Anda di halaman 1dari 13

“KONSEP THAHARAH DALAM HUKUM PERIBADATAN ISLAM”

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Hukum Peribadatan Islam

Oleh

Alexander Agung Badi Lillahi (05020121046)

Deanna Nurtifara (05020121051)

Delia Atika Sari (05020121052)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmatNya sehingga kami dapat menyusun
dan menyelesaikan makalah “Konsep Thaharah” ini guna memenuhi tugas kelompok pada
pertemuan ke-3 mata kuliah Hukum Peribadatan Islam.

Pada kesempatan kali ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada bapak dosen
pengajar yang telah memberikan wawasan kepada kami dengan belajar membuat makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kami
mengharapkan saran maupun kritik ditunjukkan sebagai koreksi untuk pembuatan makalah
selanjutnya. Kami berharap makalah ini bisa menjadi manfaat.

Ponorogo, 14 September 2021

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

A. COVER
B. KATA PENGANTAR
C. DAFTAR ISI
D. BAB l PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 4
1.4 Metode Penelitian 5
E. BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Thaharah 5
2.2 Macam Thaharah dan Tata Melakukannya 6
2.3 Sarana Thaharah 9
2.4 Penyakit Was-Was dalam Thaharah 10
F. BAB lll PENUTUP
3.1 Kesimpulan 11
G. REFERENSI

3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagaimana layaknya umat muslim lainya, kita tak lepas dengan berthaharah atau bisa
disebut dengan bersuci dalam keseharian. Penting bagi kita mengetahui thaharah secara
menyeluruh sebab dalam agama Islam, hampir setiap bentuk ibadah seperti salat diwajibkan
untuk bersuci terlebih dahulu agar seluruh badan bersih dan suci. Tak hanya itu, dengan
badan yang bersih dan suci akan lebih layak jika kita ingin menghadap sang maha penguasa
alam. Allah SWT telah berfirman dalam QS. Al- Maidah ayat 6 yaitu "Hai orang-orang
beriman, apabila kalian hendak melaksanakan salat, maka basuhlah muka dan tangan kalian
sampai siku, dan sapulah kepala kalian, kemudian basuh kaki sampai kedua mata kaki."

Namun, meskipun telah kerapkali melakukan thaharah di keseharian, tidak sedikit dari
orang yang belum benar-benar mengerti tentang thaharah. Sehingga hanya melakukan
thaharah dengan seadanya, tanpa mengetahui betapa pentingnya thaharah yang bisa membuat
amal ibadah kita batal jika tidak dilakukan dengan sempurna.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan penjabaran diatas, maka yang akan dijelaskan dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian thaharah?
2. Apa saja jenis dan sarana thaharah?
3. Bagaimana tata cara thaharah?
1.3 Tujuan Penulisan atau Manfaat
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan kami membuat makalah ini adalah:
1. Memenuhi tugas dalam mata kuliah hukum peribadatan islam.
2. Memahami pengertian dan alasan dilakukannya thaharah.
3. Mengetahui jenis dan sarana thaharah.
4. Bisa menerapkan thaharah sesuai dengan tata caranya.
1.4 Metode penelitian
1. Metode Penelitian kualitatif
Pada makalah ini, kami menggunakan metode penelitian kualitatif. Yaitu dengan
mengumpulkan beberapa referensi, lalu melakukan riset dan analisa yang kemudian
dituangkan dalam penulisan makalah ini.

