Anda di halaman 1dari 15

THAHARAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Fiqih

Dosen Pengampu: Muhisom, M.Pd.I

Disusun Oleh:

1. Nira Amelia putri (2311100103)


2. Nur Aini (2311100106)
3. Rian Saputra (2311100313)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta mereka yang
mengikuti jejaknya hingga akhir zaman.
Makalah ini disusun dengan niatan tulus untuk mendalami salah satu aspek penting
dalam kehidupan seorang Muslim, yaitu masalah thaharah. Thaharah, yang merupakan
persiapan spiritual dalam menjalankan ibadah, memiliki kedudukan yang sangat penting
dalam agama Islam. Sebab, kebersihan tubuh dan jiwa adalah landasan bagi pelaksanaan
shalat, bacaan Al-Quran, dan ibadah lainnya.
Makalah ini mencoba menggali lebih dalam mengenai konsep thaharah dalam Islam,
mencakup jenis-jenisnya, tata cara, serta pentingnya menjaga kebersihan dalam kehidupan
sehari-hari. Selain itu, makalah ini juga berusaha memberikan pemahaman yang lebih baik
tentang bagaimana thaharah bukan hanya sekadar aturan, tetapi juga merupakan bagian dari
ibadah yang membentuk ikatan spiritual antara manusia dan Tuhannya.
Penyusunan makalah ini tentu tidak lepas dari kerjasama, bantuan, dan
doa restu dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
pemahaman yang lebih dalam tentang thaharah, serta menjadi sumber
pengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca. Mari bersama-sama menggali lebih
dalam makna thaharah dalam Islam dan menjadikannya sebagai bagian integral
dari kehidupan kita sebagai umat Muslim. Akhir kata, segala kekurangan dalam
makalah ini tentu menjadi tanggung jawab penulis semata.

Penyusun

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................1
1. Latar Belakang.................................................................................................................1
2. Rumusan Masalah............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................2
1. Pengertian Thaharah........................................................................................................2
2. Macam-Macam Thaharah................................................................................................3
3. Macam-Macam Najis dan Cara Membersihkannya........................................................7
4. Jenis-Jenis Air Mutlak....................................................................................................8
BAB III KESIMPULAN....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Fiqih lahir bersamaan dengan lahirnya agama Islam, karena agama Islam itu
merupakan kumpulan peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya,
hubungan manusia dengan sesama. Fiqih akan mengarahkan terhadap suatu perbuatan
itu bisa dihukumi wajib, haram, sunnah, makruh ataupun mubah, yang disebut dengan
hukum taklifi (hukum yang berkenaan dengan perbuatan mukallaf). Ataupun
mengarahkan pada hukum wad’i, yaitu hukum yang tidak ada hubungannya dengan
perbuatan mukallaf.
Thaharah (bersuci) merupakan syarat sahnya sholat. Bukan hanya itu, bersuci
juga menjadi syarat sebelum melaksanakan ibadah lain yang disyariatkan oleh Allah
SWT. Thaharah menurut bahasa yaitu membersihkan dari kotoran yang najis.
Sedangkan menurut syara’, thaharah adalah sesuatu yang dihukumi wajib untuk
melaksanakan shalat seperti wudhu, mandi, tayammum dan menghilangkan najis
lainnya. Beberapa macam thaharah, yaitu wudhu untuk menghilangkan hadats kecil,
mandi untuk menghilangkan hadats besar serta tayamum untuk menggantikan wudlu
dalam keadaantertentu. Thaharah pada dasarnya adalah sebuah ibadah yang mencakup
seluruh ibadahlainnya. Tanpa adanya thaharah mustahil akan terwujud ibadah yang
sah karena ibadah yang dilakukan seorang hamba harus dalam keadaan yang bersih
dan suci (thaharah wa nadhafah) untuk mencapai kesempurnaan ibadah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian thaharah?
2. Apa saja macam-macam thaharah?
3. Apa saja macam-macam najis dan bagaimana cara mensucikannya?
4. Apa saja jenis-jenis air mutlak?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Thaharah
Thaharah (bersuci) menurut bahasa berarti bersih dan membersihkan diri dari
kotoran yang bersifat hissiy (inderawi) seperti najis dan kotoran yang ma’nawi seperti
cacat fisik maupun nonfisik (aib). Sedangkan menurut syara’, thaharah adalah sesuatu
yang dihukumi wajib untuk melaksanakan shalat seperti wudhu, mandi, tayammum
dan menghilangkan najis lainnya.4 Beberapa macam thaharah, yaitu wudhu untuk
menghilangkan hadats kecil, mandi untuk menghilangkan hadats besar serta tayamum
untuk menggantikan wudlu dalam keadaan tertentu. Thaharah pada dasarnya adalah
sebuah ibadah yang mencakup seluruh ibadah lainnya. Tidak adanya thaharah
(bersuci) mustahil akan terwujud ibadah yang sah menurut Allah SWT karena ibadah
yang dilakukan seorang hamba harus dalam keadaan yang bersih dan suci (thaharah
wa nadhafah) untuk mencapai kesempurnaan ibadah. Thaharoh berasal
dari bahasa arab yang berarti bersuci. Bersuci dilakukan untuk mensucikan diri dari
hadas dan najis.5 Istilah ini kemudian digunakan dalam keseharian sebagai kegiatan
bersuci. Kegiatan bersuci dari najis ini meliputi menyucikan badan, pakaian, tempat,
dan lingkungan yang menjadi tempat segala aktifitas kita. Thaharoh (bersuci)
memiliki kedudukan sangat penting bagi kehidupan manusia. Thaharah (bersuci)
adalah syarat wajib yang harus dipenuhi dan dilakukan dalam beberapa macam ibadah
sebagaimana al-Quran surat al-Maidah ayat 6 sebagai berikut:

