Anda di halaman 1dari 17

AKURASI ARAH KIBLAT MASJID DENGAN

METODE RASHDUL KIBLAT HARIAN DAN


SEGITIGA SIKU-SIKU BAYANGAN
MATAHARI DI KABUPATEN PANDEGLANG
(Studi Kasus Masjid-masjid di Kecamatan Labuan
Kabupaten Pandeglang Banten)
PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Pada Jurusan Hukum Keluarga Islam
Fakultas Syariah
Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin
Banten

Oleh :

ANIS NURILLAHI
NIM : 201110052

FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
2023 M/1444 H
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Shalat merupakan rukun Islam yang kedua setelah syahadat. Setiap umat

muslim yang hendak menunaikan ibadah shalat tentu perlu diketahui terlebih dahulu

syarat-syaratnya, baik itu syarat wajib shalat maupun syarat sahnya. Syarat sah sholat

yaitu, suci dari hadas besar dan kecil, menutup aurat, menghadap kiblat, masuk

waktu sholat, mengetahui rukun-rukun sholat, menjauhi semua yang membatalkan

sholat. Menghadap kiblat merupakan salah satu syarat sahnya shalat, hukum

menghadap kiblat adalah wajib. Tentunya menghadap kiblat merupakan syarat yang

harus dipenuhi agar ibadah tersebut diterima.1

Kiblat adalah arah kemana setiap muslim menghadap pada saat melaksanakan

ibadah, khususnya salat. Arah kiblat yang dimaksud adalah Ka‟bah yang terletak di

Kota Makkah. Ketentuan tersebut berdasarkan firman Allah Swt yang terdapat dalam

surah al-Baqarah ayat 144:

‫ضى َٓا ۖ فَ َٕ ِّل َٔجْ َٓ َك‬ ٰ ‫س ًَ ۤا ِۚ ِء فَهَُُ َٕ ِنّ َيَُّ َك قِ ْبهَةً ت َْز‬
َّ ‫ب َٔجْ ِٓ َك فِٗ ان‬ َ ُّ‫قَدْ َ َٰزٖ تَقَه‬
ْ ‫ْث َيا كُ ُْت ُ ْى فَ َٕنُّ ْٕا ُٔ ُج َْْٕكُ ْى ش‬
ٍَْ‫َط َز ِٗ ۗ َٔاِ ٌَّ انَّ ِذي‬ ُ ‫َط َز ْان ًَس ِْج ِد ْان َح َز ِاو ۗ َٔ َحي‬
ْ ‫ش‬
ٌَْٕ ُ‫ع ًَّا َي ْع ًَه‬ ‫ب نَ َي ْعهَ ًُ ٌَْٕ اَََُّّ ْان َح ُّق ِي ٍْ َّر ِّب ِٓ ْى ۗ َٔ َيا ه‬
َ ‫ّٰللاُ ِبغَا ِف ٍم‬ َ ‫ا ُ ْٔتُٕا ْان ِك ٰت‬
“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh
Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah
mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah
mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani)
yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling

1
Dr. Asmaji Muchtar, Fatwa-Fatwa Imam Syafi’i, Masalah Ibadah (Jakarta: Amzah, 2015), h.
66.
ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak
lengah dari apa yang mereka kerjakan.”2

Dalam melaksanakan ibadah shalat, menghadap Kiblat merupakan salah satu

syarat sahnya shalat, Hal ini berdasarkan firman Allah swt.:

ُ ‫َط َز ْان ًَس ِْج ِد ْان َح َز ِاو ۗ َٔ َحي‬


‫ْث َيا كُ ُْت ُ ْى‬ ْ ‫ت فَ َٕ ِّل َٔجْ َٓ َك ش‬َ ‫ْث خ ََز ْج‬ُ ‫َٔ ِي ٍْ َحي‬
ٗٗ ِ‫َط َز‬ ْ ‫فَ َٕنُّ ْٕا ُٔ ُج ْٕ َْكُ ْى ش‬
“Dan dari mana saja kamu keluar, maka palingkanlah wajahmu ke arah masjid

al-haram. Dan di mana saja kalian berada, maka palingkanlah wajahmu ke

arahnya” (QS. Al-Baqarah: 150).

