Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MATA KULIAH IBADAH DAN SYARIAH

BERSUCI DAN HUKUM AIR DALAM BERSUCI

Disusun oleh :

1. Fandi Mardonata Saputra (193510532)

2. Ahmad Zaki (193510563)

PROGARM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

TAHUN AJARAN 2019 / 2020

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami hadiahkan kepada Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah IBADAH DAN

SYARIAH.

Berkat rahmat dan karunia-Nya, serta didorong kemauan yang keras disertai kemampuan

yang ada, akhirnya saya dapat menyelesaikan makalah ini yang membahas tentang ”BERSUCI

DAN HUKUM AIR DALAM BERSUCI”.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas  pada mata

kuliah IBADAH DAN SYARIAH. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah

wawasan tentang bersuci dan hokum air dalam bersuci bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian

pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah yang

saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun

akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 23 September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….……..i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN…....……………………………………………………….1

a. Latar belakang………………………………………………………………....1

b. Rumusan Masalah……………………………………………………………..1

c. Tujuan Penulisan……………………………………………………………....1

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………..2

2.1 Apa Pengertian Thaharah ………………………………..……………….2

2.2 Sebutkan Syarat wajib Thaharah…………………………………………..2

2.3 Sebutkan pembagian Thaharah ………….………………………………..3

2.4 Sebutkan macam - macam air dan pembagianny….……………………….6

2.5 Apa manfaat dari Thaharah ……………………………….…………….....8

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………9

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………9

3.2 Saran………………………………………………………………………..9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Thaharah (bersuci) menduduki masalah penting dalam Islam. Boleh dikatakan bahwa
tanpa adanya thaharah, ibadah kita kepada Allah SWT tidak akan diterima. Sebab beberapa
ibadah utama mensyaratkan thaharah secara mutlak. Tanpa thaharah, ibadah tidak
sah.Perhatian Islam atas dua jenis kesucian baik jasmani maupun rohani merupakan bukti
otentik tentang konsistensi Islam atas kesucian dan kebersihan. Dan bahwa Islam adalah peri
hidup yang paling unggul dalam urusan keindahan dan kebersihan.Tidak hanya mengenai
cara thaharah, namun kita juga perlu mengetahui media-media atau alat yang digunakan
untuk thaharah. Misalnya air, kita tidak bisa menggunakan semua jenis/macam air karena
tidak semua air bersifat suci dan mensucikan. Hal ini mengisyaratkan kita bahwa pentingnya
mempelajari beberapa macam air. Dengan begitu kita akan mengetahui mana air yang boleh
dipergunakan untuk bersuci dan mana air yang tidak diperbolehkan untuk bersuci.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Thaharah (bersuci) ?.


2. Sebutkan Syarat wajib Thaharah (bersuci)!.
3. Sebutkan pembagian Thaharah (bersuci)!.
4. Sebutkan macam - macam air dan pembagiannya!.
5. Apa manfaat dari Thaharah (bersuci)?.
 

C. Tujuan

1. Mengetahui Pengertian Thaharah.


2. Mengetahui Syarat wajib Thaharah.
3. Mengetahui pembagian Thaharah.
4. Mengetahui macam – macam air dan pembagiannya.
5. Mengetahui manfaat dari Thaharah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tharah (Bersuci).


Thaharah menurut bahasa ialah bersih dan bersuci dari segala kotoran, baik
yang nyata seperti najis, maupun yang tidak nyata seperti aib. Menurut istilah
para fuqaha’ berarti membersihkan diri dari hadas dan najis, seperti mandi berwudlu dan
bertayammum. Suci dari hadas ialah dengan mengerjakan wudlu, mandi dan tayammum.
Suci dari najis ialah menghilangkan najis yang ada di badan, tempat dan pakaian. Urusan
bersuci meliputi beberapa perkara sebagai berikut:
a. Alat bersuci seperti air, tanah, dan sebagainya.
b. Kaifiat (cara) bersuci.
c. Macam dan jenis-jenis najis yang perlu disucikan.
d. Benda yang wajib disucikan.
e. Sebab-sebab atau keadaan yang menyebabkan wajib bersuci.

Adapun thaharah dalam ilmu fiqh ialah:

a. Adapun thaharah dalam ilmu fiqh ialah:


b. Menghilangkan najis.
c. Berwudlu.
d. Mandi.
e. Tayammum.