2
Terjemahnya: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku,dan sapulah kepalamu
dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub, maka mandilah,
dan jika kamu sakit (sakit yang tidak boleh kena air) atau dalam perjalanan atau kembali
dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh
air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu (tayamum). Allah tidak he1ndak menyulitkan kamu, tetapi Dia
hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu
bersyukur” (QS. al-Maidah: 6).
Thaharah (bersuci) dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Bersuci Lahiriah
Thaharah (bersuci) yang bersifat lahiriah adalah membersihkan diri, tempat
tinggal, lingkungan dari segala bentuk kotoran, hadats dan najis. Membersihkan
diri dari najis adalah membersihkan badan, pakaian, dantempat yang didiami
dari kotoran sampai hilang rasa, bau dan warnanya.(QS. al-Muddassir ayat 4).

2. Bersuci Batiniah
Thaharah (bersuci) batiniah adalah membersihkan jiwa dari kotoran batin berupa
dosa dan perbuatan maksiat seperti: iri, dengki, takabur dan sombong. Cara
membersihkannya dengan taubatan nashuha (taubat yang sungguh-sungguh),
yaitu memohon ampun kepada Allah SWT dan berjanji tidak akan mengulang
kembali perbuatan tersebut.

B. Macam-Macam Thaharah
Wudhu
Pengertian wudhu menurut istilah yaitu Wudhu merupakan membasuh dan
mengusap anggotan badan yang telah ditentukan yang disertai dengan niat. Atau
sampainya air padanya, yaitu kedua tangan, wajah, kepala, dan kedua kaki.
Rukun wudhu
Rukun wudhu adalah sesuatu yang harus ada atau wajib kita lakukan ketika
berwudhu. Sah atau tidaknya wudhu kita itu bergantung pada terpenuhi atau tidaknya
rukun wudhu tersebut.Berikut ini adalah penjelasan mengenai rukun wudhu:
1. Niat ketika membasuh muka.
Niat yang hukumnya wajib yaitu niat yang kita lafadzkan dalam hati pada saat
kita membasuh wajah. Adapun niat yang kita lafadzkan sebelum berwudhu itu
3
hukumnya hanya sunnah. Maka sah atau tidak sahnya wudhu kita itu tergantung
pada niat yang terlintas dalam hati ketika membasuh wajah kita.
2. Membasuh wajah.
Batasan wajah adalah bagian atas kening tempat tumbuhnya rambut sampai
bagian dagu. Bagi yang punya jenggot tipis wajib meratakan air ke bagian luar
dan dalam jenggot. Namun jika jenggotnya lebat maka cukup bagian luarnya
saja yg terkena air. Kemudian dari bagian telinga kanan sampai telinga yang kiri.
Semua yang disebutkan ini harus terkena basuhan air.
3. Membasuh kedua telapak tangan.
Tidak ada aturan khusus cara membasuhnya. Boleh dari ujung jari kemudian
kearah siku atau juga sebaliknya dari siku menuju ujung jari tangan. Yang
