Anda di halaman 1dari 14

PENGGUNAAN BAHASA SARKASME DALAM MEDIA SOSIAL

DISUSUN OLEH :

1. DIVO MANURUNG

2. HEYBELIN LIMASTI

3. NIKO FABIO SAPUTRA

4. THERESIA EVA MARSEL

SEKOLAH MENENGAH ATAS 44 JAKARTA


JL. DELMA IV, PERUMNAS KLENDER JAKARTA TIMUR
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kasihnya kita masih
ada sampai saat ini. Dan juga memberikan kita kesehatan sehingga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik, penulis berterimakasih kepada:

1. Orang tua kami yang telah mendukung penulis dalam pengerjaan karya ilmiah ini.
2. Kepala Sekolah SMAN 44 Jakarta, Widhyandari Eka Dhewajanti, M. Pd,
3. Wali kelas, Sundari, M. Si,
4. Guru bidang studi Bahasa Indonesia, Mukti Nuryani, M. Pd,
5. Serta teman-teman, dan
6. Pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah membantu
pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini

Hasil penelitian ini adalah penggunaan gaya bahasa sarkasme oleh netizen di media sosial
instagram ditemukan berbagai macam bentuk sarkasme. Yaitu, bentuk penyampaian pendapat,
penolakan, bentuk larangan, penyampaian informasi, penegasan, perintah,pertanyaan, pernyataan
persamaan dan pernyataan sapaan.

Jakarta, Januari 2023


Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……..…………………………………………………………………….. ii

DAFTAR ISI……………………………………………………...………………………….......iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………….……………………………………………………..1
B. Identifikasi Penelitian…………….………………...…………………………………2
C. Pembatasan Masalah…………………………………………………………………..2
D. Rumusan Masalah……………………………………………………………………..2
E. Tujuan…………………………………………………………………………………2
F. Manfaat Penelitian…………………………………………………………………….3

BAB II LANDASAN TEORI..……………………………………………………………………4

BAB III METODELOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian……………………………………………………………………..6
B. Objek Penelitian……………………………………………………………………….6
C. Instumen Penelitian……………………………………………………………………6

BAB IV PEMBAHASAN

A. Bagaimana Penggunaan Bahasa Indonesia dalam media sosial (Facebook)


…………………………………………………….………………………8
B. Bagaimana Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Karangan Narasi
Siswa?............................................................................................................................8
C. Apakah Pengaruh Media Sosial terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia dalam
Karangan………………………………………………………………………………9

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………11

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi kepada seseorang untuk menyampaikan


aspirasi yang dipikirkan dan dirasakan. Sehingga memiliki peran salah satunya untuk
menyatakan segala sesuatu yang tersirat dalam benak kita. Salah satu fungsi bahasa yang lain
adalah untuk memengaruhi tingkah laku ataupun tindak-tanduk orang lain. Melalui ungkapan
bahasa penutur, diharapkan adanya perilaku lawan tutur baik yang terlihat maupun yang tidak
terlihat.

Di masa modern ini, komunikasi berbahasa tulis jadi salah satu perihal ini Disebut
sebagai wujud berkomunikasi yang unik sebab saat ini komunikasi tulis merupakan komunikasi
yang mutakhir karena hadirnya media sosial penutur bisa berbicara dengan banyak orang tanpa
wajib bertatap muka secara langsung (face to face). Tidak hanya itu penutur pun bisa memakai
emoticon guna menyingkat pesan sebagai wujud untuk mengekspresikan diri sendiri. Kami
mendefinisikan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis.

Bahasa juga merupakan faktor yang utama dalam kehidupan manusia. Bahasa sebagai
perlengkapan komunikasi baik secara perorangan maupun per kelompok. Komunikasi ini bisa
terjalin apabila terdapat interaksi antar manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Lewat bahasa
manusia bisa mendapatkan data dari sesamanya secara sempurna.Bahasa memiliki peranan yang
sangat penting untuk mengembangkan media sosial. Hal ini menjadikan bahasa lisan yang
digunakan untuk berbicara secara langsung dapat menjadi bahasa tulis. Maka dari itu timbullah
penggunaan bahasa tulis dengan gaya bahasa sarkasme.

