Anda di halaman 1dari 22

PERADABAN ISLAM.

MINI RESEARCH KONTROVERSI PERUBAHAN ARAH


KIBLAT MASJID SUNAN KALIJAGA KADILANGU
DEMAK.
Dosen Pengampu : PROF. DR. DRS. WASTON, M. HUM

Oleh Kelompok 4 :
Muhammad Yusuf Islamy (G000204216)
Az Syifa Uhrizatul Auliya Lanti (G000204177)
Faisa Rafi Ramadhan (G000204207)

KELAS INTERNASIONAL
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

ِ ُ‫السالَم َعلَْي ُكم ور ْحمة‬


ُ‫اهلل َو َب َر َكاتُه‬ َ ََ ْ ُ َّ
Alhamdulillah, segala puji syukur senantiasa penyusun haturkan atas kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini sesuai harapan dengan judul “Pengertian, Akad dan Syarat
–syarat dalam Wakalah”. Shalawat serta salam juga tak lupa tercurah kepada baginda
Nabi  besar kita, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya yang
membawa kita semua dari zaman jahiliah menuju zaman yang terang benderang akan
cahaya-cahaya ilmu penuh berkah-Mu ini. Semoga kita selalu berada dalam
syafa’at- Nya. Aamiin ya robbal’aalamin.

Tujuan kami dalam Mini reseach yang berjudul Arah Kiblat Masjid Sunan
Kalijaga Kalidangu Demak guna untuk memenuhi tugas akhir semester pada
matakuliah Peradaban Islam serta nanti nya tulisan kami dapat bermanfaat bagi kami
dan para khalayak pembaca pada umum nya. Oleh karena tiada gading yang tak retak,
kritik serta saran dari pembaca akan selalu kami terima dengan hati yang ikhlas,
Terimakasih

ِ ُ‫السالَم َعلَْي ُكم ور ْحمة‬


ُ‫اهلل َو َب َر َكاتُه‬ َ ََ ْ ُ َّ ‫َو‬

Surakarta, 11 Januari 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL DAN COVER JUDUL DAN COVER......................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................1

BAB I : PENDAHULUAN.......................................................................................2

A. LATAR BELAKANG...................................................................................2
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................5
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN.................................................5
D. METODE PENELITIAN...............................................................................6

BAB II : PEMBAHASAN........................................................................................8

A. SEJARAH SINGKAT MASJID AGUNG DEMAK.....................................8


B. KRONOLOGI KEJADIAN...........................................................................9
C. ANALISIS KEAKURASIAN ARAH KIBLAT MASJID SUNAN
KALIJAGA KADILANGU DEMAK...........................................................12

BAB III : PENUTUP................................................................................................16

A. KESIMPULAN..............................................................................................16
B. SARAN..........................................................................................................16
C. PENUTUP......................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................18

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kiblat dalam bahasa arab yang berarti arah, menurut fuqaha’ kiblat adalah
suatu arah tertentu kaum muslimin mengarahkan wajahnya dalam ibadah shalat.
Menghadap kiblat di waktu shalat merupakan salah satu sahnya shalat, Akantetapi
dapat terkecuali apabila ada sebuah alasan tertentu. Pada zaman selama Nabi
Muhammad SAW di Makkah, beliau bersama pengikutnya mengerjakan shalat
dengan berkiblat ke Baitul Maqdis. Setelah beliau berada di Madinah beliau
diperintahkan oleh Allah SWT agar menghadap ke ka’bah.1

Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman:

‫ك‬َ َ‫ضىهَا ۖ فَ َولِّ َوجْ ه‬ َ َّ‫ك فِى ال َّس َم ۤا ۚ ِء فَلَنُ َولِّيَن‬


ٰ ْ‫ك قِ ْبلَةً تَر‬ َ ‫ب َوجْ ِه‬ َ ُّ‫قَ ْد نَ ٰرى تَقَل‬
ْ ‫ْث َما ُك ْنتُ ْم فَ َولُّ ْوا ُوج ُْوهَ ُك ْم َش‬
‫ط َر ٗه ۗ َواِ َّن الَّ ِذي َْن اُ ْوتُوا‬ ُ ‫ْج ِد ْال َح َر ِام ۗ َو َحي‬
ِ ‫ط َر ْال َمس‬ْ ‫َش‬
‫ق ِم ْن َّربِّ ِه ْم ۗ َو َما هّٰللا ُ بِ َغافِ ٍل َع َّما يَ ْع َملُ ْو َن‬
ُّ ‫ب لَيَ ْعلَ ُم ْو َن اَنَّهُ ْال َح‬
َ ‫ْال ِك ٰت‬
Artinya :

Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka akan Kami
palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah
Masjidilharam. Dan di mana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu.
Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahwa
(pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah
terhadap apa yang mereka kerjakan.

