Anda di halaman 1dari 14

FILOSOFI MABIT DI MUZDALIFAH DAN MINA

Dosen Pengampu : Dra. Hj. Mastanah, M.Si

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filosofi Haji dan Umroh

Disusun Oleh : KELOMPOK 4 MHU 5 / C

Nabilah Utami 11180530000023

Mohammad Rizal Ramadhoni 11180530000077

Eka Febria Paramudita 11180530000100

Yoga Agus Yulianto 11180530000116

Bella Nurfitria Priyana 11180530000132

Izzah Fakhriyyah 11180530000128

KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMROH

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji Syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan nikmat sehat
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam teruntuk baginda Nabi
Muhammad SAW. dan untuk segenap keluarga, sahabat-sahabat dan umatnya dihari kemudian.
Semoga kita mendapat syafa’atNya. Aamiin. Terimakasih juga terhadap pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas
Mata Kuliah Filosofi Haji dan Umroh oleh Dosen Pengampu Dra. Hj. Mastanah, M.Si

Dalam Makalah, penulis mencoba membahas FILOSOFI MABIT DI MUZDALIFAH


DAN MINA. Makalah ini disusun berdasarkan dari materi terkait yang kita dapatkan, dan
berhasil diselesaikan tepat pada waktunya. Kami sadar bahwa penulisan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, dalam penyusunan kata, tanda baca, serta materi yang terdapat dalam
makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kekurangan dan kesalahan adalah dua hal yang tidak akan terlepas
dari penulis. Oleh karenanya, dengan segala kerendahan hati kami menerima kritik dan saran
demi kebaikan dimasa mendatang. Semoga taufiq, hidayah dan magfirah Allah Swt senantiasa
menaungi kita. Aamiin.

Jakarta, 13 November 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 1
C. Tujuan ............................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................. 2

A. Makna Mabit ..................................................................................................................... 2


B. Makna Muzdalifah ............................................................................................................ 5
C. Makna Mina ...................................................................................................................... 7

BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 10

A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ibadah haji adalah ibadah fisik. Karenanya membutuhkan stamina tubuh yang sehat
dan prima.Untuk bisa menjalankan ibadah tersebut, jamaah dianjurkan untuk istirahat
sejenak, untuk memulihkan kembali kesehatan fisik dan mental agar tetap terjaga. Salah
satunya adalah Mabit (bermalam) di Muzdalifah dan Mina sebagai rangkaian ibadah
sebelum melanjutkan ritual ibadah berikutnya.
Memang, kegiatan mabit atau bermalam di Mina dan Muzdalifah bertujuan untuk
memberikan kesempatan kepada jamaah haji untuk beristirahat. Sebab, rangkaian
kegiatan ibadah haji keesokan harinya sangat berat, yaitu melempar jumrah Aqabah di
Mina. Biasanya, setelah matahari tenggelam (ketika masuk Magrib) pada hari Arafah (9
Dzulhijjah) jamaah haji meninggalkan Arafah menuju Muzdalifah. Di tempat ini jamaah
haji mabit (berhenti, istirahat, sholat Magrib dan Isya secara jamak takhir), sampai
melewati tengah malam 10 Dzulhijjah.Bagi yang datang di Muzdalifah sebelum tengah
malam, maka harus menunggu sampai tengah malam. Mabit bisa dilakukan dengan cara
berhenti sejenak dalam kendaraan atau turun dari kendaraan. Di saat tersebut jamaah bisa
memanfaatkannya untuk mencari kerikil di sekitar tempat kendaraan untuk melempar
jumrah di Mina.Setelah tengah malam menjelang fajar maka jamaah bergerak menuju
Mina untuk mabit, hingga tanggal 12 atau 13 Dzulhijjah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa makna dari Mabit ?
2. Apa makna dari Mabit di Muzdalifah?
3. Apa makna dari Mabit di Mina?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahi dan memahami apa itu Mabit
2. Untuk mengetahi dan memahami apa itu Mabit di Muzdalifah
3. Untuk mengetahi dan memahami apa itu Mabit di Mina

