Abstrak
Perkembangan teknologi yang begitu pesat di era sekarang ini, menjadikan penentuan arah
kiblat dilakukan dengan mudah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang modern, penentuan arah kiblat semakin mudah dilakukan, lebih tepat, dan lebih akurat.
Misalnya, teknologi GPS (Global Positioning System) dan Theodolite Digital sebagai alat ukur
sudut untuk menunjukkan arah kiblat yang akurat. Dalam penentuannya ada berbagai cara
diantaranya dengan menggunakan metode cot. Pengetahuan tentang arah kiblat sangat penting
bagi umat Islam. Ketika umat Islam melaksanakan ibadah salat, salah satu syarat sahnya yaitu
menghadap kiblat. Dasar perhitungan arah kiblat dengan menggunakan Ilmu Ukur Segitiga Bola.
Paper ini mengambil rumusan masalah yang terangkum 5 poin: 1) Pentingnya mengetahui arah
kiblat bagi umat Islam. 2) Dalil-dalil tentang arah kiblat dan shalat. 3) Sejarah perkembangan
penentuan arah kiblat dari zaman kuno hingga modern. 4) Metode yang digunakan untuk
menghitung arah kiblat. 5) Proses penentua arah kiblat Masjid Baitu Makmur di PT Indofood
Semarang.
Kata Kunci: arah kiblat, segitiga bola, metode cot.
Abstract
The rapid development of technology in today's era makes determining the direction of the
Qibla easyly. Along with the development of modern science and technology, determining the
direction of the Qibla is easier, more precise, and more accurate. For example, the technology
of GPS (Global Positioning System) and Digital Theodolite as an angle measuring tool to show
accurate Qibla direction. In determining it, there are various ways, including using the cot
method. Knowledge of the direction of the Qibla is very important for Muslims. When Muslims
perform prayers, one of the legal requirements is facing the Qibla. The basis for calculating the
Qibla direction using Ball Triangle Measurement Science. This paper takes the formulation of
the problem which is summarized by 5 points: 1) The importance of knowing the direction of the
Qibla for Muslims. 2) Propositions about the direction of the Qibla and prayer. 3) The history of
the development of determining the direction of the Qibla from ancient to modern times. 4) The
method used to calculate the Qibla direction. 5) The process of determining the Qibla direction
of the Baitul Makmur Mosque of PT Indofood Semarang.
Keywords: qibla direction, ball rectangle, cot method.
1
Jurnal Hipotenusa, 1(1), March 2021 - 1
Mazazah Ngismatul Matsna, Maulina Rofilia, Ayu Nur Widyaningsih, Mufidatul Udzma
PENDAHULUAN
Seorang Muslim memerlukan arah kiblat untuk keperluan ibadahnya sehari-hari,
contohnya ibadah salat. Selain itu, arah kiblat juga diperlukan ketika menempatkan jenasah di
pemakaman, etika ketika di toilet, serta saat berwudhu dan mengaji Al-Qur’an juga disunahkan
untuk menghadap ke arah kiblat. Arah kiblat adalah arah sudut ke Ka’bah di Masjidil Haram
yang merupakan ketertiban bagi umat Islam dalam menjalankan ibadah salat. Sejatinya, ketika
salat bukanlah sujud ke Ka’bah, melainkan sujud kepada Allah SWT. Pada dasarnya kemanapun
kita menghadap di situlah wajah Allah, kebaktian bukanlah menghadap ke timur atau ke barat,
akan tetapi kebaktian adalah beriman kepada Allah dan Allah memindahkan kiblat dari Baitul
Maqdis ke Masjidil Haram untuk menguji keimanan orang-orang mukmin, sekaligus
mengabulkan permohonan Nabi Muhammad SAW. Setiap umat mempunyai kiblat masing-
masing, dan kiblat umat Islam adalah Ka’bah di Masjidil Haram (Baitullah).
Berbicara mengenai kiblat, maka erat kaitanya dengan persoalan arah menghadap ke
Ka’bah yang berada di Masjidil Haram tepatnya di Kota Makkah. Bagi Muslim yang bisa
melihat Ka’bah secara langsung, maka akan mudah dalam menentukan kiblat salat. Sedangkan
bagi Muslim yang tidak bisa melihat Ka’bah secara langsung, akan menjadi kendala mengenai di
mana arah kiblat yang sebenarnya. Mereka perlu melakukan pengukuran dan perhitungan agar
mereka dapat mengetahui arah kiblat dengan setepat mungkin menghadap ke Ka’bah.
