibadah yang pertama kali
dibangun di permukaan Bumi.

          
Artinya: “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia,
ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua
manusia.”

Ayat tersebut menegaskan bahwa Ka’bah di Mekah merupakan bangunan ibadah yang
pertama kali di bangun. Hal ini sekaligus menjadi bantahan terhadap ahli kitab yang mengatakan
bahwa Baitul Maqdis adalah rumah ibadah yang pertama dibangun. Dalam proses pembangunan
Ka’bah Nabi Ismail memperoleh batu hitam (hajar aswad) dari malaikat Jibril saat di Bukit
Qubais. Nabi Ismail kemudian meletakan batu tersebut disudut tenggara bangunan ibadah yang
berbentuk kubus. Karena bangunan ibadah tersebut berbentuk kubus, maka dinamakan
muka’ab yang kemudian dikenal sebagai Ka’bah.9 Perintah untuk menghadap kiblat saat
melakukan shalat barulah muncul setelah Rasullah Saw. hijrah ke Madinah. Saat Nabi
Muhammad Saw masih tinggal di Mekah bersama kaum musyirikin, beliau berkiblat ke Baitul
Maqdis. Akan tetapi setelah 16 atau 17 bulan pasca hijrah ke Madinah, Allah memerintahkan
Nabi untuk menjadikan ka'bah sebagai arah kiblat bagi umat Islam. Perintah ini bertujuan untuk
memberi pengertian bahwa dalam ibadat shalat, bukanlah arah Baitul Maqdis atau ka'bah yang
menjadi tujuan, tetapi menghadapkan diri kepada Allah Swt. untuk persatuan umat Islam. Oleh
karena itu Allah menjadikan ka'bah sebagai kiblat.

3.3 Theodolit Sebagai Sarana Penentuan Arah Kiblat


Theodolit merupakan salah satu instrument ilmu falak yang bertujuan untuk membantu
dalam pengukuran arah kiblat. Theodolit adalah alat yang dibekali dengan pengukur sudut
horizontal (Azimuth) dan sudut vertikal (Altitude). Meskipun pada mulanya theodolit bukanlah
alat yang dikhususkan untuk ilmu falak, akan tetapi dalam praktik penggunaannya ia mampu
membantu dalam penentuan arah kiblat. Oleh karena itu theodolit juga dikategorikan sebagai
instrument ilmu falak. Tingkat keakurasian theodolit dalam menentukan arah bisa mencapai
skala detik busur (1/3600˚). Sejauh ini theodolit dianggap sebagai instrumen falak yang
memiliki tingkat keakurasian yang tinggi dibanding dengan metode-metode yang sudah ada
sebelumnya.10 Selain itu, theodolit juga dibekali dengan teropong yang dapat digunakan untuk
mengamati benda langit dengan jarak dekat. Kini theodolit juga dilengkapi dengan sinar laser
yang dapat memepermudah untuk memproyeksikan hasil pengukuran arah kiblat.11 Dalam ilmu

8
T.Mahmud Ahmad, Ilmu Falak (Bandah Aceh: PeNA, 2013), 78.
9
Azhari, Ilmu Falak Teori Dan Praktek, 34–35.
10
FN Furqan, “Analisis Komparasi Penggunaan Theodolit Dengan Acuan Kompas Dan Arah Matahari Dalam
Penentuan Arah Kiblat,” no. 1501111068 (2019): 3, http://idr.uin-antasari.ac.id/12679/.
11
Siti Tatmainul Qulub, Ilmu Falak Dari Sejarah Ke Teori Dan Aplikasi (Depok: Rajawali Pers, 2017), 263.

State Islamic University of Sunan Ampel Surabaya


4
ICoSLaw 2022
International Conference on Sharia and Law
Surabaya, 4 Agustus 2022

falak, theodolit berfungsi sebagai alat pengukur posisi benda langit, menentukan titik utara
sejati, mengamati hilal saat rukyatul hilal, mengukur arah kiblat, dan mengamati gerhana.