Sebagaimana dijelaskan bahwa mengerjakan shalat yaitu dengan menghadap

baitullah (ka‟bah). Ka‟bah merupakan bangunan kubus yang berada di Kota Makkah

sebagai pusat kiblatnya umat Islam diseluruh dunia. Kiblat adalah arah menuju

Ka‟bah (Baitullah) melalui jalur paling terdekat dan menjadi keharusan bagi setiap

umat muslim untuk menghadap kiblat pada saat menunaikan ibadah shalat. Arah

kiblat ini dapat ditentukan dari setiap penjuru belahan bumi dengan melakukan

perhitungan dan pengukuran. 3

Mengukur arah kiblat termasuk bagian dari kajian ilmu falak. Dengan

bantuan ilmu ini arah kiblat dapat diperoleh dengan mudah dan akurat. Oleh sebab

itu, perhitungan arah kiblat pada dasarnya adalah perhitungan untuk mengetahui ke

arah mana Ka‟bah jika dilihat dari suatu tempat dipermukaan bumi, sehingga semua

2
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan terjemahannya.
3
Slamet Hambali, Ilmu Falak 1 (Penentuan Awal Waktu Shalat Dan Arah Kiblat Seluruh
Dunia), (Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo: 2011), h. 167.
gerakan orang yang sedang melaksanakan shalat, baik ketika berdiri, ruku‟, maupun
4
sujudnya selalu berimpit dengan arah menuju Ka‟bah.

Namun pada saat ini metode yang sering digunakan untuk menentukan arah

kiblat ada dua macam yaitu Azimuth Kiblat dan Rashdul Kiblat, atau disebut juga

dengan teori sudut dan teori bayangan. Azimuth Kiblat adalah arah atau garis yang

menuju ke Kiblat (Ka‟bah). Sedangkan Rashdul Kiblat adalah ketentuan waktu

dimana bayangan benda yang terkena sinar matahari menuju arah kiblat. 5

Polemik yang berkenaan tentang arah kiblat pada umumnya masyarakat

beranggapan bahwa arah kiblat menghadap kearah Barat. Ada juga yang berusaha

mencari arah kiblat yang harus persis menghadap ke Ka‟bah, harus bergeser sedikit

ke Utara. Adapula yang berdapat bahwa menghadap ke arah barat dan shalat sah. 6

Kecamatan Labuan merupakan salah satu daerah Kabupaten Pandeglang di

Provinsi Banten. Terletak antara 105° 49' 38” Bujur Timur dan 6° 22' 48" Lintang

Selatan. Kecamatan Labuan memiliki wilayah administrasi yang terdiri atas 9 Desa.

Diantaranya yaitu Cigondang, Sukamaju, Rancateureup, Kalanganyar, Labuan,

Teluk, Banyumekar, Banyubiru dan Caringin.

Pentingnya arah kiblat tentu sebagai patokan yang merupakan syarat sahnya

sholat. Hal tersebut dalam melaksanakan ibadah sholat harus menghadap kiblat

sesuai yang telah dianjurkan. 7 Dalam mengetahui arah kiblat adalah dengan adanya

4
Muh. Hadi Bashori, Kepunyaan Allah Timur Dan Barat (Sejarah Permasalahan Dan Teknik
Pengukuran Arah Kiblat) (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2014), h. 5.
5
Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2012), h. 29.
6
Maskufa, Ilmu Falak, (Jakarta : Gaung Persada, 2009)
7
Sirril Wafa, dkk, “akurasi arah kiblat masjid dan musholla di wilayah Ciputat”, (Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002), h. 15.
pelaksaan pengukuran arah kiblat dengan menggunakan metode yang paling akurat. 8

Maka dari itu perlu adanya pengukuran ulang untuk mengetahui seberapa akurat arah

kiblat terhadap masjid-masjid terkhusus di Kecamatan Labuan Kabupaten

Pandeglang Provinsi Banten.

Namun pada saat ini metode yang sering dipergunakan untuk menentukan

arah kiblat ada dua metode yaitu rashdul kiblat harian dan segitiga siku-siku

bayangan matahari. Rashdul Kiblat adalah ketentuan waktu di mana bayangan benda

yang terkena sinar matahari menunju arah kiblat. Sedangkan segitiga siku-siku
9
bayangan matahari adalah arah atau garis yang menunju ke kiblat (Ka‟bah).