Perhitungan dan pengukuran arah kiblat di berbagai belahan bumi dapat ditentukan dengan
berbagai cara dan terus mengalamai perkembangan seiring majunya teknologi dan jaman. Alat
dan metode yang baru dapat digunakan untuk mengoreksi arah kiblat yang dihasilkan oleh alat
dan metode yang sebelumnya (alat dan metode yang lama). Dengan demikian, kesalahan dalam
menentukan arah kiblat dapat diminimalisasi dan arah kiblat dari masjid atau mushola yang
sudah terlanjur dibangun dapat dibenarkan dengan mengubah arah shaf/baris tanpa merubah
bangunan fisik masjid.
Meskipun teknologi untuk menentukan arah kiblat kini sudah canggih, namun secara
ilmiah perlu diketahui bagaimana cara menentukan arah kiblat yang sebenarnya. Dengan
menggunakan konsep dasar segitiga bola dapat digunakan untuk mencari arah kiblat dari suatu
daerah atau kota tertentu di permukaan bumi.
2
Jurnal Hipotenusa, 1(1), March 2021 - 1
Mazazah Ngismatul Matsna, Maulina Rofilia, Ayu Nur Widyaningsih, Mufidatul Udzma
METODE
Metode yang kami gunakan untuk mencari sumber data yaitu dengan mempelajari
berbagai literatur yang tersedia. Pencarian data dan informasi dilakukan melalui berbagai
dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun dokumen elektronik yang relevan dengan
materi penulisan. Karena kami tidak melakukan pengukuran secara langsung, kami
menggunakan sumber data berupa jurnal elektronik, buku, dan sumber yang lainnya. Setelah
sumber data didapat kemudian dicatat dan dikutip pendapat dari para ahli untuk memperkuat
hasil penelitian. Penulis mengumpulkan data kemudian dianlisis untuk mengambil sebuah
kesimpulan.
PEMBAHASAN
A. Pentingnya Arah Kiblat Kaitannya dengan Ibadah Salat
Secara definisi kiblat berasal dari bahasa arab yakni qibala yang berarti mengarah atau
mengarahkan. Kiblatnya umat Islam yaitu Ka’bah yang berada di dalam Masjidil Haram di
Kota Makkah, Saudi Arabia. Pengetahuan tentang arah kiblat sangat penting bagi umat
Islam. Ketika umat Islam melaksanakan ibadah salat, salah satu syarat sahnya yaitu
menghadap kiblat. Allah SWT berfirman yang artinya, “Dan dari mana saja engkau keluar
(untuk mengerjakan salat) hadapkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram (Ka'bah).
Sesungguhnya perintah berkiblat ke Ka'bah itu benar dari Allah (Tuhanmu) dan ingatlah
bahwa Allah tidak sekali-kali lalai akan segala apa yang kamu lakukan” (Al Baqarah: 149).
Dalam fikih dinyatakan bahwa menghadap kiblat merupakan syarat sah salat yang tidap
dapat ditawar-tawar.
Mengingat pentingnya arah kiblat dalam menjalankan ibadah salat, maka hal utama
yang harus dipersiapkan ketika akan membangun sebuah mushola atau masjid adalah arah
kiblat. Begitu pula ketika akan melaksanakan salat Ied di lapangan terbuka (tanah lapang).
Mengerjakan salat Ied di tanah lapang adalah sunah, kecuali karena ada hujan atau
penghalang lainnya. Oleh karena itu, pengaturan shaf salat di lapangan terbuka tidak bisa
sembarangan, tetapi harus berdasarkan arah kiblat dengan tepat.
Kiblat bagi orang yang salat dan dapat melihat Ka’bah adalah menghadap ke
bangunan Ka’bah, sedangkan kiblat bagi orang yang salat dan tidak dapat melihat Ka’bah
adalah arah Ka’bah. Secara geografis, Indonesia berada di sebelah timur Makkah (Ka’bah).
