Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

IBADAH DAN MUAMALAH


BERSUCI DAN THAHAROH

DOSEN PENGAMPU : MARULI ASHARI, S.Hi., M.H.

DISUSUN KELOMPOK II :
TSABITAH TSANY HARDELA (221010434)
SULTAN WAHYU FADHLI (221010524)
FAUZAN SATYA RAMADHAN (221010503)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM RIAU PEKANBARU
2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dengan
ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Ibadah dan Muamalah yang kami
beri judul “Bersuci dan Thoharoh”.

Adapun makalah Ibadah dan Muamalah tentang “Bersuci dan Thoharoh” ini telah kami
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari kami selaku satu
kelompok, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, kami
juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam pembuatan makalah ibadah dan muamalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ibadah dan muamalah tentang
“Bersuci dan Thoharoh” ini dapat diambil manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi
terhadap membaca. Selian itu, kritik dan saran dari Anda kami tunggu untuk perbaikan
makalah ini nantinya.

Pekanbaru, Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………..1

1.1. Latar Belakang……...…..…………………………………………………………….1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………..2

1.3 Tujuan Masalah………………………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….…………..3

2.1 Pengertian Thoharoh…………………………………………………….…….………3

2.2 Macam-macam Thaharoh……………………………………………………………...4

2.4 Pembagian Thaharoh…………………………………………………………………..6

2.5 Alat-alat yang digunakan saat bersuci………………………………………….……...7

2.6 Tujuan dan hikmah dalam thoharoh……………………………………...……………8

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………9

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………..9

3.2 Saran……………………………………………………………………………………9

DAFTAR PUSAKA………………………………………………………………………….10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Islam menganjurkan untuk selalu menjaga kebersihan badani selain


rohani.Kebersihan badani tercermin dengan bagaimana umat muslim selalu bersuci
sebelummereka melakukan ibadah menghadap Allah SWT. Pada hakikatnya tujuan bersuci
adalahagar umat muslim terhindari dari kotoran atau debu yang menempel di badan
sehinggasecara sadar atau tidak sengaja membatalkan rangkaian ibadah kita kepada Allah
SWT.

Namun, yang terjadi sekarang adalah, banyak umat muslim hanya tahu saja bahwabersuci
itu sebatas membasuh badan dengan air tanpa mengamalkan rukun-rukun bersucilainnya
sesuai syariat Islam. Bersuci atau istilah dalam istilah Islam yaitu “Thaharah”mempunyai
makna yang luas tidak hanya berwudhu saja.

Pengertian thaharah adalah mensucikan diri, pakaian, dan tempat sholat dari hadas dan
najis menurut syariat islam. Bersuci dari hadas dan najis adalah syarat syahnya
seorang muslim dalam mengerjakan ibadah tertentu. Berdasarkan pengertian
tersebutsebenarnya banyak sekali manfaat yang bisa kita ambil dari fungsi thaharah. Taharah
sebagai bukti bahwa Islam amat mementingkan kebersihan dan kesucian

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat kami rumuskan permasalahan yang akan dibahas
sebagai berikut :

1. Jelaskan pengertian dari thaharah?


2. jelaskan ketentuan tentang thaharah?
3. Jelaskan alat-alat untuk bersuci?
4. Jelaskan macam-macam najis dan bagaimana cara mensucikannya?
5. Jelaskan istinja dan adab buang air besar?
6. Jelaskan macam-macam hadas dan cara mensucikannya?
7. Jelaskan dan praktekan tata cara wudhu, mandi, dan tayamum

1.3 Tujuan Masalah

Tujuan dari penulisan makalah ini agar pemateri dan pembaca dapat memahami
pengertian thaharah, ketentuan thaharah, alat-alat bersuci, macam-macam najis dan tatacara
mensucikannya, penjelasan dari istinja dan adab buang air besar, macam-macamhadas dan
cara mensucikannya, serta cara mempraktekan cara wudhu, mandi, dan tayamum
dengar benar