3.4 Penentuan Arah Kiblat Menggunakan Theodolit Berbasis Kompas


Penentuan arah kiblat menggunakan theodolit berbasis kompas dapat dilakukan dengan
beberapa langkah, sebagai berikut:
a. Pasang tripod theodolit pada permukaan yang datar, usahakan tempat pemasangan tripod
terhindar dari pengaruh medan magnet.
b. Letakkan theodolit di atas tripod.
c. Lakukan senterisasi untuk mensejajarkan theodolit. Usahakan antara nivo tabung dan nivo
bulat berada tepat di tengah. Utuk mempermudah, maka lakukan leveling pada bagian
tripod.
d. Setelah sentralisasi dirasa sudah tepat, maka periksa baterai dan pastikan theodolit dapat
berfungsi dengan normal.
e. Bidik arah utara dengan kompas yang terpasang di atas theodolit.
f. Setelah menemukan arah utara kompas, maka kunci skrup horizontal dan nyalakan
theodolit dengan menekan tombol power on.
g. Periksa koreksi deklinasi magnetik kompas. Misalnya, diketahui koreksi deklinasi magnetik
sebesar +1E, maka untuk mencari utara sejati putarlah theodolit ke angka 359˚. Reset
theodolit hingga layar digital menunjukkan HA 0˚0’0”.
h. Untuk menentukan arah kiblat, maka putar theodolit menuju azimuth arah kiblat pada
lokasi yang dihitung. Adapun rumus arah kiblat adalah:

Cotan Arah Kiblat = tan (lintang Ka’bah) x cos (lintang tempat) / sin (selisih bujur
Ka’bah dan daerah) – sin (lintang tempat) / tan (selisih bujur Ka’bah dan tempat).

sedangkan untuk mengetahui azimuth kiblat maka kurangkan 360˚ dengan hasil arah kiblat.
i. Semisal azimuth kiblat Desa Wonorejo, Lamongan diketahui sebesar 294˚02’25,77”, maka
arahkan theodolit hingga mencapai angka azimuth 294˚02’25,77”.
j. Kunci skrup horizontal dan arahkan laser kelantai. Tandai dua titik laser yang diarahkan
dan ambil garis diantara kedua titik tersebut sebagai arah kiblat.12

3.5 Penentuan Arah Kiblat Menggunakan Theodolit Berbasis Arah Matahari


Untuk menentukan arah kiblat menggunakan theodolit berbasik arah Matahari, maka
langkah-langkah yang harus dilakukan adalah, sebagai berikut:
a. Pasang tripod theodolit pada permukaan yang datar, letakkan pada tempat yang terkena
sinar Matahari.
b. Pasang theodolit di atas tripod.
c. Lakukan senterisasi untuk mensejajarkan theodolit. Usahakan antara nivo tabung dan nivo
bulat berada tepat di tengah. Utuk mempermudah, maka lakukan leveling pada bagian
tripod.
d. Setelah sentralisasi dirasa sudah tepat, maka periksa baterai dan pastikan theodolit dapat
berfungsi dengan normal.
e. Bidik arah utara dengan kompas yang terpasang di atas theodolit.
f. Setelah menemukan arah utara kompas, maka kunci skrup horizontal dan nyalakan
theodolit dengan menekan tombol power on.
g. Bidik Matahari menggunakan teropong theodolit dengan teknik proyeksi. Usahakan
Matahari berada tepat ditengah teropong. Catat waktu proses pembidikan Matahari.
h. Cocokkan data azimut Matahari pada saat pembidikan dengan data astronomis. Dalam hal
ini bisa menggunakan stellarium, Ephemeris Meus, atau FalakuNA sebagai media
pengkoreksi data astronomis.

12
Akrim, Muhammad Hidayat, and Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, “Panduan Penggunaan Theodolit,”
Angewandte Chemie International Edition, 2012, 22–29.

State Islamic University of Sunan Ampel Surabaya


5
ICoSLaw 2022
International Conference on Sharia and Law
Surabaya, 4 Agustus 2022

i. Nyalakan theodolit dengan menekan tombol power on. Kemudian cari arah utara sejati
dengan data azimut Matahari yang didapat. Utara sejati = 360˚ – Azimut Matahari.
Misalnya diketahui azimut Matahari sebesar 85˚13’26”, maka untuk mencapai arah utara
sejati dengan cara mengarahkan theodolit pada azimut 274˚46’34”.
j. Untuk menentukan arah kiblat, maka putar theodolit menuju azimuth arah kiblat pada
lokasi yang dihitung dan tandai sebagai arah kiblat.13

