Anda di halaman 1dari 12

TAHARAH

DOSEN PENGAMPU :

Drs. Rusdi Jamil, M.Ag.

Disusun oleh Kelompok 1

Kamaluddin Alfatih Sarif (11230110000096)


Faisal Amri Manurung (11230110000092)
Naila Zain Nurafifa (11230110000099)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2024 M / 1445 H

[i]
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan limpahan rahmat,
taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Sholawat serta salam tidak lupa kita curahkan kepada baginda Nabi Muhammad
Shollallahu ‘Alaihi Wasallam yang telah menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran
di dunia dan di akhirat kepada umat manusia.

Kami mengucapkan banyak sekali terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini. Tidak lupa kami juga
mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak Drs. Rusdi Jamil, M.Ag. sebagai
dosen penanggung jawab mata kuliah Fiqih Ibadah dan Muamalah yang telah
memberikan kesempatan kepada kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah mengenai “Taharah”
Kami Menyusun makalah ini dengan segala pengetahuan dan kemampuan
yang kami miliki dan semaksimal mungkin. Namun, kami juga menyadari bahwa
materi dan penggunaan serta peletakkan sumber-sumber materi yang kami susun di
dalam makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta
kekurangan

Dengan demikian, kami segenap kelompok 1 akan menerima saran dan


kritikan yang sifatnya membangun agar kami bisa menyempurnakan penyusunan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memperluas pengetahuan untuk pembaca dan
penulis sendiri dan dapat menjadi sumber ilmu yang mudah dipahami.

Jakarta, 18 Maret 2024

Penyusun

[ii]
DAFTAR ISI

Cover ..................................................................................................................... i

Kata Pengantar ....................................................................................................... ii

Daftar Isi ................................................................................................................ iii

BAB I: Pendahuluan............................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah....................................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan .................................................................................... 2

BAB II: Pembahasan .............................................................................................. 3

1. Pengertian................................................................................................... 3
2. Hukum........................................................................................................ 3
3. Tata Cara Bersuci........................................................................................ 4
4. Hikmah ....................................................................................................... 7

BAB II: Penutup..................................................................................................... 8

A. Kesimpulan ................................................................................................ 8
B. Saran .......................................................................................................... 8

Daftar Pustaka ........................................................................................................ 9

[iii]
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut Anas Sudijono, pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk


mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan
kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari
berbagai segi. Hal tersebut ditandai dengan dapat memberikan penjelasan atau
memberikan uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-
katanya sendiri.1

Thaharah adalah membersihkan diri, pakaian, dan tempat dari segala hadats
dan najis. Untuk suci dari hadats haruslah melakukan wudhu, mandi wajib, atau
tayammum. Sedangkan agar suci dari najis haruslah menghilangkan kotoran yang
ada di badan, pakaian, dan tempat yang bersangkutan. 2 Thaharah merupakan
masalah yang sangat penting dalam agama dan merupakan pangkal pokok dari
ibadah yang menjadi penyonsong bagi manusia dalam menghubungkan diri dengan
Allah SWT.3

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Pengertian dari Taharah?


2. Apa Hukum yang melatarbelakangi dari adanya Taharah?
3. Bagaimana cara melaksanakan taharah?
4. Apa hikmah dari adanya taharah?

1
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 50
2
Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, ( Bogor : LPKAI Cahaya Islam, 2010),
hlm. 310
3
Moh Rifa’I, Ilmu Fikih Islam Lengkap, (Semarang: CV. Toha Putra, 1978), hlm. 46

1
C. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Memahami arti dari taharah itu sendiri


2. Mengetahui dalil-dalil sahih atau yang benar mengenai adanya taharah
3. Mengetahui bermacam-macam taharah
4. Mengetahui tata cara melaksanakan taharah
5. Menjadikan apa yang dipelajari untuk dipraktekkan didalam kehidupan
sehari-hari.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Taharah (‫ )الطهارة‬merupakan bagian dari prosesi ibadah umat Islam yang


bermakna menyucikan diri yang mencakup secara lahir atau batin. Kedudukan
bersuci dalam hukum Islam termasuk ilmu dan amalan yang penting, terutama
karena di antara syarat-syarat salat telah ditetapkan bahwa seseorang yang akan
mengerjakan shalat diwajibkan suci dari hadas dan suci pula badan, pakaian, dan
tempatnya dari najis. Firman Allah

