Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

THAHARAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam III

Dosen Pengampu : Mustika Wiguna,S.H.I.,M.Pd.I

Disusun Oleh :

1. Asma Mutia Ilmiana Yusuf (21010165)


2. Fatmah Fatimah (21010224)
3. M.Rilhan Mansiz Akbar (21010241)

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
SYAMSUL’ULUM KOTA SUKABUMI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmannirrohim

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah berjud “
Thaharah” shalawat serta salam kami sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Quran dan sunnah untuk keselamatan umat
di dunia.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan agama III.
Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
Mustika Wiguna,S.H.I.,M.Pd.I selaku dosen mata kuliah pendidikan agama III.

Meski demikian, penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-


kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik
dan saran positif dari para pembaca.

Demikian yang bisa penulis sampaikan, semoga makalah yang singkat ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua, Aamiin.

Sukabumi, 13 Februari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 2

A. THAHARAH .......................................................................................... 2
B. WUDHU ................................................................................................. 7
C. MANDI ................................................................................................... 7
D. TAYAMMUM ........................................................................................ 8
E. ISTINJA .................................................................................................. 9
F. HIKMAH BERSUCI .............................................................................. 9

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 10

A. Kesimpulan ............................................................................................. 10
B. Saran........................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Bersuci (thaharah) merupakan suatu kegiatan membersihkan diri dari segala kotoran
(polutan), dan memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada hanya sekedar membersihkan,
namun termasuk juga bebas dari benda-benda najis. Selain itu, persyaratan air untuk thaharah
yakni tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna (Imam Bukhari). Dalam hal volume,
Rasulullah SAW mengatakan “jika air sudah mencapai ukuran 2 qullah, maka air tersebut
tidak mambawa najis”. Namun, air mengalir masih diperbolehkan meskipun memiliki volume
yang lebih kecil karena terpenuhinya aerasi untuk reaksi- reaksi oksidasi dan penguapan zat-
zat yang lebih volatil dari air.

Allah itu bersih dan suci. Untuk menemuinya, manusia harus terlebih dahulu bersuci
atau disucikan. Allah mencintai sesuatu yang bersih dan suci. Dalam hukum Islam bersuci dan
segala seluk beluknya adalah termasuk bagian ilmu dan amalan yang penting terutama
karenadiantaranya syarat-syarat sholat telah ditetapkan bahwa seseorang yang akan
melaksanakan sholat, wajib suci dari hadas dan suci pula badan, pakaian dan tempatnya dari
najis. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari sesuatu (barang) yang kotor dan
najis sehinggathaharah dijadikan sebagai alat dan cara bagaimana mensucikan diri sendiri
agar sah saat menjalankan ibadah.

B. RUMUSAN MASALAH

 Apa yang di maksud dengan thaharah?


 Sebutkan pembagian thaharah?
 Sebutkan macam-macam air dan pembagiannya?
 Benda apa sajakah yang najis?
 Sebutkan pembagian najis?
 Bagaimana cara-cara bersuci dari hadas dan najis?

C. TUJUAN MASALAH

 Untuk mengetahui apa itu thaharah.


 Untuk mengetahui pembagian thaharah.
 Untuk mengetahui macam macam air dan pembagiannya.
 Untuk mengetahui apa saja najis.
 Untuk mengatasi pembagian najis.
 Untuk mengetahui cara bersuci dari jasad dan najis.

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. THAHARAH

Menurut bahasa thaharah ialah bersih dan bersuci dari segala kotoran, baik yang nyata
seperti najis, maupun yang tidak nyata seperti aib. Menurut istilah para fuqaha’ berarti
membersihkan diri dari hadas dan najis, seperti mandi berwudhu dan bertayammum.
(Syaifuddin Mujtaba',2003:1)

Suci dari hadas ialah dengan mengerjakan wudlu, mandi dan tayammum dari
najisialah menghilangkan najis yang ada di badan, tempat dan pakaian.

Urusan bersuci meliputi beberapa perkara sebagai berikut :

 Alat bersuci seperti air,tanah dan sebagainya.


 Kaifiat (cara bersuci)
 Macam dan jenis-jenis najis yang perlu disucikan.
 Benda yang wajib disucikan.
 Sebab-sebab atau keadaan yang wajib bersuci.