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Makna Mabit
Mabit berasal dari bahasa Arab yang berarti tempat menetap atau menginap di malam
hari. Setelah tenggelam matahari (ketika masuk maghrib) pada hari Arafah 9 Dzulhijjah,
jama’ah haji meninggalkan Arafah menuju Muzdalifah untuk berhenti, istirahat, dan
bermalam. Mabit dibagi 2 yaitu mabit di Muzdalifah tanggal 9 malam 10 Zulhijjah dan
mabit di Mina pada malam menjelang tanggal 11, 12, 13 Zulhijjah.1 Bermalam di Mina
memiliki arti yang sama dengan bermalam di Muzdalifah. Hanya saja, kesempatan untuk
beristirahat di Mina lebih lama dibandingkan di Muzdalifah.
1. Mabit di Muzdalifah
Muzdalifah adalah sebuah daerah terbuka di antara Makkah dan Mina di
Arab Saudi yang merupakan tempat jamaah haji diperintahkan untuk singgah dan
bermalam setelah bertolak dari Arafah. Muzdalifah terletak di antara Ma’zamain
(dua jalan yang memisahkan dua gunung yang saling berhadapan) Arafah dan
lembah Muhassir. Luas Muzdhalifah adalah sekitar 12,25 km², di sana terdapat
rambu-rambu pembatas yang menentukan batas awal dan akhir Muzdalifah.
Jamaah haji setelah melaksanakan wukuf di Arafah bergerak menuju
Muzdalifah saat setelah terbenamnya matahari (waktu Maghrib). Di Muzdalifah
jamaah haji melaksanakan shalat Maghrib dan Isya secara digabungkan dan
disingkat (jamak-qashar) dan bermalam di sana hingga waktu fajar. Di
Muzdalifah jamaah haji mengumpulkan batu kerikil yang akan digunakan untuk
melempar jumrah. Singgah atau mabit di Muzdalifah ini mengandung makna
yang dalam. Kepergian jemaah haji dari Arafah sebagai refleksi kehidupan dunia
singkat. Manusia hanya hidup sesaat. Dalil tentang mabit di Muzdalifah :

1
https://glosarium.org/arti-mabit/

2
ْ ‫ٱَّللَ ِّعن َد ٱ ْل َم‬
‫شعَ ِّر‬ َّ ‫وا‬ ٍ َ‫ضت ُم ِّم ْن ع ََر َٰف‬
۟ ‫ت فَٱ ْذك ُُر‬ ْ َ‫ض اًل ِّمن َّربِّ ُك ْم فَ ِّإذَآ أَف‬
ْ َ‫وا ف‬۟ ُ‫ح أَن تَ ْبتَغ‬ ٌ ‫علَ ْي ُك ْم ُجنَا‬
َ ‫ْس‬َ ‫لَي‬
َّ ‫ٱ ْل َح َر ِّام َوٱ ْذك ُُروهُ َك َما َه َد َٰى ُك ْم َوإِّن كُنت ُم ِّمن قَ ْب ِّل ِّۦه لَ ِّمنَ ٱل‬
َ‫ضا ِّٓلين‬

Artinya : “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil
perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafat,
berdzikirlah kepada Allah di Masyarilharam. Dan berdzikirlah (dengan
menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan
sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.
(QS. Al-Baqarah : 198).

Setelah tenggelam matahari pada hari Arafah, maka jamaah haji


meninggalkan Arafah menuju ke Muzdalifah untuk berhenti, istirahat dan
bermalam di situ. itulah yang di sebut mabit. Minimal setelah lewat tengah
malam baru di perbolehkan bergerak menuju Mina. Selama mabit di Muzdalifah
jamaah di sunatkan memungut kerikil (batu kecil) sedikitnya 7 butir untuk
melontarkan jumrah aqabah esok paginya sesampai di mina. Sesungguhnya
mabit dan istirahat di muzdalifah itu bagai pasukan tentara yang sedang
menyiapkan tenaga dan memungut kerikil itu bagaikan menyiapkan senjata
dalam rangka berperang melawan musuh laten manusia, yaitu syetan yang
terkutuk karna itu melempar jumrah adalah lambang memerangi syetan.
Melawan pasukan syetan haruslah dengan kekuatan hati yang penuh dengan
iman dan tawakkal kepada Allah SWT serta do’a. Rasulullah mengajarkan
ketika melempar Jumrah satu dengan takbir (Allahu Akbar) dan disini pula kita
tahu mana dan arti do’a taawudz :

‫يم‬
ِّ ‫الر ِّج‬
َّ ‫ان‬ َ ‫ش ْي‬
ِّ ‫ط‬ ِّ َّ ‫أَعُوذُ ِّب‬
َّ ‫اَّلل مِّ نَ ال‬

