Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PRATIKUM IBADAH

(Pratikum Thaharah : Mandi)

Dosen pengampu : Dr. Muhammad Idris, MA

Disusun oleh kelompok 2

Shinta Nurjannah

Nur Azizah Rahayu

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-HIKMAH MEDAN

T.A. 2020 – 2021

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang mana ia telah
memberikan kami kenikmatan salah satunya ialah kesehatan sehingga kami dapat membuat
makalah kami yang berjudul " Pratikum thaharah : Mandi "

Tak lupa pula sholawat beriringkan salam kita hadiahkan kepada Baginda Rasulullah Saw.
Yang mana beliau telah membawa kita dari zaman jahiliah menuju zaman berakhlakul Karimah
saat sekarang ini. Semoga dengan memperbanyak sholawat kita dapat bertemu serta berkumpul
bersama beliau kelak. Aamiinallahummaaamiin

Kami selaku pemakalah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih ke pada dosen pembimbing kami dan
teman teman yang kami cintai. kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu kami penyusun mengharap kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi peningkatan mutu makalah kami. Akhirnya dengan mengharap ridho Allah,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................3

BAB l PENDAHULUAN............................................................................................4

A. Latar belakang....,...................................................................................................4
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………..4

BAB ll PEMBAHASAN...............................................................................................5

A. Pengertian Thaharah…….......................................................................................5

B. Macam-macam Thaharah.......................................................................................5

C. Macam-macam air dan Pembagiannya……………………………..…………...6

D. Cara-cara bersuci dari najis dan hadats…………………………………………7

BAB lll PENUTUP........................................................................................................7

KESIMPULAN.............................................................................................................7

DAFTAR PUSAKA………………………………………………………………….8

3
4
BAB I

PEDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia hadir di dunia bukan atas kehendak dan kemauan sendiri melaunkan menjadi
bagiab dari rencana besar grand design yang telah Allah tetapkan. Manusia diciptakan
oleh Allah swt. Sebagai penerima dan pelaksana ajaran agama. Agar manusia
mengakui keberadaan-Nya dan mematuhi hukum-Nya, maka manusia diciptakan
dengan sejumlah maksud dan tujuan.

Tujuan paling utama dan sangat mendasar adalah menjadikan manusia sebagai
khalifatullah fi al-ardl, pengganti Allah di bumi (wakil-Nya), dan menjadikan manusia
sebagai pelaksana tugas Allah swt. Yakni menjalankansegala perintahnya dan
menjauhi segala larangan-Nya. Sebagaimana Firman Allah dalam Q.S. al-
Baqarah/2:30,

Terjemahannya:

“Sungguh, Aku hendak menjadikan seorang Khalifah di bumi.” Mereka (malaikat-


malaikat) berkata: “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan
menumpahkan darah disana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan
nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, penulis sangat tertarik untuk
mengetahui pentingnya pengetahuan thaharah.

Oleh karena itu, penulis mengemukakan beberapa rumusan masalah yang menjadi
topik pembahasan dalam skripsi ini yaitu:

1. Apakah pengertian thaharah?


2. Sebutkan macam-macam thaharah?
3. Sebutkan macam-macam air dan pembagiannya?
4. Bagaimana cara-cara bersuci dari hadas dan najis?

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Thaharah

Thaharah merupakan ciri terpenting dalam Islam yang berarti bersih dan sucinya
seseorang secara lahir dan bathin. Dalam kamus bahasa arab, thaharah berasal dari kata
‫ ﻁﮭﺮ ﻩ‬, secara bahasa (etimologi) berarti membersihkan dan mensucikan. Sedangkan
menurut istilah (tereminologi) bermakna menghilangkan hadas dan najis. Thaharah
berarti bersih dan terbebas dari kotoran atau noda, baik yang bersifat hissi (terlihat),
seperti najis (air seni atau lainnya), atau yang bersifat maknawi, seperti aib atau
maksiat. Sedangkan secara istilah adalah menghilangkan hadas dan najis yang
menghalangi pelaksanaan shalat dengan menggunakan air atau yang lainnya.

Dengan demikian, thaharah adalah bersih dan suci dari segala hadas dan najis, atau dengan kata
lain membersihkan dan mensucikan diri dari segala hadas dan najis yang dapat menghalangi
pelaksanaan ibadah seperti shalat atau ibadah lainnya.

B. Macam-macam Thaharah

1. Macam-macam Thaharah

Para ulama telah mengklasifikasikan thaharah menjadi dua macam:

a. Thaharah haqiqiyyah, yaitu bersuci dari najis, yang meliputi badan, pakaian
dan tempat.
b. Thaharah hukmiyyah, yaitu bersuci dari hadas.

Thaharah jenis ini hanya berkenaan dengan badan, yang terbagi menjadi 3
bagian:

1) Thaharah qurba yaitu mandi.


2) Thaharah shurgrah yang berupa wudhu.
3) Pengganti keduanya dalam komdisi yang tidak kemungkinan untuk
melakukan keduanya (mandi dan wudhu), yaitu tayammum.