1
Departemen Agama Republik Indonesia, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Direktorat Jenderal
Pimpinan Kelembagaan Agama Islam Proyek Peningkatan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi
Agama / IAIN Jakarta, 1992/1993, hlm. 629. Lihat pula Muhammad Ali al Shabuni, Tafsir ayat
Al-Ahkam, Juz I; Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Jilid I; Al-Hafizh ‘Imanuddin Abi al Fida’ Ismail Ibn
Katsir, Tafsir Alqur’an al ‘Azhim (Tafsir Ibnu Katsir) jus I.
2
Perubahan itu sejalan dengan keinginan Nabi Muhammad Saw yang terjadi pada
tahun kedua Hijriyah. Adapun tujuan utama dari perpindahan arah kiblat adalah untuk
memberikan pengertian dan kejelasan bagi kaum musyrikin, orang-orang Yahudi dan
Nasrani bahwa menurut Islam, dalam mengerjakan ibadah shalat itu bukanlah arah
Baitul Maqdis atau Ka’bah yang menjadi tujuan, melainkan semata-mata
menghadapkan diri kepada Allah SWT.

Sangat panjang sejarah didirikannya ka’bah hingga menjadi kiblat umat Islam di
seluruh penjuru dunia, hikmah Allah SWT menganjurkan manusia untuk menghadap
wajah ke kiblat adalah mengikat kaum muslimin agar mereka mempunyai satu tujuan
dan satu cita-cita dalam perjuangannya. Pada lahirnya memang jasmani yang
dihadapkan ke arah yang satu, namun pada hakikatnya hati yang dihadapkan kehadirat
Allah SWT.2

Kata al-qiblah yang terulang sebanyak 4 kali dalam al-Quran menunjukkan bahwa
masalah kiblat harus benar-benar diperhatikan. Masalah kiblat tiada lain adalah
masalah arah, yakni arah ka’bah di Makkah.3

Banyak pihak yang mencoba mengecek ulang arah kiblat masjid-masjid, dengan
alat-alat yang dimilikinya sesuai dengan kemampuannya. Ada yang menggunakan alat
bantu theodolit dilengkapi dengan GPS (Global Positioning System), menggunakan
kompas, rasyd al-qiblah global, rasyd al-qiblah lokal, dan tongkat istiwa’.

Yang mana hasil dari berbagai pengecekan diperoleh kesimpulan bahwa banyak
masjid yang arah kiblatnya melenceng (tidak tepat) dari yang seharusnya. Dan yang
menarik lagi diberitakan bahwa kemelencengan itu disebabkan karena akibat gerak
lempeng bumi atau gempa. Disisi lain, Indonesia sering dilanda gempa yang silih
berganti yang hampir tiada henti. Hal inilah yang nampaknya ditangkap oleh Majlis
Ulama’ Indonesia (MUI), gempa bumi di Indonesia selalu ada, berarti arah kiblat
selalu berubah. MUI khawatir, masyarakat muslim Indonesia menjadi resah, bingung,
jangan-jangan harus membongkar masjid atau musholla hanya untuk menyesuaikan
arah kiblat yang salah, hingga akhirnya lahirlah fatwa MUI nomor 03 tahun 2010.4
2
DEPAG, Ensiklopedi Islam di Indonesia, loc. cit, hlm.629.
3
Susiknan Azhari, Ilmu Falak Teori dan Praktek, Yogyakarta: Lazuardi, 2001, hlm. 49.
4
Slamet Hambali. Arah Kiblat Perspektif Nahdlatul Ulama’. Makalah disampaikan
dalam seminar nasional merespons fatwa MUI nomor 03 tahun 2010 tentang arah Kiblat di
3
Perkembangan penentuan arah kiblat ini dialami oleh kaum muslimin secara
antagonistik5, artinya ada suatu kelompok telah mengalami kemajuan jauh ke depan,
sementara ada pula kelompok yang lainnya masih ketinggalan kemajuan zaman.
Misalnya dengan media kompas, yang jarumnya sangat mudah bergeser jika
disekelilingnya ada medan magnet (besi, HP, dan sebagainya). Selain itu adalah
kondisi sosial masyarakat, serta kepercayaan mereka yang terlalu mempercayai pada
wali, tokoh agama, serta orang yang di hormati dalam menentukan arah kiblat.

