Disusun Oleh:
AHMAD MULYADI (23004327)
Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT. Atas izin-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tidak lupa pula
kami kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad
SAW. Beserta keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh umatnya yang senantiasa
istiqomah hingga akhir zaman.
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada semua pihak, bagi kami
khususnya dan bagi teman-teman mahasiswa pada umumnya. Kami sadar bahwa
makalahini belum sempurna dan masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kamimengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
yang membaca
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini agar pemateri dan pembaca dapat
memahami hukum fiqih Thaharah, Sholat, Zakat, Puasa, Zakat, Haji Dan Nikah
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Thaharah
Thaharah berasal dari bahasa arab yakni ةرهط- رهطي- رهطyang artinya
bersuci.Thaharah berarti kebersihan dan kesucian dari berbagai kotoran atau bersih
dan suci dari kotoran atau najis yang dapat dilihat (najis hissi) dan najis ma’nawi
(yang tidak kelihatan zatnya) seperti aib dan kemaksiatan.
2
semakna dan yang sebentuk dengannya, seperti tayamum, mandi sunat dan
sebagainya.
Menurut Madzhab Hambali
Menurut madzhab Hambali, thaharah menurut syara’ ialah hilangnya hadast
atau yang semisalnya serta hilangnya najis atau huku hadast dan najis itu sendiri.
Adapun hilangnya hadast berarti hilangnya sifat yang menghalangi sholat dan yang
searti dengannya.
Dasar Hukum Thaharah
Hukum thaharah itu sendiri wajib dan telah disampaikan oleh Allah melalui
firmanNya:
“Hai orang-orang beriman, apabila kalian hendak melaksanakan salat,
maka basuhlah muka dan tangan kalian sampai siku, dan sapulah kepala kalian,
kemudian basuh kaki sampai kedua mata kaki.” (Al-Maidah:6).
2.1.1 Alat-alat untuk Bersuci
Ada tiga benda yang bisa dijadikan saran bersuci (thaharah), yaitu: Air
(untuk menghilangkan hadast kecil dan besar), batu (untuk menghilangkan najis
setelah beristinja), dan debu (untuk menghilangkan hadast kecil dan
besar)/tayamum.
AIR
b. Air Musyammas
3
Air musyammas adalah air yang dipanaskan di bawah terik matahari
langsung dengan wadah dari logam selain emas dan perak seperti besi atau tembaga.
Hukum air ini adalah suci dan menyucikan tetapi makruh digunakan untuk bersuci.
Namun apabila air ini dingin kembali, maka tidak lagi makruh dipakai untuk
bersuci.
Jenis musta'mal, adalah jenis air yang telah digunakan untuk bersuci baik
untuk wudhu, mandi atau menghilangkan najis tertentu. Jika air musta'mal ini tidak
mencapai dua qullah, maka tidak bisa digunakan untuk bersuci. Tetapi jika lebih
dari dua qullah maka masih bisa digunakan untuk bersuci.
Madzhab syafii
4
terpisah dari tubuh. Apabila air mengalir pada tangan dan belum terpisah darinya,
maka air itu bukan musta'mal.
Madzhab Maliki
Madzhab Hanafi
Madzhab hanbali
5
AIR MUTAGHAYYAR
Semua mazhab sepakat, bahwa apabila air berubah warna, rasa, danbaunya karena
bersetuhan dengan najis, baik sedikit atau banyak, bermata air ataupun tidak
bermata air, muthlaq atau mudhaf. Apabila air ituberubah Karena melewati bau-
bauan tanpa bersetuhan dengan najis, misalnya ia berada di samping bangkai lalu
udara dari bangkai itu bertiupmembawa bau kepada air itu, maka air itu hukumnya
tetap suci.
d. Air Mutanajjis
Air mutanajis adalah air yang kurang dari dua qullah dan terkena benda-
benda najis. Sehingga karena hal tersebut berubahlah zat, warna, rasa dan baunya.
Air jenis ini secara otomatis tidak bisa digunakan untuk bersuci.
Keadaan kedua; Ada hewan jatuh ke dalam sumur, tetapi dia keluar dari situ
dalam keadaan hidup. Yang demikian ini ada dua bentuk. Bentuk satu: binatang itu
pada dasarnya adalah najis (najisul 'ain), seperti babi. Hukumnya adalatu
hendaknya semua aimya dikuras jika memungkinkan.
Madzhab Maliki mengatakan; Air sumur menjadi naiis jika ada makhluk mati di
dalamnya, dengan tiga syarat. syaratpertama: Hendaknya makhluk itu hidup di
darat, baik itu manusia ataupun binatang temak. Sekiranya ia adalah hewan laut
seperti ikan atau yang lainnya, lalu ia mati di dalam sumur, maka tidak membuat
najis.
Madzhab Asy-syafi'i mengatakan; Air sumur tidak lepas dari dua kondisi, kalau
tidak banyak ya sedikit. sedikitnya yaitu kurang dari dua qullah, dan banyaknya
yaitu iika lebih dari dua qullah. sekiranya jumlahnya sedikit, lalu jatuh hewan yang
darahnya mengalir ke dalamnya, maka aimya menjadi najis, dengan dua syarat.
Syarat pertama: najisnya tidak termasuk najis yang dimaafkan. Syarat kedua: hewan
itu dilempar oleh seseorang.
6
Madzhab Hambali mengatakan; Sama seperti yang dikatakan kalangan Asy-Syaf
iyah. Hanya saja mereka tidak mensyaratkan dua syarat pada najis yang sedikit
untuk hewan yang mati di dalam sumur/ sebagaimana madzhab Asy-Syafi'i.
DEBU
Debu yang Suci, Ketika seseorang ingin bersuci (dalam artian bersuci dari
hadas), dan dia tidak menemukan air untuk bersuci, maka diberikan kemudahan
yaitu diperbolehkan bersuci dengan debu, yang biasa disebut dengan
istilah tayamum.
“Dan apabila kamu sakit, atau dlam perjalanan, atau kembali dari tempat
buang air (kakus), atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak mendapat air, maka
bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan kedua
tanganmu dengan tanah itu.” (QS. Al-Maidah: 6)
Benda-benda yang dapat Menyerap Kotoran, seperti batu, tisu, kayu, dan
semacamnya. Dalam hal ini, dikhususkan untuk menghilangkan najis, seperti
beristinja’.