Ada hadas dan najis. Keduanya berbeda, dimana hadas dibagi menjadi hadas
kecil dan hadas besar sedangkan najis dibagi menjadi tiga, yaitu najis mughallazah
(berat), najis mutawassitah (Sedang), dan najis mukhaffafah (Ringan).

B. HUKUM

Hukum taharah adalah wajib. Bersih dari najis serta menghilangkannya adalah
kewajiban bagi mereka yang tahu dan mampu melaksanakannya.

Dasar Hukum Thaharah Adalah QS Al Maidah: 6

‫صلَوةِ إِلَى قُ ْمت ُ ْم إِذَا َءا َمنُ َٰٓوا ٱلَّذِينَ يََٰٓأَيُّ َها‬ ِ ‫س ُحوا ٱ ْل َم َرا ِف‬
َّ ‫ق إِلَى َوأ َ ْي ِديَكُ ْم ُو ُجو َهكُ ْم فَٱ ْغ ِسلُوا ٱل‬ َ ‫َوأ َ ْر ُجلَكُ ْم بِ ُر ُءو ِسكُ ْم َوٱ ْم‬
‫ط َّه ُروا ُجنُبًا كُنت ُ ْم َوإِن ۚ ٱ ْل َك ْعبَي ِْن إِلَى‬ َّ ‫ض َٰٓى كُنتُم َوإِن ۚ فَٱ‬ َ ‫علَى أ َ ْو َّم ْر‬ َ ‫سفَر‬ َ ‫أ َ ْو ٱ ْلغَآَٰئِطِ ِم َن مِنكُم أ َ َحد َجا َٰٓ َء أ َ ْو‬
‫سا َٰٓ َء لَ َم ْست ُ ُم‬
َ ِ‫صعِيدًا فَتَيَ َّم ُموا َما َٰٓ ًء ت َِجد ُوا فَلَ ْم ٱلن‬ َ ‫س ُحوا‬
َ ‫طيِبًا‬ َ ‫ٱ َّّللُ ي ُِريد ُ َما ۚ ِمنْهُ َوأ َ ْيدِيكُم بِ ُو ُجو ِهكُ ْم فَٱ ْم‬
‫ع َل ْي ُكم ِليَ ْج َع َل‬
َ ‫ط ِه َر ُك ْم ي ُِريد ُ َو َلكِن َح َرج م ِْن‬ َ ‫ت َ ْش ُك ُرو َن َل َع َّل ُك ْم‬
َ ُ‫ع َل ْي ُك ْم نِ ْع َمتَهۥ ُ َو ِليُتِ َّم ِلي‬

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu
dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka

3
mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat
buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air,
maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia
hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya
kamu bersyukur.”4

Adapun diperkuat dengan Firman Allah selanjutnya:

َ َ‫ف‬
َ‫ط ِهر َوثِيَابَك‬

Artinya: “Dan bersihkanlah pakaianmu”. (QS. Al-Muddassir: 4)

C. TATA CARA BERSUCI

Hadas ini dibagi lagi ke dalam dua macam, yaitu hadats besar dan kecil. Hadats
kecil menyebabkan seseorang harus berwudhu atau tayamum, sebabnya seperti
keluar sesuatu dari dubur atau kubul, bersentuhan kulit perempuan dan laki-laki
yang bukan mahrum, menyentuh kemaluan, serta hilang kesadaran.

