Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AGAMA ISLAM

THOHAROH (BERSUCI)

Dosen pengampu:

Achmad Junaedi , S.Ag.,M.Pd.I

Oleh :

Akhmad Daniel Rojes (14401.21.22004)

Ania (14401.21.22010)

Laila Dwi Utami (14401.21.22020)

Noviana Amrita (14401.21.22027)

Nur Halima (14401.21.22030)

Sri Wahyuni ()

PROGAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN PROBOLINGGO
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayat, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “
Tharah (bersuci) ” ini tepat pada waktunya. . Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah profesi psikilogi keperawatan, sehubungan dengan
tersusunya makalah ini kami menyampaikan terimakasih banyak kepada bapak
Achmad Junaedi, S.Ag.,M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah agama.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima sagala saran
dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami
berharap semoga makalah ini memberikan maafat maupun inspirasi terhadap
pembaca.

Probolinggo, 31 oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Cover

Kata Pengantar ........................................................................................................i

Daftar Isi ..................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang.............................................................................................1


1.2 Rumusan masalah........................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah ..........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Thoharoh..........................................................................................4


2.2 Tata cara bersuci dari hadas dan najis.........................................................7
2.3 Pengaruh kebersihan terhadap kesehatan....................................................9
2.4 Upaya menjaga kebersihan dalam pandang sudut agama dan kesehatan ..10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...................................................................................................13
3.2 Saran..............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Allah itu bersih dan suci. Untuk menemuinya, manusia harus terlebih dahulu
bersuci atau disucikan. Allah mencintai sesuatu yang bersih dan suci. Dalam hukum
Islam bersuci dan segala seluk beluknya adalah termasuk bagian ilmu dan amalan
yang penting terutama karenadiantaranya syarat-syarat sholat telah ditetapkan bahwa
seseorang yang akan melaksanakansholat, wajib suci dari hadas dan suci pula badan,
pakaian dan tempatnya dari najis. Dalamkehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari
sesuatu (barang) yang kotor dan najis sehinggathaharah dijadikan sebagai alat dan
cara bagaimana mensucikan diri sendiri agar sah saat menjalankan ibadah.

1.2 RUMUSAN MASALAH

 Jelaskan tentang pengertian thaharoh?

 Jelaskan tata cara membersihkan najis dan kotoran baik dalam badan kita atau
lingkungan sekitar?

 Pengaruh kebersihan terhadap kesehatan

 Upaya menjaga kebersihan dalam sudut pandang agama dan kesehatan

1.3 TUJUAN MASALAH

 Mengetahui pengertian thaharoh

 Mengetahui tata cara membersihkan najis dan kotoran baik dalam badan kita atau
lingkungan sekitar

 Mengetahui pengaruh kebersihan terhadap kesehatan

 Mengetahui upaya-upaya menjaga kebersihan dalam sudut pandang agama dan


kesehatan

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN THAHAROH

Thaharah menurut bahasa berarti bersuci. Menurut syara’ atau istilah adalah
membersihkan diri, pakaian, tempat, dan benda-benda lain dari najis dan hadas
menurut cara-cara yang ditentukan oleh syariat islam.

Thaharah atau bersuci adalah syarat wajib yang harus dilakukan dalam beberapa
macam ibadah. Seperti dalam QS Al-maidah ayat 6 :