4. ANALISIS TEMUAN STUDI


4.1 Komparasi Penggunaan Theodolit Berbasis Kompas dan Arah Matahari Sebagai
Penentu Arah Kiblat
Penggunaan theodolit sebagai media untuk mengukur arah kiblat sudah menjadi langkah
yang tepat karena kuakurasiannya yang tinggi. Akan tetapo dalam praktiknya theodolit
bukanlah alat yang mampu berdiri sendiri untuk menentukan arah kiblat. Dalam hal ini
theodolit membutuhkan peran kompas atau arah Matahari untuk mengetahui utara sejati dan
arah kiblat. Secara teknis, menggunakan theodolit berbasis kompas merupakan metode yang
lebih mudah dibanding teknik bidik arah Matahari. Akan tetapi, pengukuran arah kiblat maupun
arah utara sejati yang berbasis kompas masih memiliki penyimpangan deklinasi medan magnet
pada suat tempat. karena sifat kompas yang mudah terpengaruh dengan benda sekitar yang
berbau baja, besi, atau medan listrik maka sulit untuk mendapatkan hasil perhitungan kiblat
yang akurat. Hal ini diperkeruh dengan banyaknya bangunan-bangunan sekitar yang
menggunakan bahan-bahan magnetik yang mampu mempengaruhi kompas untuk menunjukkan
arah utara dan selatan sejati.14 Dibanding dengan kompas, metode penentuan arah kiblat
menggunakan theodolit berbasis arah Matahari lebih memiliki keakurasian yang baik. Meskipun
tata pelaksanannya lebih rumit, namun keakurasiannya lebih bisa dipertanggung jawabkan.
Adapun penentuan arah kiblat berbasis arah Matahari ini hanya bisa dilakukan saat musim
kemarau karena sifatnya yang memanfaatkan fisik Matahari. Oleh karena itu, kondisi cuaca juga
mempengaruhi pelaksanaan perhitungan arah kiblat.

5. KESIMPULAN
a. Penentuarah kiblat merupakan persoalan yang urgen dikalangan umat Islam karena
perannya sebagai syarat sah untuk menjalankan ibadah shalat
b. Penentuan arah kiblat menggunakan theodolit berbasis kompas lebih memiliki peluang
kemelencengan yang lebih besar dibandingkan dengan arah Matahari. Hal tersebut karena
sifat kompas yang terpengaruh oleh benda sekitar.
c. Penentuan arah kiblat menggunakan theodolit berbasis arah Matahari memiliki tingkat
keakuratan yang lebih baik dibanding dengan kompas. Akan tetapi metode bidikan
Matahari ini sangat mudah terpengaruh dengan cuaca.
d. Sebagai sarana sekunder bagi theodolit, komsep arah Matahari yang lebih efisien dan lebih
mendekati kebenaran.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, T.Mahmud. Ilmu Falak. Bandah Aceh: PeNA, 2013.
Akrim, Muhammad Hidayat, and Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar. “Panduan Penggunaan
Theodolit.” Angewandte Chemie International Edition, 2012.
Azhari, Susiknan. Ilmu Falak Teori Dan Praktek. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2004.
Furqan, FN. “Analisis Komparasi Penggunaan Theodolit Dengan Acuan Kompas Dan Arah
Matahari Dalam Penentuan Arah Kiblat,” no. 1501111068 (2019). http://idr.uin-
antasari.ac.id/12679/.
Izzuddin, Ahmad. “Metode Penentuan Arah Kiblat Dan Akurasinya.” (Annual International
Conference on Islamic Studies)AISIS XII, no. 3 (2010): 759–811.

13
Akrim, Hidayat, and Butar-Butar, 29–34.
14
Ahmad Izzuddin, “Metode Penentuan Arah Kiblat Dan Akurasinya,” (Annual International Conference on
Islamic Studies)AISIS XII, no. 3 (2010): 788.

State Islamic University of Sunan Ampel Surabaya


6
ICoSLaw 2022
International Conference on Sharia and Law
Surabaya, 4 Agustus 2022

Jaya, Dwi Putra. “Dinamika Penentuan Arah Kiblat.” Jurnal Ilmiah Mizani: Wacana Hukum,
Ekonomi Dan Keagamaan 4, no. 1 (2018). https://doi.org/10.29300/mzn.v4i1.1011.
Kemenag RI. ILmu Falak Praktik. Jakarta Pusat: Kementrian Agama Republik Indonesia, 2013.
Khazin, Muhiyiddin. Ilmu Falak Dalam Teori Dan Praktik. Yogyakarta: Buana Pustaka, 2004.
Qulub, Siti Tatmainul. Ilmu Falak Dari Sejarah Ke Teori Dan Aplikasi. Depok: Rajawali Pers, 2017.
Sado, Arino Bemi. “Pengaruh Deklinasi Magnetik Pada Kompas Dan Koordinat Geografis Bumi
Terhadap Akurasi Arah Kiblat.” AL-AFAQ: Jurnal Ilmu Falak Dan Astronomi 1, no. 1 (2019).

State Islamic University of Sunan Ampel Surabaya


7

Anda mungkin juga menyukai