Dosen Pengampu:
Aida Fitria, MA
Oleh:
1444 H /2023 M
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya dan tidak lupa pula shalawat serta salam kami panjatkan kepada
Nabi kita Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju
zaman yang terang benderang seperti saat ini.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen serta teman-teman yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikannya.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam makah ini, sehingga kami
senantiasa terbuka untuk menerima saran dan kritik pembaca demi penyempurnaannya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Pemakalah
II
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................ii
Daftar Isi.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
A. Thaharah ...................................................................................................3
B. Sholat ........................................................................................................3
C. Zakat..........................................................................................................6
D. Puasa……………………………………………………………………..
E. Haji……………………………………………………………………….
A. Kesimpulan................................................................................................8
B. Saran..........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAK
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia diciptakan oleh Allah Swt dalam dua dimensi jiwa. Ia memiliki
karakter, potensi, orientasi, dan kecenderungan yang sama untuk melakukan hal-hal
positif dan negatif. Inilah salah satu ciri spesifik manusia yang membedakannya dari
makhluk-makhluk lainnya sehingga manusia dikatakan sebagai makhluk alternatif.
Artinya, manusia bisa menjadi baik dan tinggi derajatnya dihadapan Allah atau
sebaliknya, ia pun bisa menjadi jahat dan jatuh terperosok pada porsi yang rendah dan
buruk seperti hewan, bahkan lebih rendah dari hewan.
Dua dimensi jiwa manusia, yaitu positif dan negatif senantiasa saling
menyaingi, mempengaruhi, dan berperang. Islam sebagai agama yang haq
memberikan tuntunan kepada manusia agar ia menggunakan potensi ikhtiarnya untuk
memiliki dan menciptakan lingkungan yang positif sebagai salah satu upaya
pengarahan, pemeliharaan, tazkiyat atau penyucian jiwa, dan tindakan preventif dari
hal-hal yang bisa mengotori jiwa.[2] Oleh karena itu, makalah ini akan membahas
tentang tazkiyatun-nafs, khususnya yaitu mujahadah dan riyadhah.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan makalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. THAHARAH
1.Pengertian Thaharah
Thaharoh berasal dari bahasa arab yang berarti bersuci. Bersuci dilakukan
untuk mensucikan diri dari hadas dan najis. Istilah ini kemudian digunakan dalam
keseharian sebagai kegiatan bersuci. Kegiatan bersuci dari najis ini meliputi
menyucikan badan, pakaian, tempat, dan lingkungan yang menjadi tempat segala
aktifitas.
َاِ َّن هّٰللا َ يُ ِحبُّ التَّ َّوابِ ْينَ َويُ ِحبُّ ْال ُمتَطَه ِِّر ْين
ُّ صالَ ِة
الطهُوْ ُر َّ ِم ْفتا َ ُح ال
2.Macam-macam Thaharah
2
1) Hadas Kecil
Hadas kecil adalah keadaan tidak suci pada diri seorang muslim yang dapat
disucikan dengan berwudhu atau tayamum pada keadaan tertentu. Seseorang dapat
disebut berhadas kecil apabila mengalami keadaan-keadaan berikut.
a) Keluar sesuatu dari dua jalan/lubang yaitu qubul dan dubur seperti buang air kecil,
buang air besar dan buang angin
b) Hilang akal seperti mabuk, gila, pingsan, dan tidur
c) Bersentuhan kulit dengan lawan jenis yang bukan mahrom tanpa ada batas yang
menghalanginya
d) Menyentuh kemaluan (qubul atau dubur) dengan telapak tangan
2) Hadas Besar
Hadas besar adalah keadaan tidak suci pada diri seorang muslim yang dapat
disucikan dengan mandi junub atau mandi besar. Akan tetapi, jika tidak ada air atau
sebab tertentu dapat diganti tayamum. Keadaan yang dapat menyebabkan seseorang
berhadas besar sebagai berikut.
a) Keluar mani baik karena mimpi atau hal yang lain bagi laki-laki
b) Haid (menstruasi) bagi perempuan
c) Melahirkan (wiladah) yaitu darah yang keluar saat seorang perempuan
melahirkan
d) Nifas yaitu darah yang keluar setelah seorang perempuan melahirkan
e) Melakukan hubungan suami istri
f) Meninggal dunia kecuali bagi orang yang syahid
3
Mandi dalam bahasa arab disebut dengan al-gusl yang artinya mengalirkan air
suci ke seluruh tubuh secara merata. Mandi besar bertujuan menghilangkan hadas
besar yang sering disebut mandi junub atau janabah.
