THAHARAH
Dosen Pengampu
DR. BURHANUDDIN YUSUF MM, MA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Adapun tujuan penyusunan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Ibadah Akhlak. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan
mengenai Definisi Thaharah, Alat bersuci, serta Najis dan Hadas, bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Burhanuddin MM, MA,
selaku Dosen Pengampu mata kuliah Ibadah Akhlak yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.
Kami menyadari, makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Thaharah......................................................................................2-3
2.2 Alat Bersuci...............................................................................................3-
5
2.3 Najis..........................................................................................................5-6
2.4 Hadas.........................................................................................................6-7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................8
3.2 Saran.............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Islam menganjurkan agar kita selalu menjaga kebersihan, baik itu kebersihan
anggota tubuh (badani) maupun kebersihan rohani. Kebersihan badani tercermin
dengan bagaimana umat muslim selalu bersuci, baik sebelum mereka melakukan
ibadah menghadap Allah SWT maupun dalam setiap akan melakukan
aktivitasnya. Pada hakikatnya tujuan bersuci adalah agar umat muslim terhindar
dari kotoran yang menempel di badan, sehingga secara sadar atau tidak sengaja
membatalkan rangkaian ibadah kita kepada Allah SWT.
Thaharah mempunyai makna yang luas, tidak hanya sebatas berwudhu saja.
Thaharah adalah mensucikan diri, pakaian, dan tempat sholat dari najis dan hadas
menurut syariat islam. Hukum thaharah ialah wajib di atas tiap-tiap mukallaf laki-
laki dan perempuan. Dalam hal ini banyak ayat Al-qur’an dan hadist Nabi
Muhammad saw, mengajurkan agar kita senantiasa menjaga kebersihan lahir dan
batin.
1.2Rumusan Masalah
1. Definisi Thaharah?
2. Alat apa saja yang digunakan untuk bersuci?
3. Apa itu Najis dan Hadas?
1.3Tujuan
2.1Definisi Thaharah
Selain itu, thaharah dinilai sangat penting karena merupakan kunci dan syarat sah
sholat. Disebutkan dalam hadist Nabi SAW, beliau bersabda :
Ada hal-hal yang harus diperhatikan sebagai syarat sahnya berthaharah sebelum
melakukan perintah Allah SWT. Syarat wajib tersebut adalah :
1. Islam
2. Berakal
3. Baligh
4. Masuk waktu (untuk mendirikan sholat fardhu).
5. Tidak lupa
6. Tidak dipaksa
7. Berhenti darah haid dan nifas.
8. Ada air atau debu tanah yang suci.
9. Mampu melakukannya sesuai kemampuan.
2.2Alat Bersuci
Alat-alat yang dipergunakan dalam thaharah terdiri dari dua macam yaitu air
dan bukan air. Air yang dapat digunakan untuk bersuci terdiri dari 7 air, yaitu :
Air hujan, Air laut, Air sungai, Air sumur, Air dari mata air, Air salju, dan Air
embun. Sedangkan alat-alat bersuci selain air terdiri dari debu dan benda-benda
kesat yang lain seperti batu, kayu, kertas dan sebagainya.
Artinya : Laut itu suci dan bangkainya halal dimakan. (HR. Al – Turmudhi)
b. Air Makruh
Yang dimaksud dengan air musammas ialah air yang dipanaskan
dengan terik matahari dalam tempat logam yang dibuat dari seng atau besi,
tembaga, baja, aluminium yang masing—asing benda logam itu berkarat. Air
musammas hukumnya makruh, karena itu suci dan menyucikan tetapi makruh
untuk digunakan karena dikhawatirkan dapat menimbulkan penyakit.
Rasulullah SAW bersabda :
Artinya : Air itu tidak najis karena sesuatu, kecuali telah berubah bau, rasa,
dan warnanya. (HR. Ibu Majjah dan Baihaqi)
Tanah boleh menyucikan jika tidak digunakan untuk sesuatu fardhu dan tidak
bercampur dengan sesuatu. Debu dapat digunakan untuk tayamum sebagai
pengganti wudhu atau mandi. Batu bata, tisu atau benda lain atau benda yang
dapat menyerap bisa digunakan untuk istinja’.