Oleh karena itu kami mengangkat topic ini dikarenakan dahulu terdapat sebuah
berita yang menghebohkan umat Islam di Indonesia bahwasannya berita yang muncul
tersebut adalah kasus Masjid Agung Demak yang merupakan salah satu masjid wali di
Jawa Tengah, yang sejarah pembangunan dan penentuan kiblatnya memiliki
historisitas yang unik dan bersifat magis. Namun diperkirakan masjid tersebut
mengalami kemelencengan. Berikut kutipan yang diakses pada hari Kamis, 28 Juli
2011 yang di lansir dari halaman web http://m.okezone.com Kamis, 28 Juli 2011:

‘Masjid Agung Demak mengalami pergeseran arah kiblat 14 derajat kurang ke


utara. Ini sangat besar karena bergeser 1.498 kilometer dari kabah,’ papar
Muhammad Syafiq, Kasi Pengembangan Kemitraan Umat Bidang Urais Kanwil
Depag Jawa Tengah’ namun Takmir Masjid Agung Demak tak berani mengubah
karena masjid itu peninggalan Wali Songo,’ ujarnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1) Apa peristiwa dibalik sejarah terbangunnya Masjid Agung Demak?
2) Bagaimana kronologi dibalik perubahan arah kiblat?

Indonesia, hari Kamis, 27 Mei 2010, di IAIN Walisongo Semarang.


5
Susiknan Azhari, Ilmu Falak (Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern).
Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, cet.II. 2007. hlm. 44
4
3) Bagaimana respons tokoh Ulama Masjid Agung Demak terhadap
melencengnya arah kiblat?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
a) Untuk mengetahui konsep fiqh kiblat yang dipergunakan masyarakat
dalam memahami makna kiblat dan penentuannya.
b) Untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana masyarakat wilayah
masjid Agung Demak menempatkan mitos, dan sains dalam penentuan
arah kiblat.

2. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa manfaat, baik secara
teoritis maupun praktis :
a) Secara Teoris : Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan
sumbangan secara teoritis terkhusus tentang arah kiblat. Serta
menambah khasanah pengetahuan dalam bidang arah kiblat.
b) Secara Praktis : Hasil penelitian ini merupakan awal penelitian yang
ditinjau dari perspektif antropologi yang diharapkan bisa bermanfaat
dan sebagai kajian antropologi dalam ilmu falak bagi pengukur arah
kiblat dan masyarakat dalam proses penempatan arah kiblat.

D. METODE PENELITIAN

1) Jenis dan Pendekatan Penelitian.

5
Sebagai sebuah penelitian yang mengkaji pandangan masyarakat
terhadap suatu objek, secara metodologis penelitian ini bersifat field research
(penelitian lapangan) yang menghasilkan data kualitatif. Namun karena
adanya keterbatasan ruang dan waktu, kami meneliti hal ini menggunakan
pendekatan library research (penelitian kepustakaan) yang mana kami
mengumpulkan data data dan informasi terkait penelitian dari berbagai sumber
kepustakaan. Pendekatan ini dipilih karena dirasa cukup efisien, data yang
kami peroleh pun statis atau tetap, atau bisa dikatakan paten tertulis dalam
lembaran sejarah. Terlebih lagi kami bisa mendapatkan hasil penelitian tanpa
harus terjun ke lapangan langsung, karena dalam kondisi pandemi seperti ini
walaupun ada peraturan ‘di rumah saja' kami tetap ingin menyelesaikan mini
research ini dengan baik.

2) Sumber dan Jenis Data


Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan yang data datanya
diperoleh dari sumber kepustakaan berupa artikel, jurnal, makalah, tesis, dan
lain sebagainya yang didalamnya memuat informasi informasi tentang
kontroversi arah kiblat masjid sunan kalijaga Kadilangu Demak. Data yang
kami peroleh merupakan sumber sekunder, yang berarti bahwa peneliti
mendapatkan bahan dari tangan kedua dan bukan data orisinil dari tangan
pertama di lapangan. Pun data yang dihasilkan merupakan data kualitatif,
yakni data-data yang berupa kata-kata dan gambar yang diperoleh dari
transkripsi wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen resmi,
memo, dan dokumen-dokumen lainnya.

3) Metode Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti
bahu membahu untuk memperoleh informasi mulai dari artikel hingga jurnal
jurnal sejarah. Kami memulainya dengan mencari dengan kata kuncinya

6
terlebih dahulu, yaitu ‘kontroversi arah kiblat masjid Agung Demak’,
kemudian kami memilah mana sekiranya sumber yang memadai untuk kami
gunakan. Setelah mendapatkan sumber (artikel, jurnal, makalah, dll) yang
sesuai, kami mulai menganalisis dan mencari hal hal yang kami perlukan
untuk penelitian ini. Mulai dari pemikiran atau pendapat tokoh atau pemuka
agama sekitar masjid.