‫ ُك ْم َواَ ْر ُجلَ ُك ْم اِلَى‬EE‫س‬ ِ ‫س ُح ْوا بِ ُر ُء ْو‬ َ ‫ق َوا ْم‬ ِ ِ‫سلُ ْوا ُو ُج ْو َه ُك ْم َواَ ْي ِديَ ُك ْم اِلَى ا ْل َم َراف‬ِ ‫ص ٰلو ِة فَا ْغ‬ َّ ‫ٰيٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا قُ ْمتُ ْم اِلَى ال‬
‫س ۤا َء فَلَ ْم‬
َ ِّ‫ستُ ُم الن‬ْ ‫سفَ ٍر اَ ْو َج ۤا َء اَ َح ٌد ِّم ْن ُك ْم ِّمنَ ا ْل َغ ۤا ِٕى ِط اَ ْو ٰل َم‬ َ ‫ضى اَ ْو ع َٰلى‬ ٓ ٰ ‫ا ْل َك ْعبَ ْي ۗ ِن َواِنْ ُك ْنتُ ْم ُجنُبًا فَاطَّهَّ ُر ْو ۗا َواِنْ ُك ْنتُ ْم َّم ْر‬
‫ ُد‬E‫ج َّو ٰل ِكنْ ُّي ِر ْي‬ ‫هّٰللا‬
ٍ ‫ َر‬E‫ َل َعلَ ْي ُك ْم ِّمنْ َح‬E‫ ُد ُ لِيَ ْج َع‬E‫س ُح ْوا بِ ُو ُج ْو ِه ُك ْم َواَ ْي ِد ْي ُك ْم ِّم ْنهُ ۗ َما يُ ِر ْي‬ َ ‫تَ ِجد ُْوا َم ۤا ًء فَتَيَ َّم ُم ْوا‬
َ ‫ص ِع ْيدًا طَيِّبًا فَا ْم‬
َ‫م تَ ْش ُك ُر ْون‬Eْ ‫لِيُطَ ِّه َر ُك ْم َولِيُتِ َّم نِ ْع َمت َٗه َعلَ ْي ُك ْم لَ َعلَّ ُك‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub
maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat
buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka
bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu
dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu
bersyukur.

Thaharah atau bersuci menurut pembagiannya dapat dibedakan menjadi dua


bagian, yaitu :

 Bersuci lahiriah

Beberapa contoh yang bersifat lahiriah adalah membersihkan


diri, tempat tinggal dan lingkungan dari segala bentuk kotoran, hadas
dan najis. Membersihkan diri dari najis adalah membersihkan badan,
pakaian atau tempat yang didiami dari kotoran sampai hilang rasa, bau
dan warnanya. QS Al-Mudatsir ayat 4 :

‫َوثِيَابَكَ فَطَ ِّه ْر‬

Artinya: dan pakaianmu bersihkanlah,

4
 Bersuci batiniah

Bersuci batiniah adalah membersihkan jiwa dari kotoran batin


berupa dosa dan perbuatan maksiat seperti iri, dengki, takabur dll.
Cara membersihkannya dengan taubatan nashoha yaitu memohon
ampun dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

 MACAM-MACAM ALAT THAHARAH

Allah selalu memudahkan hambanya dalam melakukan sesuatu. Untuk bersuci


misalnya, kita tidak hanya bisa menggunakan air, tetapi kita juga bisa menggunakan
tanah, batu, kayu dan benda-benda padat lain yang suci untuk menggantikan air jika
tidak ditemukan.

Dalam bersuci menggunakan air, kita juga harus memperhatikan air yang
boleh dan tidak boleh digunakan untuk bersuci.

 Macam-macam air

Air yang dapat digunakan untuk bersuci adalah air mutlak yaitu air
yang suci dan mensucikan, yaitu air :

1. Air Hujan

Adalah merupakan uap air yang terkondensasi dan jatuh dari atmosfer


ke bumi dengan segala bentuknya dalam rangkaian siklus hidrologi.

2. Air Sumur

Adalah air tanah dangkal sampai kedalaman kurang dari 30 meter, air


sumur umumnya pada kedalaman 15 meter dan dinamakan juga sebagai air
tanah bebas karena lapisan air tanah tersebut tidak berada di dalam tekanan.

3. Air laut

 Adalah air yang berasal dari laut atau samudera yang memiliki kadar
garam rata-rata 3,5%, artinya dalam 1 liter air laut terdapat 35 gram garam.
Perbedaan utama antara air laut dan air tawar adalah, adanya kandungan
garam dalam air laut, sedangkan pada air tawar tidak mengandung garam.

4. Air sungai

Adalah aliran air yang besar dan meamnjang yang mengalir secara


terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara).

5
5. Air Danau/ Telaga

 Adalah badan
air alami berukuran besar yang dikelilingi oleh daratan
dan tidak berhubungan dengan laut, kecuali melalui sungai.

6. Air Salju

Adalah bentuk padat air yang jatuh ke bumi dari atmosfer atau awan


yang telah membeku menjadi kristal padat dan seperti hujan yang menutupi
secara permanen atau sementara (23 persen) dari seluruh permukaan bumi.