Bersuci dari hadas kecil dengan:

1. Berwudhu
a. Membasuh kedua telapak tangan tiga kali sambil membaca basmalah
b. Berkumur-kumur tiga kali
c. Membersihkan kedua lubang hidung tiga kali
d. Membasuh wajah tiga kali sambil membaca niat dalam hati atau diucapkan:
e. Membasuh kedua tangan sampai siku sebanyak tiga kali, dimulai dari
tangan kanan

4
TafsirWeb, “QS. Al-Maidah: 6” (https://tafsirweb.com/1890-surat-al-maidah-ayat-6.html, diakses
pada 18 Maret 2024).

4
f. Mengusap Sebagian kepala atau rambut denga air tiga kalo
g. Mengusap kedia daun telinga tiga kali
h. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki tiga kali
i. Tertib, lalu membaca doa setelah wudhu
2. Tayammum
a. Dimulai dengan membaca basmalah
b. Meletakkan kedua telapak tangan pada debu
c. Meniup debu pada kedua telapak tangan atau dengan menepuknya pelan-
pelan
d. Mengusap wajah sambil membaca niat
e. Mengusap punggung telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri,
mengusap punggung telapak tangan kiri dengan telapak tangan kanan.
Setelahnya usap kedua telapak tangan

Hadas besar disebabkan karena keluarnya darah haid, nifas, wiladah, air mani,
berhubungan suami istri, dan meninggal dunia. Cara membersihkan hadas besar ini
harus dengan mandi wajib.

Bersuci dari hadas besar dengan:

1. Mandi Besar
a. Membasuh kedua tangan dengan niat yang ikhlas karena Allah SWT
b. Mencuci kemaluan
c. Berwudhu
d. Membaca niat mandi besar
e. Menyiram badan dari ujung kepala sampai ujung kaku dengan merata
kemudia menggosok-gosoknya

Najis mutawassitah terdriri dari bangkai hewan yang berdarah, darah, nanah,
arak, dan segala sesuatu berwujud cair yang keluar dari kubul serta dubur kecuali

5
air mani. Najis ini dibagi lagi ke dalam dua bagian, yaitu najis ainiyah dan
hukmiyah. Jika ainiyah adalah yang nyata, maka hukmiyah yang tidak nyata.

Cara membersihkan najis mutawassitah ainiyah adalah dengan menghilangkan


baunya dan setelahnya disiram dengan air, sedangkan untuk hukmiyah cukup
dusuram dengan air karena pada dasarnya hukmiyah sudah tidak berbau.

Najis mukhaffafah ini contohnya seperti air kencing bayi laki-laki yang belum
makan kecuali ASI sang ibu. Cara membersihkannya mudah, cukup dengan
memercikkan atau mengusapnya dengan air pada tempat atau benda yang terkena
najis.

Namun, air kencing bayi perempuan najisnya seperti kencing orang dewasa, maka
cara mensucikannya seperti membersihkan kencing orang dewasa sebagaimana
dijelaskan dalam sebuah hadits mauquf yang berbunyi:

‫ع ْن‬
َ ‫علِي‬
َ ‫ي‬
َ ‫ض‬ َّ ُ‫ع ْنه‬
ِ ‫ّللاُ َر‬ َ ‫ قَا َل‬: ‫س ُل‬ ِ ‫ض ُح ْال َج‬
َ ‫اريَ ِة بَ ْو ِل م ِْن يُ ْغ‬ َ ‫طعَ ْم لَ ْم َما ْالغُالَ ِم بَ ْو ِل م ِْن َويُ ْن‬
ْ َ‫ي‬

Dari Ali RA, ia berkata, “Dicuci dari kencing anak perempuan dan dipercikkan
dengan air dari kencing anak laki-laki selama belum memakan makanan.” (HR Abu
Dawûd, no. 377 dengan sanad yang shahȋh)

Yang terakhir ialah najis mughallazhah atau najis berat. Penyebab dari najis ini
adalah hewan anjing dan babi, cara menyucikannya harus dengan menghilangkan
wujud benda anjis itu kemudian dicuci bersih menggunakan air sampai tujuh kali,
salah satunya menggunakan tanah.