2.2Syarat wajib Thaharah (Bersuci)


Setiap mukmin mempunyai syarat wajib untuk melakukan thaharah. Ada hal-hal
yang harus diperhatikan sebagai syarat sah-nya berthaharah sebelum melakukan perintah
Allah SWT. Syarat wajib tersebut ialah :
a. Islam
b. Berakal
c. Baligh
d. Berhenti darah haid dan nifas
e. Ada air yang suci
f. Mampu untuk melakukan

2
2.3 Pembagian Thaharah (Bersuci)

a. Bersuci dari dosa (bertaubat)


Bertaubat kepada Allah yang merupakan thaharah ruhaniah, juga sebagai metode
mensucikan diri dari dosa-dosa yang besar maupun yang kecil kepada Allah. Jika dosa
yang dimaksudkan berhubungan dengan manusia, sebelum bertaubat ia harus meminta
maaf kepada semua orang yang disakitinya. Sebab Allah akan menerima taubat hamba-
Nya secara langsung jika berhubungan dengan dosa-dosa yang menjadi hak Allah.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an (Qs Hud : 3)”.


“Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-
Nya, niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu sampai waktu yang
telah ditentukan. Dan Dia akan memberikan karunia-Nya kepada setiap orang yang
berbuat baik. Dan jika kamu berpaling maka sungguh Aku takut kamu akan ditimpa azab
pada hari yang besar (kiamat) (Qs Hud : 3)”.

b. Bersuci Menghilangkan Najis


Najis menurut bahasa ialah apa saja yang kotor, baik jiwa, benda maupun amal
perbuatan. Sedangkan menurut fuqaha’ berarti kotoran (yang berbentuk zat) yang
mengakibatkan sholat tidak sah.
Benda-benda najis
a      Bangkai (kecuali bangkai ikan dan belalang)
b      Darah
c      Babi
d     Khamer dan benda cair apapun yang memabukkan
e      Anjing
f       Kencing dan kotoran (tinja) manusia maupun binatang
g      Susu binatang yang haram dimakan dagingnya
h      Wadi dan madzi
i        Muntahan dari perut

Macam-macam najis
Najis dibagi menjadi 3 bagian:
1.      Najis mukhaffafah (ringan), ialah air kencing bayi laki-laki yang belum berumur
2 tahun dan belum pernah makan sesuatu kecuali ASI.
Cara mensucikannya, cukup dengan memercikkan air ke bagian yang terkena najis sampai
bersih.
2.      Najis mutawassithah (sedang), ialah najis yang keluar dari kubul dan dubur
manusia dan binatang, kecuali air mani.
Najis ini dibagi menjadi dua:
a.       Najis ‘ainiyah, ialah najis yang berwujud atau tampak.
b.      Najis hukmiyah, ialah najis yang tidak tampak seperti bekas kencing atau arak
yang sudah kering dan sebagainya.

3
Cara mensucikannya, dibilas dengan air sehingga hilang semua sifatnya (bau, warna, rasa dan
rupanya)
3.      Najis mughallazah (berat), ialah najis anjing dan babi.
Cara mensucikannya, lebih dulu dihilangkan wujud benda najis itu, kemudian dicuci dengan air
bersih 7 kali dan salah satunya dicampur dengan debu.

Najis yang dimaafkan


1      Bangkai binatang yang darahnya tidak mengalir seperti nyamuk, kutu, dan sebagainya.
2      Najis yang sangat sedikit.
3      Darah bisul dan sebangsanya.
4      Kotoran binatang yang mengenai biji-bijian yang akan ditebar, kotoran binatang ternak
yang mengenai susu ketika diperah.
5      Kotoran ikan d dalam air.
6      Darah yang mengenai tukang jagal.
7      Darah yang masih ada pada daging.

c. Bersuci dari hadas

Hadas menurut makna bahasa “peristiwa”. Sedangkan menurut syara’ adalah perkara yang
dianggap mempengaruhi anggora-anggota tubuh sehingga menjadikan sholat dan pekerjaan-
pekerjaan lain yang sehukum dengannya tidak sah karenanya, karena tidak ada sesuatu yang
meringankan. Hadas dibagi menjadi dua :
1)      Hadas kecil, adalah perkara-perkara yang dianggap mempengaruhi empat anggota tubuh
manusia yaitu wajah, dua tangan dan dua kaki. Lalu menjadikan sholat dan semisalnya tidak sah.
Hadas kecil ini hilang dengan cara berwudlu.
2)      Hadas besar, adalah perkara yang dianggap mempengaruhi seluruh tubuh lalu
menjadikan sholat dan pekerjaan-pekerjaan lain yang sehukum dengannya tidak sah. Hadas besar
ini bisa hilang dengan cara mandi besar.