Najis Mukhaffafah
Contohnya air kencing bayi laki-laki yang belum makan sesuatu kecuali air
susu ibunya. Jika sang bayi sudah pernah mengonsumsi makanan selain air susu
ibu, semisal susu kaleng buatan pabrik atau yang lainnya, maka air kencingnya
sudah tidak lagi dikatakan najis ringan, melainkan najis sedang.
Lalu, bagaimana dengan air kencing bayi perempuan yang belum makan
apa-apa selain air susu ibu? Ust. Abu Sakhi dalam bukunya Panduan Praktis dan
Lengkap Menuju Kesempurnaan Salat menjelaskan bahwa hukumnya bukan
termasuk najis ringan, tetapi najis sedang.
Najis mutawasittah
Contoh najis najis mutawasitah antara lain kotoran manusia, darah haid, air
mani yang cair, minuman keras, kotoran hewan yang haram dimakan, bangkai
hewan kecuali bangkai manusia, ikan, dan belalang.
7
Najis Mutawassithah ini sendiri dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
• Najis ‘Ainiyah atau najis yang terlihat rupanya, rasa atau tercium baunya.
• Najis Hukmiyah atau najis yang tidak tampak seperti bekas kencing dan
miras.
Najis Mughaladzoh
Najis mughallazah artinya adalah najis dengan tingkatan berat. Najis berat
adalah suatu materi (benda) yang kenajisannya ditetapkan dalil yang pasti (qat’i).
Contoh yang termasuk dalam najis mughallazah yaitu, najis yang berasal
dari anjing dan babi (termasuk kotoran dan air liurnya).
8
terlihat warna najisnya. Cara menyucikannya adalah dengan menyiramkan air ke
bagian yang diperkirakan terkena najis tersebut.
Jika najisnya bersifat ‘najis ‘ain’, yaitu terlihat jelas zat najisnya, maka wajib
menghilangkan zat najisnya menggunakan kain atau alat pembersih lainnya.
Kemudian dicuci menggunakan air.
Adapun sisa warna benda najis tersebut, jika sulit dihilangkan, maka tidak
masalah. Misalnya bekas warna darah yang masih ada sedikit setelah dicuci.
Istinjak (mengeluarkan najis yang keluar dari farji) itu wajib dilakukan
setelah buang air kecil maupun air besar.
Cara istinjak yang paling utama adalah dengan menggunakan beberapa buah
batu terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan air. Boleh beristinjak hanya dengan
air atau dengan tiga buah batu untuk menyucikan tempat keluarnya kotoran. Jika
ingin memilih hanya salah satu dari keduanya, maka beristinjak dengan air itu lebih
utama.
Perbedaan Tata Cara sah Istinja Dalam Empat Mazhab
Ulama Malikiyah berkata, "Dianjurkan mendahulukan membasuh
qubulnya dalam menghilangkan najis, kecuali jika ia memiliki kebiasaan
menteskan air kencing saat duburnya dibasuh dengan air. Maka, dalam keadaan
seperti ini, tidak dianjurkan mendahulukan membersihkan qubul
Ulama Hanafiyah memiliki dua pendapat dalam hal ini, namunyang
difatwakan adalah pendapat Imam Abu Hanifah, yaitu mendahulukan membasuh
dubur, sebab najisnya lebih kotor daripada air kencing. Selain itu, dengan
membasuh dubur dan areal di sekitarnya, air kencing akan keluar. jadi,
mendahulukan membasuh qubul tidak ada gunanya.
Ulama Asy-Syafi'iyah berkata, "Dianjurkan bagi orang yang beristinia
dengan air agar mendahulukan membasuh qubul daripada dubur.Adapun jika ia
melakukan istijmar dengan batu, maka hendaknya mendahulukan dubur daripada
qubul."
Ulama Hanabilah berkata, "Disunnahkan bagi orang yang beristinja atau
beristijmar untuk mendahulukan membasuh qubul daripada dubur, apabila ia
seorang laki-laki, atau wanita yang masih perawan. Adapun janda, maka ia boleh memilih
mana saja untuk didahulukan.
9
Tidak boleh membuang hajat di tempat terbuka dengan menghadap kiblat
atau membelakanginya. Tidak boleh membuang air kecil maupun air besar di air
yang menggenang, di bawah pohon yang berbuah, di jalanan, dan tempat orang
berteduh serta pada lubang. Tidak boleh berbicara ketika buang air kecil maupun
air besar.
Macam-macam Hadast dan Cara Mensucikannya
Mandi
10
Ulama Hanabilah berkata, "Apabila kepala zakar terbenam dalam qubul
atau dubur seseorang yang snaggup bersenggama tanpa ada penghalang, meskipun
tipis, maka wajib mandi atas pelaku dan objeknya, apabila si laki-laki tidak kurang
dari sepuluh tahun usianya, dan si perempuan tidak kurang dari sembilan tahun
Kedua, keluamya mani baik dari laki-laki maupunperempuan. Sebab, wanita pun
memiliki air mani, hanya saja tidak terpisah di luar qubul. Siapa yang mengingkjari
hal ini, berarti ia mengingkari hal yang jelas-jelas terindera. Keluarnya maniada dua
kondisi: Pertama, keluar pada saat terjaga. Kedua, keluar pada saat tidur. Ada
perincian hukum dalam nenerapa mazhab tentang hal ini
Ulama Asy-Syaf iyah berkata, " ApabTla air mani keluar dari jalurnya yang
nornal, maka wajib mandi dengan satu syaratyakin bahwa itu adalah Fikih Empat
Madzhab lilid 1 * 169 mani. Baik keluar dengan rasa nikmat maupun tidak, baik
kenikmatan itu dicapai dengan cara nortnal ataupun tidak, misalnya seseorang
memukul tulang sulbinyahingga ia mengeluarkan air maninya, atau karena sakit
yang menyebabkannya keluar mani.
Ulama Hanabilah berkata, "Tidak disyaratkan untuk wajibnya mandi
keluarnya mani secara nyata, akan tetapi cukup si laki-laki merasakan terpisahnya
air mani dari tulang sulbinya, sementara wanita cukup meraskaan terpisahnya air
mani dari taraib, yaitu tulang dada yang biasa digunakan untuk menggantungkan
kalung.
Ulama Hanafiyah berkata, "Keluamya mani dengan salah satu sebab yang
menimbulkan rasa nikmat selain jima, mani keluar sampai bagian luar kemaluan
dengan memancar dan dibarengi syahwat. ]ika ia memeluk istrinya dan kemudian
keluar maninya dengan cara seperti diatas tanpa melakukan penetrasi, maka ia
wajib mandi. Dan anda akan ketahui bahwa penetrasi adalah sebab adanya mandi,
meskipun tidak keluar mani.