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Thaharoh

2.1 Pengertian Thaharah

Thaharah menurut bahasa artinya “bersih” Sedangkan menurut istilah syara’ thaharah
adalah bersih dari hadas dan najis. Selain itu thaharah dapat juga diartikan mengerjakan
pekerjaan yang memperbolehkan sholat, berupaya berwudhu, mandi, tayamum dan
menghilangkan najis. Thaharah secara umum. Dapat dilakukan dengan empat cara berikut;

1) Membersihkan lahir dari hadas, najis, dan kelebihan-kelebihan yang ada dalam badan.
2) Membersihkan anggota badan dari dosa-dosa.
3) Membersihkan hati dari akhlak tercela.
4) membersihkan hati dari selain allah.

Cara yang harus dipakai dalam membersihkan kotoran hadas dan najis tergantung kepada
kuat dan lemahnya najis atau hadas pada tubuh seseorang. Bila najis atau hadas itu tergolong
ringan atau kecil maka cukup dengan membersihkan dirinya dengan berwudhu. Tetapi jika
hadas atau najis itu tergolong besar atau berat maka ia harus membersihkannya dengan cara
mandi janabat, atau bahkan harus membersihkannya dengan tujuh kali dan satu di antaranya
dengan debu. Kebersihan dan kesucian merupakan kunci penting untuk beribadah, karena
kesucian atau kebersihan lahiriah merupakan wasilah (sarana) untuk meraih kesucian batin.

Ketentuan dalam thaharah adalah menggunakan air yang suci dan mensucikan, debu,dan
benda-benda padat yang diyakini tidak bernajis.

Untuk melakukan kaifiat mencuci benda yang kena najis, terlebih dahulu akan diterangkan
bahwa najis terbagi atas tiga bagian:

3
1) Najis mugallazah (tebal), yaitu najis anjing. Benda yang terkena najis ini hendaklah
dibasuh tujuh kali, satu kali di antaranya hendaklah dibasuh dengan air yang dicampur
dengan tanah.

2) Najis mukhaffafah (ringan), misalnya kencing anak Iaki-Iaki yang belum memakan
makanan apa-apa selain susu ibu saja. Mencuci benda yang kena najis ini sudah
memadai dengan memercikkan air pada benda itu, meskipun tidak mengalir

3) Najis Mutawassitah (pertengahan) yaitu najis yang lain daripada kedua macam yang
diatas. Najis ini dibagi menjadi dua bagian:

a. Najis hukmiah yaitu yang kita yakini adanya, tetapi tidak nyata zat,
bau, rasa, dan warnanya, seperti kencing yang sudah lama kering,
sehingga sifat-sifatnya telah hilang. Cara mencuci najis ini cukup
dengan mengalirkan air di atas benda yang kena itu.

b. Najis ‘ainiyah, yaitu yang masih ada zat, warna, rasa, dan baunya,
kecuali warna atau bau yang sangat sukar menghilangkannya, sifat ini
dimaafkan. Cara mencuci najis ini hendaklah dengan menghilangkan
zat, rasa, warna, dan baunya

2.2 Macam-macam Thaharoh

Thaharah pun terbagi menjadi dua bagian seperti berikut:

A. Thaharah Ma'nawiyah

Thaharah ma'nawiyah merupakan bersuci rohani misalnya membersihkan segala penyakit


hati yaitu iri, dengki, riya dan lainnya. Pasalnya, thaharah ma'nawiyah ini penting dilakukan
sebelum melakukan thaharah hissiyah, karena ketika bersuci harus dalam keadaan bersih dari
sifat-sifat sirik tersebut.

B. Thaharah Hissiyah

Thaharah hissiyah adalah bersuci jasmani, atau membersihkan bagian tubuh dari sesuatu
yang terkena najis (segala jenis kotoran) maupun hadas (kecil dan besar). Untuk
membersihkan dari najis dan hadas ini, bisa dilakukan dengan menggunakan air seperti
berwudu, mandi wajib, serta tayamum (bila dalam kondisi tidak ada air).