terpenting adalah meratakan air pada kedua tangan.
4. Mengusap sebagian kepala.
Hadits shahih yang menyebutkan Nabi SAW berwudhu dengan mengusap
seluruh kepala dari depan ke belakang itu dipahami oleh madzhab Syafi’iysebagai
kesunnahan dalam wudhu. Jadi yang wajib cukup mengusap sebagian kepala saja
sudah sah wudhunya. Sebagaimana Nabi SAW pernah melakukannya.
5. Membasuh kedua kaki hingga mata kaki.
6. Tertib. Melakukan rukun wudu secara urut.

Hal Yang Membatalkan Wudhu


Hal yang membatalkan wudhu ada 6 perkara. Diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Sesuatu yang keluar dari kemaluan.
Hal yang termasuk membatalkan wudhu adalah apapun yang keluar dari dua
kemaluan (Qubul & Dubur). Dan yang keluar itu bisa apa saja termasuk benda cair
seperti air kencing, air mani, wadi, madzi, darah, nanah, atau cairan apapun. Juga
bisa berupa benda padat seperti kotoran manusia, batu ginjal, batu akik, cacing dan
lainnya. Dan termasuk juga najis yang wujudnya berupa benda gas seperti kentut.
Semuanya itu bila keluar lewat dua lubang qubul dan dubur maka wudhunya
menjadi batal.
2. Tidur dalam keadaan tidak duduk
Tidur dengan tidak menempelkan pantat ke lantai menjadikan wudhu batal.
3. Hilang akal.
4
Yang termasuk membatalkan wudhu adalah hilang akal sebab mabuk, gila,
pingsan. Orang yang tidur itu tidak sadarkan diri apalagi hilang akal karena mabuk
misalnya. Yang sama sama tidak sadarkan diri. Maka wudhunya juga batal.

4. Sentuhan kulit

Sentuhan kulit antara pria dan wanita yang bukan mahram dapat membtalkan
wudhu. Perlu diketahui bahwa jika sentuhan yang terjadi adalah menyentuh kuku,
gigi dan rambut wanita maka wudhunya tidak batal. Apabila sentuhan kulit dengan
kulit yang ada kain yang menghalangi maka wudhunya juga tidak batal. Begitu
juga sentuhan dengan sesama mahram wudhunya juga tidak batal. Bagi yang masih
bingung apa itu mahram. Mahram adalah orang yang haram kita nikahi seperti ibu
kandung kita misalnya. Maka sentuhan dengan ibu kandung tidak batal. Dan
sebaliknya bukan mahram adalah orang yang halal kita nikahi. Seperti wanita lain
yang bukan keluarga kita misalnya. Maka jika sentuhan kulit dengan kulit maka
wudhunya batal.
5. Menyentuh qubul.
Menyentuh qubul dapat membatalkan wudhu, yaitu menyentuh kemaluan
depan dengan telapak tangan tanpa penghalang. Adapun jika ada kain yang
menghalangi maka wudhunya tidak batal.

6. Menyentuh dubur.
Menyentuh dubur membatalkan wudhu juga yaitu, menyentuh kemaluan
belakang (dubur) dengan telapak tangan tanpa penghalang. Adapun jika ada kain
yang menghalangi maka wudhunya tidak batal.