4
BAB ll PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Thaharah


Secara umum, thaharah biasa diartikan sebagai bersuci. Baik bersuci yang dilakukan
sebelum beribadah, atau bersuci untuk membersihkan hadats. Hukum thaharah adalah
wajib. Ada berbagai macam pengertian thaharah. Di sini akan dibahas beberapa
pengertian thaharah dari 2 sumber buku atau kitab dan 2 sumber website islami.
1. Pengertian Thaharah dari Kitab Fathul Qarib
Thaharah (fathah) secara lughat artinya kebersihan atau bersih. sedangkan
menurut syara, ada banyak pengertian mengenai thaharah. Salah satunya yaitu
thaharah adalah pekerjaan yang membuat seseorang boleh melakukan sholat. Baik
itu wudhu, mandi besar, tayamum atau menghilangkan najis.
Dalam kitab Fathul Qarib juga dijelaskan thuharah (dhomah) artinya yaitu nama
jenis air. Yang dimaksud disitu, adalah air apa saja yang boleh dan bisa digunakan
untuk bersuci. Karena air merupakan media utama thaharah.
2. Pengertian Thaharah dari Buku Fiqih Thaharah by Dr. Yusuf Al-Qaradhawi
Islam adalah agama yang sangat peduli dengan kebersihan. Sampai muncul
kata-kata "an-nazhafatu min al-iman" (kebersihan adalah sebagian dari iman).
Lewat thaharahlah Islam megatur kebersihan diri. Dijelaskan bahwa arti thaharah
secara bahasa, yaitu nazhafah atau kebersihan. Selain itu, thaharah dalam istilah
memiliki arti kebersihan dari sesuatu yang khususnya mengandung makna
ta’abbud atau menghambakan diri pada Allah. Thaharah lebih dikedepankan
daripada sholat karena thaharah menjadi kunci pintunya sholat. Jika tidak
melakukan thaharah, maka kita tidak diperkenankan melakukan sholat. Seperti
yang ada dalam hadist
ٍ ُ‫ص َدقَةٌ ِم ْن ُغل‬
‫ول‬ ٍ ‫صاَل ةٌ بِ َغي ِْر طُه‬
َ ‫ُور َواَل‬ َ ‫اَل تُ ْقبَ ُل‬
Artinya: “Allah tidak akan menerima shalat tanpa bersuci, dan tidak akan
menerima shadaqah dari cara yang curang1”

1
HR. Muslim dari Abu Malik Al-Asy'ari. Hadits ini salah satu hadits yang tercantum dalam Hadits Al-arba’in
karya Imam Nawawi

5
3. Pengertian Thaharah dari website NasehatQuran.com
Di website ini dijelaskan dua pengertian thaharah. Pertama, arti thaharah menurut
etimologi yaitu bersih dan suci dari kotoran. yang kedua, menurut terminologi
disebutkan bahwa thaharah mengangkat hadats dan menghilangkan najis.
4. Pengertian Thaharah dari buku fiqih 1 oleh KH.Imam Zarkasyi
Thaharah artinya hal bersuci atau hal kebersihan. Arti disini adalah hal cara
bagaimana mensucikan diri (badan, pakaian, dan lainnya) agar boleh sah dalam
menjalankan ibadah.

2.2 Macam Thaharah dan Tata Caranya


Syaikh Shalih Al-Fauzan mendefinisikan thaharah ada dua macam, yaitu thaharah
maknawi dan thaharah indrawi seperti yang beliau katakana:
‫ومعنى الطهارة لغة النظافة والنزاهة عن األقذار الحسية والمعنوية‬

“Thaharah secara bahasa adalah bersih dan suci dari kotoran baik secara indrawi
maupun maknawi2”