Meskipun sudah ada beberapa teori yang dapat digunakan untuk mengukur

arah kiblat, namun pada kenyataannya masyarakat masih saja menggunakan teori

yang tradisional dengan cara memperkirakan menghadap ke arah barat atau sedikit

miring kearah utara yang hanya dilakukan dengan perkiraan atau hanya dengan

berpatokan kepada masjid yang ada di sekitar tanpa menggunakan alat pengukur

terlebih dahulu. 10 Persoalan ini terjadi pada Masjid-masjid di Kecamatan Labuan

Kabupaten Pandeglang. Yang dimana diantara Masjid tersebut masih ada Masjid

yang belum diketahui keakuratannya dan perlu adanya kebenaran akurasi masjid

tersebut.

Dari latar belakang masalah tersebut, penulis ingin mengangkat persoalan

tersebut dalam sebuah penelitian skripsi dengan judul “Akurasi Arah Kiblat

Masjid Dengan Metode Rashdul Kiblat Harian Dan Segitiga Siku-Siku


8
Abu Al-Ahlady Al-Yamani Syaikh Bakar, Al-Faroidul Bahiyyah (Penjelasan Kaidah-Kaidah
Fikih) (Kediri: Madrasah Hidayatul Mubtadi‟in, 2021). h. 60.
9
Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2012). h. 29.
10
Yusuf Somawinata, Ilmu Falak (Pedoman Lengkap Waktu Shalat, Arah Kiblat, Perbandingan
Tarikh, Awal Bulan Kamariah Dan Hisab Rukyat) (Depok: Rajawali Pers, 2020). h. 29
Bayangan Matahari Di Kabupaten Pandeglang (Studi Kasus Masjid-Masjid Di

Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang Banten)”

B. Batasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya persoalan dan penelitian maka penulis perlu

membatasi permasalahan. Dalam skripsi ini penulis akan menentukan keakuratan

arah kiblat pada masjid-masjid yang terletak di wilayah Kecamatan Labuan yang

terdiri dari 9 (sembilan) desa dengan mengambil 1 (satu) sample masjid dari masing-

masing desa sekecamatan Labuan dengan menggunakan perhitungan ilmu falak

metode rashdul kiblat harian dan Segitiga siku-siku bayangan matahari. Dalam

skripsi ini penulis melakukan survei lapangan dan menghitung arah kiblat di masjid

yang telah ditentukan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah

tersebut, yaitu:

1. Bagaimana metode penentuan arah kiblat Masjid-masjid di Kecamatan Labuan?

2. Bagaimana tingkat akurasi arah kiblat di Masjid-masjid di Kecamatan Labuan?

D. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian yang dilakukan harus mempunyai tujuan dari hasil penelitian.

Adapun tujuan yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui metode penentuan arah kiblat pada Masjid-masjid di

Kecamatan Labuan.
2. Untuk mengetahui tentang akurasi terhadap arah kiblat di Masjid tersebut.

E. Manfaat/Penelitian

Berdasarkan gambaran umum yang telah diuraikan diatas terlihat bahwa dalam

tujuan penelitian dapat diambil manfaat sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Meningkatkan dan mengembangkan tentang pengetahuan perihal

seberapa akurat arah kiblat di Masjid Kecamatan Labuan.

2. Secara Praktis

Memberikan pengetahuan bagi peneliti dan pembaca mengenai

pengukuran arah kiblat sehingga mengetahui tentang ilmu falak yang mampu

mengukur akurasi arah kiblat pada Masjid di Kecamatan Labuan.

F. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Dalam melakukan penelitian ini, penulis telah menemukan beberapa skripsi

yang juga membahas tentenag akurasi arah kiblat. Berikut deskripsi singkat

mengenai skripsi penulis temukan:

Yaqien Himawan (2022) dengan judul skripsi “Studi Analisis Perbedaan Arah

Kiblat Masjid (Studi Kasus di Masjid Baitul Amin Dusun Wuluh Nampu, Desa

Peron, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal). Penulis membahas tentang Arah

Kiblat Masjid Baitul Amin Dusun Wuluh Nampu Desa Peron Kecamatan Limbangan

Kabupaten Kendal mengalami 2 kali perubahan, yang pertama yaitu pada saat awal

pembangunan masjid, arah kiblat yang ditentukan yaitu menghadap ke barat dengan
dasar bahwa Ka‟bah yang berada di kota Makkah Arab Saudi berada di sebelah barat