Meskipun demikian, arah kiblat bagi umat Muslim yang ada di Indonesia tidak hanya
3
Jurnal Hipotenusa, 1(1), March 2021 - 1
Mazazah Ngismatul Matsna, Maulina Rofilia, Ayu Nur Widyaningsih, Mufidatul Udzma
sekedar mengarah ke barat. Hal tersebut telah dijelaskan oleh Komisi Fatwa Majelis Ulama
Indonesia Pusat melalui Fatwa MUI No. 5 Tahun 2010 yang menyatakan bahwa kiblat umat
Islam di Indonesia adalah menghadap ke barat laut dengan posisi bervariasi sesuai dengan
letak kawasan masing-masing. Artinya, perlu ada perhitungan arah kiblat pada setiap
kawasan. Sedangkan untuk bangunan masjid atau mushola yang tidak tepat arah kiblatnya,
tidak perlu membongkar bangunannya, cukup dengan menata ulang shaf-nya (Majelis
Ulama Indonesia, 2010).
B. Dalil- Dalil Tentang Arah Kiblat dan Salat
a. Dalil Tentang Arah Kiblat
Dalam Jurnal Syari'ah dan Diktum dijelaskan bahwa menghadap kiblat itu berkaitan
erat dengan ibadah Salat. Salat boleh di kerjakan setelah munculnya dalil-dalil yang
menunjukkan bahwa menghadap kiblat itu wajib. Dalam jurnal itu juga dijelaskan bahwa
pada hakikatnya segala perbuatan harus adanya perintah yang datangnya dari Allah atau
Rasul-Nya baik melalui al-Qur'an maupun as-Sunnah.
Ada beberapa nash yang memerintahkan kita untuk menghadap kiblat dalam salat
baik melalui nash al-Qur'an ataupun as-Sunnah. Adapun nash-nash al-Qur'an adalah
sebagai berikut:
1. Q.S. Al-Baqarah/2:144
4
Jurnal Hipotenusa, 1(1), March 2021 - 1
Mazazah Ngismatul Matsna, Maulina Rofilia, Ayu Nur Widyaningsih, Mufidatul Udzma
2. Q. S. Al-Baqarah/2:149
5
Jurnal Hipotenusa, 1(1), March 2021 - 1
Mazazah Ngismatul Matsna, Maulina Rofilia, Ayu Nur Widyaningsih, Mufidatul Udzma
C. Sejarah Perkembangan Cara Penentuan Arah Kiblat dari Jaman Kuno Hingga Jaman
Modern
Ketika Nabi berada di Madinah, Nabi salat menghadap ke selatan. Posisi Madinah
yang berada di utara Makkah menjadikan posisi ke arah Ka’bah menghadap ke Selatan. Pada
abad pertengahan, arah kiblat ditentukan menggunakan penampakan arah munculnya
Bintang Conopus (Najm Suhayl) yang sering terbit di belahan bumi selatan. Dengan cara
inilah, dalam kurun 1000 tahun kaum Muslimin menentukan arah kiblat.
Di Indonesia sendiri, umat Islam dahulunya menggunakan arah matahari terbenam di
sebelah barat untuk mementukan arah kiblat. Mayoritas deri mereka meyakini bahwa arah
Ka’bah yang terletak di Masjidil Haram diperkirakan berada di arah barat. Hal ini terus
berlangsung dan ada yang masih bertahan hingga sekarang.
Pada perkembangan masa selanjutnya muncul metode penentuan arah kiblat dengan
memanfaatkan posisi matahari ketika berada di atas Ka’bah yang disebut dengan yaumu
rashdil qiblat. Peristiwa ini hanya terjadi dua kali dalam setahun yaitu pada tanggal 27 Mei
dan tanggal 15 Juli. Penentuan arah kiblat dengan metode ini berpedoman pada posisi
bayang-bayang matahari saat istiwa’ a’dham (rashdul qiblat). Metode ini dapat dikatakan
akurat karena menggunakan observasi langsung (matahari sebagai objek). Alat yang
digunakan dapat berupa sebuah tongkat istiwa’ yang lurus dan ditegakkan di tanah atau
bidang datar yang luas. Bayangan yang dihasilkan dari tongkat istiwa’ yang disinari
matahari dapat digunakan untuk mentuk menentukan arah kiblat secara langsung.