1) Thaharah Indrawi
Bersuci yang dilakukan dengan tujuan menghilangkan hadats dan najis.
>Hadats merupakan sebuah sifat yang menempel pada badan seseorang. Sehingga
dia terhalang untuk melakukan ibadah.
Hadats terbagi menjadi dua, yakni hadats kecil seperti kentut atau buang air dan
hadats besar seperti haid, nifas atau setelah berhubungan suami istri.
>Sedangkan najis merupakan hal kotor yang menurut syariat dapat menghalangi
seseorang dari sahnya sholat. Suci dari najis yaitu menghilangkan kotoran yang
ada di badan, pakaian, dan tempat.Ada tiga jenis najis.
Pertama Najis Mukhaffafah (Najis Ringan) : seperti air kencing bayi laki-laki
umur 2 tahun yang belum makan kecuali air susu ibunya. Pembersihannya cukup
dibilas menggunakan air. Kedua Najis Mutawassithoh (Najis Pertengahan) :
seperti sesuatu yang keluar dari kubul dan dubur manusia atau binatang. Najis ini
mensucikannya dengan disiram air bersih hingga hilang rupa, bau, dan rasanya.
Bisa menggunakan sabun untuk membersihkannya. Najis mutawassithoh terbagi
menjadi dua yaitu

2
Mulakhosh Al-Fiqhiy, hlm 16

6
 Najis Ainiyah : najis yang berwujud, yang nampak dan dapat dilihat oleh
mata
 Najis Hukmiyah : najis yang tidak kelihatan bendanya seperti bekas air
kencing, atau arak yang sudah mengering.

Dan ketiga yaitu najis Najis Mugholadzoh (Najis Berat) : seperti air liur anjing.
Cara mensucikannya yaitu dengan dibasuh 7 kali dan salah satunya dicampur
dengan debu.

2) Thaharah Maknawi
Yaitu usaha pembersihan diri dari dosa dan maksiat seperti riya’, sombong, ujub,
dan sebagainya. Karena seperti di firman Allah dalam surah At-Tubah ayat 28:

ٌ‫إِنَّ َما ْال ُم ْش ِر ُكونَ نَ َجس‬

Artinya: Sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis [QS. At-Taubah : 28].

2.3 Macam Tata Cara Melakukan Thaharah


1. Bersuci dari hadats kecil

Cara bersuci dari hadats kecil yaitu dengan wudhu, adapun niat wudhu sebagai
berikut.

ِ ‫ث ْاالَصْ غ‬
‫َر فَرْ ضًا ِهللِ تَ َعالَى‬ ِ ‫ْت ْال ُوضُوْ َء لِ َر ْف ِع ْال َح َد‬
ُ ‫ن ََوي‬

Artinya: Aku niat wudhu untuk menghilangkan hadats kecil, fardhu karena
Allah Ta’ala.

berikut adalah tata cara berwudhu :

1. Membaca basmallah sambil mencuci dan menyilang-nyilangi kedua


tangan.
2. Berkumur tiga kali dan memasukkan air ke hidung dan mengeluarkannya.
3. Membasuh wajah dari dahi sampai janggut dan dari pelipis telinga kanan
sampai pelipis telinga kiri sambil niat wudhu.q
4. Membasuh kedua tangan mulai dari ujung jari hingga siku, dimulai dari
tangan kanan.
5. Mengusap kepala dari ubun-ubun sampai tengkuk.
6. Dianjurkan mengusap kedua telinga luar dan dalam.
7. Membasuh kedua kaki dimulai dari ujung jari kaki kanan, kemudian
menyela-nyelanya hingga kedua mata kaki.

7
2. Bersuci dengan Tayamum
Tayamum adalah kegiatan pengganti wudhu atau mandi yang bisa
dilakukan ketika tidak menemukan air atau sedang sakit sehingga tidak
bisa menggunakan air untuk berthaharah. Adapun niat tayamum sebagai
berikut

َّ ‫ْت التَّيَ ُّم َم اِل ْستِبَا َح ِة ال‬


‫صاَل ِة هللِ تَ َعالَى‬ ُ ‫ن ََوي‬

Artinya: Aku niat bertayamum untuk dapat mengerjakan salat fardhu karena
Allah Ta’ala.