Negara Indonesia. Mengetahui arah barat dengan cara melihat posisi matahari

terbenam karena pada sejatinya matahari terbit dari timur dan terbenam di barat. 11

Ariba Khairunnisa (2022) dengan judul skripsi “Akurasi Arah Kiblat Masjid

Kuno AlAbror Bandar Lampung Dengan Metode Rashdul Kiblat Harian”. Penulis

membahas Masjid Al-Abror sebagai salah satu masjid tertua yang ada di provinsi

Lampung belum pernah dilakukan pengecekan arah kiblat oleh pihak manapun,

hanya pernah dilakukan penentuan arah kiblat saat masjid dibangun tahun 1914

sehingga baru diketahui bahwa arah kiblat masjid AlAbror mengalami

kemelencengan sebesar 10o 50‟ 38,63” kurang ke Utara. Kemelencengan arah kiblat

ini diketahui dengan metode ilmu falak yakni metode rashdul kiblat harian dan

metode theodolite sebagai alat pengakurasi metode rashdul kiblat. Didapatkan data

bahwa kedua metode ini menunjukkan nilai yang sama yakni bahwa masjid Al-Abror

berada di azimuth 284o 27‟ 2.75” UTSB yang seharusnya bernilai 295o 17‟ 41.38”.

Arah kiblat masjid Al-Abror yang seharusnya mengarah ke Kabah, malah

menghadap ke Laut Merah dengan jarak 929,97173742167 kilo meter dari bangunan

Kabah. Penyebab pergeseran arah kiblat masjid Al-Abror Bandar Lampung bukanlah

gempa bumi seperti isu yang ada di kalangan pengurus masjid, melainkan pemugaran

yang dilakukan pada tahun 1994 yang merombak bangunan masjid secara

keseluruhan dan tidak dilakukan lagi perhitungan arah kiblat. Pemugaran masjid

11
Yaqien Himawan, Studi Analisis Perbedaan Arah Kiblat Masjid (Studi Kasus di Masjid Baitul
Amin Dusun Wuluh Nampu, Desa Peron, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal), 2022.
pada saat itu mengandalkan cetak biru yang dibuat oleh Ir. Rislan Syarief M.Arch.

IAI. selaku arsitek pemugaran masjid tanpa latar belakang pendidikan ilmu falak. 12

Fahmi Fatwa Rosyadi Satria Hamdani (2022) dengan judul skripsi “Akurasi

Pengukuran Arah Kiblat Menggunakan Rumus Segitiga Datar (Studi Kasus di

Masjid dan Musola di Lingkungan Sekitar Kampus Terpadu UII). Penulis membahas

posisi bangunan masjid dan musola yang ada di lingkungan sekitar UII sebagian

besar tidak menghadap ke arah kiblat secara langsung, akan tetapi menyesuaikan

dengan keadaan tanah yang ada. Adapun mengenai arah kiblat yang dituju, hasil

pengukuran menggunakan ilmu ukur segitiga datar memiliki selisih 2 derajat sampai

dengan 3 derajat debandingkan dengan ilmu ukur segitiga bola dan google earth.

Oleh karena itu metode pengukuran arah kiblat dengan menggunakan ilmu ukur

segitiga datar dinilai kurang akurat apabila dijadikan pedoman dalam pengukuran

arah kiblat. 13

Naelul Marom (2022) dengan judul skripsi “Studi Hasil Pengukuran Arah

Kiblat Tim Badan Hisab Dan Rukyat Daerah (Bhrd) Kabupaten Tegal Dengan Data

Koordinat Pada Atlas Der Gehele Aarde Dalam Perspektif Ilmu Falak Dan Hukum

Islam”. Penulis melakukan observasi di lapagan, ternyata hasil pengukuran arah

kiblat yang dilakukan oleh Badan Hisab Rukyat Kabupaten Tegal dengan

menggunakan satu data koordinat dari Atlas Der Gehele Aarde sebagai acuan arah

kiblat untuk satu kota/kabupaten memiliki rata-rata kemelencengan 1° samapi 2°.

