MAKALAH
Oleh
SURABAYA
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmatNya sehingga kami dapat menyusun
dan menyelesaikan makalah “Konsep Thaharah” ini guna memenuhi tugas kelompok pada
pertemuan ke-3 mata kuliah Hukum Peribadatan Islam.
Pada kesempatan kali ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada bapak dosen
pengajar yang telah memberikan wawasan kepada kami dengan belajar membuat makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kami
mengharapkan saran maupun kritik ditunjukkan sebagai koreksi untuk pembuatan makalah
selanjutnya. Kami berharap makalah ini bisa menjadi manfaat.
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
A. COVER
B. KATA PENGANTAR
C. DAFTAR ISI
D. BAB l PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 4
1.4 Metode Penelitian 5
E. BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Thaharah 5
2.2 Macam Thaharah dan Tata Melakukannya 6
2.3 Sarana Thaharah 9
2.4 Penyakit Was-Was dalam Thaharah 10
F. BAB lll PENUTUP
3.1 Kesimpulan 11
G. REFERENSI
3
BAB I PENDAHULUAN
Sebagaimana layaknya umat muslim lainya, kita tak lepas dengan berthaharah atau bisa
disebut dengan bersuci dalam keseharian. Penting bagi kita mengetahui thaharah secara
menyeluruh sebab dalam agama Islam, hampir setiap bentuk ibadah seperti salat diwajibkan
untuk bersuci terlebih dahulu agar seluruh badan bersih dan suci. Tak hanya itu, dengan
badan yang bersih dan suci akan lebih layak jika kita ingin menghadap sang maha penguasa
alam. Allah SWT telah berfirman dalam QS. Al- Maidah ayat 6 yaitu "Hai orang-orang
beriman, apabila kalian hendak melaksanakan salat, maka basuhlah muka dan tangan kalian
sampai siku, dan sapulah kepala kalian, kemudian basuh kaki sampai kedua mata kaki."
Namun, meskipun telah kerapkali melakukan thaharah di keseharian, tidak sedikit dari
orang yang belum benar-benar mengerti tentang thaharah. Sehingga hanya melakukan
thaharah dengan seadanya, tanpa mengetahui betapa pentingnya thaharah yang bisa membuat
amal ibadah kita batal jika tidak dilakukan dengan sempurna.
4
BAB ll PEMBAHASAN
1
HR. Muslim dari Abu Malik Al-Asy'ari. Hadits ini salah satu hadits yang tercantum dalam Hadits Al-arba’in
karya Imam Nawawi
5
3. Pengertian Thaharah dari website NasehatQuran.com
Di website ini dijelaskan dua pengertian thaharah. Pertama, arti thaharah menurut
etimologi yaitu bersih dan suci dari kotoran. yang kedua, menurut terminologi
disebutkan bahwa thaharah mengangkat hadats dan menghilangkan najis.
4. Pengertian Thaharah dari buku fiqih 1 oleh KH.Imam Zarkasyi
Thaharah artinya hal bersuci atau hal kebersihan. Arti disini adalah hal cara
bagaimana mensucikan diri (badan, pakaian, dan lainnya) agar boleh sah dalam
menjalankan ibadah.
“Thaharah secara bahasa adalah bersih dan suci dari kotoran baik secara indrawi
maupun maknawi2”
1) Thaharah Indrawi
Bersuci yang dilakukan dengan tujuan menghilangkan hadats dan najis.
>Hadats merupakan sebuah sifat yang menempel pada badan seseorang. Sehingga
dia terhalang untuk melakukan ibadah.
Hadats terbagi menjadi dua, yakni hadats kecil seperti kentut atau buang air dan
hadats besar seperti haid, nifas atau setelah berhubungan suami istri.
>Sedangkan najis merupakan hal kotor yang menurut syariat dapat menghalangi
seseorang dari sahnya sholat. Suci dari najis yaitu menghilangkan kotoran yang
ada di badan, pakaian, dan tempat.Ada tiga jenis najis.
Pertama Najis Mukhaffafah (Najis Ringan) : seperti air kencing bayi laki-laki
umur 2 tahun yang belum makan kecuali air susu ibunya. Pembersihannya cukup
dibilas menggunakan air. Kedua Najis Mutawassithoh (Najis Pertengahan) :
seperti sesuatu yang keluar dari kubul dan dubur manusia atau binatang. Najis ini
mensucikannya dengan disiram air bersih hingga hilang rupa, bau, dan rasanya.
Bisa menggunakan sabun untuk membersihkannya. Najis mutawassithoh terbagi
menjadi dua yaitu
2
Mulakhosh Al-Fiqhiy, hlm 16
6
Najis Ainiyah : najis yang berwujud, yang nampak dan dapat dilihat oleh
mata
Najis Hukmiyah : najis yang tidak kelihatan bendanya seperti bekas air
kencing, atau arak yang sudah mengering.
Dan ketiga yaitu najis Najis Mugholadzoh (Najis Berat) : seperti air liur anjing.
Cara mensucikannya yaitu dengan dibasuh 7 kali dan salah satunya dicampur
dengan debu.
2) Thaharah Maknawi
Yaitu usaha pembersihan diri dari dosa dan maksiat seperti riya’, sombong, ujub,
dan sebagainya. Karena seperti di firman Allah dalam surah At-Tubah ayat 28:
Cara bersuci dari hadats kecil yaitu dengan wudhu, adapun niat wudhu sebagai
berikut.
ِ ث ْاالَصْ غ
َر فَرْ ضًا ِهللِ تَ َعالَى ِ ْت ْال ُوضُوْ َء لِ َر ْف ِع ْال َح َد
ُ ن ََوي
Artinya: Aku niat wudhu untuk menghilangkan hadats kecil, fardhu karena
Allah Ta’ala.