Ulama Malikiyah berkata, "Apabila mani keluar setelah habisnya rasa
nikmat yang normal tanpa jima, maka wajib mandi, baik ia sudah mandi setelah
keluar atau belum. Adapun jika nikmat itu lahir dari jima, misaLrya ia melakukan
penetrasi dan tidak keluar, kemudian keluar setelah hilangnya rasa nikmat, apabila
ia sudah mandi sebelum keluar, maka tidak wajib mandi atasnya.
Ketiga, keluar mani pada saat tidur.Kondisi ini disebut mimpi basah. Barangsiapa
yang bermimpi kemudian ia bangun dari tidurnya dan mendapati basah pada
pakaiannya atau tubuhnya atau pada bagian luar wubulnya, maka ia wajib mandi
kecuali jika ia bisa meyakinkan jika yang keluarbukanlah airmani.
11
Keempat, darah haid dan nifas.Untuk bagian ini, semua ulama madzhab bersepakat
mengenai wajibnya mandi. Barangsiapa yanS mendapati darah haid atau nifas,
maka ia wajib mandi pada saat sudah terhenti.
Wudhu
Wudlu adalah salah satu cara untuk menghilangkan hadas kecil. Wudlu
dilakukan apabila hendak melaksanakan salat ataupun ibadah-ibadah lain yang
mana dalam ibadah tersebut diperlukan suci dari hadas kecil.
Rukun Wudhu
Para ulama berrbeda pendapat ketika menyebutkan rukun wudhu. Ada yang
menyebutkan 4 saja sebagaimana yang tercantum dalam ayat Quran, namun ada
juga yang menambahinya dengan berdasarkan dalil dari Sunnah.
.Niat
Niat wudhu` adalah ketetapan di dalam hati seseorang untuk melakukan
serangkaian ritual yang bernama wudhu
.Membasuh Wajah
Para ulama menetapkan bahwa batasan wajah seseorang itu adalah tempat
tumbuhnya rambut (manabit asy-sya`ri) hingga ke dagu dan dari batas telinga
kanan hingga batas telinga kiri.
12
. Mengusap kepala
Yang dimaksud dengan mengusap adalah meraba atau menjalankan tangan ke
bagian yang diusap dengan membasahi tangan sebelumnya dengan air.
. Tartib
Yang dimaksud dengan tartib adalah mensucikan anggota wudhu secara berurutan
dari yang awal hingga yang akhir.
Tayamum
Tayammum merupakan salah satu cara untuk bersuci yang sifatnya adalah
dlaruri dalam artian adanya tayammum adalah apabila bersuci dengan
menggunakan atau alat bersuci yang utama yaitu air tidak ada atau tidak bisa karena
adanya halangan maka bersucinya dengan cara tayammum. Tayammum menurut
bahasa adalah “menuju”, sedang menurut istilah ahli fiqh Tayammum adalah
menyampaikan atau mengusapkan debu yang suci ke muka dan kedua tangan
13
sebagai ganti dari wudlu atau mandi atau pengganti membasuh anggauta dengan
syarat-syarat husus.
Cara Tayamum
غ س هل َم فِي َحا َج ٍة فَأ َ ْجنَبْتُ فَلَ ْم أ َ ِجد ْال َما َء فَت َ َم هر ْغتُ فِي ال ه
ُ صعِي ِد َك َما تَ َم هر َ علَ ْي ِه َو ص هلى ه
َ َُّللا ِ سو ُل ه
َ َّللا ُ بَ َعثَنِي َر
ِّ
َ ب بِ َك ِف ِه
ض ْربَة َ ض َر َ َ
َ صنَ َع َه َكذا ف ْ َ ْ ه
ْ َ سل َم فقا َل إِن َما َكانَ يَكفِيكَ أن ت َ َ ه َ
َ عل ْي ِه َو ص لى ه
َ َُّللا ه َ ي ِِّ ِالدهابهةُ فَذَك َْرتُ ذلِكَ لِلنب
ه َ
ُس َح ِب ِه َما َو ْج َهه َ ظ ْه َر َك ِِّف ِه ِب ِش َما ِل ِه أ َ ْو
َ ظ ْه َر ِش َما ِل ِه ِب َك ِِّف ِه ث ُ هم َم َ س َح ِب ِه َما َ ض َها ث ُ هم َم ِ علَى ْاْل َ ْر
َ َض ث ُ هم نَف َ
“Rasulullah saw mengutusku dalam satu hajat, lalu saya junub dan tidak
menemukan air untuk mandi, kemudian saya berguling-guling di tanah seperti
hewan. Dan ketika saya bertemu Nabi saya ceritakan peristiwa itu. Lalu Nabi
bersabda, ‘Sebenarnya kamu cukup dengan memukulkan kedua tanganmu ke tanah
dengan sekali pukulan, kemudian tangan kiri mengusap yang kanan dan punggung
telapak tangan dan wajahnya.” (Muttafaq Alaih).
2.2 Sholat
14
fardu lima waktu disempurnakan ketika Nabi Muhammad menerima wahyu dari
Allah dalam peristiwa Isra dan Mi’raj. Sebagaimana riwayat dalam hadis sahih
Imam Bukhari (No. 342) dan Muslim (No. 163), Rasulullah SAW bersabda:
“loteng rumahku terbuka saat aku berada di Makkah, kemudian Jibril turun. Ia
memegang tanganku dan mengangkatku ke langit. Kemudian Allah memfardukan
salat 50 waktu pada umatku, maka aku kembali lagi, dan Dia (Allah) berfirman:
“salat 5 waktu itulah (pahalanya sama dengan) salat 50 waktu, tidak akan
tergantikan lagi pernyataanku.”
Sejak saat itu salat wajib lima waktu sehari semalam difardukan bagi umat
Nabi Muhammad SAW. Salat wajib lima waktu ini meliputi subuh, zuhur, asar,
magrib, dan isya. Umat Islam yang melaksanakan salat wajib lima waktu akan
mendapat pahala sama seperti salat 50 waktu.
2.2.3 Tujuan sholat
Shalat merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang melebihi segala-
galanya. Memberikan ketentraman dan mendamaikan serta menjadikan seseorang
merasakan kenikmatan hakiki yang tidak akan ia dapati selain dari padanya. Shalat wajib
adalah salah satu rukun Islam yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim yang telah
baligh dan berakal. Shalat wajib terdiri dari shalat lima waktu dan shalat Jumat bagi laki-
laki. Shalat wajib bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi juga memiliki banyak
hikmah atau keutamaan yang dapat dirasakan oleh pelakunya di dunia dan akhirat.