Hal ini dikatakan tidak akurat, dikarenakan sudah melebihi batas ihtiyatul Ka‟bah

12
Ariba Khairunnisa, Akurasi Arah Kiblat Masjid Kuno AlAbror Bandar Lampung Dengan
Metode Rashdul Kiblat Harian, 2022.
13
Fahmi Fatwa Rosyadi Satria Hamdani, Akurasi Pengukuran Arah Kiblat Menggunakan Rumus
Segitiga Datar (Studi Kasus Di Masjid/Mushola Di Lingkungan Kampus Terpadu UII), 2011.
bagi Indonesia yaitu 0° 24‟. Kelemahan dari hasil pengukuran arah kiblat Badan

Hisab Rukyat Kabupaten Tegal adalah dalam praktiknya menggunakan Metode Dua

Kompas yang mana tidak mengacu pada utara sejati tetapi mengacu pada utara

magnetik hal lain juga karena tidak dikaliberasi dengan deklinai magnetik. 14

G. Kerangka Pemikiran

Akurasi adalah ukuran seberapa dekat suatu hasil pengukuran dengan nilai yang

benar atau diterima dari kuantitas besaran yang diukur. 15 Pengukuran ini bertujuan

agar mngetahui seberapa akurat arah kiblat pada setiap masjid di kecamatan Labuan.

Kiblat adalah arah jarak terdekat dari suatu tempat ke Mekah. Hisab arah kiblat

adalah perhitungan untuk mengetahui jarak yang terpendek antara suatu tempat

dengan Ka‟bah, yaitu suatu arah yang wajib dituju oleh umat Islam ketika melakukan

ibadah.16

Metode yang dapat digunakan dalam perhitungan arah kiblat adalah dengan

memanfaatkan bayangan matahari dan memanfaatkan letak geografis suatu wilayah.

Selain itu terdapat metode dalam perhitungan ilmu falak dengan menggunakan

metode rahsdul kiblat harian dan segitiga siku-siku bayangan matahari.

Rashdul kiblat merupakan fenomena alam di mana matahari melewati titik tepat

di atas (zenith) bangunan Ka‟bah sehingga bayangan yang terbentuk menunjukkan

arah kiblat. Dalam kalender menara Kudus KH. Turaichan, peristiwa rashdul kiblat

14
Naelul Marom, Studi Hasil Pengukuran Arah Kiblat Tim Badan Hisab Dan Rukyat Daerah
(Bhrd) Kabupaten Tegal Dengan Data Koordinat Pada Atlas Der Gehele Aarde Dalam Perspektif Ilmu
Falak Dan Hukum Islam, 2022.
15
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online diakses tanggal 12 Juli 2023 pukul 16.48, dari :
http://kbbi.kemdikbund.go.id/
16
Watni Marpaung, Pengantar Ilmu Falak, (Jakarta: Prenada Media, 2015), h. 55-56.
ini ditetapkan pada tanggal 27 atau 28 Mei dan tanggal 15 atau 16 Juli setiap tahun,

peristiwa ini dikenal sebagai “Yaumi Rashdil Kiblat”.17

Adapun metode rashdul kiblat harian adalah metode penentuan arah kiblat yang

memanfaatkan posisi harian matahari ketika melintas atau melewati kota Makkah.

Metode ini dapat digunakan setiap hari karena memanfaatkan posisi harian

matahari.18 Sedangkan metode segitiga siku-siku bayangan matahari adalah metode

pengukuran yang memanfaatkan sinar matahari dengan menggunakan alat bantu

dalam proses mengukur arah kiblat.

Pengukuran arah kiblat dengan menggunakan metode rashdul kiblat harian dan

segitiga siku-siku adalah metode pendekatan atas hasil penentuan arah kiblat yang

akurat. Pada umumnya masyarakat masih saja menjadikan kompas sebagai rujukan

untuk menentukan arah kiblat. Terlepas sebagian masyarakat yang masih

menentukan arah kiblat dengan cara mengira-ngira dengan melihat arah barat laut

dan bahkan menjadikan Masjid sekitar menjadikan patokannya.

Mengukur arah kiblat adalah suatu tindakan menganalisis situasis sehingga akan

menghasilakan solusi yang masuk akal. Seperti halnya permasalahan tentang arah

kiblat masjid yang melenceng dan perlu diselesaikan dengan cara adanya pengukuran

ulang arah kiblat masjid dengan menggunakan metode rashdul kiblat harian dan

segitiga siku-siku yang lebih akurat. Maka mengukur arah kiblat adalah suatu ilmu

logis secara praktek ukur dan perhitungan yang masuk akal secara nalar.