BAB II

PEMBAHASAN

7
A. Sejarah Singkat Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak merupakan masjid kuno yang dibangun oleh Raden
Patah dari Kerajaan Demak dibantu para Walisongo pada abad ke-15 Masehi. Masjid
ini masuk dalam salah satu jajaran masjid tertua di Indonesia. Lokasi Masjid Agung
Demak terletak di Kampung Kauman, Kelurahan Bintoro, Kabupaten Demak, Jawa
Tengah. Berada tepat di alun-alun dan pusat keramaian Demak, Masjid Agung Demak
tak sulit untuk ditemukan.
Menurut cerita yang beredar di masyarakat, Masjid Agung Demak dahulunya
adalah tempat berkumpulnya Walisongo yang menyebarkan agama Islam di tanah
jawa inilah yang mendasari Demak mendapat sebutan kota wali. Raden Patah bersama
dengan Walisongo membangun masjid ini dengan memberi gambar serupa bulus yang
merupakan candra sengkala memet yang bermakna Sirno Ilang kerthaning bumi.
Secara filosofis bulus menggambarkan tahun pembangunan Masjid Agung Demak
yaitu 1401 Saka. Bulus yang terdiri tas kepala memiliki makna 1, empat kaki bulus
bermakna 4, badan bulus yang bulat bermakna 0, dan ekor bulus bermakna 1. Hewan
bulus memang menjadi simbol Masjid Agung Demak, dibuktikan dengan adanya
berbagai ornamen bergambar bulus di dinding masjid.
Dari sisi arsitektur, Masjid Agung Demak adalah simbol arsitektur tradisional
Indonesia yang khas serta sarat makna. Tetap sederhana namun terkesan megah,
anggun, indah, dan sangat berkarismatik. Atap masjid berbentuk linmas yang
bersusun tiga merupakan gambaran akidah Islam yakni Iman, Islam, dan Ihsan. Empat
tiang utama di dalam masjid yang disebut Saka Tatal/Saka Guru dibuat langsung oleh
Walisongo. Masing-masing di sebelah barat laut oleh Sunan Bonang, sebelah barat
daya oleh Sunan Gunung Jati, sebelah tenggara oleh Sunan Apel, dan sebelah Timur
Laut oleh Sunan Kalijaga.
Pintu Masjid Agung Demak yang dikenal dengan nama Pintu Bledheg
dianggap mampu menahan petir. Pintu yang dibuat oleh Ki Ageng Selo juga
merupakan prasasti Candra Sengkala yang berbunyi Nogo Mulat Sarira Wani,
maknanya tahun 1388 Saka atau 1466 Masehi.nBagian teras Masjid Agung Demak
ditopang oleh delapan buah tiang yang disebut Saka Majapahit.6

6
https://pariwisata.demakkab.go.id/sejarah-singkat-masjid-agung-demak/, Sejarah Singkat Masjid
Agung Demak, Rabu, 20 Januari 2021. Diakses pada 14 Januari 2022 pada pukul 17.12
8
B. Kronologi Kejadian
Berawal dari adanya perubahan arah kiblat masjid Agung Demak yang
diketahui melenceng yakni penelitian Hasnatuddar Putri13, menyebutkan bahwa
masjid Agung Demak mengalami kemelencengan sebesar 12º 01’ ke arah utara.
Pengukuran dilakukan dengan berbagai macam metode, dari metode yang paling
sederhana sampai metode yang tergolong modern. Pengukuran kembali terhadap
masjid Agung Demak dilakukan oleh tim Badan Hisab Rukyah Jawa Tengah dengan
ahlinya Slamet Hambali dan Ahmad Izzuddin, Badan Hisab Rukyah kota Demak, dan
disaksikan para kyai takmir masjid, termasuk ketua umum takmir Muhammad Asyiq.

Kemudian Hasil pengukuran ini telah disosialisasikan kepada para kiai dan
ulama se-kabupaten itu, pada Jumat, 23 Juli 2010 pukul 14.00 WIB, dengan
mengundang 150 kiai dan juga dihadiri Bupati Drs H Tafta Zani MM, juga pejabat
Kemenag Demak. Pengukuran kembali arah kiblat Masjid Agung Demak pun
diterima dengan baik oleh para kiai, dengan cukup merubah shaf shalat dalam masjid
itu.7

Akan tetapi, hal itu tidak berlangsung lama, pada Jumat 6 Januari 2012, para
pengasuh Pondok Pesantren dan santri dari Roudlotul Tholibin, Sarang Rembang
membongkar karpet yang berada di dalam masjid Agung Demak. Tidak hanya itu,
mereka juga menghapus garis cat sebagai penanda pergeseran arah kiblat.
Pengubahan juga dilakukan pada alas karpet di mihrab atau tempat imam salat.
Sementara itu, para jamaah yang hendak melaksanakan salat pun terpaksa menunggu
hingga pembongkaran karpet dan penghapusan garis selesai dilaksanakan.8

Ternyata pengubahan arah kiblat tersebut menuai kontroversi di kalangan para


tokoh agama. Setelah mendapat desakan dari berbagai pihak, akhirnya takmir masjid
memutuskan kembali ke arah kiblat semula. Mereka berasumsi bahwa arahkiblat

7
http://demak-ku.blogspot.com/2010/08/kalijaga-dan-kiblat-masjid-demak. Html, Kalijaga dan Kiblat
Masjid Demak, Jumat, 6 Agustus 2010. Diakses pada 11 januari 2022 pada pukul 18.20
8
http://news.okezone.com, Arah Kiblat Masjid Agung Demak Diubah. Jum’at, 6 Januari 2012 23:18
wib. Diakses pada 11 januari 2022 pada pukul 19.35
9
dahulu itu sesuai peninggalan para walisongo. Sehingga peninggalan para wali
tersebut tidak perlu diubah-ubah lagi.

