Anda di halaman 1dari 5

BAHASA INDONESIA

“ LAPORAN PEMBANDING CRITICAL JURNAL REVIEW ”

DISUSUN

Oleh

Nama : Muhammad Karazaki Al Mughniy

Nim : 20411011

Dosen Pengasuh : Suhariyanti S.pd.,M.pd.

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS DHARMAWANGSA

MEDAN

2020
CRITICAL JURNAL REVIEW

A. Identitas Jurnal

Jurnal I
Judul : Penggunaan Bahasa Gaul Dalam Meningkatkan Kekerabatan Pada
Pergaulan Dikalangan Mahasiswa Sosiologi angkatan 2013 FISIP
Universitas Tadulako.
Penulis : Eka Putriana
Nama Jurnal : Jurnal Online Kinesik
Tahun Terbit : 2017
No.Jurnal :1
Volume :4
Email : ekapuriana44@gmail.com

Jurnal II
Judul : Bahasa Gaul Kaum Muda Sebagai Kreativitas Linguistis Penuturnya
Pada Media Sosial Di Era Teknologi Komunikasi Dan Informasi
Penulis : Duddy Zein & Wagiati
Nama Jurnal : Jurnal Sosioteknologi
Tahun Terbit : 2018
No.Jurnal :2
Volume :17
Email : zein@unpad.ac.id & wagiati@unpad.ac.id
B. RINGKASAN JURNAL
JURNAL I
Hasil penelitian menunjukkan bahwa menggunakan bahasa gaul dalam
meningkatkan keakraban pada pergaulan di kalangan mahasiswa sosiologi
angkatan 2013 Fisip Universitas Tadulako, merupakan suatu bentuk kebiasaan dari
sebagian informan. Berkomunikasi menggunakan bahasa gaul dapat membuat
penggunanya terkesan lebih santai, asyik, keren, lebih percaya diri dan tentunya
tidak ketinggalan zaman. Para informan mengadopsi bahasa gaul baik dari media
elektronik maupun media online, bahkan dari lingkungan sekitar tempat mereka
tinggal kemudian diaplikasikan pada pergaulan dalam bentuk percakapan sehari-
hari, sehingga bahasa gaul tersebut dapat menjadi media untuk menjalin sebuah
keakraban dan penggunaannya juga tidak terpaku pada keefektifan serta
kedalaman makna komunikasinya, melainkan hanya ingin bermain dengan bahasa
dan kenikmatan dari apa yang dikatakan sehingga hubungan diantara mereka
tetap terlihat akrab meskipun biasanya makna dari bahasa gaul yang digunakan
berbeda dari arti lazimnya. Teori interaksi simbolis memfokuskan perhatiannya
pada cara-cara bagaimana manusia bersatu (konvergensi) dalam membentuk
makna dan struktur masyrakat (kelompok) melalui percakapan, yakni mahasiswa
sosiologi angkatan 2013 Fisip Universitas Tadulako memahami dan memberikan
interpretasi terhadap makna dari suatu pesan melalui penggunaan bahasa gaul
dengan melakukan tindakan sosial dalam berinteraksi, sehingga makna yang
dihasilkan sesuai dengan situasi dimana mereka berada dan arah tindakan
mereka. Para informan berkomunikasi menggunakan bahasa gaul hanya dengan
seseorang yang memiliki kedekatan (akrab) dengan mereka.
JURNAL II
Bahasa gaul di kalangan kaum muda pada dasarnya dapat dipahami
sebagai subragam informal dari bahasa Indonesia. Hal ini terlihat dari evidensi
lingual di antara keduanya yang memiliki unsur-unsur linguistik yang sama.
Meskipun demikian, bahasa gaul di kalangan kaum muda memiliki identitas
leksikal yang menjadi ciri utamanya, yaitu :
(1) Kata Normal Dalam konteks komunikasi di kalangan kaum muda, dapat
ditemukan istilah-istilah khas yang hanya berlaku secara konvensional di kalangan
mereka saja, dan hanya dipahami oleh anggota tutur kalangan tersebut. Jenis kata
ini dapat menjadi ciri pembeda antara bahasa gaul di kalangan kaum muda
dengan bahasa Indonesia pada umumnya. Dari segi pemakaian, jenis kata ini
mengandung kesan informal, santai, dan bebas.
(2) Reduksionisme Dalam konteks bentuk leksikal dari bahasa gaul kalangan muda,
reduksionisme dapat dipahami sebagai gejala lingual yang di dalamnya terdapat
upaya penyederhanaan pada bentuk katakata tertentu. Gejala reduksionisme ini
pada masanya nanti menyebabkan kata yang bersangkutan memiliki bentuk yang
berlainan dengan bentuk kata asalnya.
(3) Penyingkatan Kata, Singkatan-singkatan tersebut ada yang berasal dari kata-
kata bahasa Indonesia, bahasa daerah (bahasa Sunda, bahasa Jawa, dan bahasa
Betawi), serta bahasa asing (bahasa Inggris).
(4) Akronimisasi. Seperti halnya singkatan, akronim-akronim tersebut ada yang
berasal dari kata-kata bahasa Indonesia, bahasa daerah (bahasa Sunda, bahasa
Jawa, dan bahasa Betawi), serta bahasa asing (bahasa Inggris). Bahasa gaul di
kalangan kaum muda banyak mengadopsi istilah dari campuran berbagai bahasa,
terutama bahasa daerah (bahasa Sunda, bahasa Jawa, dan bahasa Betawi), bahasa
Indonesia, dan bahasa asing (bahasa Inggris). Bahasa gaul di kalangan kaum muda
juga dipandang sebagai kreativitas.
C. Kesimpulan
Adapun Kesimpulan dari Kedua Jurnal Tersebut yaitu :
1. Bahasa gaul dikalangan Mahasiswa sosiologi angkatan 2013 FISIP Universitas
Tadulako, merupakan kebiasaan sehari-hari
2. Para informan berkomunikasi menggunakan bahasa gaul hanya dengan
seseorang yang memiliki kedekatan (akrab) dengan mereka.
3. Bahasa gaul di kalangan kaum muda banyak mengadopsi istilah dari campuran
berbagai bahasa, terutama bahasa daerah, bahasa Indonesia, dan bahasa
asing.