17
Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2012), h. 45.
18
Jayusman, “Akurasi Metode Penentuan Arah Kiblat: Kajian Fiqh Al-Ikhtilaf Dan Sains”,
Asas, Vol. 6, No.1, Januari 2014, h. 75.
Metode dalam pengukuran arah kiblat dilakukan dengan cara memanfaatkan

sinar matahari dan letak geografis. Pada metode ini membutuhkan alat ukur, yaitu

penggaris 100 cm, leser lever, benang, pemberat, plumb bob (pemberat) dan benda

tegak lurus. Setelah diukur arah kiblat tersebut, maka selanjutnya adalah menghitung

seberapa derajat kemelenceng arah kiblat masjid yang sudah diukur ulang dengan

menggunakan rumus pytagoras.

H. Metodologi Penelitian

Dalam meneliti Arah Kiblat Masjid dengan menggunakan Rashdul Kiblat

Harian dan Segitiga Siku-Siku Bayangan Matahari Di Kabupaten Pandeglang,

penulis akan menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field

research). Penelitian lapangan ialah suatu penelitian yang dilakukan di luar

rumah atau lingkungan masyarakat untuk memperoleh data yang diperlukan.

2. Pendekatan

Jenis pendekatan yang digunakan peneliti dalam menyusun proposal ini

adalah metode kualitatif yaitu dengan cara mengumpulkan data, observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang diamati.


a. Sumber Data

1) Data primer, yaitu data langsung yang berasal dari sumber data yang

dikumpulkan dan berkaitan dengan objek penelitian yang dikaji. Dalam

hal ini data yang diperoleh langsung dari perhitungan akurasi arah kiblat

masjid dengan menggunakan metode rashdul kiblat harian dan segitiga

siku-siku dan hasil wawancara terhadap Dewan Kemakmuran Masjid

(DKM) dan pengamatan di Kecamatan Labuan, Pandeglang Banten.

2) Data sekunder, yaitu jenis data yang dikumpulkan melalui sumber primer

oleh penelitian sebelumnya dan tersedia bagi peneliti untuk digunakan

pada penelitiannya. Data yang digunakan yaitu hasil perhitungan akurasi

arah kiblat masjid dengan menggunakan metode rashdul kiblat harian

dan segitiga siku-siku. Selain itu untuk mengkonfirmasi kevalidan data-

data tersebut peneliti melakukan observasi tidak langsung dengan

pengecekan koordinat tempat melalui software google earth.

b. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

antara lain:

1) Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memperhatikan dan mengamati serta analisa data

dengan mendeskripsikan konsep, tingkat keberhasilan dalam

menjalankan keakuratan arah kiblat dalam meminimalisir tidak

keakuratan arah kiblat. Dimana peneliti terlibat langsung dengan masjid-


masjid yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data

penelitian.

2) Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interview) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan. Dalam penelitian ini peneliti akan

melakukan wawancara kepada Dewan Kemakmuran Masjid (DKM)

masjid-masjid di Kecamatan Labuan Pandeglang Banten.

3) Dokumentasi

Dalam pelaksanaan metode ini peneliti menggunakan media

elektronik berupa kamera untuk memotret kegiatan penelitian dalam

pengukuran akurasi arah kiblat dengan metode rashdul kiblat harian dan

segitiga siku-siku.

c. Teknik Analisis Data

Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif adalah menganalisis, mengamati

beberapa data yang dikumpulkan berupa hasil observasi dan wawancara

mengenai pokok masalah yang terjadi di lapangan.

Melalui tahapan analisis data ini, peneliti ingin mengungkapkan secara jelas pokok

permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini.


I. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, maka dalam penelitian ini,

penulis menggunakan sistematika pembahasan dengan membagi pembahasan ke

dalam sub bab sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Membahas tentang latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, serta sistematika

pembahasan.

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG ARAH KIBLAT

Membahas tentang arah kiblat yang meliputi istilah-istilah yang digunakan dalam

pengukuran arah kiblat, dasar hukum kiblat, dan persoalan metode penentuan arah

kiblat.

BAB III : METODE PENELITIAN

Membahas tentang metode penelitian yang digunakan oleh peneliti yang meliputi

jenis penelitian, subjek penelitian, lokasi penelitian, prosedur penelitian, prosedur

analisis data, dan keabsahan data.