”Aku berlindung kepada Allah dari (segala godaan) syetan yang terkutuk.”
Dan bacaan Bismillah pada saat akan memulai sesuatu pekerjaan yang baik agar
syetan tidak mengganggu apa yang kita lakukan.2

2
https://ririnariyantiblog.wordpress.com/2016/05/11/hikmah-mabit-di-muzdalifah-dan-mina/

3
2. Mabit di Mina

Dinamakan Mina karena banyakanya darah yang ditumpahkan di dalamnya,


atau ada riwayat, bahwa setelah Jibril ingin meninggalkan Adam ia berkata "
Tamanna" (bercita-citalah, mengharaplah), ia menjawab "atamanna al-Jannah"
oleh sebab itu disebut Mina, Karena adanya harapan (umniyah) untuk masuk
surga. Kota Mina berjarak kurang lebih 7 kilometer dari Mekkah. Sering disebut
kota ribuan tenda karena disanalah berdiri ribuan tenda untuk jutaan jamaah haji
tiap tahunnya selama musim haji. Mempunyai luas 16.8 Km persegi, Mina
merupakan lembah di tengah padang pasir. Mina berada di sebelah Timur kota
Makkah, Arab Saudi. Ia terletak di antara Makkah dan Muzdalifah. Selain
mendapat julukan kota tenda, Mina juga dikenal sebagai tempat dilaksanakannya
kegiatan lempar jumrah dalam ibadah haji.

Jamaah haji melaksanakan Mabit di Mina sebagai kelanjutan dari suatu


pelaksanaan ibadah sebelumnya, dan di laksanakan pada tanggal 10,11 dan 12
dzulhijjah (bagi jamaah yang Nafar awal), dan tanggal 10,11,12 dan 13
Dzulhijjah bagi yang nafar Tsani. Mabit di Mina ibaratnya adalah persiapan
matang untuk melakukan pelemparan jumrah di tiga jamarat (lokasi melempar
jumrah), yaitu ula, wustha, dan kubra, yang akan dilakukan pada pagi harinya.
Dengan melakukan mabit di Mina, persiapan melawan setan semakin
dimatangkan. Semangat melempar jumrah pada keesokan harinya perlu kita
aktualisasikan dalam bentuk perlawanan terhadap setan baik setan yang
bersemayam dalam diri sendiri, keluarga, maupun lingungan sekitar. Iman dan
takwa juga harus ditingkatkan sebagai bekal utama kita memerangi setan beserta
antek- anteknya, baik dari bangsa jin maupun manusia. Hanya dengan
mempersiapkan bekal sebanyak- banyaknya dan melengkapi senjata secanggih-
canggihnya kita akan mampu mengalahkan setan dan pengikutnya. Tanpa bekal
dan senjata yang memadai, manusia akan mudah dikalahkan oleh setan.3

3
https://republika.co.id/berita/dunia-islam/umroh-haji/12/10/24/mcejsj-hakikat-bermalam-di-mina

4
B. Makna Muzdalifah

Muzdalifah berasal dari kata izdilaf yang berarti al-iqtirab (mendekat) atau al-
ijtima' (berkumpul). Disebut demikian karena tempat ini jaraknya sudah dekat
dengan Mina. Atau karena di tempat inilah para jemaah haji berkumpul untuk
menginap dan beristirahat pada malam 10 Dzulhijjah untuk mempersiapkan diri
melempar jamrah Aqabah esok paginya. Tempat ini juga disebut sebagai al-masy’ar
alharam. Di sinilah dulu Nabi Muhammad SAW pernah bermalam dan terus
berdzikir kepada Allah SWT. Secara simbolik, mabit di Muzdalifah memberi pesan
tentang pentingnya mengingat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT dan waktu
malam adalah salah satu waktu terbaik untuk mengetuk pintu langit memohon
ampunan.

Ketika matahari terbenam pada 9 Dzulhijjah, jemaah haji meninggalkan Arafah


menuju Muzdalifah untuk berhenti, beristirahat, dan bermalam di sana. Ini disebut
mabit. Di keheningan malam tempat mabit ini sangat ideal untuk melakukan
kontemplasi, tafakkur, tadabbur, merenung mendekatkan diri kepada Allah. Jemaah
haji berada di Muzdalifah minimal hingga lewat tengah malam, setelah itu
dibolehkan ber gerak menuju Mina.