4
2.3 Pembagian Thaharoh

1. Mandi Wajib

Mandi atau ghusl merupakan syarat mutlak ketika bersuci, istilah mandi wajib dalam
thaharah yaitu mengalirkan air ke seluruh tubuh dari ujung kepala sampai ujung kaki. Mandi
wajib ini harus dibarengi dengan membaca niat yang menyucikan diri dari hadas kecil dan
besar seperti:

‫ث اَْأل ْكبَ ِر ِمنَ ْالِجنَابَ ِة فَرْ ضًا هلِل ِ تَ َعالَى‬ َ ‫ْت ْال ُغ ْس َل لِ َر ْف ِع ْا‬
ِ ‫لح َد‬ ُ ‫نَ َوي‬
"Nawaitul ghusla liraf'il-hadatsil-akbari fardhal lillaahi ta'aala."
Artinya: Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats besar dari janabah, fardhu karena Allah
ta'ala."

Menurut madzhab Syafi'i, saat pertama membaca niat harus dibarengi dengan menyiram
tubuh dengan air secara merata. Kedua, mengguyur seluruh bagian luar badan, tak terkecuali
rambut dan bulu-bulunya. Sedangkan bagian tubuh yang berbulu atau berambut harus dengan
air mengalir.

2. Berwudu

Sementara itu, thaharah dengan berwudu menurut syara' adalah untuk menghilangkan
hadas kecil ketika akan salat. Orang yang hendak melaksanakan salat sudah wajib hukumnya
melakukan wudu, karena berwudu merupakan syarat sahnya salat. Thaharah berwudhu juga
sama halnya dengan mandi wajib yang diawali dengan membaca niat wudu seperti ini:

‫ضاِهللِ تَ َعالَى‬ ِ ‫ث ْاالَصْ غ‬


ً ْ‫َر فَر‬ ِ ‫ْت ْال ُوضُوْ َء لِ َر ْف ِع ْال َح َد‬
ُ ‫ن ََوي‬

"Nawaitul wudhuu'a liraf'il-hadatsil-ashghari fardhal lillaahi ta'aalaa."


Artinya: Aku niat berwudu untuk menghilangkan hadas kecil karena Allah.

Kemudian melaksanankan fardu wudu enam perkara, di antaranya:

5
 Niat
 Membasuh seluruh muka
 Membasuh kedua tangan sampai siku-siku
 Mengusap sebagian rambut kepala
 Membasuh kedua belah kaki sampai mata kaki
 Tertib, artinya mendahulukan mana yang harus dahulu dan mengakhirkan yang harus
diakhiri.

3. Tayamum

Thaharah tayamum ini merupakan cara yang menggantikan mandi dan wudu, apabila dalam
kondisi tidak ada air. Syarat tayamum adalah menggunakan tanah yang suci tidak tercampur
benda lain. Lalu diawali niat ;

َ ‫صالَ ِة فَرْ ضً ِهللِ تَ َع‬


‫ال‬ َ َ‫ْت التَّيَ ُّم َم ِال ْستِب‬
َّ ‫اح ِة ال‬ ُ ‫ن ََوي‬

“Nawaitut tayammuma lisstibaahatishsholaati fardhol lillaahi taala.”


Artinya: Saya niat tayamum agar diperbolehkan melakukan fardu karena Allah.

Setelah membaca niat, dilanjut dengan meletakkan dua belah tangan ke atas debu misalnya
debu pada kaca atau tembok dan usapkan ke muka sebanyak dua kali. Dilanjut mengusap dua
belah tangan hingga siku sebanyak dua kali juga, dan memindahkan debu kepada anggota
tubuh yang diusap. Yang dimaksud mengusap bukan sebagaimana menggunakan air dalam
berwudu, tatapi cukup menyapukan saja bukan mengoles-oles seperti memakai air. Dengan
begitu pengertian thaharah dan pembagiannya ini wajib dipahami sebagai mana mestinya,
karena sewaktu-waktu sudah pasti diperlukan.