Tayamum
Menurut bahasa pengertian tayamum adalah bersengaja. Sedangkan menurut istilah
tayamum yaitu bersengaja dengan menggunakan debu untuk mengusap muka dan
keduatelapak tangan untuk menggantikan wudlu dan mandi wajib dengan tujuan agar
dapatmelakukan sholat. Tayamum dilakukan untuk menggantikan wudlu dan mandi
wajibjikan seseorang ada halangan seperti sakit atau tidak adanya air untuk mensucikan
diri.
Tata Cara Bertayamum:
1. Membaca Bismillahirrahmanirrahim pada awal tayamum lalu mengucapkan niat
5
tayamum semata-mata karena Allah SWT.
2. Meletakkan kedua telapak tangan ke tanah/tempat yang mengandung unsur
tanah/debu yang suci.
3. Lalu meniup debu yang menempel dikedua telapak tangan.
4. Kemudian mengusapkan kedua telapak tangan ke wajah.
5. Kemudian langsung mengusapkan ke tangan kanan lalu kekiri cukup sampai
pergelangan telapak tangan.
Rukun Tayamum:
1. Mengucapkan niat .
2. Mengusapkan debu ke muka.
3. Mengusapkan debu ke kedua telapak tangan sampai siku.
4. Tertib/urut

Mandi Wajib
Mandi wajib dapat disebut sebagai mandi besar atau mandi jinabat. Mandi besar atau
mandi jinabat adalah membersihkan tubuh yang disebabkan sesuatu yang mewajibkan
mandi, seperti junub, pasca haid atau nifas dengan meratakan air ke seluruh tubuh
dengan niat untuk menghilangkan hadas besar karena tunduk kepada Allah swt. Seusai
kita melakukan mandi wajib maka ibadah yang kita kerjakan akan menjadi sah

Mandi wajib disyariatkan Islam sebagaimana firman Allah swt. dalam Surah al-Maidah
ayat 6, yaitu:

Tata Cara Mandi

1. Niat, dalam hati. Adapun bacaan niat sebagai berikut:

6
2. Mencuci kedua telapak tangan 3 kali dengan maksud agar kedua tangan benar-
benar bersih dari semua kotoran yang menempel.
3. Membersihkan alat kelamin juga 3 kali, karena alat kelamin adalah bagian
yang sangat tertutup, sehingga lembap dan bau maka harus dibersihkan. Bisa
dibantu dengan menggunakan sabun khusus agar terhindar dari kuman- kuman
penyakit, terlebih mandi pasca haid atau nifas.
4. Kemudian berwudu secara sempurna seperti halnya wudu untuk salat.
5. Lalu menuangkan air ke atas kepala sebanyak tiga kali sambil menyela- nyelai
rambut agar air sampai membasahi urat-uratnya.
6. Kemudian menguyur seluruh anggota badan dengan memulai sebelah kanan,
membersihkan anggota badan yang berlekuk-lekuk, seperti ketiak, bagian
dalam telinga, pusar dan juga menggosok sela-sela jari tangan dan kaki.

C. Macam-Macam Najis Dan Cara Mensucikannya


Najis secara bahasa artinya sesuatu yang tidak bersih atau kotor. Secara istilah
najis adalah kotoran yang menjadi sebab terhalangnya seseorang untuk beribadah
kepada Allah SWT. Bersuci dari najis yaitu suatu cara untuk membersihkan diri dari
sesuatu yang Najis.
Najis dapat dikelompokkan menjadi tiga tingkatan, yaitu :
1. Najis Mukhaffafah
Najis Mukhaffah ini dapat diartikan sebagai Najis yang masih ringan.
Yang masuk dalam kelompok Najis Mukhaffaf ini adalah air kencing dari anak
bayi khusunya untuk laki-laki (bukan anak bayi dari jenis kelamin Perempuan)
yang usianya belum genap 2 tahun dan anak bayi laki-laki tersebut hanya makan
dan minum air susu dari ibunya (air susu ibu). Tetapi anak bayi laki-laki yang
belum genap usianya 2 tahun sudah makan sesuatu selain air susu ibunya, maka
dapat dikatakan air kencingnya itu bukan termasuk Najis mukhaffafah.
Najis mukhaffah ini dianggap ringan, maka cara mensucikan Najis
mukhaffafah ini hanya cukup dengan memercikkan air dibagian tertentu yang