BAB IV: PEDOMAN YANG DIGUNAKAN DALAM PENGUKURAN ARAH

KIBLAT

Membahas hasil pengukuran akurasi arah kiblat dengan metode rahsdul kiblat harian

dan segitiga siku-siku bayangan matahari.

BAB V : PENUTUP

Berisi Kesimpulan dan Saran


DAFTAR PUSTAKA

Slamet Hambali, Ilmu Falak 1 (Penentuan Awal Waktu Shalat Dan Arah Kiblat Seluruh
Dunia), Semarang: Program Sarjana IAIN Walisongo Semarang, 2011.

Dr. Asmaji Muchtar, Fatwa-Fatwa Imam Syafi’i, Masalah Ibadah, Jakarta: Amzah,
2015.

Maktabah Syamilah, Imam Muslim, Shahih Muslim, Beirut: Daar Ihya‟ at-Turats al-
„Araby, 1392.

Sakim bahreisy dan said Bahreisy, Tafsir Ibnu Katsir, terj. Tafsir Ibnu Kasir, Surabaya :
PT. Bina Ilmu, Cet. Ke-4, 1992.

Ahmad Izuddin, Ilmu Falak Praktis Metode Hisab – Rukyat Praktis dan Solusi
Permasalahannya, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2012.

Alauddin al-Kasani al-Hanafi, Bada’i al-Shana’i fi Tartib al-Syara’i

Imam Muhammad bin Abdillah al-Timirsani, tanwir al-abshar.

Imam al-Qurtubi, al-Jami’ li ahkam al-quran, (al-Qurtubi, 1991: 144).

Imam al-Qurtubi, al-Jami’ li ahkam al-quran, (al-Qurtubi, 1991: 363).

Imam Muhammad bin Idris al-Syafii, al-Umm.

Imam Yahya bin Syarof al-Nawawi, Ibnu Abbas ra. dan Usamah bin Zaid

Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi, Al-Mughni.

Hambali, Ilmu Falak 1 (Penentuan Awal Waktu Shalat Dan Arah Kiblat Seluruh Dunia)

Muh. Hadi Bashori, Kepunyaan Allah Timur Dan Barat (Sejarah Permasalahan Dan
Teknik Pengukuran Arah Kiblat), Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2014.

Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2012.

Maskufa, IlmuFalak, Jakarta : Gaung Persada, 2010.

Sirril Wafa, dkk, “akurasi arah kiblat masjid dan musala di wilayah Ciputat”, Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah, 2002.

Abu Al-Ahlady Al-Yamani Syaikh Bakar, Al-Faroidul Bahiyyah, Penjelasan Kaidah-


Kaidah Fikih, Kediri: Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien, n.d.
Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2012.

Yusuf Somawinata, Ilmu Falak (Pedoman Lengkap Waktu Shalat, Arah Kiblat,
Perbandingan Tarikh, Awal Bulan Kamariah Dan Hisab Rukyat), Depok:
Rajawali Pers, 2020.

Yaqien Himawan, Studi Analisis Perbedaan Arah Kiblat Masjid (Studi Kasus di Masjid
Baitul Amin Dusun Wuluh Nampu, Desa Peron, Kecamatan Limbangan,
Kabupaten Kendal), 2022.

Ariba Khairunnisa, Akurasi Arah Kiblat Masjid Kuno AlAbror Bandar Lampung
Dengan Metode Rashdul Kiblat Harian, 2022.

Fahmi Fatwa Rosyadi Satria Hamdani, Akurasi Pengukuran Arah Kiblat Menggunakan
Rumus Segitiga Datar (Studi Kasus Di Masjid/Mushola Di Lingkungan Kampus
Terpadu UII), 2011.

Naelul Marom, Studi Hasil Pengukuran Arah Kiblat Tim Badan Hisab Dan Rukyat
Daerah (Bhrd) Kabupaten Tegal Dengan Data Koordinat Pada Atlas Der
Gehele Aarde Dalam Perspektif Ilmu Falak Dan Hukum Islam, 2022.

Moh. Mortadho, Ilmu Falak Praktis, Malang: UIN Malang Press, 2008.

Watni Marpaung, Pengantar Ilmu Falak, Jakarta: Prenada Media, 2015.

Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis, 45.

Jayusman, “Akurasi Metode Penentuan Arah Kiblat: Kajian Fiqh Al-Ikhtilaf Dan
Sains”, Asas, Vol. 6, No.1, Januari 2014.

Anda mungkin juga menyukai