Masjid Agung Demak, masjid bersejarah yang menjadi simbol peribadatan


prnduduk kota Demak mengalami suatu perubahan yang bukan perubahan fisik
bangunannya, tetapi perubahan arah kiblat. Padahal arah kiblat Masjid Agung Demak
menjadi pedoman arah menghadap Baitullah yang tidak hanya dipakai oleh mushalla
dan masjid-masjid sekitarnya. Lebih istimewanya, dikarenakan pernah diukur oleh
Sunan Kalijaga, yang juga menjadi pendiri masjid Sunan Kalijaga Kadilangu Demak.

Masjid Agung Demak merupakan masjid dengan kesucian yang tinggi. Masjid
yang dikenal dengan sebutan “Masjid Wali” ini semakin mengukuhkan keyakinan
masyarakat bahwa Masjid Agung Demak merupakan pusat kegiatan para Wali yang
kental dengan kebatinannya.Menurut sejarah Jawa, masjid ini dibangun dalam waktu
yang sangat singkat.
Begitu pula Masjid yang dibangun oleh Masjid Sunan Kalijaga Kadilangu
Demak, Karena masjid yang didirikan oleh Sunan Kalijaga ini juga memiliki nilai
sejarah yang tinggi karena terletak di kawasan dekat dengan makan Sunan Kalijaga.

Yang mana masjid Sunan Kalijaga yang lokasinya berada di desa Kadilangu,
Demak, hanya beberapa meter disebelah Timur Kompleks Makam Sunan Kalijaga
dan keluarganya di Kadilangu,yaitu makam isteri dan ayahnya (Raden Wilotikto). 9 Di
pintu dalam Masjid Sunan Kalijaga hanya beberapa meter dari makam Sunan
Kalijaga, ada prasasti yang menunjukkan masa didirikannya masjid itu. Yaitu hari
Ahad Wage 16 Dzulhijjah tahun Jawa 1456. Tulisan itu aslinya huruf Arab kemudian
disalin dengan huruf dan bahasa Jawa.10

Historisitas tinggi yang dimiliki oleh masjid Sunan Kalijaga Kadilangu Demak
membuat masyarakat di sekitarnya menjunjung tinggi serta menjaga keaslian

9
Abdul Baqir Zain, Masjid-Masjid Bersejarah Di Indonesia, Jakarta: Gema Insani Press, Cet. Ke-1, 1999,
hlm. 252.
10
http://id.shvoong.com/books/dictionary/2115731-sunan-kalijaga-kadilangu-demak/. Di akses pada
11 januari 2022 pada pukul 19.50
10
bangunan masjid tersebut baik dari artistiknya maupun arah kiblatnya yang menjadi
fokus utama dalam skripsi ini. Selain itu, masjid Sunan Kalijaga Kadilangu yang juga
di bangun oleh Sunan Kalijaga sangat berhubungan erat dengan masjid Agung
Demak, penetapan arah kiblatnya pun menggunakan metode yang sama, sehingga
ketika adanya pengecekan arah kiblat masjid Agung Demak yang pada akhirnya
diketahui melenceng, maka masjid Sunan Kalijaga Kadilangu Demak pun juga ada
indikasi terjadi kemelencengan arah kiblatnya, akan tetapi, belum lama ini masyarakat
sekitar masjid Agung Demak yang mulanya menerima perubahan itu, namun akhirnya
mengembalikan shaf ke arah kiblat yang sebelumnya. Berbeda dengan masyarakat
Kadilangu yang dari awal adanya pengecekan ulang masjid Agung Demak, mereka
sudah tidak bersedia menerimanya, bahkan mereka juga tidak bersedia mengukur
ulang masjid Sunan Kalijaga Kadilangu Demak yang diketahui ada indikasi arah
kiblat masjid tersebut kurang tepat.

Penolakan di masyarakat merupakan keputusan yang diambil tamir saat


menyelesaikan masalah kiblat, dan tamir dan pengurus Masjid Sunan Kalijaga
Kadilangu Demak lebih percaya pada orientasi kiblat lebih akurat, dan mereka tidak
ingin melakukannya lagi. Saat mengukur masjid, mereka khawatir perwalian Sunan
Kalijagi akan berkurang bahkan hilang. Karena Wali telah membuat kesalahan dalam
definisi kiblat, yang selama ini digunakan oleh masyarakat.