7
2. Bersuci dengan Tayamum
Tayamum adalah kegiatan pengganti wudhu atau mandi yang bisa
dilakukan ketika tidak menemukan air atau sedang sakit sehingga tidak
bisa menggunakan air untuk berthaharah. Adapun niat tayamum sebagai
berikut
Artinya: Aku niat bertayamum untuk dapat mengerjakan salat fardhu karena
Allah Ta’ala.
1. Kedua telapak tangan diletakkan diatas tanah atau debu yang bersih sambil
niat dalam hati.
2. Kemudian debu ditiup supaya tinggal debu halus dan diusapkan ke muka
sampai rata.
3. Menepukkan kedua telapak tangan ke tanah atau ke atas benda kedua
kalinya.
4. Kemudian diusapkan pada punggung tangan sampai pergelangan tangan
dimulai sebelah kanan. Pengusapan ini cukup sekali saja.
5. Selesai tayamum berdoa sebagaimana doanya wudhu.
3. Bersuci dari Hadats besar
Cara bersuci dari hadats besar yaitu dengan mandi besar. Adapun yang
menyebabkan mandi besar yaitu: Bersetubuh/junub, keluarnya mani,
selesai haid, selesai melahirkan, selesai nifas, dan sebab mati. Ada tiga
rukun mandi junub yaitu :
1 Niat
ث ْاالَ ْكبَ ِر فَرْ ضًا تَ َعالَى
ِ ْت ْال ُغس َْل لِ َر ْف ِع ْال َح َد
ُ ن ََوي
Artinya: Aku berniat mandi untuk menghilangkan hadas besar, fardu karena
Allah Taala.
2 Menghilangkan najis yang ada di badan
3 mengalirkan air ke seluruh rambut dan kulit badan3
3
Mengutip dari kitab Fathul Qarib
8
Adapun tata cara mandi junub adalah sebagai berikut :
9
3. Air yang sudah berubah sedikit karena sudah digunakan untuk bersuci atau
menghilangkan hadats dan najis namun tidak berubah sifatnya dan tidak
bertambah volumenya.
3) Air Suci dan Menyucikan namun Makhruh dipakai
Air ini suci dan sah untuk digunakan tapi hukumnya makhruh. Makhruh
dipakai untuk badan tapi tidak makhruh untuk pakaian. Air yang dimaksud
yaitu air yang berada didalam wadah dan terjemur oleh terik matahari.
Dikhawatirkan air ini tidsk baik untuk kesehatan.
4) Air yang Terkena Najis
Air yang awalnya suci tapi kemudian terkena najis, bisa memiliki dua
kemungkinan. Jika jumlahnya kurang dari 2 qullah, maka air itu tidak bisa
digunakan untuk bersuci. Namun ketika jumlahnya lebih dari 2 qullah maka
tetap boleh digunakan untuk bersuci jika tidak ada sifat airnya yang berubah.
2. Debu
Debu yang suci bisa digunakan sebagai sarana thaharah. Bersuci dengan debu
disebut tayamum, seperti yang sudah dibahas diatas.
3. Benda Keras
Benda keras dapat digunakan untuk bersuci atau beristinja setelah buang air besar
atau buang air kecil. Benda yang dapat digunakan adalah benda yang keras, suci
dan kesat contohnya adalah batu. Benda keras yang licin, tidak dapat dipakai
untuk bersuci karena dirasa tidak bisa menggangkat kotoran atau najis.
10
Para ulama dari semua madzhab mengingkari akan perbuatan ini yang termasuk
kedalam orang-orang yang berlebihan dalam agama. Maka dari itu, sebaiknya kita
menjauhi sikap ekstrim ini dan bersikap moderat dalam beragama.
11
BAB lll. PENUTUP
1. Kesimpulan
Thaharah secara umum biasa diartikan sebagai bersuci, baik bersuci yang dilakukan
sebelum beribadah, atau bersuci untuk membersihkan hadats dan najis. Thaharah sendiri
wajib hukumnya bagi umat islam. Suci dari hadats, baik hadats besar maupun hadats kecil
ialah dengan mengerjakan wudhu, mandi, dan tayamum. Suci dari najis ialah dengan
menghilangkan najis yang melekat pada badan, tempat atau pakaian. Cara mensucikan
najis tergantung pada jenis najis tersebut. Sarana yang digunakan untuk thaharah yaitu air,
debu, dan benda keras seperti batu.
Selain itu, kita perlu berhati-hati dan menjauhi penyakit was-was dalam thaharah.
Para ulama dari semua madzhab mengingkari akan perbuatan ini yang termasuk kedalam
orang-orang yang berlebihan dalam agama. Maka dari itu, sebaiknya kita menjauhi sikap
ekstrim ini dan bersikap moderat dalam beragama.
12
BAB IV. REFERENSI
Ahnan, Maftuh, 2002. Risalah Shalat Lengkap. Surabaya: Bintang Usaha Jaya.
Al-Ghozi, Muhammad ibnu Qosim, Kitab Fathul Qorib, Semarang: Pustaka Alawiyyah.
Al-Qaradhawi, Dr. Yusuf, 2004. Fiqih Thaharah. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar.
Zarkasyi, KH. Imam, 2013. Pelajaran Fiqih 1. Ponorogo: Trimurti Press.
Rizkala, Adam, 2018. Pengertian Thaharah, Jenis dan Macamnya Serta Tata
Caranya.https://www.nasehatquran.com/2020/06/pengertian-thaharah-jenis-dan-
macamnya.html di akses pada tanggal 8 September 2021 pukul 08.00.
13