Setelah terbenam matahari selesailah wukuf di Arafah disyariatkan segera berangkat


menuju muzdalifah untuk melaksanakan shalat Maghrib- Isya' jama' ta'khir kemudian
dilanjutkan dengan mabit sampai pagi. Ditutup dengan shalat Subuh dan dzikir sampai
menjelang terbit matahari yang kemudian bergegas untuk berangkat ke Mina.

Selama mabit di Muzdalifah, jemaah disunahkan mengambil sedikitnya tujuh


butir kerikil untuk melontar Jamrah Aqa bah esok paginya sesampai mereka di
Mina. Orang mabit di Muzdalifah dengan mengambil kerikil itu bagaikan pasukan
tentara yang sedang me nyiapkan tenaga dan senjata untuk berperang melawan
musuh laten manusia, yaitu setan yang terkutuk.

5
Mabit dimuzdalifah merupakan kegiatan yang dilaksanakan setelah tenggelam
matahari pada hari Arafah, maka jamaah haji meninggalkan Arafah menuju ke
Muzdalifah untuk berhenti, istirahat dan bermalam di situ. itulah yang di sebut mabit.
Minimal setelah lewat tengah malam baru di perbolehkan bergerak menuju Mina.
Muzdalifah (Masy’aril Haram), merupakan tempat yang secara khusus disebut Allah
SWT dalam Al-Qur’an, bahkan ditempat tersebut kita dianjurkan untuk menyebut nama
Mabit di Muzdalifah, walaupun hanya sebentar, diharapkan dapat memberi
kesempatan kepada jamaah haji untuk memulihkan tenaga. Selama mabit di Muzdalifah,
jamaah haji tidak dituntut melakukan aktivitas tertentu. Tetapi, berdasar riwayat dari
Jabir bin Abdullah RA, "Begitu Rasulullah SAW tiba di Muzdalifah beliau langsung
shalat Maghrib dan Isya dengan satu azan dan dua iqamah; di antara keduanya tidak ada
shalat sunah apa pun. Kemudian, beliau tidur hingga terbit fajar. Beliau shalat Subuh
setelah jelas datang waktu subuh dengan satu kali azan dan satu kali iqamah." (HR
Muttafaq 'Alaih).
Hadis tersebut mengisyaratkan bahwa Rasulullah SAW mendirikan shalat Maghrib
dan Isya di Muzdalifah dengan cara jamak dan qashar. Selain itu, jamaah haji dibenarkan
memungut sedikitnya tujuh butir kerikil untuk melontar jumrah di Mina. Singgah atau
Mabit di Muzdalifah ini mengandung makna yang dalam yaitu kepergian jemaah haji dari
Arafah sebagai refleksi kehidupan didunia yang sangat singkat dan juga manusia hanya
hidup sesaat di dunia ini. Dalam buku Haji dan Umrah yang ditulis M Quraish Shihab
digambarkan, saat melaksanakan haji, Rasulullah SAW menjamak takhir salat Maghrib
dan Isya. Dia kemudian melanjutkan salat Isya dan beristirahat hingga waktu Subuh. Usai
melaksanakan salat Subuh, Rasulullah berjalan menuju satu bukit bernama Quzah. Di
sana beliau menghadap kiblat dan berdo’a sambil mengagungkan Allah SWT.4