7. Air Embun

Adalah uap air yang mengalami proses pengembunan-proses


berubahnya gas menjadi cairan. Embun biasanya muncul di pagi hari, di sela-
sela kaca jendela atau di balik daun.

QS Al- Anfal ayat 11:

‫طَ ع َٰلى‬E ِ‫ ْي ٰط ِن َولِيَ ْرب‬E ‫الش‬ َّ ‫س َم ۤا ِء َم ۤا ًء لِّيُطَ ِّه َر ُك ْم بِ ٖه َويُ ْذ ِه َب َع ْن ُك ْم ِر ْج َز‬


َّ ‫اس اَ َمنَةً ِّم ْنهُ َويُنَ ِّز ُل َعلَ ْي ُك ْم ِّمنَ ال‬ ِّ ‫اِ ْذ يُ َغ‬
َ ‫ش ْي ُك ُم النُّ َع‬
‫قُلُ ْوبِ ُك ْم َويُثَبِّتَ بِ ِه ااْل َ ْقدَا ۗ َم‬

Artinya: (Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu


penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit
untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-
gangguan setan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh denganya telapak
kaki(mu).Air yang suci tetapi tidak dapat mensucikan, yaitu air yang halal untuk
diminum tapi tidak dapat digunakan untuk bersuci seperti air teh, kopi, sirup, air
kelapa dll.

 Air musyammas yaitu air yang terjemur oleh matahari dalam bejana
selain emas dan perak. Air ini makruh digunakan untuk bersuci

 Air mustakmal yaitu air yang telah digunakan untuk bersuci. Air ini
tidak boleh digunakan untuk bersuci walaupun tidak berubah rasa, bau
maupun warnanya

 Air mutanajis yaitu air yang sudah terkena najis. Baik yang sudah
berubah rasa, warna dan baunya maupun yang tidak berubah dalam
jumlah yang sedikit yaitu kurang dari dua kullah (270 liter menurut
ulama kontemporer

6
2.2 TATA CARA BERSUCI DARI HADAS DAN NAJIS

Tiga Macam Najis dan Cara Menyucikannya.

Secara bahasa najis berarti segala sesuatu yang dianggap kotor


meskipun suci. Bila berdasarkan arti harfiah ini maka apa pun yang dianggap
kotor masuk dalam kategori barang najis, seperti ingus, air ludah, air sperma
dan lain sebagainya. Sedangkan secara istilah ilmu fiqih najis adalah segala
sesuatu yang dianggap kotor yang menjadikan tidak sahnya ibadah shalat
(lihat Muhammad Nawawi Al-Jawi, Kaasyifatus Sajaa [Jakarta: Darul Kutub
Islamiyah: 2008], hal. 72).

Di dalam fiqih najis dikelompokkan dalam 3 kategori, yakni najis


mukhaffafah, najis mutawassithah, dan najis mughalladhah. Sebagaimana
ditulis oleh para fuqaha dalam kitab-kitabnya, salah satunya oleh Syekh Salim
bin Sumair Al-Hadlrami dalam kitabnya Safiinatun Najaa:  

‫رع‬EE‫نزير وف‬EE‫طةالمغلظة نجاسة الكلب والخ‬EE‫ مغلظة ومخففة ومتوس‬:‫ات ثالث‬EE‫فصل النجاس‬
‫احدهما والمخففة بول الصبي الذي لم يطعم غير اللبن ولم يبلغ الحولين والمتوسطة سائر النجاسات‬

Artinya:“Fashal, najis ada tiga macam: mughalladhah, mukhaffafah, dan


mutawassithah. Najis mughalladhah adalah najisnya anjing dan babi beserta
anakan salah satu dari keduanya. Najis mukhaffafah adalah najis air
kencingnya bayi laki-laki yang belum makan selain air susu ibu dan belum
sampai usia dua tahun. Sedangkan najis mutawassithah adalah najis-najis
lainnya.”

Ketiga kategori najis tersebut masing-masing memiliki cara tersendiri untuk


menyucikannya. Namun sebelum membahas lebih jauh tentang bagaimana cara
menyucikan ketiga najis tersebut perlu diketahui istilah “najis ‘ainiyah” dan “najis
hukmiyah” terlebih dahulu. Najis ‘ainiyah adalah najis yang memiliki warna, bau dan
rasa. Sedangkan najis hukmiyah tidak ada lagi adalah najis yang tidak memiliki
warna, bau, dan rasa. Dengan kata lain najis ‘ainiyah adalah najis yang masih ada
wujudnya, sedangkan najis hukmiyah adalah najis yang sudah tidak ada wujudnya
namun secara hukum masih dihukumi najis. Pengertian ini akan lebih jelas pada
pembahasan tata cara menyucikan najis.