Posisi matahari
di atas Ka’bah
6
Jurnal Hipotenusa, 1(1), March 2021 - 1
Mazazah Ngismatul Matsna, Maulina Rofilia, Ayu Nur Widyaningsih, Mufidatul Udzma
berukuran ±23 cm dan terbuat dari berbagai bahan seperti kayu, plastik, dan kuningan.
Selain itu, alat ini sudah dikembangkan oleh ilmuan Muslim pada abad ke-11 H, oleh Ibn
Shatir. Sebenarnya ukuran ini kurang begitu akurat, karena data-datanya relatif tidak jelas.
Ukuran rubu' mujayyab yang ada sekarang ini dibuat kecil agar bersifat fleksibel untuk
kepentingan observasi.
7
Jurnal Hipotenusa, 1(1), March 2021 - 1
Mazazah Ngismatul Matsna, Maulina Rofilia, Ayu Nur Widyaningsih, Mufidatul Udzma
8
Jurnal Hipotenusa, 1(1), March 2021 - 1
Mazazah Ngismatul Matsna, Maulina Rofilia, Ayu Nur Widyaningsih, Mufidatul Udzma
Gambar 4. Bola Bumi, segitiga bola ABC, A= Ka’bah, B=pengamat, dan C=kutub utara
Sebagai sebuah segi tiga bola pada permukaan bumi yang melingkar, maka jika tempat
letak Ka’bah di kota Makkah dijadikan sentral, dalam perhitungan Ilmu Falak selalu harus
disimbolkan sebagai sudut (∠) A. Titik tempat yang akan diperhitungkan arah kiblatnya, di
mana saja letaknya harus disimbolkan sebagai sudut B. Sementara titik kutub utaranya
sebagai sudut bantu dilambangkan dengan sudut C. Jika sudah diketahui sudut-sudutnya,
maka sisi yang berhadapan dengan sudut A disimbolkan dengan sisi a (a kecil). Sisi yang
berhadapan dengan sudut B disimbolkan dengan sisi b (b kecil). Sementara sisi yang
berhadapan dengan sudut C, jika dalam contoh ini bujur B dikurangi bujur A, disimbolkan
dengan sisi c (c kecil). Dalam penggunaannya, ada rujukan yang menulis sudut C (besar)
sebagai sudut bantu dan ada yang menulis sisi c (kecil).
Dalam menentukan arah kiblat menggunakan rumus cotan didapatkan dari turunan
rumus cosinus segitiga bola. Menurut Kurniawan (2010: 100-103), dasar rumus cosinus
segitiga bola adalah:
cos a=cos b .cos c+ sin b sin c cos A
Cos B dimodifikasi:
cos b cos a .cos c sin a . sin c . cos B
= +
sin a sin c sin a sin c sin asin c
cos b cos a .cos c
= +cos B
sin a sin c sin a sin c
cos b cos a .cos c
= +cos B
sin a sin c sin a sin c
cos b cos a . cos c
cos B= −
sin a sin c sin a sin c
9
Jurnal Hipotenusa, 1(1), March 2021 - 1
Mazazah Ngismatul Matsna, Maulina Rofilia, Ayu Nur Widyaningsih, Mufidatul Udzma
Dalam hal ini perlu adanya hukum sinus untuk melanjutkan modifikasi menjadi rumus
cotan. Hukum sinus yaitu
10
Jurnal Hipotenusa, 1(1), March 2021 - 1
Mazazah Ngismatul Matsna, Maulina Rofilia, Ayu Nur Widyaningsih, Mufidatul Udzma
E. Contoh Perhitungan Arah Kiblat dengan Mengambil Contoh Salah Satu Kota di
Dunia
Contoh Perhitungan Arah Kiblat Dikota Semarang.
Menentukan arah kiblat dan azimuth kiblat Masjid Baitu Makmur di Pabrik Indofood
Semarang. Untuk mendapatkan arah kiblat (B), dipergunakan rumus. Menghitung data-data
berikut ini: arah kiblat Masjid Baitu Makmur di Pabrik Indofood Semarang dengan rumus:
Cotan B = cotan b sin a : sin C – cos a cotan C
Data:
a = 900 – Փx.