4
https://news.detik.com/berita/d-4130464/sekilas-tentang-mabit-di-muzdalifah

6
C. Makna Mina
Mina atau Muna sendiri memiliki arti 'ditumpahkan' atau 'cita-cita', adapun
ditumpahkan karena di Mina adalah tempat tumpahnya darah penyembelihan Hadyu
Qurban. Adapun Muna yang berarti ‘cita-cita’, karena serangkaian kegiatan di Muna
yang selama tiga hari berkaitan dengan ketekadan Nabi Ibrahim, Nabi Ismail dan Siti
Hajar dalam membuktikan ketinggian cita-cita mereka, sehingga mereka mampu
mengalahkan godaan dan gangguan setan yang berusaha menggagalkan pelaksanaan
ujian penyembelian Ismail as.
Di Mina selama tiga hari jamah haji merenung apa yang yang paling diagungkan di
dalam hatinya, apakah jabatan, ataukah harta sehingga untuk mencapainya siap
mengorbankan segala-galanya, termasuk akidah, atau cinta Allah, cinta Islam, cinta
Rasulullah, hingga dia siap memanfaatkan semua yang dimilikinya untuk Allah, kalau
diperlukan siap mengorbankan harta, jiwa dan semua yang dimilikinya untuk Allah dan
Islam.
Menentukan muna (cita-cita) orientasi hidup dan mengarahkan seluruh aktivitas
hidup untuk cita-cita, adalah keberhasilan ibadah di Muna. Cita-cita hidup adalah ridha
Allah dan ibadah kepada-Nya, sebab Allahlah yang kekal dan tidak ada kekekalan
kecuali Allah serta semua yang hanya untuk Allah.5
۟ ُ‫س ِّن َما كَان‬
َ‫وا يَ ْع َملُون‬ َ ْ‫صبَ ُر ٓو ۟ا أَجْ َرهُم ِّبأَح‬
َ َ‫اق ۗ َولَنَجْ ِّزيَنَّ ٱلَّ ِّذين‬ ِّ َّ ‫َما ِّعن َد ُك ْم يَنفَ ُد ۖ َو َما ِّعن َد‬
ٍ َ‫ٱَّلل ب‬
Artinya : “Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah
kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
Jemaah haji melaksanakan Mabit di Mina sebagai kelanjutan dari pelaksanaan
ibadah sebelumnya, dilaksanakan pada 11, 12 dan 13 Dzulhijjah. Selama mabit di
Mina, jemaah haji harus mampu menghayati makna dan hikmahnya, dengan banyak
bertakbir, berdzikir, berdoa dengan lisan dan hati, dan menghayati perjalanan Rasu
lullah SAW dan para nabi se belumnya. Allah SWT berfirman:

5
Kuketuk Pintu Rumah-Mu Ya Allah …, Dr. H. Muh. Mu’inudinillah Bashri Lc, M.A. & Elli Damaiwati. 2009. Indiva
Pustaka.

7
ٍ ‫ٱَّلل ف ِّٓى أَيَّ ٍام َّم ْعدُو َٰ َد‬
‫ت‬ ۟ ‫َوٱ ْذ ُك ُر‬
َ َّ ‫وا‬

Artinya: "Dan berzikirlah kepada Allah pada hari-hari yang telah ditentukan
jumlahnya." (QS. Al-Baqarah : 203).

Rasulullah SAW bersabda:

...ٌ‫ أ َّيا ُم مِّ نَى ثَ ًَلثَه‬...‫سلَّ َم‬


َ ‫علَ ْي ِّه َو‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫هللا‬ ُ ‫ َفقَا َل َر‬...,َ‫الر ْح َم ِّن ب ِّْن أبى َي ْع َم َر الدِّيلِّي ِّ َقال‬
ِّ ‫س ْو َل‬ َ ‫ع َْن‬
َّ ‫ع ْب ِّد‬

)‫(رواه أحمد وأبوداود‬

Artinya: "Dari Abdurrahman bin Ya’mar ad-Daliyyi berkata… maka Rasulullah


SAW bersabda: “...Hari-hari (tinggal) di Mina adalah tiga hari…”. (HR.Abu Daud
dan Ahmad).6

Selama di Mina ada dua aktivitas yang perlu dilaku kan oleh jemaah haji:
Pertama, mereka melontar jamrah Aqabah pada hari Nahar dan melontar Jamrah
Ula, Jamrah Wusta, dan Jamrah Aqabah pada harihari Tasyriq. Kedua, mereka
melakukan mabit, yakni tinggal dan menginap di Mina, selama malam hari Ayyamut
Tasyriq.

Aisyah RA, Istri Rasulullah SAW, mengemukakan:

‫ َفأ َقا َم بِّهَا أيَّا َم‬,‫ ث ُ َّم َر َج َع إلَى مِّ نَى‬,‫ظه َْر‬
ُّ ‫صلَّى ال‬
َ َ‫سلَّ َم حِّ ْين‬
َ ‫علَ ْي ِّه َو‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬ ُ ‫ أ َ َفاضَ َر‬: ْ‫ع َْن عَائِّشَةَ َقالَت‬
َ ِّ‫س ْو َل هللا‬
)‫ (رواه ابن حبان‬...‫ث‬ َ ‫ْق الث َّ ًَل‬
ِّ ‫التَّش ِّْري‬

Artinya: "Rasulullah SAW melakukan ifadah (thawaf ke Makkah) pada waktu


shalat zhuhur, kemudian kem bali ke Mina, lalu tinggal di Mina sela ma tiga hari
Tasyriq." (HR. Ibnu Hibban dari ‘Aisyah RA).7

6
Abi Daud, Sunan Abi Daud, Nomor hadits: 1949 dan Ahmad, Al-Musnad, Nomor hadits: 18856.
7
Ibnu Hibban, Sahih Ibn Hibban, Nomor hadits: 3956.

