Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“THAHARAH 1”

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh Ibadah

Dosen Pengampu :Imam Khoirul Ulumuddin ,M.Pd.I

Penyusun :

Jalaluddin Rohmat (22106021007)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH (B)

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG

2023
Daftar Isi

Daftar Isi..........................................................................................................................................2
Kata Pengantar.................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
Pendahuluan.....................................................................................................................................4
A.Latar Belakang.........................................................................................................................4
B. Ruumusan Masalah.................................................................................................................4
C.Tujuan.......................................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
Pembahasan.....................................................................................................................................5
A. Pengertian Thaharah................................................................................................................5
1. Menurut madzhab Hanafi.....................................................................................................5
2. Menurut imam Maliki..........................................................................................................5
3. Menurut imam Syafi'i...........................................................................................................5
4. Menurut madzhab imam Hanbali.........................................................................................6
B. Macam-macam air yang dapat digunakan untuk bersuci........................................................7
1. Klasifikasi air.......................................................................................................................7
C. Definisi Najis...........................................................................................................................9
D. Macam-macam Najis dan Cara mensucikannya.....................................................................9
1).Najis Mughalladhah.............................................................................................................9
2). Najis Mukhaffafah..............................................................................................................9
3). Najis Mutawassithah.........................................................................................................10
BAB III..........................................................................................................................................10
Penutup..........................................................................................................................................10
Kesimpulan................................................................................................................................10
Daftar Pustaka................................................................................................................................11

2
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.Syukur
Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
individu untuk mata kuliah Fiqh Ibadah dengan topik inti “Thaharah 1” Penulis sampaikan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Imam Khoirul Ulumuddin,M.Pd.I,selaku dosen
pengampu mata kuliah Fiqh Ibadah serta semua pihak yang turut membantu proses penyusunan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,oleh sebab itu saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Demak,25 September 2023

Penulis

3
BAB I

Pendahuluan

A.Latar Belakang

Thaharah merupakan miftah (alat pembuka) pintu untuk mendirikan ibadah shalat. Tanpa
thaharah pintu tersebut tidak akan terbuka.Tanpa thaharah, ibadah shalat baik yang fardlu juga
yang sunnah, tidak sah. Karena fungsinya sebagai alat pembuka pintu shalat, maka setiap muslim
yang akan melakukan shalat tidak saja harus mengerti thaharah melainkan juga harus paham dan
terampil melakukannya.Shalat merupakan perintah yang harus dilakukan atau dianjurkan oleh
ummat islam itu sendiri dalam pelaksanaan shalat ada beberapa hal yang harus dilakukan
seorang yang pergi melakukan shalat seperti memiliki wudlu suci tempat atau pakaiannya.
Karena kedua hal tersebut merupakan salah satu dari syarat sah shalat.

B. Ruumusan Masalah

1. Pengertian Thaharah ?

2. Apa sajakah alat dan macam Thaharah?

3. Apa itu Najis dan bagaimana tata caranya?

C.Tujuan

1. Mengetahui Thaharah,macam dan jenisnya


2. Mengetahui macam-macam najis dan memahami cara mensucikannya

4
BAB II

Pembahasan

A. Pengertian Thaharah

Arti kata Thaharah secara bahasa berarti an-nadzofah yang mempunyai arti
kebersihan.Sedangkan secara Syara’,maka terdapat definisi yang cukup banyak di dalam
menjelaskan arti lafadz”at-thaharah”.Diantara definisinya adalah ungkapan ulama’,”Thaharah
adalah melakukan sesuatu yang menjadi sebab diperbolehkannya melakukan shalat.Yaitu
wudlu,mandi,tayammum dan menghilangkan najis.”1

.Pengertian Tharah menurut empat mazhab:

1. Menurut madzhab Hanafi

Taharah menurut syara ialah bersih dari hadas baik hadas besar maupun kecil,
hadas kecil seperti sesuatu yang membatalkan wudhu yaitu keluarnya kotoran dari dua
jalan (kubul dan dubur).hadas besar ialah hadas yang mewajibkan mandi seperti junub.

2. Menurut imam Maliki

Thaharah ialah sebuah hukum sifat yang diwajibkan kepada yang disifatinya
tujuannya untuk membolehkan shalat seperti pakaian atau tempat yang digunakan untuk
shalat.2

3. Menurut imam Syafi'i

Thaharah yaitu mengerjakan sesuatu yang bertujuan untuk bolehnya


melaksanakan shalat seperti wudhu, mandi, tayamum, dan menghilangkan najis.Jika
hadas itu kecil cukup dengan berwudlu bila hadas besar bersucinya dengan mandi wajib
seperti ikhtilam dan alin sebagainya.

1
Muhammad bin Qosim al-Ghazi Fathul Qoribil Mujib,
2
Imam Taqiyuddin Abubakar Bin Muhammad Alhusaini. Kifayatul Akhyar, (Surabaya, Indonesia: CV Bina Iman
P.O Box. 1137), 7.