= 900 – (-60 59‟ 02,03”)
= 960 59’ 02,03”
b = 90 – Փk
= 900 – (+210 25‟ 21,04”)
= 680 34’ 38,96”
c = BTx - BTk
= 1100 20‟ 26,04” – 390 49‟ 34,33”
= 700 30’ 51,71”
Setelah data diperoleh, maka data tersebut dimasukan dalam rumus
Cotan B = cotan b sin a : sin C – cos a cotan C
= cotan ((1 : tan 680 34’ 38,96” x sin 960 59’ 02,03” : sin 700 30’ 51,71” – cos
960 59’ 02,03” cotan (1 : tan 700 30’ 51,71”)) – 1
Cotan B = 650 28’ 52,56” (UB) Utara Barat.
Arah kiblat (B) Masjid Baitul Makmur di Pabrik Indofood Semarang adalah 650 28’
52,56” dari titik utara ke arah barat. Untuk mendapatkan azimuth kiblat (Az Kiblat) di
Masjid Baitul Makmur di Pabrik Indofood Semarang, dapat dipergunakan rumus:
Az Kiblat = 3600 – B (karena B adalah utara barat)
11
Jurnal Hipotenusa, 1(1), March 2021 - 1
Mazazah Ngismatul Matsna, Maulina Rofilia, Ayu Nur Widyaningsih, Mufidatul Udzma
Az Kiblat = 2700 + B
SIMPULAN
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa cara dan alat yang
digunakan dalam menentukan arah kiblat mengalami perkembangan. Awalnya hanya
berpedoman benda langit, kemudian menggunakan alat sederhana seperti tongkat istiwa, rubu'
mujayyab, kompas, hingga berkembang dengan ditemukannya software pada smartphone yang
membantu menentukan arah kiblat secara akurat, kapapun dan di manapun. Dalam menghitung
arah kiblat menggunakan metode cot, terlebih dahulu kita cari letak koordinat lokasi titik di bumi
menggunakan GPS. Kemudian menghitung arah kiblat dengan menggunakan rumus cot, yaitu:
cotan b sin a
cotan B= −cos a . cotan C
sin C
12
Jurnal Hipotenusa, 1(1), March 2021 - 1
Mazazah Ngismatul Matsna, Maulina Rofilia, Ayu Nur Widyaningsih, Mufidatul Udzma
DAFTAR PUSTAKA
Azhari, Susiknan. (2005). Ensiklopedi Hisab Rukyat. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Daud, Mohd. Kalam. 2019. Ilmu Falak Praktis. Banda Aceh: Sahifah.
Fakhruddin, Muhammad. (2018). Analisis Proses Penentuan Arah Kiblat Masjid Baitul Makmur
PT Indofood CBP Sukses Makmur TBK Food Ingredient Division Tugurejo Semarang.
Skripsi. Fakultas Syariah dan Hukum Islam. Ilmu Falak. Universitas Islam Negeri
Walisongo Semarang. Kota Semarang.
Hasan, Hajar. (2013). Penentuan Arah Kiblat Menurut Metode Klasik dan Modern. Pekanbaru:
PT Sutra Bentara Perkasa.
Izzuddin, Ahmad. (2012). Metode Penentuan Arah Kiblat dan Akurasinya. AICIS IAIN Sunan
Ampel Surabaya. Conference Procedings.
Khazin, Muhyiddin. (2004). Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta: Buana Pustaka.
Kurniawan, Taufiqurrahman. 2010. Ilmu Falak dan Tinjauan Mutlak Global. Yogyakarta:
MPKSD Yogyakarta.
Putra, Alfirdaus. (2015). Cepat dan Tepat Menentukan Arah Kiblat. Cet. Yogyakarta: Kantor
Kementrian Agama Provinsi Aceh.
Sukirman. t. t. Spirit Budaya Islam Nusantara dalam Konstruks “Rubu’ Mujayyab, Endogami:
Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi. E-ISSN: 2599-1078. hlm. 122.
Turner. H. R. (2004). Sains Islam yang Mengagumkan. Cet. I. Bandung: Anggota IKAPI.
Diterjemahkan dari Sains in Medieval Islam.
13
Jurnal Hipotenusa, 1(1), March 2021 - 1
Mazazah Ngismatul Matsna, Maulina Rofilia, Ayu Nur Widyaningsih, Mufidatul Udzma
PROFIL SINGKAT
14