7
terkena Najis, tidak harus dengan mencucinya ataupun menguceknya hingga
bersih.
2. Najis Mutawasitha
Najis Mutawasitha ini adalah tergolong Najis yang sedang. Golongan dari
Najis mutawasitha ini misalnya semua yang keluar dari jalan depan dan jalan
belakang tetapi kecuali air mani, minuman keras, darah, nanah, dan sebagainya.
Najis Mutawasitha ini dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu:
a. Najis ainiyah, dapat diartikan sebagai Najis yang memiliki wujud, terlihat
oleh mata manusia, dan dapat dilihat keberadaannya berdasarkan sifat-
sifatnya. Sifat-sifat Najis ainiyah ini meliputi warna, bau, dan rasa. Adapun
cara untuk mensucikan Najis ainiyah ini dengan cara dibasuh atau dicuci
sampai sifat dari Najisnya hilang. Untuk jenis dari Najis mutawasitha ini
warnanya sulit untuk dihilangkan, misalnya yaitu darah yang menempel
dipakaian, maka dengan begitu Najis mutawasitha ini dapat dimaafkan.
b. Najis Hukmiyah, dapat diartikan sebagai Najis yang tidak memiliki wujud dan
tidak dapat dilihat keberadaanya, misalnya yaitu bekas air kencing atau
khamer yang sudah lama dan mongering hingga warna, bau dan rasa Najis
tersebut sudah hilang. Adapun cara untuk mensucikan Najis hukmiyah ini
adalah cukup dengan mengalirkan air dan mencuci dengan secukupnya.
3. Najis Mughaladhah
Najis Mughaladhah dapat diartikan sebagai Najis yang berat. Najis
Mughaladhah ini misalnya yaitu anjing dan babi sekaligus keturunan dari
keduanya. (footnote). Contoh najis mugholladzoh terdapat pada anjing dan babi.
Adapun yang berasal dari anjing dan babi seperti air liur, daging, darah, air
kencing, bulu, kotorannya.
Najis Mughaladhah dapat disucikan dengan cara mencucinya sebanyak 7
kali, diantara 7 kali itu 1 diantaranya harus dicuci dengan mencampuri tanah
ataupun debu.

D. Jenis-jenis air mutlak untuk bersuci


Dalam kehidupan sehari-hari, air digunakan untuk membersihkan tubuh.
Namun, dalam Islam, ada pembagian air menjadi empat jenis berdasarkan
kemampuannya untuk membersihkan dan kelayakan penggunaan:

8
Masing-masing pembagian didasarkan pada dalil-dalil hadis yang diriwayatkan dari
Rasulullah SAW. Di antara hadis-hadis tersebut ialah hadis-hadis yang diriwayatkan
oleh Imam Bukhari berikut ini:
َ‫قَا َل‬: ‫سلَّ ََم‬
َ ‫َو‬ َ َُ‫صلَّىَالله‬
َ ‫علَ ْي ِه‬ ُّ ِ‫َفَقَالََلَ ُه ُمَالنَّب‬،‫اس‬
َ َ‫ي‬ ٌّ ِ‫امَأَع َْراب‬
ُ َّ‫َفَتَن ََاوَلَهَُالن‬،ِ‫يَفَبَالََفِيَال َمس ِْجد‬ َ َ‫ق‬: «َ‫َوه َِريقُواَ َعلَىَبَ ْو ِل ِه‬
َ ُ‫دَعُوه‬
َ َ‫َفَإِنَّ َماَبُ ِعثْت ُ ْمَ ُميَس ِِرين‬، ٍ‫ااَم ْنَ َماء‬
ََ‫َولَ ْمَت ُ ْبعَثُواَ ُمعَس ِِرين‬، ِ ‫َأ َ ْوَذَنُوب‬، ٍ‫َم ْنَ َماء‬ِ ‫سجْ اًل‬
َ
“Abu Hurairah berkata: “seorang Arab Badui berdiri lalu kencing di masjid, lalu orang-
orang ingin mengusirnya. Maka Nabi SAW pun bersabda kepada mereka, biarkanlah
dia dan siramlah bekas kencingnya dengan setimba atau seember air, sesungguhnya
kalian diutus untuk memberikan kemudahan bukan untuk memberikan kesulitan.”
1. Air suci dan menyucikan
Air suci dan menyucikan artinya dzat air tersebut suci dan bisa digunakan untuk
bersuci. Air ini oleh para ulama fiqih disebut dengan air mutlak. Menurut Ibnu Qasim
Al-Ghazi ada 7 (tujuh) macam air yang termasuk dalam kategori ini. Beliau
mengatakan: “Air yang dapat digunakan untuk bersuci ada tujuh macam, yakni air
hujan, air laut, air sungai, air sumur, air mata air, dan air salju, dan air dari hasil hujan
es.“
Ketujuh macam air itu disebut sebagai air mutlak selama masih pada sifat asli
penciptaannya. Bila sifat asli penciptaannya berubah maka ia tak lagi disebut air mutlak
dan hukum penggunaannya pun berubah. Hanya saja perubahan air bisa tidak
menghilangkan kemutlakannya apabila perubahan itu terjadi karena air tersebut diam
pada waktu yang lama, karena tercampur sesuatu yang tidak bisa dihindarkan seperti
lempung, debu, dan lumut, atau karena pengaruh tempatnya seperti air yang berada di
daerah yang mengandung banyak belerang. Kesimpulannya, air mutlak adalah air yang
turun dari langit atau yang bersumber dari bumi dengan sifat asli penciptaannya.
2. Air Musyammas
Air musyammas adalah air yang dipanaskan di bawah terik sinar matahari dengan
menggunakan wadah yang terbuat dari logam selain emas dan perak, seperti besi atau
tembaga. Air ini hukumnya suci dan menyucikan, hanya saja makruh bila dipakai untuk
bersuci. Air ini juga makruh digunakan bila pada anggota badan manusia atau hewan
yang bisa terkena kusta seperti kuda, tetapi tak mengapa bila dipakai untuk mencuci
pakaian atau lainnya. Meski demikian air ini tidak lagi makruh dipakai bersuci apabila
telah dingin kembali.
3. Air Suci Namun Tidak Menyucikan

9
Air ini dzatnya suci tetapi tidak bisa dipakai untuk bersuci, baik untuk bersuci dari
hadats maupun dari najis. Ada dua macam air yang suci namun tidak bisa digunakan
untuk bersuci, yakni air musta’mal dan air mutaghayar. Air musta’mal adalah air yang
telah digunakan untuk bersuci baik untuk menghilangkan hadas seperti wudhu dan
mandi, ataupun untuk menghilangkan najis bila air tersebut tidak berubah dan tidak
bertambah volumenya setelah terpisah dari air yang terserap oleh barang yang dibasuh.
Air musta’mal ini tidak bisa digunakan untuk bersuci apabila tidak mencapai dua
qullah. Sedangkan bila volume air tersebut mencapai dua qullah maka tidak disebut
sebagai air musta’mal dan bisa digunakan untuk bersuci.
4. Air Mutaghayar
Adapun air mutaghayar adalah air yang mengalami perubahan salah satu sifatnya
disebabkan tercampur dengan barang suci yang lain dengan perubahan yang
menghilangkan kemutlakan nama air tersebut. Sebagai contoh air mata air yang masih
asli ia disebut air mutlak dengan nama air mata air. Ketika air ini dicampur dengan teh
sehingga terjadi perubahan pada sifat-sifatnya maka orang akan mengatakan air itu
sebagai air teh. Perubahan nama inilah yang menjadikan air mata air kehilangan
kemutlakannya.
5. Air Mutanajjis
Air Mutanajjis adalah air yang terkena barang najis dan volumenya kurang dari dua
qullah atau volumenya mencapai dua qullah atau lebih, tetapi berubah salah satu
sifatnya—warna, bau, atau rasa karena terkena najis tersebut. Air sedikit apabila
terkena najis maka secara otomatis air tersebut menjadi mutanajis meskipun tidak ada
sifatnya yang berubah. Sedangkan air banyak bila terkena najis tidak menjadi mutanajis
bila ia tetap pada kemutlakannya, tidak ada sifat yang berubah. Adapun bila karena
terkena najis ada satu atau lebih sifatnya yang berubah maka air banyak tersebut
menjadi air mutanajis. Air mutanajis ini tidak bisa digunakan untuk bersuci, karena
dzatnya air itu sendiri tidak suci sehingga tidak bisa dipakai untuk menyucikan.