d.     Wudlu
1.      Pengertian Wudlu
Wudlu secara bahasa berarti keindahan dan kecerahan. Sedangkan menurut istilah syara’
bersuci dengan air dalam rangka menghilangkan hadas kecil yang terdapat pada wajah, kedua
tangan, kepala dan kedua kaki disertai dengan niat.
2.      Rukun Wudlu
Antara lain:
a.       Niat
b.      Membasuh muka
c.       Membasuh dua tangan sampai siku
d.      Mengusap sebagian kepala
e.       Membasuh kaki sampai mata kaki
f.       Tertib, artinya urut.
3.      Sunnah Wudlu
a.       Membaca basmallah
b.      Membasuh tangan sampai pergelangan terlebih dahulu
c.       Berkumur-kumur

4
d.      Membersihkan hidung
e.       Menyela-nyela janggut yang tebal
f.       Mendahulukan anggota yang kanan
g.      Mengusap kepala
h.      Menyela-nyela jari tangan dan jari kaki
i.        Megusap kedua telinga
j.        Membasuh sampai tiga kali
k.      Berturut-turut
l.        Berdo’a sesudah wudlu
4.      Hal-hal yang membatalkan wudlu
a.       Keluarnya sesuatu dari dua jalan
b.      Tertidur dengan posisi tidak duduk yang tetap
c.       Hilangnya akal (gila, pingsan, mabuk dan sebagainya)
d.      Tersentuh kemaluan dengan telapak tangan
e.       Tersentuhnya kulit laki-laki dengan kulit perempuan yang bukan muhrim dan tidak
beralas

e.    Mandi

1.Pengertian
Mandi dalam bahasa arab al ghuslu artinya mengalirkan alir pada apa saja. Menurut pengertian
syara’ berarti meratakan air yang suci pada seluruh tubuh disertai dengan niat. Pengertian lain
ialah mengalirkan air ke seluruh tubuh baik yang berupa kulit, rambut, ataupun kuku dengan
memakai niat tertentu. Mandi ini ada yang hukumnya wajib dan ada yang sunnah.
2. Hal-hal yang mewajibkan mandi (mandi besar/ mandi wajib)
a.       Hubungan suami istri
b.      Mengeluarkan mani
c.       Mati
d.      Haid
e.       Nifas
f.           Wiladah (melahirkan)
3.      Rukun mandi
a.       Niat
b.      Menghilangkan najis bila terdapat pada badannya
c.       Meratakan air ke seluruh tubuh, baik berupa rambut maupun kulit
4.      Sunnah mandi
a.       Membaca basmallah
b.      Berwudlu sebelum mandi
c.       Menggosok badan dengan tangan
d.      Menyela-nyela pada rambut yang tebal
e.       Membasuh sampai tiga kali
f.       Berturut-turut
g.      Mendahulukan anggota yang kanan
h.      Memakai basahan

5
D.    TAYAMMUM
1.      Pengertian
Tayammum adalah salah satu cara bersuci, sebagai ganti berwudlu atau mandi apabila
berhalangan memakai air. (Imam Zarkasyi, 1995:20)
2.      Syarat tayammum
a.      Islam
b.      Tidak ada air dan telah berusaha mencarinya, tetapi tidak bertemu
c.      Berhalangan mengguankan air, misalnya karena sakit yang apabila menggunakan air
akan kambuh sakitnya
d.      Telah masuk waktu shalat
e.      Dengan debu yang suci
f.       Bersih dari Haid dan Nifas
3.      Rukun tayammum
a.       Niat
b.      Mengusap muka dengan debu dari tangan yang baru dipukulkan atau diletakkan ke debu
c.       Mengusap kedua tangan sampai siku, dengan debu dari tangan yang baru dipukulkan
atau diletakkan ke debu, jadi dua kali memukul.
d.      Tertib
4.      Sunnah tayammum
a.       Membaca basmallah
b.      Mendahulukan anggota kanan
c.       Menipiskan debu di telapak tangan
d.      Berturut-turut
5.      Hal-hal yang membatalkan tayammum
a.       Semua yang membatalkan wudlu
b.      Melihat air, bagi yang sebabnya ketiadaan air
c.       Karena murtad