Dalam melaksanakan mandi wajib terdapat sunnah agar mandi wajib yang kita
lakukan lebih sempurna. Adapun sunnah mandi wajib sebagai berikut.
1) Niat
2) Mencuci kedua telapak tangan sampai p e rg e l a n g a n d e n g a n memb
a c a basmallah
3) Berkumur-kumur
4) Membersihkan hidung dengan cara istinsyaq (memasukkan air ke dalam
hidung) dan istinsyar(mengeluarkan air dari hidung)
5) Membasuh muka
6) Membasuh kedua tangan sampai siku
7) Mengusap sebagian kepala atau seluruh kepala
8) Mengusap kedua telinga
9) Membasuh kedua kaki sampai mata kaki
10) Berdoa setelah wudhu
3.Tayamum
4
dengan menyentuhkan dua telapak tangan ke tanah atau debu yang suci untuk
menyapu muka dan kedua tangan
B.SHOLAT
1.Pengertian Sholat
bahwa shalat dari segi bahasa berarti do’a, dan menurut istilah syara’ berarti
ucapan dan pekerjaan yang dimulai dengan takbir, dan diakhiri/ditutup denngan
salam, dengan syarat tertentu.1
Kemudian shalat diartikan sebagai suatu ibadah yang meliputi ucapan dan
peragaan tubuh yang khusus, dimulai dengan takbir dan di akhiri dengan salam
(taslim). Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan shalat adalah suatu pekerjaan yang diniati ibadah dengan berdasarkan syarat-
syarat yang telah ditentukan yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri
dengan salam.
5
Allah tidak membutuhkan mereka (dalam pelaksanaan shalat), namun justru
(hakikatnya shalat tersebut) merupakan anugerah dan karunia Allah untuk mereka.
Dengan shalat, hati seorang hamba dan seluruh EKANBAR anggota tubuh beribadah,
(dalam shalat), Allah menjadikan bagian (Anugerah) untuk hati lebih sempurna dan
lebih besar, yaitu berupa (hati bisa) menghadap kepada Rabb nya Subhanallah,
bergembira dan merasakan kelezatan berdekatan dengan Nya, merasakan nikmat
dengan mencintai Nya, riang gembira menghadap kepada Nya, tidak berpaling kepada
selain Nya saat beribadah (shalat) serta menyempurnakan hak-hak peribadatan kepada
Nya, sehingga ibadahnya sesuai dengan apa yang Dia ridhoi. (Ibnul Qoyim,8)
C.ZAKAT
1.Pengertian zakat
zakat berasal dari bentuk kata “zaka” yang berarti suci, baik, berkah, tumbuh, dan
berkembang. Dinamakan zakat, karena di dalamnya terkandung harapan untuk memperoleh
berkah, membersihkan jiwa dan memupuknya dengan berbagai kebaikan
Zakat adalah bagian tertentu dari harta yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim
apabila telah mencapai syarat yang ditetapkan. Sebagai salah satu rukun Islam, Zakat
ditunaikan untuk diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (asnaf).
Zakat dikeluarkan dari harta yang dimiliki. Akan tetapi, tidak semua harta terkena
kewajiban zakat. Syarat dikenakannya zakat atas harta di antaranya:
1) harta tersebut merupakan barang halal dan diperoleh dengan cara yang halal;
2) harta tersebut dimiliki penuh oleh pemiliknya;
3) harta tersebut merupakan harta yang dapat berkembang;
4) harta tersebut mencapai nishab sesuai jenis hartanya;
5) harta tersebut melewati haul; dan
6) pemilik harta tidak memiliki hutang jangka pendek yang harus dilunasi.
6
Secara umum zakat terbagi menjadi dua jenis, yakni zakat fitrah dan zakat mal. Zakat
Fitrah (zakat al-fitr) adalah zakat yang diwajibkan atas setiap jiwa baik lelaki dan perempuan
muslim yang dilakukan pada bulan Ramadhan.
a) Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah zakat yang diwajibkan atas setiap jiwa baik lelaki dan perempuan
muslim yang dilakukan pada bulan Ramadan hingga menjelang salat Idul Fitri.
Zakat fitrah hukumnya wajib untuk seorang muslim yang memenuhi kriteria merdeka (bukan
budak atau hamba sahaya), mempunyai kelebihan makanan pada malam dan siang hari raya
Idulfitri, juga menemui hari-hari bulan puasa dan awal jatuhnya satu Syawal.
Jika seseorang meninggal setelah terbenamnya matahari pada hari terakhir Ramadan (29 atau
30 Ramadan), ia dikenai zakat fitrah. Demikian pula, jika ada anak yang lahir sebelum
matahari terbenam pada akhir Ramadan, ia tetap dikenai zakat fitrah.