Bahasa juga merupakan bahasa yang berupa kata kasar yang penuh dengan sindiran.
Bahasa ini mengacu pada perkataan yang kasar dan mengandung olokan atau sindiran pedas
yang bisa menyakiti hati seseorang. Bahasa sarkasme bisa bersifat ironis yang jelas jika pemakai
sarkasme bermaksud menyakiti perasaan seseorang dengan bahasa yang secara lisan maupun
tulisan.
Sarkasme di definisikasn sebagai gaya bahasa yang memiliki celaan yang menjadi hinaan
yang kurang baik didengar oleh lawan tutur. Divo berpendapat bahwasanya sarkasme memiliki
kepahitan serta celaan yang berlebihan karena merendahkan serta mengejek. Biasanya sarkasme
digunakan buat mengolok-olok ataupun menjatuhkan pihak lawan tutur. Pemakaian gaya bahasa
ini biasanya akan menyakiti hati pendengar, sehingga sarkasme bisa dikatakan kurang santun,
karena pemakaian bahasa sarkasne di kolom komentar instagram senantiasa menyimpang dari
kebahasaan prinsip kesantunan berbahasa. Sebagaimana yang telah diungkapkan di dalam kitab
mengenai orang yang suka berkata kasar ataupun mengumpat.

1
B.. Identifikasi Penelitian

Penyimpangan pragmatis tersebut antara lain tampak pada penggunaan gaya bahasa
sarkasme secara terbuka, yang dapat dibaca oleh semua orang di seluruh dunia. Oleh sebab itu,
berbagai dampak dapat muncul sebagai akibatnya. Antara lain:

(1) Munculnya persepsi analogi bahwa pada umumnya bangsa Indonesia senang menggunakan
ungkapam sarkasme tersebut.
(2) Secara tidak langsung media sosial telah mendidik masyarakat untuk menggunakan bahasa
yang sarkastik (kasar).
(3) Propaganda bahwa menggunakan bahasa yang sarkastik di media sosial adalah hal yang
biasa, dan bukan lagi dipandang sebagai pelanggaran etika pergaulan.
(4) Bangsa Indonesia menerima (permisif) terhadap masalah tersebut.

C. Pembatasan Masalah

Bahasa yang secara lisan maupun tulisan. Sarkasme di defisinikan sebagai gaya bahasa
yang memiliki celaan yang menjadi hinaan yang kurang baik didengar oleh lawan tutur.
Berpendapat bahwasannya sarkasme memiliki kepahitan serta celaan yang berlebihan karena
merendahkan serta mengejek. Biasanya sarkasme digunakan buat mengolok-olok ataupun
menjatuhkan pihak lawan tutur. Pemakaian gaya bahasa ini biasanya akan menyakiti hati
pendengar, sehingga sarkasme bisa dikatakan kurang santun, karena pemakaian bahasa sarkasme
di kolom komentar instagram senantiasa menyimpang dari kebahasaan prinsip kesantunan
berbahasa.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah dan Penelitian sebagai
berikut :
1. Bagaimana penggunaan Bahasa Indonesia dalam media sosial (Facebook)?
2. Bagaimanakah penggunaan bahasa Indonesia dalam karangan narasi siswa ?
3. Apakah pengaruh media sosial terhadap penggunaan bahasa indonesia
dalam karangan?

E. Tujuan

Tujuan dalam penelitian ini adalah :


1. mengetahui penggunaan bahasa indonesia dalam media sosial (Facebook)
2. mengetahui penggunaan bahasa Indonesia dalam karangan narasi siswa.
3. mengetahui pengaruh media sosial terhadap penggunaan bahasa
Indonesia dalam karangan narasi.

2
F. Manfaat penelitian

a) Pembaca: Menambah wawasan para pembaca tentang penggunaan gaya bahasa


sarkasme dan dapat memberikan tambahan wawasan tentang kajian gaya
bahasa sarkasme.
b) Peneliti: Sebagai bahan tinjauan pustaka dan acuan penelitian berikutnya, khususnya
tentang penelitian gaya bahasa sarkasme.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

Sarkasme dalam KBBI, dimaknai dengan ‘kata-kata pedas untuk menyakiti hati orang
lain; cemoohan atau ejekan kasar’. Sarkasme berisi kata-kata sindiran yang dimaksudkan untuk
menyinggung perasaan. Ujaran yang mengandung sarkasme pada umumnya digunakan pada
saat memberikan kritik atas suatu peristiwa atau kondisi yang dipandang kurang sesuai. Gaya
bahasa sarkasme ini juga sering digunakan oleh wartawan dalam mengemas berita dalam bahasa
pers, yang tujuannya untuk menjatuhkan menggambarkan perseteruan seseorang dengan orang
lain yang berkedudukan sebagai lawannya. Sarkasme itu merupakan rujukan yang lebih kasar
dari ironi dan sinisme.