6
C. Macam-macam air dan pembagiannya.

a. Macam-macam air
Air yang dapat dipergunakan untuk bersuci ada tujuh macam:
1) Air hujan.
2) Air sungai.
3) Air laut.
4) Air dari mata air.
5) Air sumur.
6) Air salju.
7) Air embun

b. Pembagian air
Air tersebut dibagi menjadi 4, yaitu :
1) Air mutlak (air yang suci dan mensucikan), yaitu air yang masih murni, dan tidak
bercampur dengan sesuatu yang lain.
2) Air musyammas (air yang suci dan dapat mensucikan tetapi makhruh digunakan), yaitu
air yang dipanaskan dengan terik matahari di tempat logam yang bukan emas.
3) Air musta’mal (air suci tetapi tidak dapat mensucikan), yaitu air yang sudah digunakan
untuk bersuci.
4) Air mutanajis (air yang najis dan tidak dapat mensucikan), yaitu air telah kemasukan
benda najis atau yang terkena najis.

D. Cara-cara bersuci dari najis dan hadats

a. Wudlu
1) Pengertian Wudlu
Wudlu secara bahasa berarti keindahan dan kecerahan. Sedangkan menurut istilah syara’
bersuci dengan air dalam rangka menghilangkan hadats kecil yang terdapat pada wajah,
kedua tangan, kepala dan kedua kaki disertai dengan niat.

2) Rukun Wudlu
Antara lain:
a. Niat
b. Membasuh muka
c. Membasuh dua tangan sampai siku
d. Mengusap sebagian kepala

7
e. Membasuh kaki sampai mata kaki
f. Tertib, artinya urut.

3) Sunnah Wudlu
a. Membaca basmallah
b. Membasuh tangan sampai pergelangan terlebih dahulu
c. Berkumur-kumur
d. Membersihkan hidung
e. Menyela-nyela janggut yang tebal
f. Mendahulukan anggota yang kanan
g. Mengusap kepala
h. Menyela-nyela jari tangan dan jari kaki
i. Megusap kedua telinga
j. Membasuh sampai tiga kali
k. Berturut-turut
l. Berdo’a sesudah wudlu

4) Hal-hal yang membatalkan wudlu


a. Keluarnya sesuatu dari dua jalan
b. Tertidur dengan posisi tidak duduk yang tetap
c. Hilangnya akal (gila, pingsan, mabuk dan sebagainya)
d. Tersentuh kemaluan dengan telapak tangan
e. Tersentuhnya kulit laki-laki dengan kulit perempuan yang bukan muhrim dan tidak
beralas.

b. Mandi
1) Pengertian
Mandi dalam bahasa arab al ghuslu artinya mengalirkan alir pada apa saja. Menurut
pengertian syara’ berarti meratakan air yang suci pada seluruh tubuh disertai dengan niat.
Pengertian lain ialah mengalirkan air ke seluruh tubuh baik yang berupa kulit, rambut,
ataupun kuku dengan memakai niat tertentu. Mandi ini ada yang hukumnya wajib dan ada
yang sunnah.

2) Hal-hal yang mewajibkan mandi (mandi besar/ mandi wajib)


a) Hubungan suami istri
b) Mengeluarkan mani
c) Mati
d) Haid
e) Nifas
f) Wiladah (melahirkan)

8
3) Rukun mandi
a) Niat
b) Menghilangkan najis bila terdapat pada badannya
c) Meratakan air ke seluruh tubuh, baik berupa rambut maupun kulit

4) Sunnah mandi
a) Membaca basmallah
b) Berwudlu sebelum mandi
c) Menggosok badan dengan tangan
d) Menyela-nyela pada rambut yang tebal
e) Membasuh sampai tiga kali
f) Berturut-turut
g) Mendahulukan anggota yang kanan
h) Memakai basahan

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebersihan yang sempurna menurut syara’ disebut thaharah, merupakan masalah yang
sangat penting dalam beragama dan menjadi pangkal dalam beribadah yang
menghantarkan manusia berhubungan dengan Allah SWT. Tidak ada cara bersuci
yang lebih baik dari pada cara yang dilakukan oleh syarit Islam, karena syariat Islam
menganjurkan manusia mandi dan berwudlu. Walaupun manusia masih dalam
keadaan bersih, tapi ketika hendak melaksanakan sholat dan ibadah-ibadah lainnya
yang mengharuskan berwudlu, begitu juga dia harus pula membuang kotoran pada diri
dan tempat ibadahnya dan mensucikannya karena kotoran itu sangat menjijikkan bagi
manusia.

10
DAFTAR PUSTAKA

Agama, Departemen RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: PT. Syaamil Cipta
Media, 2005.
Al-Din, Zaki Abd Al-Azhim Al-Mundziri. Ringkasan Shahih Al-Bukhari; ArabIndonesia.
Malaysia: Crescent News, 2004.
Al-Fauzan, Saleh. Fiqih Sehari-Hari. Jakarta: Cendikia Sentra Muslim, 2007.
Ahmad, Muhammad ‘Abdul ‘Azis. Shahih Al-Bukhari. Beirut: Dar Al-Kutub AlIlmiyah, 2004.
Al-Qardhawi, Yusuf. Fiqih Thaharah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2004.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 1992.

Dr.Yusuf Al-Qaradhawi, Fiqih thaharah, (jakarta:pustaka al-kautsar,2004)


Muhammad bagir al-habsyi, fiqih praktis, (bandung:media utama{mmu})
Muhammad jawad mughaniyah, fiqih lima madzab, (jakarta:pt lentera basri tama)

11

Anda mungkin juga menyukai