2.3Najis
Kata najis berasal dari bahasa arab جاسةّالنyang artinya kotoran. Najis menurut
istilah adalah suatu benda yang kotor yang mencegah sahnya mengerjakan suatu
ibadah yang dituntut harus dalam keadaan suci seperti salat dan tawaf. Sedangkan
kotoran ialah sesuatu yang kotor dan tidak sedap dipandang mata.
Najis yang mencegah sahnya salat teerbagi menjadi tiga macam, yaitu :
a. Najis Mukhaffafah (Najis Ringan)
Yang termasuk najis mukhaffafah ialah air kencing anak laki-laki yang
berumur dua tahun dan belum makan atau minum sesuatu kecuali air susu ibu.
Cara mensucikan najis mukhaffafah adalah dengan memercikkan air pada
benda yang terkena najis mukhaffafah itu.
Artinya : Kencing anak perempuan itu dibasuh, sedangkan kencing anak laki-
laki itu diperciki. (HR. Abu Dawud)
b. Najis Mutawassitah (Najis Sedang)
1. Bangkai binatang darat yang berdarah sewaktu hidupnya
Allah SWT berfirman :
Semua macam darah adalah najis. Jika darah itu sedikit maka darah itu
dapat dimaafkan seperti darah nyamuk yang mendekat pada badan atau
pakaian, darah bisul, dan darah karena luka kecil.
2.4Hadas
Kata hadas berasal dari bahasa arab الحدثyang artinya menurut bahasa adalah
sesuai peristiwa atau juga dapat diartikan kotoran atau tidak suci. Hadas menurut
istilah adalah keadaan tidak suci bagi seseorang sehingga menjadikannya tidah
sah dalam melakukan ibadah tertentu.
a. Hadas Kecil
Yaitu keadaan seseorang tidak suci, dan supaya ia menjadi suci maka
ia harus wudhu atau jika tidak ada air atau ada halangan, maka diganti dengan
tayamum.
1. Karena keluar sesuatu dari salah satu dua lobang, yaitu qubul dan dubur.
2. Karena hilang akalnya disebabkan mabuk, gila atau sebab lain seperti
tidur.
3. Karena persentuhan antara kulit laki-laki dengan kulit perempuan yang
bukan mahromnya, dan tanpa ada batas yang menghalanginya.
4. Karena menyentuh kelamin, baik kemaluannya sendiri maupun kemaluan
orang lain dengan telapak tangan dan jari.
b. Hadas Besar
Yang dimaksud dengan hadas besar adalah keadaan seseorang tidak
suci, dan supaya ia menjadi suci, maka ia harus mandi atau kalau tidak ada air
atau ada halangan, maka diganti dengan tayamum.
Artinya : Dari ibnu abba ra. Sesungguhnya rasulullah bersabda tentang orang
yang meninggal karena terjatuh dari kendaraannya, mandikanlah dengan air
dan bidarah dan kafanilah dengan dua kain. (HR. AL – Bukhari Muslim).
4. Haid (menstruasi), yaitu darah yang keluar dari wanita yang telah dewasa
pada setiap bulan.
5. Nifas, yaitu darah yang keluar dari seorang ibu sehabis melahirkan.
6. Wiladah (melahirkan anak)
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Thaharah adalah bersuci dari hadas, baik hadas besar maupun hadas kecil. Dan
bersuci dari najis yang meliputi badan, pakaian, tempat dan benda-benda yang
terbawa atau terdapat pada badan. Thaharah terbagi menjadi dua bagian yaitu lahir
dan batin.
Thaharah lahir adalah bersuci dari najis dan hadas yang dapat hilang dicuci
dengan air mutlak. Thaharah batin adalah membersihkan jiwa dari pengaruh-
pengaruh dosa dan maksiat, seperti iri, dengki, penipu, sombong, dan ria. Apabila
hidup sehat dan bersih, kita akan terhindar dari berbagai penyakit. Dengan
demikian, kita akan dapat bekerja dan beribadah dengan lancar dalam rangka
menunaikan kewajiban sebagai hamba Allah yang bertaqwa kepada-Nya.
3.2Saran
Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dari segi penyusunan maupun
isinya. Oleh karena itu kami akan menerima saran dan kritikan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.uinsby.ac.id/9601/8/bab%204.pdf
http://digilib.uinsgd.ac.id/10488/1/paper%20taharah%20kedua%20pdf%202.pdf