Tata cara tayamum sebagai berikut :

1. Kedua telapak tangan diletakkan diatas tanah atau debu yang bersih sambil
niat dalam hati.
2. Kemudian debu ditiup supaya tinggal debu halus dan diusapkan ke muka
sampai rata.
3. Menepukkan kedua telapak tangan ke tanah atau ke atas benda kedua
kalinya.
4. Kemudian diusapkan pada punggung tangan sampai pergelangan tangan
dimulai sebelah kanan. Pengusapan ini cukup sekali saja.
5. Selesai tayamum berdoa sebagaimana doanya wudhu.
3. Bersuci dari Hadats besar
Cara bersuci dari hadats besar yaitu dengan mandi besar. Adapun yang
menyebabkan mandi besar yaitu: Bersetubuh/junub, keluarnya mani,
selesai haid, selesai melahirkan, selesai nifas, dan sebab mati. Ada tiga
rukun mandi junub yaitu :
1 Niat
‫ث ْاالَ ْكبَ ِر فَرْ ضًا تَ َعالَى‬
ِ ‫ْت ْال ُغس َْل لِ َر ْف ِع ْال َح َد‬
ُ ‫ن ََوي‬
Artinya: Aku berniat mandi untuk menghilangkan hadas besar, fardu karena
Allah Taala.
2 Menghilangkan najis yang ada di badan
3 mengalirkan air ke seluruh rambut dan kulit badan3

3
Mengutip dari kitab Fathul Qarib

8
Adapun tata cara mandi junub adalah sebagai berikut :

1. Niat menghilangkan hadats besar


2. Membaca “basmallah”
3. Membasuh kedua telapak tangan sebelum memasukkan dalam wadah air.
4. Membersihkan kotoran yang menempel pada kemaluan maupun tubuh
yang lainnya.

5. Selanjutnya berwudhu seperti akan melaksanakan shalat


6. Mencelupkan kedua tangan ke dalam air lalu menyela-nyela pangkal
rambut dan membersihkan kepala
7. Mengguyur tubuh sebelah kanan dengan air dan membersihkannya dari
atas hingga bawah.
8. Dilanjutkan dengan mengguyur tubuh bagian kiri dan membersihkannya
dari atas hingga bawah.
9. Pastikan seluruh tubuh sudah bersih dan terkena air, termasuk lipatan
badan dan bagian tersembunyi seperti belakang telinga..
10. Setelah itu membersihkan kedua kakinya dengan didahului kaki kanan.

2.3 Sarana Thaharah


1. Air
Air adalah sarana utama yang digunakan untuk thaharah. Namun, tidak semua air
sah atau boleh digunakan untuk bersuci.
Oleh karena itu, air dibagi menjadi empat yaitu:
1) Air Mutlaq atau Air Suci
Air Mutlaq adalah air yang jatuh dari langit atau bersumber dari bumi dan
belum berubah keadaannya. Contoh air mutlaq yaitu air hujan, air danau, air
embun, air sumur dll. Air ini suci dan bisa dipakai untuk menyucikan sesuatu.
2) Air Suci tapi Tidak Menyucikan
1. Air mutlak yang sudah bercamur dengan zat lain sehingga mengalami
perubahan sifat seperti perubahan rasa, warna dan aroma. Seperti air the
atau air sirup.
2. Air yang berasal dari pepohonan. Seperti air kelapa, air nira, dll.