8
Pada hari biasa Mina tampak lengang dan luas, sedangkan pada hari nahr dan
hari-hari tasyriq penuh sesak dengan Jemaah haji. Meskipun demikian, Mina dapat
menam pung se luruh jemaah haji. Inilah keistimewaan Mina. Hal ini sesuai dengan
sabda Rasulullah SAW yang artinya: “Sesungguhnya Mina ini seperti rahim, ketika
terjadi kehamilan, daerah ini diluas kan oleh Allah SWT”.

Karena itu, sudah semestinya umat Islam tidak perlu kha watir kehabisan
tempat atau tidak dapat tempat di Mina. Mina kadang juga disebut Muna yang
berarti angan-angan atau harapan. Di tempat inilah dulu para nabi bermunajat,
meminta, dan berharap kepada Allah SWT. Sesuai dengan namanya, Muna/Mina,
lokasi ini adalah tempat dicurahkannya semua harapan dan doa.

Nabi SAW pernah mengabarkan bahwa di Mina–tepatnya di masjid Khaif,


sebanyak 70 nabi pernah salat dan bermunajat. Nabi Muhammad pun mengikuti jejak
pendahulunya, selama tiga hari ia bermalam dan bermunajat di masjid tersebut.
Tempat ini mustajab, maka selama mabit di Mina jemaah haji disunnahkan untuk
memperbanyak doa.

Mina juga tempat menyembelih hewan qurban. Ia disebut dengan Mina karena
di sinilah darahdarah hewan kurban/hewan dam ditumpahkan (tumna ad-dima').
Nabi Ibrahim AS menyembelih putranya, Ismail, juga di Mina. Nabi Muhammad
SAW menyembelih hewan kurbannya juga di Mina. Karena itu, disunnahkan bagi
jemaah haji untuk menyembelih hewan kurban atau dam di tempat ini, sebagai pertanda
ketundukan dan totalitas.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Mabit adalah berhenti sejenak atau bermalam beberapa hari, untuk mempersiapkan
segala sesuatunya dalam pelaksanaan melontar Jumrah yang merupakan salah satu wajib
ibadah haji mabit dilakukan dua tahap di dua tempat, yaitu di Muzdalifah dan di Mina.
Muzdalifah adalah daerah terbuka di antara Mekah dan Mina di Arab Saudi yang
merupakan tempat jamaah haji diperintahkan untuk singgah dan bermalam setelah
bertolak dari Arafah. Kawasan Muzdalifah terletak di antara Ma'zamain (dua jalan yang
memisahkan dua gunung yang saling berhadapan) Arafah dan Lembah Muhassir.
Mina adalah tempat tumpahnya darah penyembelihan Hadyu Qurban. Adapun Muna
yang berarti ‘cita-cita’, karena serangkaian kegiatan di Muna yang selama tiga hari
berkaitan dengan ketekadan Nabi Ibrahim, Nabi Ismail dan Siti Hajar dalam
membuktikan ketinggian cita-cita mereka, sehingga mereka mampu mengalahkan godaan
dan gangguan setan yang berusaha menggagalkan pelaksanaan ujian penyembelian Ismail
as.
B. Saran
Alhamdulillah, berkat kesungguhan kami dan izin-Nyalah makalah ini selesai kami
buat. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu kamu
mengharap saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua dan mengamalkan kepada orang – orang islam khususnya,
Aamiin.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ibnu Hibban, Sahih Ibn Hibban, Nomor hadits: 3956.

Abi Daud, Sunan Abi Daud, Nomor hadits: 1949 dan Ahmad, Al-Musnad, Nomor hadits: 18856.

Kuketuk Pintu Rumah-Mu Ya Allah …, Dr. H. Muh. Mu’inudinillah Bashri Lc, M.A. & Elli
Damaiwati. 2009. Indiva Pustaka.

https://glosarium.org/arti-mabit/

https://news.detik.com/berita/d-4130464/sekilas-tentang-mabit-di-muzdalifah

https://ririnariyantiblog.wordpress.com/2016/05/11/hikmah-mabit-di-muzdalifah-dan-mina/

https://republika.co.id/berita/dunia-islam/umroh-haji/12/10/24/mcejsj-hakikat-bermalam-di-mina

11

Anda mungkin juga menyukai