10
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Thaharah adalah bersuci membersihkan diri dari kotoran. Adapun macam thaharah,
yaitu wudhu untuk menghilangkan hadats kecil, mandi untuk menghilangkan hadats besar
serta tayamum untuk menggantikan wudlu dalam keadaan tertentu. Najis adalah kotoran
yang menjadi sebab terhalangnya seseorang untuk beribadah kepada Allah SWT. Bersuci
dari najis yaitu suatu cara untuk membersihkan diri dari sesuatu yang Najis. Wudhu yaitu
membasuh dan mengusap anggotan badan yang telah ditentukan yang disertai dengan
niat. Tayamum adalah mengusap muka dan keduatelapak tangan dengan menggunakan
debu untuk menggantikan wudlu dan mandi wajib dengan tujuan agar dapat melakukan
sholat. Mandi wajib Mandi wajib dapat disebut sebagai mandi besar atau mandi jinabat.
Mandi besar atau mandi jinabat adalah membersihkan tubuh yang disebabkan sesuatu
yang mewajibkan mandi, seperti junub, pasca haid atau nifas dengan meratakan air ke
seluruh tubuh dengan niat untuk menghilangkan hadas besar karena tunduk kepada Allah
swt.
DAFTAR PUSTAKA
Aeni, Dewi Quratul. Mengenal Mandi Wajib dan Sunah. Semarang: PT Sindur Press
Semarang.
Fachrurrazi, S. (2021). Aplikasi Tata Cara Berwudhu Menurut 4 (Empat) Mazhab
Berbasis Android. Jurnal Teknologi Terapan and Sains 4.0, 2(2), 503-519.
Fauzil‘Adzim, M., & Sukiman (2020). Fikih Materi Thaharah (Bersuci) Pendekatan
Kontekstual. Yogyakarta.
Fauziyah, R. (2018). Urgensi Sunah Dalam Penetapan Hukum Islam. At-Tuhfah: Jurnal
Studi Keislaman, 7(1), 37-49.
Hanan Sulaiman, dkk. Metode Demonstrasi Mata Pelajaran Fiqih Praktik Tayamum.
Jurnal MASAGI. Volume. 01.
Hawassy, A. (2019). Kajian Fikih dalam Bingkai Aswaja. Jakarta:PT Naraya Elaborium
Optima.
Jamaluddin. “Fiqh Al-Bi’ah Ramah Lingkungan; Konsep Thaharah dan Nadhafah
dalam membangun Budaya Bersih.” Jurnal Pemikiran Keislaman 29, no. 2 (31
Juli 2018). https://doi.org/10.33367/tribakti.v29i2.600.
Manaf, A., & Novera, M. (2022). I’JAZ AL-ILMI FIL HADIS: Tinjauan Terhadap Wudu dan
Pengaruhnya Bagi Kesehatan. DIRAYAH: Jurnal Ilmu Hadis, 3(1),107-13

Anda mungkin juga menyukai