Yang harus dibayarkan dalam zakat fitrah adalah makanan pokok sebanyak satu sha’ atau
diperkirakan setara dengan 2,5 kg atau 3,5 liter untuk setiap jiwa. Syekh Yusuf Qardawi
menjelaskan bahwa satu sha’ dapat digantikan dengan uang yang setara dengan harga
makanan pokok.
b) Zakat Mal
Zakat mal adalah zakat yang dikenakan atas segala jenis harta, yang secara zat
maupun substansi perolehannya, tidak bertentangan dengan ketentuan agama. Sebagai
contoh, zakat mal terdiri atas uang, emas, surat berharga, penghasilan profesi, dan lain-lain,
adapun syarat suatu harta dapat dikenakan hukum zakat mal jika memenuhi kriteria (1) harta
berkepemilikan penuh, (2) harta halal secara syariat, (3) harta yang bersifat berkembang atau
produktif, (4) mencukupi kegunaan (nishab), (5) tidak ada hubungan dengan hukum utang,
dan (5) memiliki selama satu tahun (haul) atau dapat dizakatkan ketika masa panen
Harta yang terkena zakat mal dapat berupa uang, emas, surat berharga, penghasilan profesi,
aset perdagangan, hasil barang tambang atau hasil laut, hasil sewa aset dan harta dalam
bentuk lainnya.
7
Terkait dengan besaran zakat mal yang harus dibayarkan yaitu 2,5% dari total keseluruhan
harta yang disimpan selama satu tahun.
1. Fakir, mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu
memenuhi kebutuhan pokok hidup.
2. Miskin, mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan dasar kehidupan.
4.Mualaf, mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk
menguatkan dalam tauhid dan syariah.
7. Fisabilillah, mereka yang berjuang di jalan Allah dalam bentuk kegiatan dakwah,
jihad dan sebagainya.
8. Ibnu Sabil, mereka yang kehabisan biaya di perjalanan dalam ketaatan kepada
Allah.
D.PUASA
1.Pengertian Puasa
Menurut bahasa puasa berarti “menahan diri”.Menurut syara’ ialah menahan diri dari
segala sesuatu yang membatalkanya dari mula terbit fajar hingga terbenam matahari, karena
perintah Allah semata-mata, serta disertai niat dan syarat-syarat tertentu.
Sedangkan arti shaum menurut istilah syariat adalah menahan diri pada siang hari dari hal-hal
yang membatalkan puasa, disertai niat oleh pelakunya, sejak terbitnya fajar sampai
terbenamnya matahari. Artinya ,puasa adalah penahanan diri dari syahwat perut dan syahwat
kemaluan,serta dari segala benda konkret yang memasuki rongga dalam tubuh
8
(seperti obat dan sejenisnya), dalam rentang waktu tertentu yaitu sejakterbitnya fajar kedua
(yaitu fajar shadiq) sampai terbenamnya matahariyang dilakukan oleh orang tertentu yang
dilakukan orang tertentuyngmemenuhi syarat yaitu beragama islam, berakal, dan tidak sedang
dalam haid dan nifas, disertai niat yaitu kehendak hati untuk melakukanperbuatan secara pasti
tanpa ada kebimbangan , agar ibadah berbeda dari
Demi zat yang jiwa Muhammad berada dalam genggamannya sesungguhnya bau tidak sedap
orang yang berpuasa menurut Allah lebih wangi menurut Allah pada hari kiamat daripada
minyak misik. Orang yang berpuasa memiliki dua kegembiraan:
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (Q.S. Al-Baqoroh 183)
E.HAJI
1.Pengertian Haji
Secara bahasa, haji berasal dari kata al-Hajj yang artinya "menyengaja sesuatu".
Sedangkan, menurut syaraknya, haji berarti menyengaja mengunjungi Baitullah di Mekah
untuk melaksanakan rangkaian ibadah yang telah diatur ketentuan dan tata caranya dalam
syariat Islam.
2.Hukum Melaksanakannya
Hukum melaksanakan ibadah haji adalah wajib bagi orang Islam yang mampu.
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surah Ali-Imran ayat 97 yang menjelaskan bahwa
haji hukumnya wajib untuk seseorang yang mampu dan dilaksanakan sekali dalam seumur
hidupnya.