Dalam pragmatik, dikenal adanya majas atau gaya bahasa. Gaya bahasa atau majas itu
adalah sarana dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan bahasa yang indah secara
personal. Gaya bahasa merupakan style cara pemakaian bahasa dalam konteks tertentu, oleh
penulis atau pengarang tertentu. Itu merupakan cara pengungkapan gagasan, pikiran, dan
perasaan dengan bahasa yang khas sesuai kreativitas, kepribadian, dan jiwa penulisnya untuk
mendapatkan efek tertentu dari apa yang disampaikannya. Pada umumnya, gaya bahasa ini
berhubungan erat dengan latar belakang sosiokultural penggunanya atau penciptanya. Maksud
digunakannya gaya bahasa adalah untuk meningkatkan efek dalam menjelaskan pikiran dan
perasaan yang diekspresikan, sehingga dapat dipahami dengan baik oleh pembacanya ataupun
pendengarnya. Gaya bahasa itu merupakan pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang
dalam bertutur atau menulis.

Tujuan penggunaan gaya bahasa adalah untuk memperoleh efek tertentu. Melalui gaya
bahasa seorang penulis dapat menunjukkan keseluruhan ciri-ciri khas bahasanya dalam
menyatakan pikiran dan perasaan baik dalam bentuk tulis ataupun lisan. Karena itu, melalui gaya
bahasanya seseorang dapat diketahui kepribadiannya, karena gaya bahasa ini berhubungan erat
dengan latar sosiokultural penulisnya. Majas atau gaya bahasa itu, dapat mengubah dan
menimbulkan konotasi makna tertentu. Itu merupakan bentuk retorik yang dapat dimanfaatkan
untuk meyakinkan atau mempengaruhi lawan tuturnya. Terdapat empat kelompok
klasifikasinya, yaitu gaya bahasa perbandingan, pertentangan, pertautan, dan perulangan. Sesuai
pembicaraan ini, gaya bahasa yang berkaitan dengan ucapan kasar dan ketidaksantunan adalah
gaya bahasa sarkasme.

Sarkasme mengandung kepahitan dan celaan yang menyakiti hati dan kurang enak
didengar oleh lawan tuturnya. Selain mengandung arti penyindiran, sarkasme juga merupakan
ejekan atau penghinaan terhadap seseorang. Dari beberapa makna kata sarkasme tersebut, dapat
disampaikan bahwa sarkasme yaitu kata-kata kasar yang sengaja digunakan seseorang untuk
menyakiti hati atau perasaan orang lain yang menjadi target tuturannya. Penggunaan sarkasme

4
ini merupakan usaha untuk mengganti kata-kata yang bermakna biasa dengan kata-kata lain yang
mengalami penyimpangan makna (kasar). Biasanya ini dilakukan untuk menunjukkan sikap
negatif, antara lain sikap jengkel, tidak suka, muak, marah, dan lain sebagainya.

Penggunaan sarkasme dalam ujaran telah melanggar etika dalam berkomunikasi.


Mengingat bahwa dalam berkomunikasi, penutur memiliki tugas untuk mampu membina
kerjasama bersama lawan tuturnya. Karena itu dalam seseorang perlu mengutamakan etika dalam
bertutur kata. Etika ini merupakan nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi pegangan moral
bagi masyarakat dalam kelompoknya.

Dewasa ini, komunikasi antar anggota masyarakat tidak hanya dilakukan melalui lisan
saja, tetapi juga melalui tulisan dalam buku ataupun dalam media sosial yang berbasis teknologi
informasi, seperti twitter, facebook, blog, dan situs online lainnya. Melalui media sosial,
informasi apapun dengan mudah dikomunikasikan pada masyarakat. Hal itu menjadikan
komunikasi bersifat terbuka di seluruh dunia, dengan bantuan internet sebagai sarananya.

5
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian Ilmiah, dibutuhkan metode agar penelitian yang merupakan
proses kegiatan mencari kebenaran tersebut dapat berjalan mengikuti konsep ilmiah dalam
proses pencarian, pengumpulan data, serta pengumpulan data untuk menjawab suatu rumusan
yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini,peneliti melakukan dengan cara mencari sumber di
internet dan perpustakaan untuk mengetahui kenyataan dari kejadian yang diteliti, sehingga
memudahkan untuk mendapatkan data yang objektif dalam rangka mengetahui “penggunaan
bahasa sarkasme di media sosial”