Serta Dikarenakan pula sekitar menghormati Sunan Kalijaga sebagai aktivis


penyebaran Islam di Jawa, khususnya di wilayah Demak, karena penghormatan ini
tidak hanya dilakukan oleh masyarakat sekitar Kadilangu, tetapi juga oleh masyarakat
dan ulama dari berbagai wilayah Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan peziarah
Muslim mengunjungi makam Raden Shahid dan beribadah di masjid.

C. Analisis Keakurasian Arah Kiblat Masjid Sunan Kalijaga


Kalidangu Demak.

Wajib bagi umat Islam menghadapkan wajahnya ke kiblat ketika melakukan


shalat, karena menghadap kiblat merupakan salah satu syarat sahnya shalat. Telah
11
disepakati bersama oleh para ulama’ bahwa siapa saja yang mengerjakan shalat di
sekitar Masjidil Haram dan baginya mampu melihat Ka’bah secara langsung, maka
wajib menghadap persis ke arah Ka’bah (‘ainul Ka’bah). Namun ketika orang tersebut
berada di tempat yang jauh dari Masjidil Haram atau jauh dari Mekah, maka para
ulama berbeda pendapat mengenainya.

Dari berbagai pendapat mengenai definisi kiblat yang berarti arah dan tempat,
ternyata dalam masyarakat Jawa khususnya masyarakat Kadilangu menilai bahwa
permasalahan kiblat bukanlah masalah arah atau lainnya, tetapi masalah qalbu, yakni
hati. Dimana masyarakat telah meyakini bahwa kiblatnya ke arah yang telah
ditentukan. Mereka menilai bahwa apa yang telah ditetapkan Sunan Kalijaga pasti
benar, seperti dalam penetapan arah kiblat masjid Sunan Kalijaga Kadilangu Demak,
Kanjeng Sunan tidak asal saja, akan tetapi dengan laku spiritual yang tidak sembarang
orang mempunyainya, sehingga tak perlu diragukan lagi.

Pada dasarnya dalam pelurusan arah kiblat masjid Agung Demak, masyarakat
maupun tokoh-tokoh agama tidak begitu keberatan. Namun mengingat masjid ini
adalah masjid wali, sebagian tokoh ulama enggan untuk meluruskan arah kiblat, lagi
pula kemelencengannya tidak begitu besar. Mereka juga takut dengan pelurusan kiblat
berarti akan menurunkan derajat kewalian. Oleh kerena itu mereka menggunakan
konsep fiqh sebagai legitimasi bahwa mengahadap kiblat cukup ke arahnya saja yakni
jihatul ka’bah bukan ainul ka’bah.

Atas dasar inilah para ulama-ulama terdahulu yang ada di masjid Agung
Demak tidak mau merubah arah kiblat. Disamping dalam perspektif fiqh tidak terlalu
memberatkan, juga didukung oleh faktor penghormatan terhadap ijtihad yang
dilakukan oleh wali-wali terdahulu. Hal serupa juga terjadi di Kadilangu, ta’mir
masjid Sunan Kalijaga Kadilangu Demak berkeyakinan untuk tetap mengikuti kiblat
yang sudah ditetapkan kanjeng Sunan, meskipun telah diketahui adanya indikasi
kemelencengan.

Para ulama’ Demak pada umumnya dan anggota ta’mir masjid Sunan Kalijaga
Kadilangu Demak khususnya menggunakan suatu kaidah fiqhiyah sebagai dalilnya
yaitu ‫ ( اليقين ال يزال با لشك‬kaidah yang apabila seseorang telah meyakini terhadap

12
perkara, maka yang telah yakin ini tidak dapat dihilangkan dengan yang masih ragu-
ragu).

Kaidah tersebut digunakan alasan untuk menghadap arah kiblat yang sudah
ada. Mereka yakin kiblat yang terdahulu sudah benar, oleh karena itu hukum yang
sekarang tidak berlaku, daripada muncul keraguan terhadap ijtihad yang baru, lebih
baik mereka menggunakan arah kiblat yang sudah diukur oleh wali.

Sekarang ini, banyak alat yang dapat digunakkan untuk menunjukkan arah
yang kiblat secara akurat. Untuk menggapai usaha maksimal untuk memperoleh arah
yang ‘ainul ka’bah sekarang tidak menjadi sulit. Sebagaimana perkembangan
teknologi dan informasi, penentuan arah kiblat baik dari segi peralatan maupun
perhitungan dapat dimanfaatkan. Seperti salah satu metode yang penulis pakai yakni
software arah kiblat Google Earth dan Qiblalocator. Kemudian metode yang lebih
sederhana, yaitu rashdul kiblat, menggunakan bayangan benda pada saat matahari
berada di atas Ka’bah. Sebagaimana dalam kalender Menara Kudus KH. Turaichan
ditetapkan tanggal 27/28 Mei dan tanggal 15/16 Juli setiap tahunnya. 11 Apalagi,
semua muslim berkewajiban mencari arah yang benar bukan hanya kira-kira dengan
mengatakan yang penting niat.