D. Kelebihan dan Kekurangan


Adapun Kelebihan dan kekurangan dari kedua jurnal yang sudah dibahas yaitu :
1. Dari tahun terbit jurnal pertama 2017 dan jurnal kedua 2018, maka lebih tinggi
tahun terbit dari jurnal kedua.
2. Penggunaan bahasa yang dipilih dari kedua jurnal sangat bagus, tergantung
siapa yang akan membacanya. Seperti jurnal kedua yang menggunakan bahasa
yang formal sehingga semua kalangan bisa membacanya.
3. Masih dari segi bahasa, jurnal pertama lebih mudah dipahami dari pada jurnal
kedua.
4. Dari segi struktur penyusun, jurnal kedua lebih detail menjabarkan melalui
kestrukturannya.
5. Dari segi pembahasan, pembahasan yang lebih kompleks ada dijurnal kedua,
karna jurnal kedua menjelaskan secara umum. Sedangkan jurnal pertama
hanya menjelaskan di kalangan mahasiswa FISIP Universitas Tadulako.
6. Untuk reverensi dari kedua jurnal, sudah sangat relevan, sehingga bisa
dipertanggungjawabkan penulis tersebut.

E. Saran
Adapun saran saya melalui laporan pembanding antara kedua jurnal yaitu, Kedua
jurnal bisa menjadi reverensi pembaca sesuai selera pembaca masing-masing. Jika
pembaca ingin mencari reverensi dalam lingkup umum, maka saya menyarankan
untuk membaca jurnal kedua dari pembandi laporan saya. Namun, jika pembaca
ingin mencari reverensi dalam lingkup kecil, maka pembaca bisa menjadikan jurnal
pertama sebagai reverensi.

Anda mungkin juga menyukai