Hikmah shalat wajib dapat dilihat dari berbagai aspek, baik aspek spiritual,
psikologis, sosial, maupun fisik. Berikut adalah beberapa hikmah shalat wajib yang
dapat kita ketahui:
15
Shalat wajib adalah salah satu bentuk ibadah mahabbah atau ibadah cinta kepada
Allah SWT. Dengan shalat wajib, kita menunjukkan rasa syukur dan penghormatan
kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya kepada
kita. Dengan shalat wajib, kita juga mengekspresikan rasa cinta dan rindu kepada
Allah SWT sebagai Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang. Rasulullah SAW
bersabda: yang artinya:
“Barangsiapa yang mencintai untuk bertemu dengan Allah, maka Allah pun
mencintainya. Dan barangsiapa yang benci untuk bertemu dengan Allah, maka
Allah pun membencinya.” (HR Muslim)
16
Syariat Islam merupakan aturan yang berlaku dalam ajaran Islam untuk
mengatur seluruh sendi kehidupan manusia. Menjelang hari kiamat, seluruh syariat
Islam akan Allah SWT hilangkan satu demi satu. Dan shalat akan menjadi syariat
Islam terakhir yang dihilangkan oleh Allah SWT.
Dalam riwayat Abu Umamah yang marfu’ disebutkan: “Syari'at Islam akan lenyap
satu demi satu. Setiap kali suatu syari'at Islam lenyap, maka manusia akan
berpedoman pada aturan yang menggantikannya. Syari'at Islam yang pertama kali
akan lenyap adalah hukum, sedang yang terakhir kali lenyap adalah shalat.” (HR.
Ahmad).
4. Allah berikan pujian kepada mereka yang mendirikan shalat
Allah SWT sangat senang dengan hamba yang selalu mendirikan shalat,
apalagi kepada mereka yang juga memerintahkan keluarganya untuk melaksanakan
ibadah ini. Karenanya, Allah SWT pun akan memberikan pujian kepada umat yang
mendirikan shalat.
mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia
adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi. Dan
ia menyuruh ahlinya untuk mengerjakan salat dan menunaikan zakat; dan ia
adalah seorang yang diridai di sisi Tuhannya.” (QS. Maryam: 54-55).
5. Termasuk ke dalam rukun Islam
Seperti yang sudah diterangkan sebelumnya bahwa shalat adalah rukun
Islam kedua setelah kalimat syahadat. Maka dari itu, penting bagi umat Islam untuk
selalu menunaikan ibadah shalat.
Dari Abdullah bin Umar, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda: “Islam
didirikan di atas lima dasar: bersaksi bahwa tiada ilah kecuali Allah dan bahwa
Muhammad adalah utusan Allah; mendirikan shalat; menunaikan zakat; berpuasa
pada bulan Ramadhan; dan mengerjakan haji ke Baitullah.” (QS. Muslim).
2.2.5 Syarat Sah Sholat
Syarat sah salat Pengertian syarat sah salat adalah hal-hal yang menjadi
penentu keabsahan salat, tetapi bukan bagian dari salat. Ini berbeda dengan rukun
yang merupakan bagian dalam salat. Ada delapan syarat sah salat.
1. Suci dari hadas besar dan kecil. Suci dari hadas besar dilakukan dengan
mandi wajib. Suci dari hadas kecil dilakukan dengan mengambil wudu.
2. Suci pakaian, badan, dan tempat dari najis.
3. Menutup aurat.
4. Menghadap kiblat.
5. Masuk waktu salat.
6. Mengetahui rukun-rukun salat.
7. Tidak meyakini bahwa di antara rukun-rukun salat ialah sunah.
17
8. Menjauhi semua yang membatalkan salat.
1. Zhuhur
Waktunya dari tergelincirnya matahari hingga bayangan semua benda sama
panjang dengan aslinya.
18
2. ‘Ashar
Waktunya dari saat bayangan semua benda sama panjang dengan aslinya
hingga terbenamnya matahari.
3. Maghrib
Waktunya dari terbenamnya matahari hingga hilangnya warna kemerah-
merahan pada senja. Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam : “Waktu
shalat Maghrib selama warna kemerah-merahan pada senja belum hilang.
4.‘ Isya’
Waktunya dari hilangnya merah senja hingga pertengahan malam.
Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu a’alaihi wa sallam: “Waktu shalat ‘Isya’
hingga pertengahan malam.
5. Shubuh
Waktunya dari terbit fajar hingga terbit matahari.
Melaksanakan sholat yang fardhu bagi umat Islam adalah hal yang wajib
dilakukan dengan ketentuan lima kali dalam sehari. Kewajiban ini secara eksplisit
dijelaskan dalam Al-Qur’an:
Artinya: “Maka bertasbihlah kepada Allah pada petang hari dan pagi hari (waktu
subuh) dan segala puji bagi-Nya baik di langit, di bumi, pada malam hari dan pada
waktu zuhur (tengah hari)” (QS Ar-Rum: 17-18)
Namun, ternyata sholat fardhu atau yang diwajibkan bukan hanya lima
waktu tersebut. Hal tersebut yang dikemukakan oleh Imam Abu Hanifah, atau yang
disebutkan mazhab Hanafi.
merangkum, dalam hal ini para ulama berbeda pandangan. Di sisi lain mayoritas
ulama yakni Aimmah ats-Tsalatsah yang meliputi Imam Syafi’i, Imam Malik, dan
Imam Ahmad berpandangan bahwa sholat wajib hanya terbatas pada sholat lima
waktu saja.
Sedangkan menurut mazhab Hanafi, selain sholat lima waktu terdapat sholat
lain yang juga wajib dilakukan, yakni sholat Witir dan sholat ‘Id. Dengan
19
demikian, menurut mazhab Hanafi ini, sholat yang wajib dilakukan dalam satu hari
satu malam ada enam sholat (dengan menambahkan sholat Witir). Sedangkan
sholat ‘Id hanya dilakukan dua kali dalam satu tahun, yakni sholat Idul fitri dan
sholat Idul Adha.