Arah kiblat masjid Sunan Kalijaga Kadilangu Demak saat ini mengalami
kemelencengan 8o 42’ 26.53” kurang ke Utara, dengan pengecekan rashdul kiblat
harian tanggal 12 Mei 2012 yaitu pada jam 15j 29 m 57d WIB. Kemudian pengecekan
selanjutnya yakni rashdul kiblat tahunan pada tanggal 27 Mei 2012 pada pukul 16j
17m 56d WIB, dan mendapatkan data yang sama.

Gambar 0.1 Gambar 0.2

11
Disebut “yaumir Rashdil kiblat” lihat Ahmad Izzuddin, Menentukan Arah Kiblat Praktis, Yogyakarta:
Logung Pustaka, 2010, hlm. 38.
13
Hasil pengecekan dengan rashdul kiblat Hasil pengecekan dengan rashdul Kiblat

tanggal 12 Mei 2012 tanggal 27 Mei 2012

Kemelencengan 8o 42’ di masjid Sunan Kalijaga Kadilangu saat ini jika


dibanding dengan kemelencengan arah kiblat masjid Agung Demak saat ini sebesar
12º 01” berbeda 3º 19” padahal penentu kiblat dan metode yang digunakan dalam
menentukan arah kiblat kedua masjid tersebut itu sama. Sangat dimungkinkan arah
kiblat tersebut sudah berubah dari aslinya, yaitu yang telah ditetapkan Kanjeng Sunan,
sangat mungkin terjadi adanya pergeseran dan kesalahan pada waktu pengubinan
lebih-lebih renovasi setelah meninggalnya Sunan Kalijaga, dan tidak pernah diukur
ulang ketepatannya.

Masjid Agung Demak sudah mengalami beberapa kali renovasi, pada tahun
1504-1507 M dilakukan perluasan masjid secara besar-besaran, pemugaran total juga
dilakukan Sultan Demak total mulai selama 8 tahun, maka sangat mungkin adanya
kesalahan dalam menetapkan kembali arah kiblat. Begitu juga arah kiblat masjid
Sunan Kalijaga Kadilangu Demak saat ini, penetapan yang sudah diijtihadi Sunan
Kalijaga sudah benar, namun karena sudah terjadi renovasi berkali-kali yaitu
sepeninggal Sunan Kalijaga dan digantikan anaknya (Sunan Hadi) masjid Sunan
Kalijaga Kadilangu Demak disempurnakan bangunannya, tahun 1990 diadakan
renovasi kembali, kemudian baru-baru ini adanya renovasi pada tahun 2004. Dengan
demikian keberadaan ilmu falak sangat penting untuk mengecek kembali arah kiblat
yang dikhawatirkan melenceng setelah adanya renovasi masjid.
14
Merubah arah kiblat yang telah ada bukan berarti mengurangi nilai kewalian
Sunan Kalijaga sebagai penentu arah kiblat di masanya. Namun lebih kepada
penghormatan dan apresiasi yang tinggi terhadap ijtihad seorang wali.
Kemelencengan yang begitu kecil di zaman ratusan tahun lalu tanpa ada alat bantu
yang mampu mengarahkan arah kiblat, tentunya sudah menjadi hal yang luar biasa
ketika itu. Perubahan dan gejolak yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi tentunya
akan selalu terjadi pada setiap masa, Yangmana berkembang nya dalam kemudahan
teknologi saat ini sangat membantu kita dalam menyempurnakan ibadah kita supaya
lebih mantap dan mendekati pada ainul yakin.

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN.

Berdasarkan pembahasan dan analisis dari beberapa bab terdahulu, maka penulis
akan menyimpulkan sebagai jawaban akhir sebagai berikut:

1. Setelah kasus pelurusan arah kiblat masjid Agung Demak, masjid Sunan
Kalijaga Kadilangu Demak yang juga di bangun dan ditetapkan arah kiblatnya
oleh Kanjeng Sunan Kalijaga Kadilangu Demak diketahui adanya indikasi
kemelancengan. Setelah diadakan penelitian, diketahui arah kiblat masjid
Sunan Kalijaga Kadilangu Demak melenceng 8o 42’ kurang ke Utara.

2. Masyarakat Kadilangu Demak sempat memberikan respon terhadap perubahan


itu, mereka menyerahkan dan mengikuti sepenuhnya terhadap ketetapan
ta’mir, diketahui ta’mir masjid Sunan Kalijaga Kadilangu Demak tidak mau
merubah arah kiblat masjid tersebut, disebabkan beberapa faktor:
a) Kepercayaan penuh terhadap wali yakni Kanjeng Sunan Kalijaga
sebagai pendiri masjid sekaligus penentu arah kiblat masjid Sunan
Kalijaga Kadilangu Demak dengan menggunakan laku spiritual yang
tidak sembarang orang bisa melakukan.
b) Masyarakat masih erat dengan menggunakan prinsip religi, yang tidak
menerima teknologi sebagai sarana penyempurna ibadah.
c) Kurangnya seorang yang ahli dalam bidang falak di kelurahan
Kadilangu dalam mensosialisasikan peran ilmu falak dalam
pelaksanaan ibadah.