1. Najis Mughalladhah
Najis ini dapat disucikan dengan cara membasuhnya dengan air sebanyak
tujuh kali basuhan di mana salah satunya dicampur dengan debu. Namun sebelum
dibasuh dengan air mesti dihilangkan terlebih dulu ‘ainiyah atau wujud najisnya.

7
Dengan hilangnya wujud najis tersebut maka secara kasat mata tidak ada lagi warna,
bau dan rasa najis tersebut. Namun secara hukum (hukmiyah) najisnya masih ada di
tempat yang terkena najis tersebut karena belum dibasuh dengan air. Untuk benar-
benar menghilangkannya dan menyucikan tempatnya barulah dibasuh dengan air
sebanyak tujuh kali basuhan di mana salah satunya dicampur dengan debu.
Pencampuran air dengan debu ini bisa dilakukan dengan tiga cara: Pertama,
mencampur air dan debu secara berbarengan baru kemudian diletakkan pada tempat
yang terkena najis. Cara ini adalah cara yang lebih utama dibanding cara lainnya.
Kedua, meletakkan debu di tempat yang terkena najis, lalu memberinya air dan
mencampur keduanya, baru kemudian dibasuh. Ketiga, memberi air terlebih dahulu
di tempat yang terkena najis, lalu memberinya debu dan mencampur keduanya, baru
kemudian dibasuh.
2. Najis Mukhaffafah

Najis ini merupakan air kencingnya bayi laki-laki yang belum makan dan
minum selain ASI dan belum berumur dua tahun, dapat disucikan dengan cara
memercikkan air ke tempat yang terkena najis. Cara memercikkan air ini harus
dengan percikan yang kuat dan air mengenai seluruh tempat yang terkena najis. Air
yang dipercikkan juga mesti lebih banyak dari air kencing yang mengenai tempat
tersebut. Setelah itu barulah diperas atau dikeringkan. Dalam hal ini tidak disyaratkan
air yang dipakai untuk menyucikan harus mengalir.

3. Najis Mutawassithah

Najis ini dapat disucikan dengan cara menghilangkan lebih dahulu najis
‘ainiyah-nya. Setelah tidak ada lagi warna, bau, dan rasa najis tersebut baru
kemudian menyiram tempatnya dengan air yang suci dan menyucikan. Sebagai
contoh kasus, bila seorang anak buang air besar di lantai ruang tamu, umpamanya,
maka langkah pertama untuk menyucikannya adalah dengan membuang lebih dahulu
kotoran yang ada di lantai. Ini berarti najis ‘ainiyahnya sudah tidak ada dan yang
tersisa adalah najis hukmiyah. Setelah yakin bahwa wujud kotoran itu sudah tidak
ada (dengan tidak adanya warna, bau dan rasa dan lantai juga terlihat kering) baru
kemudian menyiramkan air ke lantai yang terkena najis tersebut. Tindakan
menyiramkan air bisa cukup di area najis saja, dan sudah dianggap suci meski air
menggenang atau meresap ke dalam. Selanjutnya kita bisa mengelapnya lagi agar
lantai kering dan tak mengganggu orang. Mengetahui macam dan tata cara
menyucikan najis adalah satu ilmu yang mesti diketahui oleh setiap Muslim
mengingat hal ini merupakan salah satu syarat bagi keabsahan shalat dan ibadah
lainnya yang mensyaratkannya.

8
2.3 PENGARUH KEBERSIHAN TERHADAP KESEHATAN

Menjaga kebersihan lingkungan tidak semudah yang dibayangkan. Masih ada


saja tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab yang membuang sampah
sembarangan. Padahal, dibutuhkan kesadaran semua pihak dan lapisan masyarakat
untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman.

Lantas, mengapa menjaga lingkungan itu penting untuk kesehatan? Ini


ulasannya.