“sholat yang memiliki waktu khusus terbagi menjadi tiga bagian menurut mazhab
Hanafiyah. Pertama, sholat fardhu yakni sholat lima waktu. Kedua, sholat wajib
yakni sholat witir dan dua sholat ‘Id (Idul Fitri dan Idul Adha). Ketiga, sholat
sunnah seperti sunnah qabliyah dan ba’diyah bagi sholat lima waktu. Mayoritas
ulama tidak membedakan antara fardhu dan wajib. Dan sholat Witir menurut
mayoritas ulama adalah sunnah, begitu juga dua sholat ‘Id menurut mazhab
Malikiyah dan Syafi’iyah. Sedangkan menurut mazhab Hanabilah hukumnya
adalah fardhu kifayah,” (Kementrian Wakaf dan Urusan Keagamaan, al-Mausu’ah
al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, juz 7, h. 170).
Selain dua sholat di atas, terdapat pula sholat yang juga dihukumi wajib
dikarenakan faktor-faktor lain, seperti sholat sunnah yang dinazari (terikat janji atau
nazar). Misalnya, seseorang bernazar akan sholat dhuha selama sebulan berturut-
turut jika diterima kerja. Maka sholat dhuha yang semula sunnah pun berubah
hukumnya menjadi wajib. Dalam sholat sunnah yang terikat nazar, kewajiban
melaksanakannya bukan berdasarkan sholat sunnah itu sendiri, tetapi lebih karena
nazar yang diucapkan oleh seseorang.
20
4. Sholat Qadha
Selain ketiga sholat di atas, sholat yang dihukumi wajib ialah sholat qadha
dari salah satu (atau lebih) sholat fardhu lima waktu yang pernah ditinggalkan. Jenis
sholat fardhu ini merupakan pengganti sholat wajib yang lima waktu,
dikarenakan udzur (halangan) satu dan lain hal yang diperbolehkan oleh syari’at.
Qadha dalam sholat adalah melaksanakan sholat sesudah habisnya waktu, atau
sesudah waktu yang tidak mencukupi untuk menyelesaikan satu rakaat atau lebih.
2.3 Zakat
Zakat menurut bahasa yaitu tumbuh dan tambah. Kata ‘ zakat’ juga di
gunakan untuk ungkapan pujian, suci, keshalehan, dan berkah.
Secara terminologis zakat yang berarti hak yang wajib di ambil dari harta
yang banyak (yaitu harta yang mencapai nishab) untuk di berikan kepada kelompok
tertentu, yaitu mereka yang berhak mendapatkan sebagian dari harta tersebut.
2. Zakat Maal
Seperti diuraikan terdahulu bahwa zakat sepadan dengan kata shadaqah,
juga bahkan dengan kata infaq. Ketiga istilah tersebut merupakan kata yang
mengindikasikan adanya ibadah maliyah, ibadah yang berkaitan dengan
harta konsep ini sudah di sepakati oeh para ahli Islam
a. Merdeka
b. Islam
c. Baligh- berakal
d. Kodisi harta itu dapat berkembang
e. Kondisi harta sampai nishab
f. Kepemilikan yang sempurna terhadap harta
g. Berlalu selama satu tahun, genapnya satu tahun adalah syarat untuk zakat mal
h. Tidak ada utang
i. Lebih dari kebutuhan pokok.
21
2.3.4 Syarat Sahnya Zakat
a. Niat,
para fuqoha bersepakat bahwasannya niat adalah salah satu syarat
membayar zakat, demi membedakan dari kafarat dan sadaqah sadaqah yang
lain
b. Memberi kepemilikan.
Disyariatkan pemberian hak kepemilikan demi keabsahan pelaksanaan
zakat. Yakni dengan memberikan zakat kepada orang orang yang berhak,
a. Barang dagangan
b. Emas dan perak serta harta yang disamakan dengan emas dan perak.
d. Hewan ternak
• Orang fakir
orang fakir adalah orang orang yang tidak mempunyai sesuatu untuk mencukupi
kebutuhan hidup mereka dan mereka tidak mapu berusaha. Atau, mereka adalah
orang orang hanya memiliki sedikt harta untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Orang orang miskin adalah orang yang mempunyai harta yang hanya cukup untuk
memenuhi setengah atau lebih dari kebutuhan mereka. Dan, mereka diberi bagian
dari zakat yang dapat menutupi kekurangan dalam memenuhi kebutuhan mereka
selama satu tahun
Mereka adalah para petugas yang ditunjuk oleh pemimpin kaum muslimin untuk
mengumpulkan zakat dari para pembayarnya, menjaganya dan membaginya kepada
orang orang yang berhak menerimanya.
22
Orang orang muallaf ada dua macam yaitu orang orang kafir dan orang orang
muslim. Orang kafir di beri bagian zakat apa bila dengannya, maka kemmungkinan
besar ia akan masuk isla. Jadi pemberian zakat
Amil zakat adalah mereka para petugas yang ditunjuk oleh pemimpin kaum
muslimin untuk mengumpulkan zakat dari para pembayarnya, menjaganya dan
membaginya kepada orang orang yang berhak menerimanya42 . Berdirinya
organisasi-orgnisasi pengelola zakat merupakan sebuah harapan akan tertolongnya
kesulitan hidup kaum dhuafa dan pada sisi lain akan membantu mengurangi
masalah kemiskinan. Dengan adanya organisasi ini, kaum dhuafa dapat terbantu
dan terbina sehingga mereka bisa memenuhi tuntutan pokok hidupnya dan keluar
dari kesulitan ekonomi dengan mendesak para muzakki untuk memenuhi kewajiban
zakat
a. Muslim
Agar pengelolaan zakat berjalan dengan baik, maka BAZ / LAZ harus menerapkan
prinsip-prinsip good organization governance (tata kelola organisasi yang baik.
Pertama amanah, zakat merupakan salah satu rukun Islam yang berbicara tentang
kemasyarakatan. Firman Allah. ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
23
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan
Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.(At-Taubah 103)
2.4 Puasa
1. Syarat puasa
2. Rukun puasa
• Niat Pada malamnya
• Menahan diri dari dari segala yang membatalkan puasa dari terbit fajar
hingga terbenamnya matahari
1.Puasa Wajib.
A. Puasa Ramadhan
yakni puasa sebulan penuh dibulan ramadhan yang hukumnya wajib bagi setiap
muslim yang sudah baligh.
B. Puasa Nadzar
yakni puasa yang disebabkan karena janji, oleh karena itu puasa yang di nadzarkan
hukumnya wajib.