B. SARAN.

1. Pengurus masjid Sunan Kalijaga Kadilangu Demak seharusnya bersedia untuk


mengubah shaf masjid 8o 42’ 26.53” ke utara, untuk menambah yakin
masyarakat Kadilangu dan para peziarah yang memanfaatkan masjid terhadap
arah kiblat yang mereka shalati benar dan jika tidak ingin mengubah shaf
shalat seharusnya ada informasi kepada masyarakat Kadilangu dan para
16
peziarah bahwa arah masjid Sunan Kalijaga Kadilangu Demak kurang ke utara
sebanyak sekian derajat.

2. Masjid-masjid kuno khususnya masjid Agung yang dijadikan acuan masjid-


masjid di sekitarnya termasuk dalam penentuan arah kiblat, hendaknya
dilakukan pengecekan kembali untuk menghindari kesalahan dalam penentuan
arah kiblat masjid-masjid di sekitarnya.

3. Adanya sosialisasi mengenai peran ilmu falak sebagai penyempurna ibadah


sangat penting, karena minimnya ahli falak di Kelurahan Kadilangu menjadi
penyebab masyarakat acuh tak acuh terhadap keberadaan ilmu falak,
khususnya penetapan arah kiblat.

C. PENUTUP.

Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT. penulis ucapkan sebagai ungkapan


rasa syukur karena telah menyelesaikan Mini Research ini.

Masih banyak kekurangan dan kelemahan skripsi ini dari berbagai sisi. Namun
demikian penulis berdo’a dan berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Atas saran dan kritik konstruktif untuk kebaikan dan kesempurnaan tulisan ini,
penulis ucapkan terima kasih.

Wallahu a’lam bish shawab.

17
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama Republik Indonesia. 1992/1993. Ensiklopedi Islam, Jakarta:


Direktorat Jenderal Pimpinan Kelembagaan Agama Islam Proyek Peningkatan
Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama / IAIN Jakarta

Susiknan Azhari. 2001. Ilmu Falak Teori dan Praktek, Yogyakarta: Lazuardi

Slamet Hambali. Arah Kiblat Perspektif Nahdlatul Ulama’. Makalah disampaikan


dalam seminar nasional merespons fatwa MUI nomor 03 tahun 2010 tentang
arah Kiblat di Indonesia, hari Kamis, 27 Mei 2010, di IAIN Walisongo
Semarang.

Susiknan Azhari. 2007. Ilmu Falak (Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern),
Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, cet.II.

Copyright © Dinas Pariwisa Kabupaten Demak. 2021. “Sejarah Singkat Masjid


Agung Demak”, https://pariwisata.demakkab.go.id/sejarah-singkat-masjid-
agung-demak/, diakses pada 14 Januari 2022 pada pukul 17.12

Html, Kalijaga dan Kiblat Masjid Demak. 2010.


http://demakku.blogspot.com/2010/08/kalijaga-dan-kiblat-masjid-demak,
diakses pada 11 januari 2022 pada pukul 18.20

Budi, Taufik. 2012. “Arah Kiblat Masjid Agung Demak diubah”,


http://news.okezone.com, diakses pada 11 januari 2022 pada pukul 19.35

Abdul Baqir Zain. 1999. Masjid-Masjid Bersejarah Di Indonesia, Jakarta: Gema


Insani Press, Cet. Ke-1

http://id.shvoong.com/books/dictionary/2115731-sunan-kalijaga-kadilangu-demak/.
Di akses pada 11 januari 2022 pada pukul 19.50

Disebut “yaumir Rashdil kiblat” lihat Ahmad Izzuddin. 2010. Menentukan Arah
Kiblat Praktis, Yogyakarta: Logung Pustaka

18
19

LIST PEMBAGIAN TUGAS KELOMPOK 4 :

RAFI : - Diskusi

- Membuat Pendahuluan & Latar Belakang

- Membuat Analisis Keakurasian Masjid Demak.

- Penutup

- Editor

AZSYIFA : - Diskusi

- Membuat Daftar isi

- Membuat Daftar Pustaka

- Membuat sejarah singkat Masjid Agung Demak

- Membuat metode penelitian

YUSUF : - Diskusi

- Membuat Tujuan Penelitian.

- Membuat Rumusan Masalah.

- Membuat Kronologi Kejadian.

- Membuat kesimpulan.

19
20

20

Anda mungkin juga menyukai