B. Objek Penelitian

Penelitian ini membahas tentang kalimat sarkas yang banyak dijumpai dalam dunia maya,
salah satunya instagram. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penggunaan kalimat
sarkas yang ada dalam media social. Objek penelitian ini adalah kalimat sarkasme yang
digunakan untuk mengomentari seseorang dengan kata-kata yang tidak patut diutarakan. Metode
ini menggunakan metode deskriptif kualitatif . Data dalam penelitian ini berupa mengumpulkan
data dengan metode simak dan catat Metode analisis data menggunakan metode padan
ekstraligual yang menggunakan 2 teknik yaitu teknik simak dan teknik catat dengan
menganalisis data-data kalimat sarkas yang ada di instagram untuk melengkapi hasil penelitian
ini. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa penggunaan kalimat saskas yang ada di
Instagram paling banyak digunakan oleh perempuan dengan tingkat kalimat sarkasme yang
mengandung body shaming, serta mengkritik tentang kinerja dengan menggunakan kalimat
sarkas yang agak kasar, kasar, dan sangat kasar dalam pengunan instagram sendiri kaum wanita
lebih dominan dengan 50,8% sedangkan kaum laki-laki dengan 49,2%.

C. Instrumen Penelitian

Penelitian kualitatif ini termasuk dalam kelompok kualitatif deskriptif, karena tujuannya
untuk mendeskripsikan data dengan serinci mungkin dari setting yang natural. Ditinjau dari sifat
kasusnya, termasuk dalam kelompok studi kasus tunggal terpancang. Adapun fokus
penelitiannya adalah penyimpangan makna secara pragmatis penggunaan bahasa dalam media
sosial. Sumer data penelitian ini adalah dokumen yang berupa tulisan yang diunggah dalam
media sosial seperti dan situs on line lainnya, dalam blog. facebook, twitte da kontek propaganda
politik yang mengalami penyimpangan makna secara pragmatis. Sampel penelitian dipilih
melalui teknik purposive sampling. Data dikumpulkan melalui teknik dokementasi, simak dan
catat. Keabsahan data diupayakan melalui teknik triangulasi dan selanjutnya dianalisis

6
menggunakan teknik content analysis dengan model interaktif dari Miles & Huberman, dalam
empat komponen, yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan/verifikasi.

BAB IV
7
PEMBAHASAN

A. Bagaimana Penggunaan Bahasa Indonesia dalam media sosial (Facebook)?

Pada penelitian ini, ditemukan banyak sekali penggunaan Bahasa sarkasme dari para
netizen Facebook pada akun Hujatan Otomotif Indonesia Official. Berdasarkan hasil analisis
yang telah dilakukan dengan membaca kolom komentar pada media sosial Facebook, diketahui
bahwa bahasa yang digunakan netizen mengandung makna sarkasme dan bentuk komentarnya
pun sangat bervariasi. Data yang telah peneliti kumpulkan pun terbagi dalam beberapa bentuk
penyampaian dan termasuk dalam kategori fungsi penggunaan gaya bahasa sarkasme.

Selain itu, ragam bahasa yang dituliskan oleh netizen pada kolom komentar di media sosial
facebook mempunyai beberapa bentuk. Bentuk bahasa yang paling banyak digunakan berjumlah
31 dari 53 bentuk yang diperoleh. Hal ini didasari dari penggunaan bahasa di kolom komentar
oleh netizen yang memeberikan pendapatnya cenderung menggunakan bahasa kasar. Hal ini
terbukti oleh komentar netizen dengan nama akun @Tomm Menolak Maksiat: "mungkin dia
belum perna ragat motor soalnya motornya smesh". Dilihat dari bahasa nya “mungkin dia belum
perna ragat motor” mengandung makna bahwa ia mengungkapkan pendapatnya lalu diikuti
dengan kata “soalnya motornya smesh” yang mengandung makna ejekan sehingga kurang enak
didengar selain itu juga terdapat komentar pendapat dari akun @Jhonson oleng: "ini orang baru
keluar gua co". Dia mengeluarkan pendapatnya bahwa orang tersebut mungkin baru keluar dari
dalam goa.Komentar yang sama juga dilontarkan oleh netizen .

Subjek pelaku dan menjadi objek penderita. Di satu sisi, subjek pelaku akan merasakan
nilai estetika dan kepuasan dari penggunaan sarkasme. Di sisi lain, objek penderita akan menilai
betapa rendahnya nilai etika penggunaan sarkasme.

B. Bagaimanakah Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Karangan Narasi Siswa ?

Kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari kegiatan mengoreksi pekerjaan siswa, kemudian
memperbaiki kesalahan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan keterampilan menganalisis
kesalahan, khususnya kesalahan dalam penulisan kata dalam kalimat. Dengan melakukan analisis
kesalahan berbahasa, guru akan mudah untuk mengetahui penyebab dari kesalahan-kesalahan itu.
Analisis kesalahan berbahasa dapat membantu guru bahasa Indonesia untuk memprogramkan
materi yang akan diajarkan.