5
4. Menurut madzhab imam Hanbali

Mengangkat hadas atau menghilangkan najis yakni mengangkat hadas yaitu sifat
yang mencegah untuk shalat."3

Thaharah (bersuci) menurut pembagiannya dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1). Bersuci lahiriyah

Thaharah (bersuci) yang bersifat lahiriyah adalah membersihkan diri, tempat


tinggal, lingkungan dengan segala bentuk kotoran hadas dan najis. Membersihkan diri
dari najis adalah membersihkan badan, pakaian, dan tempat yang didiami dari kotoran
sampai hilang rasa, bau dan warnanya.Hadas dibagi menjadi dua,hadas kecil dan hadas
besar.Contoh hadas kecil yaitu Tidur,Pingsan,Buang air kecil,buang angina dan alin
sebangainya.Contoh hadas besar misalnya haid,nifas,wiladah,meninggal dunia kecuali
orang syahid,ikhtilam dan lain-lain.

2). Bersuci Batiniah

Thaharah (bersuci) batiniah adalah membersihkan jiwa dari kotoran batin berupa
dosa dan perbuatan maksiat seperti iri, dengki, takabur dan sombong. Cara
membersihkannya dengan taubatan nasuha (taubat yang sungguh-sungguh) yaitu
memohon ampun kepada Allah SWT dan berjaji tidak akan mengulangi kembali
perbuatan tersebut.4

B. Macam-macam air yang dapat digunakan untuk bersuci ada 7,yaitu :

1.Air Hujan

2.Air Laut

3
Abdurrahman Al-Jaziri, Kitabul Fiqih Ala Madzhahibul Al-arba'ah, (Beyrouth. Lebanon: darul kutub al-ilmiah,
2003). 7.
4
Jamaluddin, Fiqh Al-bi'ah ramah lingkungan: Konsep Thaharah dan Nadhafah dalam membangun budaya bersih,
Thaharah 29, no. 2 (Juli-Desember 2018): 333-334. https://ejournal.iai
tribakti.ac.id/index.php/tribakti/article/view/600

6
3.Air Sungai

4.Air Sumur

5.Air mata air (sumberan)

6.Air Es

7.Air Embun.5

1. Klasifikasi air

ada empat klasifikasi air,diantaranya yaitu :

a). Air mutlak

Air mutlak adalah air yang suci secara dzatnya serta dapat digunakan untuk
bersuci (tidak makruh digunakan).Air mutlak ini ialah air yang bisa dipakai bersuci dan
mensucikan yang dimana air yang sepi (belum tercampur) dari benda mukholit,dan benda
najis. Ringkasnya air mutlak adalah air yang turun dari langit atau yang bersumber dari
bumi dengan sifat asli penciptaanya seperti ketujuh air yang telah disebut di atas.

b). Air musyamas

Air musyamas adalah, Air yang suci bisa mensucikan namun makruh untuk
digunakan. Adapun proses terjadinya air musyammas ialah air yang berada pada wadah
yang berbahan alumunium,besi kemudian tepanaskan oleh cahaya matahari.Dan hukum
bersuci menggunakan air musyammas ada berbagai pendapat menurut imam syafi'i
bahwa bersuci menggunakan air musyammas ialah makruh dengan alasan ketika
menggunakan air tersebut menyebabkan penyakit kulit dari dzat yang ada pada
alumunium tersebut. Adapun menurut imam nawawi bahwa bersuci dengan air
musyammas tidak makruh karena melihat ketika air yang terkena panas itu sudah dingin
maka boleh dipakai untuk bersuci."6

5
Muhammad bin Qosim al-Ghazi Fathul Qoribil Mujib,
6
Imam Taqiyuddin Abubakar Bin Muhammad Alhusaini. Kifayatul Akhyar. (Surabaya, Indonesia: CV Bina Iman
P.O Box, 1137), 7

7
c). Air musta'mal

Air musta'mal adalah air yang suci tetapi tidak dapat mensucikan pada yang lain,
yaitu air mutlak yang sudah dipakai menghilangkan hadas, atau najis dengan catatan jika
air tersebut tidak berubah dan tidak bertambah kadar beratnya dari asal mulanya (sebelum
dipakai) setelah diperkirakan adanya air yang meresap pada sesuatu yang suci.Air ini bisa
suci ketika volume air tersebut mencapai dua kulah bisa digunakan untuk bersuci. Ketika
ada air sedikit yang kejatuhan najis tetapi kita tidak melihatnya dengan mata normal atau
kejatuhan bangkai kalajengking,cicak tidak berubah airnya maka air tersebut tidak najis. 7

d). Air mutanajis, Air mutanajis dibagi menjadi dua bagian :

1. Air sedikit yang kurang dari dua kulah kemasukan najis, baik air itu berubah
airnya atau tidak berubah.

2. Air yang banyak (dua kulah keatas) lalu berubah salah satu (rasa,warna dan
bau) sebab terkena sesuatu baik berubahnya itu sedikit atau cukup banyak.Namun bila air
bannyak tersebut terkena najis tidak menjadi mutanajis meskipun tidak ada sifatnya yang
berubah.