2.4 Macam – macam air dan pembagiannya

1.      Air mutlak
Air mutlak, yaitu air yang keberadaannya suci (eksistensinya) dan dapat dipakai untuk
bersuci, serta dapat menyucikan benda-benda lainnya. Singkatnya, air mutlak adalah air yang
suci dan mensucikan. Air ini boleh dipakai untuk bersuci, serta boleh dikonsumsi. Diantara air
yang termasuk kedalam kategori ini antara lain:

a.       Air hujan
Air hujan yang turun dari langit hukumnya adalah suci. Bisa digunakan untuk berwudhu,
mandi atau membersihkan najis pada suatu benda.
Meski pun dizaman sekarang ini air hujan sudah banyak tercemar dan mengandung asam
yang tinggi, namun hukumnya tidak berubah, sebab kerusakan pada air hujan diakibatkan oleh
polusi dan pencemaran ulah tangan manusia dan zat-zat yang mencemarinya itu bukan termasuk
najis.

6
b.      Air laut
Air laut adalah air yang suci dan juga mensucikan. Sehingga boleh digunakan untuk
berwudhu, mandi janabah ataupun untuk membersihkan diri dari buang kotoran (istinja’).
Termasuk juga untuk mensucikan barang, badan dan pakaian yang terkena najis.Meski pun rasa
air laut itu asin karena kandungan garamnya yang tinggi, namun hukumnya sama dengan air
hujan, air embun atau pun salju. Bisa digunakan untuk mensucikan. Sebelumnya para shahabat
Rasulullah SAW tidak mengetahui hukum air laut itu, sehingga ketika ada dari mereka yang
berlayar di tengah laut dan bekal air yang mereka bawa hanya cukup untuk keperluan minum,
mereka berijtihad untuk berwudhu` menggunakan air laut.

c.       Air sungai
Sedangkan air sungai itu pada dasarnya suci, karena dianggap sama karakternya dengan air
sumur atau mata air. Sejak dahuu umat Islam terbiasa mandi, wudhu` atau membersihkan najis
termasuk beristinja’ dengan air sungai.Namun seiring dengan terjadinya perusakan lingkungan
yang tidak terbentung lagi, terutama di kota-kota besar, air sungai itu tercemar berat dengan
limbah beracun yang meski secara hukum barangkali tidak mengandung najis, namun air yang
tercemar dengan logam berat itu sangat membahayakan kesehatan.Maka sebaiknya kita tidak
menggunakan air itu karena memberikan madharat yang lebih besar. Selain itu seringkali air itu
sangat tercemar berat dengan limbah ternak, limbah WC atau bahkan orang-orang buang hajat di
dalam sungai. Sehingga lama-kelamaan air sungai berubah warna, bau dan rasanya. Maka bisa
jadi air itu menjadi najis meski jumlahnya banyak.

d.      Air sumur
Air sumur, mata air dan dan air sungai adalah air yang suci dan mensucikan. Sebab air itu
keluar dari tanah yang telah melakukan pensucian. Kita bisa memanfaatkan air-air itu untuk
wudhu, mandi atau mensucikan diri, pakaian dan barang dari najis.Dalil tentang sucinya air
sumur atau mata air adalah hadits tentang sumur Budha`ah yang terletak di kota Madinah.

e.       Air sumber (Mata Air)


Air sumber adalah air yang bersumber dari mata air, hukumya suci dan mensucikan. Air
zam-zam adalah mata air yang tidak pernah kering. Mata air itu terletak beberapa meter di
samping ka`bah sebagai semua sumber mata air pertama di kota Mekkah, sejak zaman Nabi
Ismail alaihissalam dan ibunya pertama kali menjejakkan kaki di wilayah itu.

2.      Air Musyammas (Air yang  makruh)


Air suci yang menyucikan, tetapi makruh pemakaiannya kalau kalau digunakan untuk
menyucikan badan dan tidak makruh untuk menyucikan pakaian, yaitu air panas akibat sinar
matahari. Menurut syara’, ketetapan makruh itu pada dasarnya untuk memelihara kesehatan
manusia semata karena air panas akibat sinar matahari yang mengenai bajana yang terbuat dari
logam selain emas dan perak adalah berbahaya.
3.      Air Musta’mal
Air suci, tidak bisa dipakai untuk bersuci, dan tidak pula menyucikan disebut air musta’mal,
artinya air yang telah dipakai untuk bersuci, misalnya air yang pernah digunakan untuk
menghilangkan hadas atau najis. Yang termasuk kedalam bagian ini ada tiga macam.
Diantaranya sebagai berikut:
a.       Air yang telah berubah sifatnya karena benrcampur dengan air yang suci, selain dari
perubahan tersebut diatas, seperti air kopi, air teh dan sebagainya.