1. Lingkungan Sehat Hindari Berbagai Penyakit

Kebersihan selalu identik dengan kesehatan. Artinya, manfaat menjaga


lingkungan yang pertama adalah membuat kesehatan kamu tetap terjaga.
Kamu perlu tahu, lingkungan bersih saja tak lantas membuat tubuh tidak
mudah sakit, lho. Apalagi kalau kamu tidak berusaha menjaga kebersihannya.
Lingkungan yang tidak bersih menjadi tempat terbaik untuk sarang nyamuk.
Belum lagi dengan berbagai bakteri yang turut hidup di dalamnya.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengungkapkan, menjaga


kebersihan lingkungan, seperti tempat tinggal, sekolah, dan rumah ibadah,
masyarakat dapat menghindari penyakit demam berdarah dan hepatitis A.
Tetanus, kolera, dan demam tifoid berpotensi muncul pada lingkungan yang
tidak terjaga kebersihannya.

2. Lingkungan Sehat Berkaitan dengan Kesehatan Mental

Tidak hanya kesehatan fisik saja yang terjaga ketika kamu memiliki
lingkungan yang bersih. Lingkungan yang sehat juga memiliki manfaat yang
besar bagi kesehatan mental seseorang. Udara yang bersih, air yang bersih,
banyaknya ruang hijau dan sanitasi dapat meningkatkan kualitas hidup
seseorang. Meningkatkan kualitas hidup tentu akan membuat seseorang
terhindar dari kesehatan mental.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, banyak menghabiskan waktu


pada lingkungan dengan banyak ruang terbuka hijau membantu untuk
menurunkan tingkat kecemasan dan juga depresi.

3.Lingkungan Sehat Lebih Nyaman untuk Ditinggali

Saat kamu berada di suatu kawasan yang kumuh, apakah kamu merasa
nyaman untuk berlama-lama di sana? Tentu tidak, bukan? Bahkan, kamu
sudah malas untuk mendekat atau mengunjunginya. Bagaimana jika itu terjadi

9
pada lingkungan tempat tinggal kamu sendiri? Kamu tentu ingin segera
pindah ke tempat yang lebih bersih.

Lingkungan yang bersih membuat kamu lebih nyaman untuk tinggal


dan menetap dalam waktu lama. Tidak hanya itu, orang lain pun tidak akan
enggan untuk berkunjung. Mereka menilai lingkungan kamu begitu asri dan
rapi, serta nyaman untuk ditinggali.

Itulah manfaat menjaga lingkungan bagi kesehatan tubuh. Usahakan untuk


menjaga kebersihan lingkungan agar tetap bersih dan asri. Ingat, lingkungan yang
bersih turut mendukung kesehatan tubuh dengan baik.

Agama Islam adalah agama yang cinta pada kebersihan. Rasulullah SAW
sangat menganjurkan kepada umatnya untuk senantiasa menjaga kebersihan. Dengan
menjaga kebersihan, tubuh kita akan sehat dan kuat. Dalam syariat islam, ketika
mengerjakan shalat diwajibkan bagi umat islam agar bersih dari hadas dan najis, baik
badan, pakaian, maupun tempat yang dipergunakan untuk shalat.

Kebersihan adalah upaya manusia untuk memelihara diri dan lingkungannya


dari segala yang kotor dan keji dalam rangka mewujudkan dan melestarikan
kehidupan yang sehat dan nyaman. Kebersihan merupakan syarat bagi terwujudnya
kesehatan, dan sehat adalah salah satu faktor yang dapat memberikan kebahagiaan.
Sebaliknya, kotor tidak hanya merusak keindahan tetapi juga dapat menyebabkan
timbulnya berbagai penyakit, dan sakit merupakan salah satu faktor yang
mengakibatkan penderitaan.

Hadits Rasulullah SAW :

‫ ﴿رواﻩ البخاري‬٠‫ص َّحةُ َوا ْلفَ َرا ُغ‬ ِ ‫﴾نِ ْع َمتَا ِن َم ْغبُ ْونٌ فِ ْي ِھ َما َكثِ ْي ٌر ِمنَ النَّا‬
َّ ‫س ال‬

Artinya : “Dua kenikmatan yang banyak manusia menjadi rugi (karena tidak
diperhatikan), yaitu kesehatan dan waktu luang”. (HR. Al Bukhari)

2.4 UPAYA MENJAGA KEBERSIHAN DALAM PANDANG SUDUT AGAMA


DAN KESEHATAN

Kebersihan adalah upaya manusia untuk memelihara diri dan lingkungannya


dari segala yang kotor dan keji dalam rangka mewujudkan dan melestarikan
kehidupan yang sehat dan nyaman. Kebersihan merupakan syarat bagi
terwujudnya kesehatan, dan sehat adalah salah satu faktor yang dapat memberikan
kebahagiaan. Sebaliknya, kotor tidak hanya merusak keindahan tetapi juga dapat

10
menyebabkan timbulnya berbagai penyakit, dan sakit merupakan salah satu faktor
yang mengakibatkan penderitaan.