24
2. Puasa Sunnah
3. Puasa Makruh
Jika melakukan puasa pada hari jum’at atau sabtu dengan niat di khususkan
atau disengaja maka hukunya makruh kecuali bermaksud mengqodho puasa
Ramadhan, puasa karena nadzar ataupun kifarat.
4. Puasa Haram
25
2. Sengaja Berhubungan Seksual
Hal-hal yang membatalkan puasa selanjutnya adalah berhubungan suami istri
tidak pada waktunya. Jika sengaja berhubungan seksual di siang hari saat puasa,
bukan hanya batal tapi juga dikenai denda atas perbuatannya. denda tersebut yakni
berpuasa selama 2 bulan berturut-turut. Jika tidak mampu, seseorang wajib memberi
makanan pokok senilai satu mud tau sekitar 0,6 kilogram beras kepada 60 fakir
miskin.
Allah SWT berfirman:
“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri
kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka.
Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah
mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah
mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu,” (QS Al-Baqarah :
187).
3. Tidak mengendalikan Nafsu
Tidak bisa mengendalikan diri dan hawa nafsu termasuk hal-hal yang
membatalkan puasa selanjutnya. Meski begitu, Islam memperbolehkan kembali
berhubungan suami istri jika sudah selesai melaksanakan puasa selama satu hari.
Begitu juga dengan dilakukan di malam harinya setelah berbuka puasa. Sanksi
diberikan sebagai sebagai ganti atas dosa yang dilakukan berupa berhubungan
seksual pada saat puasa.Apabila tidak mampu, kafarat tersebut tidak gugur dan tetap
menjadi tanggungannya. Pada saat ada kemampuan untuk membayar dengan cara
mencicil, maka harus dilakukan dengan segera.
4. Keluarnya Air Mani (Sperma)
Air mani keluar akibat onani atau bersentuhan dengan lawan jenis akan membatalkan
puasa. Termasuk keluar meski tidak ada hubungan seksual di dalamnya. Hal ini
berbeda jika mani keluar karena mimpi basah, puasanya tetap sah dan bisa
dilanjutkan. Jika dilakukan karena kesengajaan dan tidak mampu menjaga hawa
nafsunya, maka ini termasuk hal-hal yang membatalkan puasa.
Kesengajaan itu bisa disebabkan seperti melakukan aktivitas seperti:
-Masturbasi.
-Berciuman.
-Berpegangan dengan lawan jenis.
-Melihat aurat lawan jenis secara sengaja.
26
Air mani keluar tersebut keluar akibat timbul hasrat atau nafsu yang membuat puasa
menjadi batal.
5. Merokok
Tidak hanya itu, merokok juga termasuk kegiatan yang dapat membatalkan
puasa.Hal ini pun juga sebagaimana ia tidak mampu menjaga hawa nafsunya dengan
baik.alasan larangan merokok di bulan Ramadan adalah karena mengandung partikel
yang dapat mencapai perut.
6. Menstruasi atau Haid
Tidak seperti laki-laki, perempuan bisa saja mengalami fase menstruasi setiap
bulannya. Dengan demikian, puasa adalah salah satu larangan saat haid dalam Islam
bagi perempuan. Para ulama mahdzab fiqh menyepakati bahwa keluarnya darah haid
membuat seorang perempuan tidak boleh berpuasa.
Imam Nawawi, seorang ulama hadist mengatakan bahwa,
“Kaum muslimin sepakat bahwa perempuan haid tidak wajib salat dan puasa dalam
masa tersebut,” (Al-Minhaj Syarhu Shahih Muslim, 3/250).
Darah haid yang dimaksud ini juga termasuk flek yang keluar seiring mendekati masa
haid. Tentunya, ini akan membatalkan puasa dengan sepenuhnya. Ini mirip dengan
dupa, yang juga tidak diperbolehkan ketika berpuasa, karena partikel yang bisa
dihirup orang.
7. Masa Nifas
Masa nifas juga termasuk hal-hal yang membatalkan puasa bagi perempuan.
Selain hal-hal yang membatalkan puasa, perempuan haid atau nifas wajib untuk
mengganti puasanya. Umumnya darah haid keluar selama satu minggu, dan paling
lama berlangsung selama 15 hari. Sementara itu, masa nifas biasanya 40 hari,
sedangkan paling lama adalah 60 hari. Apabila setelah itu tidak ada lagi darah yang
keluar, maka perempuan telah suci dan harus mandi wajib. Jika masih tersisa waktu
untuk puasa dalam bulan Ramadan, maka wajib menjalankan puasa hingga hari
Idulfitri.
8. Sengaja Memasukkan Benda ke Organ Dalam
ketika ada benda (ain) yang masuk dalam salah satu lubang. Artinya yang
berpangkal pada organ bagian dalam, yang dalam istilah fiqih biasa disebut dengan
jauf. Jauf adalah lubang mulut, telinga, dan hidung. Ini memiliki batas awal yang
ketika benda melewati batas tersebut maka puasa menjadi batal. Dalam hidung, batas
awalnya adalah bagian yang disebut dengan muntaha khaysum (pangkal insang). Ini
letaknya sejajar dengan mata. Untuk organ telinga, batasannya adalah yang sekiranya
tidak telihat oleh mata. Sedangkan dalam mulut, batas awalnya adalah tenggorokan
27
yang biasa disebut dengan hulqum, dikutip dari Syekh Zainuddin al-Maliabari, Fath
al-Mu’in, juz 1, hal. 259.
9. Hilang Akal
Seperti halnya rukun salat, orang yang berpuasa juga harus dalam keadaan
sadar atau waras. Ketika seseorang gila saat sedang melaksanakan puasa, ini
termasuk hal-hal yang membatalkan puasa. Gejala ini bisa terlihat dari perilaku
mereka yang tidak sesuai dengan orang normal biasanya. Yakni gila karena tidak bisa
membedakan perkara halal dan haram serta perilaku baik dan tidak. Orang tersebut
maka dianggap sudah keluar dari kewajiban berpuasa.
10. Mabuk Alkohol
seseorang yang sedang mabuk akibat konsumsi alkohol pun bisa membatalkan puasa.
Dampak alkohol untuk kesehatan memang tidak baik, beberapa efek negatifnya
yakni:
-Mengganggu sistem pencernaan.
-Tidak fokus bekerja.
-Hilang kesadaran.
Selain minum alkohol, ini juga berlaku bagi mereka yang mencium produk berbau
memabukkan.