9
3. Air yang sudah berubah sedikit karena sudah digunakan untuk bersuci atau
menghilangkan hadats dan najis namun tidak berubah sifatnya dan tidak
bertambah volumenya.
3) Air Suci dan Menyucikan namun Makhruh dipakai
Air ini suci dan sah untuk digunakan tapi hukumnya makhruh. Makhruh
dipakai untuk badan tapi tidak makhruh untuk pakaian. Air yang dimaksud
yaitu air yang berada didalam wadah dan terjemur oleh terik matahari.
Dikhawatirkan air ini tidsk baik untuk kesehatan.
4) Air yang Terkena Najis
Air yang awalnya suci tapi kemudian terkena najis, bisa memiliki dua
kemungkinan. Jika jumlahnya kurang dari 2 qullah, maka air itu tidak bisa
digunakan untuk bersuci. Namun ketika jumlahnya lebih dari 2 qullah maka
tetap boleh digunakan untuk bersuci jika tidak ada sifat airnya yang berubah.
2. Debu
Debu yang suci bisa digunakan sebagai sarana thaharah. Bersuci dengan debu
disebut tayamum, seperti yang sudah dibahas diatas.
3. Benda Keras
Benda keras dapat digunakan untuk bersuci atau beristinja setelah buang air besar
atau buang air kecil. Benda yang dapat digunakan adalah benda yang keras, suci
dan kesat contohnya adalah batu. Benda keras yang licin, tidak dapat dipakai
untuk bersuci karena dirasa tidak bisa menggangkat kotoran atau najis.

2.4 Penyakit Was-Was dalam Thaharah


Telah kita ketahui syariat dalam thaharah (bersuci) dibangun atas dasar kemudahan
dan bukan kesulitan. Dalam Q.S Al-Hajj ayat 78 Allah SWT berfirman: Dan Dia sekali-
kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.
Namun kita terkadang menyaksikan sejumlah kaum muslimin dengan agama yang
cukup baik tapi mempersulit keadaaannya. Ini terjadi karena mereka ditimpa penyakit
yang disebut penyakit was-was. Mereka akan membuang waktu dengan ketika
berthaharah. Ini terjadi karena mereka menyibukkan diri dengan pertanyaan
“Apa aku sudah bersuci dengan benar?” “Sepertinya aku terlewat satu rukun” itu
membuat mereka kembali mengulangi thaharah dan menghabiskan waktu yang lama
untuk bersuci..

10
Para ulama dari semua madzhab mengingkari akan perbuatan ini yang termasuk
kedalam orang-orang yang berlebihan dalam agama. Maka dari itu, sebaiknya kita
menjauhi sikap ekstrim ini dan bersikap moderat dalam beragama.

11
BAB lll. PENUTUP

1. Kesimpulan
Thaharah secara umum biasa diartikan sebagai bersuci, baik bersuci yang dilakukan
sebelum beribadah, atau bersuci untuk membersihkan hadats dan najis. Thaharah sendiri
wajib hukumnya bagi umat islam. Suci dari hadats, baik hadats besar maupun hadats kecil
ialah dengan mengerjakan wudhu, mandi, dan tayamum. Suci dari najis ialah dengan
menghilangkan najis yang melekat pada badan, tempat atau pakaian. Cara mensucikan
najis tergantung pada jenis najis tersebut. Sarana yang digunakan untuk thaharah yaitu air,
debu, dan benda keras seperti batu.
Selain itu, kita perlu berhati-hati dan menjauhi penyakit was-was dalam thaharah.
Para ulama dari semua madzhab mengingkari akan perbuatan ini yang termasuk kedalam
orang-orang yang berlebihan dalam agama. Maka dari itu, sebaiknya kita menjauhi sikap
ekstrim ini dan bersikap moderat dalam beragama.

12
BAB IV. REFERENSI

Ahnan, Maftuh, 2002. Risalah Shalat Lengkap. Surabaya: Bintang Usaha Jaya.
Al-Ghozi, Muhammad ibnu Qosim, Kitab Fathul Qorib, Semarang: Pustaka Alawiyyah.
Al-Qaradhawi, Dr. Yusuf, 2004. Fiqih Thaharah. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar.
Zarkasyi, KH. Imam, 2013. Pelajaran Fiqih 1. Ponorogo: Trimurti Press.
Rizkala, Adam, 2018. Pengertian Thaharah, Jenis dan Macamnya Serta Tata
Caranya.https://www.nasehatquran.com/2020/06/pengertian-thaharah-jenis-dan-
macamnya.html di akses pada tanggal 8 September 2021 pukul 08.00.

13

Anda mungkin juga menyukai