َ ‫قَا َل عنه هللا رضي ه َُري َْرة َ أ َ ِبي‬: ‫سو ُل قَا َل‬
‫ع ْن‬ ِ َّ َ ‫ور وسلم عليه هللا صلى‬
ُ ‫ّللا َر‬ ُ ‫ط ُه‬ ُ ‫ا َ ْلك َْل‬
َ ِ‫ب فِي ِه َولَ َغ ِإذْ أ َ َح ِدكُ ْم ِإنَاء‬
‫سبْ َع يَ ْغ ِسلَهُ أ َ ْن‬ َ ُ‫ب أ‬
َ ‫ َم َّرات‬, ‫وَلهُ َّن‬ ِ ‫ُم ْسلِم أ َ ْخ َر َجهُ بِالت ُّ َرا‬

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa


Sallam bersabda: “Sucinya tempat air seseorang diantara kamu jika dijilat anjing

6
ialah dengan dicuci tujuh kali, yang pertamanya dicampur dengan debu tanah.”
Dikeluarkan oleh Muslim.

D. HIKMAH

Banyak yang bisa diambil, ada dari sisi Kesehatan dan juga sosial berupa menjaga
kebersihan sehingga orang-orang akan merasa nyaman berada di dekat kita, juga
termasuk menjaga kemuliaan diri berupa martabat dari sisi sopan santun karena
selalu membiasakan diri bersih-bersih.

Jika mengambil dari pendapat lain, dikutip dari NU Online, ada empat hikmah
tentang disyariatkannya thahârah sebagaimana disarikan dari kitab al-Fiqh al-
Manhajî ‘ala Madzhabil Imâm asy-Syâfi‘î karya Musthafa al-Khin, Musthafa al-
Bugha, dan 'Ali asy-Asyarbaji.

1. bersuci merupakan bentuk pengakuan Islam terhadap fitrah manusia.


Manusia memiliki kecenderungan alamiah untuk hidup bersih dan
menghindari sesuatu yang kotor dan jorok.
2. menjaga kemuliaan dan wibawa umat Islam. Orang Islam mencintai
kehidupan bermasyarakat yang aman dan nyaman.
3. menjaga kesehatan. Kebersihan merupakan bagian paling penting yang
memelihara seseorang dari terserang penyakit.
4. menyiapkan diri dengan kondisi terbaik saat menghadap Allah: tidak hanya
bersih tapi juga suci.

7
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Pada dasarnya kita perlu memahami arti dari taharah itu sendiri supaya kita
bisa melaksanakan taharah dengan benar. Taharah sendiri bertujuan untuk
mensucirkan diri, pakaian, ruang dan tempat, serta segala benda dari hadas dan
najis. Kita perlu mengetahui prosedur taharah itu sendiri seperti pada najis
mughalazah harus dengan prosedur menggunakan air dan tanah serta mengikuti tata
cara yang berlaku. Islam mengajarkan pentingnya kebersihan diri supaya orang-
orang disekitar kita maupun diri kita sendiri merasa nyaman dalam beraktivitas.

B. SARAN

Sebagai pemateri, tentu kami sangat menyadari teman-teman kita banyak yang
kurang memahami tentang berbagai macam hadas dan najis. Untuk itu kami
membawakan materi ini tidak lain bukan hanya untuk memenuhi tugas mata kuliah,
melainkan sebagai sumber informasi praktis yang bisa dijadikan acuan atau
referensi dalam memahami hadas dan najis serta taharah. Maka dari itu kami
memohon dengat sangat agar dapat berpartisipasi dalam mengkoreksi materi ini
supaya bisa kami sebarkan apa yang telah kami kumpulkan kepada khalayak
masyarakat disekitar.

8
DAFTAR PUSTAKA

Bukhori, Jamaluddin. (2018). Konsep Thaharah dan Nadhafah Dalam


Membangun Budaya Bersih. Jurnal Fiqh Al-Bi’ah, 29(2), 324-346.
Adzim, M. Z., Sukiman. (2020). Fiqih Materi Thaharah (Bersuci):
Pendekatan Kontekstual. Yogyakarta: Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Anda mungkin juga menyukai