Dalam menunaikan ibadah haji dan umrah, syarat wajib haji antara lainnya adalah:
1. Islam,
2. Balig,
3. Berakal sehat,
4. Merdeka,
5. Mampu haji,
Berikut ini adalah tata cara untuk melaksanakan kedua ibadah itu ada tiga macam
cara, yaitu:
1. Ifrad, yaitu dengan melaksanakan ibadah haji terlebih dahulu melakukan ibadah umrah.
Cara pelaksnaan ifrad adalah dengan acara ihram dari miqat untuk haji dan melakukan
seluruh pekerjaan haji pada bulan Zulhijah dan Ihram dari miqat untuk umrah serta
melakukan seluruh pekerjaan umrah.
2. Tamattu, yaitu dengan melaksanakan umrah terlebih dahulu, kemudian mengerjakan haji.
10
5.Waktu Pelaksanaan Haji
Pelaksanaan haji dimulai sejak awal bulan Syawal sampai sebelum terbit fajar pada
malam tanggal 9 Zulhijah untuk melakukan amalan-amalan yang termasuk dalam sunah haji.
Kemudian, melakukan rukun haji pada tanggal 10, 11, 12, dan 13 Zulhijah setiap tahunnya.
6.Rukun Haji
Rukun haji ialah segala sesuatu yang harus dikerjakan ketika menunaikan ibadah haji.
Apabila salah satu rukun tersebut tidak dikerjakan, maka hajinya tidak sah dan tidak bisa
diganti dengan membayar denda (dam). Yang termasuk dalam rukun haji antara lainnya
adalah:
1. Ihram, yaitu berniat untuk memulai menunaikan segala rangkaian ibadah haji dan menjauhi
larangannya dengan memakai pakaian yang serba putih dan tidak dijahit. Lalu berniat,
"Labbaikallumma hajjan" (Ya Allah, kami penuhi undangan haji-Mu).
2. Wukuf, yaitu berdiam di padang Arafah pada 9 Zulhijah yang dimulai dari waktu dzuhur
hingga terbit fajar pada 10 Zulhijah.
3. Thawaf, yaitu mengelilingi Ka'bah 7 kali, dimana Ka'bah selalu berada di sebelah kiri
jamaah haji yang dimulai dan diakhiri pada arah sejajar dari hajar aswad dengan kondisi suci
dari hadas dan najis.
4. Sa'I, ialah berlari-lari pelan selama 7 kali antara bukit shafa dan marwah.
5. Tahalul, yaitu mencukur rambut kepala minimal 3 helai. Terdapat dua jenis dari tahalul,
yaitu apabila seseorang telah menunaikan jumrah aqabah, makai a diperbolehkan untuk
melepaskan pakaian ihramnya.
Kemudian, tahalul tsani yaitu apabila seseorang menunaikan jumrah aqabah, bercukur, da
thawaf ifadlah, ia boleh untuk mengerjakan semua larangan dalam ibadah haji.
6. Tertib.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tazkiyah secara etimologis yaitu penyucian dan pertumbuhan. Secara istilah
berarti membersihkan jiwa dari kemusyrikan dan cabang-cabangnya, merealisasikan
kesuciannya dengan tauhid dan cabang-cabangnya, dan menjadikan nama-nama Allah
yang baik sebagai akhlaknya, disamping ‘ubudiyah yang sempurna kepada Allah
dengan membebaskan diri dari pengakuan rububiyah. Semua itu melalui peneladanan
kepada Rasulullah saw.
Mujâhadah menurut bahasa berasal dari kata Jahada, seakar dengan kata Jihad,
artinya bersungguh-sungguh agar sampai kepada tujuan. Secara lebih luas,mujâhadah
adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh dalam memerangi hawa nafsu (keinginan-
keinginan) serta segala macam ambisi pribadi supaya jiwa menjadi suci bersih
bagaikan kaca yang segera dapat menangkap apa saja yang bersifat suci, sehingga ia
berhak memperoleh pelbagai pengetahuan yang hakiki tentang Allah dan kebesaran-
Nya.
B. Saran
Dari makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi
kita semua umumnya kami pribadi. Yang baik datangnya dari Allah, dan yang buruk
12
datangnya dari kami. Dan kami sedar bahwa makalah kami ini jauh dari kata
sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi kami harafkan saran dan
kritik dari bapak pembimbng kami dan teman-teman yang bersifat membangun,
untuk perbaikan makalah-makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Al Aziz, S., Moh. Saifulloh. 1998. Risalah Memahami Ilmu Tasawuf, Surabaya :
Terbit Terang
2008. Mutiara Ihya ‘Ulumuddin : Ringkasan yang Ditulis Oleh Sang Hujjatul Islam,
Bandung: PT Mizan Pustaka
Jaelani, A.F. 2000. Penyucian Jiwa (tazkiyat al-Nafs) dan Kesehatan Mental.Jakarta:
Penerbit Amzah
13