11. Pingsan
Pingsan bisa disebabkan dari masalah kesehatan ataupun karena kurangnya stamina
tubuh. Jika ini terjadi, maka termasuk dalam hal-hal yang membatalkan puasa.
Pingsan membuat penderitanya tak sadarkan diri atau hilang kesadaran. Sama seperti
gila, ini juga tidak memiliki kewajiban untuk melanjutnya puasanya.
2.5 Haji
2.5.1 Pengertian Haji dan Umrah
Secara bahasa haji berasal bahasa Arab haj atau hijj, yang berarti menuju
atau mengunjungi tempat yang agung. Dalam pengertian agama, haji adalah
perjalanan menuju Mekkah untuk melaksanakan ibadah thawaf, sa‟i, wukuf di
Arafah, dan seluruh rangkaian manasik ibadah haji sebagai bentuk pelaksanaan
perintah Allah dan dalam kerangka mencari ridha-Nya. Umrah secara bahasa berarti
ziarah. Secara istilah, umrah berarti mengunjungi Ka‟bah dan thawaf sekelilingnya,
sa‟i antara bukit Shafa dan Marwah, serta mencukur atau memotong rambut.
28
2.5.2 Dasar Kewajiban Ibadah Haji
Ibadah haji diwajibkan bagi setiap Muslim dan Muslimah yang mampu
(istitha‟ah), sekali seumur hidup. Kewajiban untuk melaksanakan ibadah haji
ditetapkan berdasarkan al-Qur‟an, Sunnah, dan Ijma‟. Dasar kewajiban haji dalam
Al-Qur‟an adalah firman Allah yang artinya:
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat)
manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi dan menjadi
petunjuk bagi semua manusia. padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di
antaranya) maqam Ibrahim; Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi
amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah SWT,
Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa
mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam.
Kewajiban pelaksanaan ibadah haji juga didukung oleh hadits Nabi yang
artinya:”Islam itu dibangun atas lima dasar; syahadat (kesaksian) bahwa tiada tuhan
selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan salat,
menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan haji.
2.5.3 Persyaratan Wajib Haji
Haji (dan umrah) menjadi wajib atas seseorang yang telah memenuhi
persyaratan-persyaratan sebagai muslim, baligh, berakal, merdeka (bukan budak)
dan memiliki kemampuan (istitha‟ah). Akan tetapi, seandainya seorang anak yang
belum baligh melakukan haji maka hajinya itu sah walaupun tidak menggugurkan
kewajibannya untuk berhaji lagi lagi kelak, jika telah mencapai usia baligh dan
memiliki kemampuan untuk itu.
Terkait dengan dasar kewajiban haji di atas ada beberapa hal yang perlu
dijelaskan lebih lanjut, yakni tentang istitha‟ah (mampu), berhaji dengan biaya
orang lain, berhutang untuk haji, berhaji dengan urang haram, serta keutamaan haji
dan umrah.
2.5.4 Istitha’ah
Istitha‟ah (mampu) yang merupakan salah satu syarat wajib haji, meliputi beberapa
hal sebagai berikut:
29
lain untuk berhaji atas namanya, ia sendiri sebelum itu harus telah
menunaikan wajib haji atas nama dirinya sendiri.
• Perjalanan yang aman ketika pergi dan pulang terhadap jiwa dan harta
seseorang. Seandainya terdapat kekhawatiran adanya kerawanan perampok
atau wabah penyakit dalam perjalanan, maka ia belum wajib haji karena
belum dianggap berkemampuan untuk itu.
1. Haji Qiran
Macam-macam haji, yang pertama adalah haji qiran yaitu ibadah haji dan
umrah yang di lakukan secara sekaligus atau bersama-sama dalam satu niat, dengan
niat yang berbunyi : “labbaika hajjan wa ‘umratan”. Maksudnya yaitu setelah Anda
selesai melaksanakan ibadah haji, Anda tidak perlu lagi mengerjakan ibadah umrah
karena sudah di jalankan dalam satu niat sekaligus.
Namun jika Anda memilih untuk menajalankan ibadah haji qiran maka
Anda akan dikenakan dam karena menggabungkan ibadah haji dan umrah dalam
satu waktu. Dam tersebut dapat berupa menyembelih seekor kambing atau bila
30
tidak mampu dapat berpuasa 10 hari. Bagi yang melaksanakan Haji Qiran
disunnatkan melakukan tawaf Qudum saat baru tiba di Mekah.
2. Haji Ifrad
3. Haji tamattu
Terakhir yaitu haji tamattu yaitu mengerjakan ibadah haji di dahului oleh
umrah. Pada umumnya jamaah asal Indonesia melaksanakan ibadah haji ini. Dalam
pelaksanaan nya haji Tamattu tergolong lebih mudah. yaitu sesampainya di mikat
mikani Anda berniat ihram untuk umrah dengan mengucapkan niat : “labbaika
‘umratan”, kemudian berangkat ke makkah sambil membaca talbiyah, sesampainya
di makkah lalu melakukan tawaf serta sa’i untuk umrahnya, setelah itu bertahallul
dengan mencukur atau menggunting rambut.
Setelah ini semua selesailah umrahnya dan Anda bebas dari status ihram
dan bisa memakai pakaian Anda kembali. Kemudian barulah tanggal 8 zulhijjah
Anda mulai berihram lagi mengerjakan haji dengan segala rangakaiannya sampai
dengan selesai. Jika Anda menjalankan ibadah haji tamattu ini Anda akan di
kenakan dam.
Ada juga orang yang melakukan ibadah haji tetapi biayanya dia dapatkan
dari uang haram, apakah berhaji dengan cara demikian diperbolehkan? Banyak
ulama berpendapat bahwa haji seseorang yang dibiayai dengan uang haram tetap
dianggap sah (yakni cukup untuk menggugurkan kewajibannya berhaji), meskipun
dosanya tidak terhapus karenanya. Akan tetapi menurut Imam Ahmad bahwa
hajinya itu tidak cukup untuk menggugurkan kewajibannya, mengingat sabda Nabi
saw dalam sebuah hadis sahih, “Sungguh Allah adalah Maha Baik, tidak menerima
kecuali yang baik.” Oleh karena itu, setiap orang wajib membersihkan harta yang
akan digunakannya untuk berhaji, dari segala sesuatu yang syubhat apalagi yang
haram. Agar hajinya dapat diterima oleh Allah.
31
2.5.8 Keutamaan-keutamaan Haji
2.6 Nikah
Kata nikah berasal dari bahasa Arab yakni nikaahun yang merupakan
masdar dari kata kerja nakaha. Sinonimnya tazawwaja kemudian diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia sebagai perkawinan. Kata nikah sering kita gunakan sebab
telah masuk ke dalam bahasa Indonesia.