Penelitian yang telah dilakukan oleh kami pada Karangan Narasi Siswa sangat erat
kaitannya dengan penelitian yang dilakukan penulis. Dalam penelitian tersebut penulis
melakukan analisis kesalahan berbahasa pada siswa dengan kesimpulan bahwa masih banyak
kesalahan berbahasa Indonesia ditemukan pada karangan siswa. Kesalahan yang ditemukan pada

8
karangan siswa adalah kesalahan berbahasa Indonesia bidang fonologi, morfologi, sintaksis, dan
ejaan yang disempurnakan.

Sehubungan dengan latar belakang di atas dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,
maka penulis melakukan penelitian tentang kesalahan berbahasa pada karangan narasi siswa
dengan Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka peneliti melakukan
pembatasan masalah. Hal ini agar dalam penelitian ini tidak meluas. Permasalahan yang dikaji
adalah kesalahan berbahasa tataran morfologi dan ejaan yang disempurnakan pada karangan
narasi siswa.

C. Apakah pengaruh media sosial terhadap penggunaan bahasa indonesia dalam


karangan?

Seiring dengan perkembangan zaman maka berbagai hal telah mempengaruhi pemakaian
Bahasa Indonesia. Bahasa selalu berkembang dinamis seiring dengan kemajuan zaman. Hal ini
mengindikasikan bahwa sejalan dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam perkembangan
zaman, ideologi, budaya, serta teknologi, akan memiliki pengaruh pada bahasa yang digunakan.
Perkembangan yang terjadi pada bahasa dapat berupa perkembangan bersifat positif atau bahkan
bersifat negatif. Banyak hal yang mempengaruhi Bahasa Indonesia, sehingga Bahasa ini
mengalami pergeseran penggunaan khususnya pada media sosial.

Perubahan bahasa masyarakat Indonesia telah memunculkan identitas-identitas asing


dalam kehidupan masyarakat, dimana penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar mulai
luntur di tengah masyarakat dengan adanya gejala westernisasi (kebarat-baratan) sehingga
menimbulkan perubahan terhadap penggunaan kalimat dalam percakapan di media sosial.
Meskipun demikian kita tidak dapat menghindari hal tersebut karena itu sudah kewajiban kita
dalam mempelajari bahasa asing, sebagai bahasa internasional pemersatu umat manusia.

Dampak negatif yang ditimbulkan dari bahasa yang digunakan di media sosial:

1. Masyarakat kurang mengenal bahasa baku, sehingga tidak lagi menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
2. Masyarakat tidak lagi menggunakan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
3. Masyarakat menganggap remeh bahasa Indonesia, sehingga pudar nya rasa bangga pada diri
akan bahasa nasional Indonesia.

Dampak positif yang ditimbulkan dari bahasa yang digunakan di media sosial:

1. Menciptakan sebuah kreativitas dalam menciptakan bahasa baru.


2. Menciptakan suasana yang lebih asyik, dalam artian apabila menggunakan bahasa baku terus
menerus akan cepat bosan.

9
Penggunaan ragam bahasa Indonesia memang diperbolehkan dalam situasi tertentu, dan
sebaiknya penggunaan ragam bahasa Indonesia ini tidak terlalu sering digunakan dimana
dikhawatirkan mempengaruhi individu tertentu dalam beberapa situasi formal. Dengan menjaga
intensitas ragam bahasa maka dapat mempertahankan budaya bahasa Indonesia yang baik dan
benar.

10
DAFTAR PUSTAKA

 https://repositori.kemdikbud.go.id/10504/1/PENGGUNAAN%20BAHASA%20DALAM%20MEDIA
%20SOSIAL.pdf

 https://www.researchgate.net/publication/
351303604_PENGGUNAAN_KALIMAT_SARKASME_DI_MEDIA_SOSIAL_INSTAGRAM

 https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/
niken34554/62b32b57bb44865d51711cc4/pengaruh-penggunaan-bahasa-sarkasme-dalam-media-
sosial-terhadap-pergaulan-remaja

 https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/senadasiallagan/
6021f3a61730b902f50fc782/gaya-bahasa-sarkasme-di-dalam-media-sosial

 https://www.google.com/amp/s/radarsemarang.jawapos.com/artikel/untukmu-guruku/
2022/05/20/mengkritisi-penggunaan-bahasa-sarkasme-di-media-sosial/%3famp

11

Anda mungkin juga menyukai