2.4 Alat-alat yang digunakan saat bersuci

Alat thaharah adalah sesuatu yang biasa digunakan untuk bersuci. Berdasarkan
jenisnya, alat thaharah dibagi menjadi tiga, yaitu air, batu dan debu.

6
1. Air
Mengutip dari buku Fiqih Thaharah, air yang bisa digunakan untuk thaharahadalah
air suci yang menyucikan. Air ini disebut juga dengan air mutlak. Airmutlak adalah
air murni yang belum tercampuri oleh suatu najis. Berdasarkan ayatdan hadist, ada
beberapa jenis air mutlak yang bisa digunakan untuk bersuci, diantaranya air hujan,
air laut, air sungai, air sumur, air es, dan air embun.
2. Debu
Jika seorang Muslim hendak bersuci, namun ia tidak bisa menemukan air,maka
diperbolehkan baginya untuk thaharah menggunakan debu yang suci.Bersuci
dengan debu ini dalam Islam disebut juga dengan istilah tayamum.
3. Benda yang dapat menyerap kotoran
Selain air dan debu, alat thaharah selanjutnya adalah benda yang
dapatmenyerap kotoran. Benda yang dimaksud dalam hal ini di antaranya batu,
tisu,kayu, dan sejenisnya. Dalam Islam, etikaan dikhususkan untuk
menghilangkannajis, seperti beristinja’.

2.5 Tujuan dan hikmah dalam thaharoh

Tujuan dan Hikmah dari thaharah adalah


- Hikmah pertama yaitu bersuci, karena bersuci salah satu bentuk pengakuan Islam
terhadap fitrah manusia sebagai umat Islam.
- Hikmah kedua selalu menjaga kemuliaan serta wibawa dari umat Islam.
- Hikmah ketiga adalah melindungi diri dan menjaga kesehatan dari berbagai jenis
penyakit. Karena kebersihan merupakan pangkal kesehatan.
- Hikmah keempat dengan menyiapkan diri dalam kondisi yang baik ketika
menghadap Allah SWT. Seorang hamba Allah, setiap umat Islam memang wajib
mensucikan diri baik secara lahir dan batin, jasmani dan rohani.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bersuci merupakan persyaratan dari beberapa macam ibadah, karena itu bersuci
memperoleh tempat yang utama dalam ajaran Islam Berbagai aturan dan hukum dietapkan
olh syara dengan maksud antara lain agar manusia menjadi suci dan bersih baik lahir maupun
batin. Kesucian dan kebershan lahir dan batin merupakan pangkal keindahan dan kesehatan.
Oleh karena itu hubungan kesucian dan kebersihan dengan keindahan dan kesehatan erat
sekali. Pokok dari ajaran Islam tentang pengaturan hidup bersih, suci dan sehat bertujuan agar
setiap muslim dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai khalifah di muka bumi.
Kebersihan dan kesucian lahir dan batin merupakan hal yang utama dan terpuji dalm ajaran
Islam, karena dengan kesucian an kebersihan dapat meningkatkan derajat harkat dan martabat
manusia di hadirat Allah SWT.

3.2 Saran

saran untuk pembaca : untuk membaca lebih rinci mengenai thaharah agar nantinya bisa di
terapkan di kehidupan dan bukan hanya menjadi sebuah bacaan saja.

Saran untuk Penulis : agar melakukan kajian yang lebih mendalam dan memperbanyak
literatur”

8
DAFTAR PUSAKA

Az zuhaili,Prof .Dr. Wahbah.2010.Fiqih Imam Syafi'l. Jakarta. Almahira

Az Zuhaili Prof. Dr .Wahbah. 2010. Fiqih Islam Wa Adillatuhu. Depok. Gema Insani.

Darajat, Prof. Dr. Zakiyah. 1995. Ilmu Fiqih. Jakarta. dana bakti wakaf.

H. Moch, A. (1987). Fiqih Islam Tarjamah Matan Taqrib. Bandung: PT Alma'arif.


Maulana, T. (2020). Hikmah Thaharah Sebenarnya. Jakarta: umroh.com.

Anda mungkin juga menyukai