Hidup sehat harus dibudayakan sejak dini. Bisa dimulai dari diri sendiri,
seperti rutin berolahraga, memenuhi asupan harian cairan pada tubuh, istirahat yang
cukup, dan mengonsumsi makanan bergizi. Perhatikan pula kebersihan di dalam
rumah kamu. Jangan sampai kamu membiarkan genangan air atau sampah yang
menumpuk, karena bisa menjadi sumber penyakit.

Menjaga kebersihan lingkungan tidak semudah yang dibayangkan. Masih ada


saja tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab yang membuang sampah
sembarangan. Padahal, dibutuhkan kesadaran semua pihak dan lapisan masyarakat
untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman.

Lantas, mengapa menjaga lingkungan itu penting untuk kesehatan? Ini


ulasannya.

1. Lingkungan Sehat Hindari Berbagai Penyakit

Kebersihan selalu identik dengan kesehatan. Artinya, manfaat menjaga


lingkungan yang pertama adalah membuat kesehatan kamu tetap terjaga.
Kamu perlu tahu, lingkungan bersih saja tak lantas membuat tubuh tidak
mudah sakit, lho. Apalagi kalau kamu tidak berusaha menjaga kebersihannya.
Lingkungan yang tidak bersih menjadi tempat terbaik untuk sarang nyamuk.
Belum lagi dengan berbagai bakteri yang turut hidup di dalamnya.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengungkapkan, menjaga


kebersihan lingkungan, seperti tempat tinggal, sekolah, dan rumah ibadah,
masyarakat dapat menghindari penyakit demam berdarah dan hepatitis A.
Tetanus, kolera, dan demam tifoid berpotensi muncul pada lingkungan yang
tidak terjaga kebersihannya.

2. Lingkungan Sehat Berkaitan dengan Kesehatan Mental

Tidak hanya kesehatan fisik saja yang terjaga ketika kamu memiliki
lingkungan yang bersih. Lingkungan yang sehat juga memiliki manfaat yang
besar bagi kesehatan mental seseorang. Udara yang bersih, air yang bersih,
banyaknya ruang hijau dan sanitasi dapat meningkatkan kualitas hidup
seseorang. Meningkatkan kualitas hidup tentu akan membuat seseorang
terhindar dari kesehatan mental.

11
Dari hasil penelitian yang dilakukan, banyak menghabiskan waktu
pada lingkungan dengan banyak ruang terbuka hijau membantu untuk
menurunkan tingkat kecemasan dan juga depresi.

3. Lingkungan Sehat Lebih Nyaman untuk Ditinggali

Saat kamu berada di suatu kawasan yang kumuh, apakah kamu merasa
nyaman untuk berlama-lama di sana? Tentu tidak, bukan? Bahkan, kamu
sudah malas untuk mendekat atau mengunjunginya. Bagaimana jika itu terjadi
pada lingkungan tempat tinggal kamu sendiri? Kamu tentu ingin segera
pindah ke tempat yang lebih bersih.

Lingkungan yang bersih membuat kamu lebih nyaman untuk tinggal dan
menetap dalam waktu lama. Tidak hanya itu, orang lain pun tidak akan enggan untuk
berkunjung. Mereka menilai lingkungan kamu begitu asri dan rapi, serta nyaman
untuk ditinggali.

Itulah manfaat menjaga lingkungan bagi kesehatan tubuh. Usahakan untuk menjaga
kebersihan lingkungan agar tetap bersih dan asri. Ingat, lingkungan yang bersih turut
mendukung kesehatan tubuh dengan baik.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

3.2 SARA

13
DAFTAR PUSTAKA

14

Anda mungkin juga menyukai