C. Definisi Najis

Najis secara bahasa adalah sesuatu yang menjijikkan.Tidak wajib menghindari najis
diselain sholat, 8selagi orang tersebut tidak sengaja melumuri tubuh atau bajunya dengan najis
maka hukumnya haram. Najis secara syara' adalah sesuatu yang menjijikkan yang dapat
mencegah keabsahan shalat sekiranya tidak mendapat dispensasi. 9(Najis itu seperti kotoran
hewan dan air kencing) walaupun keduanya dari burung, ikan, belakang dan hewan yang tidak
memiliki darah yang mengalir, (atau dari hewan yang halal dimakan dagingnya) menurut
pendapat yang Ashah.10

7
M.Hasbullah bin sulaiman as-Syafi’I al-Makky,Riyadul Badi’ah.(Maktabah Qondaniyyah)
8
Ketika ada hajad,seperti menguras WC,menyembelih hewan dan digunakan obat.I’anah Thalibin.Darul Fikr. Juz
1.Hal.98
9
Seperti bekas istinja’ dengan batu.I’anah Thalibin Juz 1 Hal.99 Dadrul Fikr.
10
Fathul Mu’in

8
Imam Istharie dan Rauyani dari ulama Syafi’iyyah seperti halnya madzhab Malik dan
Ahmad mengatakan bahwa kotoran dan kencing hewan dari hewan yang halal dimakan
dagingnya keduanya suci.Kalau seandainya ada hewan yang mengeluarkan kotoran dan
memuntahkan sebuah biji dan biji tersebut masih keras,sekiranya ditanam masih dapat tumbuh
maka hukumnya mutanajis yang dapat menjadi suci dengan dibasuh dan selanjutnya dapat
dikonsumsi.

D. Macam-macam Najis dan Cara mensucikannya

Macam-macam najis ada 3,yaitu:

1).Najis Mughalladhah

Najis mughalladhah yaitu najis yang berat hukumnya,seperti najisnya anjing dan
babi,anak persilangan dari keduanya dan persilangan hubungan salah satu dari dua hewan
tersebut dengan hewan yang lain meskipun hewan yang lain itu halal dikonsumsi.Cara
mensucikan bekas najis ini yaitu dicuci tujuh kali yang terakhir dicampur dengan debu.

2). Najis Mukhaffafah

Najis mukhaffafah adalah najis ringan hukumnya,contohnya seperti kencingnya


anak laki-laki yang belum berumur dua tahun dan belum mengkonsumsi selain air susu
ibunya.Cara mensucikannya dengan bi rossyil maa’i alaih memercikkan air di area yang
terkena najis.

3). Najis Mutawassithah

Najis Mutawassithah adalah najis yang sedang hukumnya,seperti najis yang selain
disebutkan dicontoh diatas.Contohnya najis kotoran cicak dan lain sebagainya.Cara
mensucikannya yaitu jika kita melihat kejadianya maka sifat dari warna,bau dan rasa dari
najis harus hilang(bersifat ‘ainiyah) seumpama najis itu tidak terlihat(hukmiyah) maka
fayukfi jaryul maa’ ‘alal mutanajisi mengalirkan air (thohir muthohir) ke area mutanajis
meskipun satu kali.11

11
Muhammad bin Qosim al-Ghazi Fathul Qoribil Mujib,hal.10

9
BAB III

Penutup

Kesimpulan

Thaharah yaitu sebuah aktifitas dimana seorang muslim wajib melakukannya ketika
hendak melaksanan sebuah kewajiban seperti berwudhu sebelum mendirikan sholat atau
thaharah batiniyah yaitu menata hati menuju ridho Illahi berniat sebelum ibadah.Diantara alat
untuk bersuci yaitu air dan debu (bertayamum atau istinja’ dengan keadaan tertentu sesuai
syarat) yang bertujuan untuk menghilangkan najis atau hadas sehingga diperbolehkan unutuk
beribadah.

Najis ialah sesuatu yang menjijikkan yang mencegah keabsahan untuk mengerjakan
sholat.ada tiga macam najis,diantaranya najis mughalladzah (Berat),Mutawasitah (Sedang) dan
Mukhafafah(ringan).

Daftar Pustaka

Muhammad bin Qosim al-Ghazi,Fathul Qoribil Mujib.(Semarang:Pustaka ‘Alawiyyah

M.Hasbullah bin sulaiman as-Syafi’I al-Makky,Riyadul Badi’ah.(Maktabah Qondaniyyah)

10
Imam Taqiyuddin Abubakar Bin Muhammad Alhusaini. Kifayatul Akhyar, (Surabaya, Indonesia:
CV Bina Iman P.O Box. 1137)

Abdurrahman Al-Jaziri, Kitabul Fiqih Ala Madzhahibul Al-arba'ah, (Beyrouth. Lebanon: darul
kutub al-ilmiah, 2003)

Jamaluddin, Fiqh Al-bi'ah ramah lingkungan: Konsep Thaharah dan Nadhafah dalam
membangun budaya bersih, Thaharah 29, no. 2 (Juli-Desember 2018): 333-334.
https://ejournal.iai tribakti.ac.id/index.php/tribakti/article/view/600

Al-Malibari,Ahmad Zaenuddin.Fathul mu’in

11

Anda mungkin juga menyukai