7
b.      Air yang sedikit atau kurang dari dua kullah yang sudah terpakai untuk menghilangkan
hadas atau menghilangkan hukum najis sedangkan air itu tidak berubah sifatnya dan tidak
berubah pula timbangannya
c.       Air pohon-pohonan atau buah-buahan, seperti air yang keluar dari tekukan pohon kayu
(nira), air kelapa dan sebagainya

4.      Air najis (mutanajis)


Air yang termasuk kedalam bagian ini ada dua macam yaitu:
a.       Air yang sudah beubah salah satu sifatnya oleh najis. Baik itu sedikit ataupun banyak
jumlah airnya
b.      Air yang bernajis, tetapi tidak berubah salah satu sifatnya. Jika air itu kurang dati dua
kullah atau dalam artian sedikit, maka air tersebut tidak boleh digunakan untuk bersuci bahkan
hukumnya sama dengan najis. Namun, jika air itu banyak atau berarti lebih dari dua kullah, maka
hukumnya tetap suci dan mensucikan.

2.5 Manfaat dari Thaharah

1. Untuk membersihkan badan, pakaian, dan tempat dari hadas dan najis ketika hendak
melaksanakan suatu ibadah.
2. Dengan bersih badan dan pakaiannya, seseorang tampak cerah dan enak dilihat oleh
orang lain karena Allah Swt, juga mencintai kesucian dan kebersihan.
3. Menunjukan seseorang memiliki iman yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari-
harinya karena kebersihan adalah sebagian dari iman.
4. Seseorang yang menjaga kebersihan, baik badan, pakaian, ataupun tempat tidak mudah
terjangkit penyakit.
5. Seseorang yang selalu menjaga kebersihan baik dirinya, rumahnya, maupun
lingkungannya, maka ia menunjukan cara hidup sehat dan disiplin.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Thaharah memiliki pengertian secara umum yaitu mengangkat penghalang
(kotoran) yang timbul dari hadas dan najis yang meliputi badan, pakaian, tempat, dan
benda-benda yang terbawa di badan. Taharah merupakan anak kunci dan syarat sah salat.
Hukum taharah ialah WAJIB di atas tiap-tiap mukallaf lelaki dan perempuan.Syarat
wajib melakukan thaharah  yang paling utama adalah beragama Islam dan sudah akil
baligh. Sarana yang digunakan untuk melakukan thaharah adalah air suci, tanah, debu
serta benda-benda lain yang diperbolehkan. Air digunakan untuk mandi dan berwudhu,
debu dan tanah digunakan untuk bertayamum jika tidak ditemukan air, sedangkan benda
lain seperti batu, kertas, tisur dapat digunakan untuk melakukan istinja’.Thaharah
memiliki fungsi utama yaitu membiasakan hidup bersih dan sehat sebagaimana yang
diperintahkan agama. Thaharah juga merupakan sarana untuk berkomunikasi dengan
Allah Swt. Manfaat thaharah dalam kehidupan sehari-hari yaitu membersihkan badan,
pakaian, dan tempat dari hadas dan najis ketika hendak melaksanakan suatu ibadah.

3.2 Saran
Sudah seharusnya kita mempelajari dan mengetahui tatacara bersuci demi
kesempurnaan ibadah kita. Karena ada beberapa ibadah yang diantara syarat-syaratnya
adalah suci dari najis baik itu badan, pakaian ataupun tempat ibadah. Dengan mengetahui
tatacara bersuci dan media yg digunakan untuk bersuci dengan baik dan benar, maka
akan terhindar dari keragu-raguan dan menjadi yakin akan terhindarnya dari najis yang
mana hal tersebut sangat penting dalam rangka mendapatkan kesempurnaan dalam
beribadah.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Sarwat, Ahmad. 2009. Fiqh Thaharah.  Bandung: DU CENTER.


2. Rasjid, Sulaiman. 2001. Fiqh Islam. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
3. Sabiq, Sayyid. 2001. Fikih Sunnah.  Jakarta: Grafindo Persada.
4. Muthoharoh,Hafiz.2009.Fungsi Thaharah dalam Kehidupan

Anda mungkin juga menyukai