32
“Akad yang mengandung pemilikan untuk melakukan persetubuhan yang
diungkapkan dengan kata-kata ankaha atau tazwij atau dengan kata-kata lain yang
semakna dengan keduanya”.
1. Rukun nikah
Dalam memahami tentang Rukun perkawinan ini ada beberapa buku dan
pendapat yang mengutarakan dan menguraikan dengan susunan yang berbeda tetapi
tetap sama intinya. Pernikahan yang di dalamnya terdapat akad, layaknya akad-
akad lain yang memerlukan adanya persetujuan kedua belah pihak yang
mengadakan akad. Jumhur ulama sepakat bahwa rukun pernikahan terdiri atas :
2. Syarat-syarat nikah
Syarat-syarat perkawinan merupakan dasar bagi sahnya perkawinan.
Apabila syarat-syaratnya terpenuhi, maka perkawinan itu sah dan menimbulkan
adanya segala hak dan kewajiban sebagai suami istri.
a. Beragama Islam
b. Bukan mahram dari calon istri dan jelas halal nikah dengan calon istri
c. Terang (jelas) bahwa calon suami itu betul laki-laki
d. Tidak sedang mempunyai istri empat
e. Tidak mempunyai istri yang haram dimadu dengan calon istri
f. Calon suami rela (tidak dipaksa) untuk melakukan pernikahan
g. Calon suami kenal pada calon istri serta tahu betul calon istrinya halal baginya
h. Tidak sedang melakukan ihrom,
Nabi SAW bersabda : ُطب ُ ََ الَ يـ ُ ْن ِك ُح ْالـ ُمحْ ِر ُم َوالَ يـ ُ ْن َك ُح َوالَ ي ْخSeseorang yang sedang
berihram tidak boleh menikahkan, tidak boleh dinikahkan, dan tidak boleh
mengkhitbah.
a. Beragama Islam
b. Tidak bersuami dan tidak dalam iddah
c. Bukan mahram calon suami
33
d. Terang (jelas) bahwa calon istri itu bukan khuntsa dan betul-betul perempuan
e. Belum pernah di li’an (sumpah li’an) oleh calon suami
f. Tidak sedang dalam ihram
g. Calon istri rela (tidak dipaksa) untuk melakukan pernikahan
h. Telah memberi izin kepada wali untuk menikahkannya,
34
Poligami merupakan salah satu sistem perkawinan dari bermacam- macam system
perkawinan yang dikenal manusia, seperti Monogami, Poliandri, Poligini. Secara
etimologi poligami berasal dari dua kata yaitu poli atau polus yang berarti banyak,
dan gamein atau gamos yang berarti kawin atau perkawinan.
Menurut buku Ensiklopedi Indonesia poligami berasal dari bahsa Yunani,
(Polus = banyak, dan Gamos = perkawinan). Sistem perkawinan bahwa seorang
laki-laki mempunyai lebih dari seorang istri dalam suatu saat.
Menurut Poerwadarminto poligami itu berarti seorang laki-laki yang
beristri lebih dari seorang. Defenisi yang senada juga diungkapkan oleh Sidi
Gazalba dalam bukunya Masyarakat Islam Pengantar Sosiologi dan Sosiografi,
sebagai berikut: “Poligami yaitu seorang laki-laki mengawini lebih dari seorang
perempuan
B. Syarat-syarat poligami
Islam meletakkan poligami dalam proporsinya ketika agama-agama lain dan
masyarakat pada masa lalu memberlakukan poligami tanpa batas dan sebab
tertentu, maka Islam membolehkan poligami dengan sebab-sebab tertentu pula.
Dengan demikian Islam memberlakukan syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi
oleh seorang suami ketika akan berpoligami yang otomatis jika tidak sanggup
memenuhi syarat-syarat tersebut maka Islam mengharamkan seorang suami
melakukan poligami. Syarat-syarat poligami menurut Al-qur’an sudah tercantum
dalam dasar hukum dibolehkannya poligami itu sendiri, yaitu dalam surat An-nisa’
ayat 3 yang berbunyi:
ََع فَإِ ْن خِ ْفت ُ ْم أَاله َ َنى َوثُل
َ ث َو ُربَا َ ِِّاب لَ ُك ْم مِ نَ الن
َ ْساءِ َمثـ َ طَ طوا في ِ ْاليَت َا َمى فَا ْن ِك ُحوا َما
ُ إِ ْن خِ ْفت ُ ْم أَاله تـ ُ ْق ِس
٣﴾ْنى أَاله تـَعُولُوا ﴿النساء َ
َ يم َْانُ ُك ْم ذلِكَ أَد
َ َ َت أ
ْ اح دَة أ َ ْو َما َملَك
ِ تـَ ْع ِدلُوا فـَ َو:
Artinya: “Apabila kamu takut tidak dapat berbuat adil terhadap perempuanyatim
(yang kamu kawini) maka kawinilah wanita-wanita (lain)yang kamu senangi, dua,
tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak dapat berbuat adil maka kawinilah
seorang saja, atau budak-budakmu. Yang demikian itu lebih dekat kepada tidak
berbuat aniaya” (QS. An-Nisa’:3).
Penyempurna Agama
Keutamaan menikah dalam Islam yang pertama yaitu sebagai penyempurna agama.
Menikah merupakan salah satu cara untuk menyempurnakan agama. Dengan
menikah, maka separuh agama telah terpenuhi. Jadi salah satu keutamaan menikah
ialah penyempurnakan agama yang belum terpenuhi agar semakin kuat seorang
muslim dalam beribadah.
35
Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Apabila seorang hamba menikah maka telah sempurna separuh agamanya, maka
takutlah kepada Allah SWT untuk separuh sisanya" (HR. Al Baihaqi dalam
Syu'abul Iman).
Artinya: "Dari Aisyah r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Menikah itu
termasuk dari sunahku, siapa yang tidak mengamalkan sunahku, maka ia tidak
mengikuti jalanku. Menikahlah, karena sungguh aku membanggakan kalian atas
umat-umat yang lainnya, siapa yang mempunyai kekayaan, maka menikahlah, dan
siapa yang tidak mampu maka hendaklah ia berpuasa, karena sungguh puasa itu
tameng baginya.” HR. Ibnu Majah.
36
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
37
DAFTAR PUSTAKA
38