Allah berfirman dalam Al-qur’an :

‫ضۙ َو ََ ََ ۡۡ ََُ ُۡوُُن َََى‬ ۡ ۡ


ِ ‫ععََ ِِلُ ۡوا الِّس َسعء ََ َِ ال َم ِح ۡي‬
ۡ ََ ً‫ضۙ ُُ ۡۡ ُُ َو اَ ى‬
ِ ‫ك َع ِن ال َم ِح ۡي‬َ َ‫َو يَ ۡســـَلُ ۡون‬
‫طه ِسَ ۡين‬ َ ََ‫للَ يُ ِح ُّ الَوا ُِ ۡينَ َوي ُِح ُّ ۡال ُم‬
‫للُؕ اِن ى‬ ُ ‫يَ ۡطه َُۡنَ ۚ ََع ِ ًَا ََطَه َۡنَ ََ ۡعَُ ۡوُُن ِِ ۡن ََ ۡي‬
‫ُ اَ َِ ََ ُُ ُُ ى‬

"Mereka bertanya kepadamu tentang haidh, Katakanlah: "Haidh itu adalah


suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu
haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka
telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang
yang mensucikan diri. (QS. 2:222)

Adapun thaharah dalam ilmu fiqh adalah :

a) Menghilangkan najis.
b) Berwudhu.
c) Mandi.
d) Tayammum.

2
Alat yang terpenting untuk bersuci ialah air. Jika tidak ada air maka tanah, batu, dan
sebagainya dijadikan sebagai alat pengganti air.

 Macam- macam air


Air yang dapat dipergunakan untuk bersuci ada tujuh macam:
1) Air hujan
2) Air sungai
3) Air laut
4) Air dari mata air
5) Air sumur
6) Air salju
7) Air embun.

 Pembagian air
Air tersebut dibagi menjadi 4, yaitu:
1. Air mutlak (air yang suci dan mensucikan)
Air mutlak adalah air suci dan menyucikan. Air mutlak merupakan air yang
dzatnya dapat digunakan untuk menyucikan badan, baik dari hadas maupun
dari najis. Air mutlak sering disebut oleh ulama fiqih sebagai air yang
bersumber dari dalam bumi atau secara alami turun dari langit atau air yang
masih murni, dan tidak bercampur dengan sesuatu yang lain. Mengutip laman
SDIT Al Hasanah Bengkulu, air suci dan menyucikan artinya dzat air tersebut
suci dan bisa digunakan untuk bersuci. Air ini oleh para ulama fiqih disebut
dengan air mutlak.
Menurut Ibnu Qasim Al-Ghazi ada 7 (tujuh) macam air yang termasuk dalam
kategori ini. Ia mengatakan:
,‫ وِعَ العين‬،َ‫ وِعَ البئ‬،َ‫ وِعَ الِّه‬،َ‫ وِعَ البح‬،َ‫ ِعَ السمع‬:‫الميعه الَي يجوز الَطهيَ ُهع سبع ِيعه‬
‫ وِعَ البَد‬،‫وِعَ الثلج‬
"Air yang dapat digunakan untuk bersuci ada tujuh macam, yakni air hujan, air
laut, air sungai, air sumur, air mata air, dan air salju, dan air dari hasil hujan
es."

Ketujuh macam air itu disebut sebagai air mutlak selama masih pada sifat asli
penciptaannya. Bila sifat asli penciptaannya berubah, maka air tersebut tak lagi
disebut air mutlak dan hukum penggunaannya pun berubah.
2. Air musammas (air yang suci dan dapat mensucikan tetapi makhruh
digunakan)
Air musyammas adalah air yang dipanaskan di bawah terik sinar matahari
dengan menggunakan wadah yang terbuat dari logam selain emas dan perak,
seperti besi atau tembaga. Air ini hukumnya suci dan menyucikan, hanya saja
makruh bila dipakai untuk bersuci,Dalam hal bersuci, air musyammas makruh
digunakan apabila sengaja dipanaskan. Meski makruh, bersuci menggunakan
3
air musyammas tetap bisa menghilangkan hadas. Mengutip buku Kitab
Lengkap dan Praktis Fiqih Wanita, para ulama memakruhkan air musyammas
karena dikhawatirkan bisa menimbulkan penyakit kusta.
3. Air musta’mal (air suci tetapi tidak dapat mensucikan)
Air musta'mal adalah air yang telah digunakan untuk bersuci baik untuk
menghilangkan hadas seperti wudhu dan mandi, ataupun untuk menghilangkan
najis bila air tersebut tidak berubah dan tidak bertambah volumenya setelah
terpisah dari air yang terserap oleh barang yang dibasuh, Misalnya, air yang
menetes dari tubuh sebagai sisa wudhu atau mandi ke dalam wadah. Air
musta'mal itu statusnya suci, akan tetapi dia tidak mensucikan alias tidak bisa
dipakai untuk mengangkat hadas atau menghilangkan najis. Dalam masalah ini
ada dua pendapat dalam kalangan ulama Syafi'iyah, tetapi yang manshus
(terverifikasi) adalah bahwa air musta'mal tidak bisa digunakan untuk bersuci
karena telah hilangnya kemutlakan nama air pada air tersebut, sehingga
hukumnya seperti air yang berubah karena tercampur.
4. Air mutanajis (air yang najis dan tidak dapat mensucikan)
Dikutip dari laman resmi Nahdlatul Ulama, air mutanajis adalah air yang
terkena barang najis yang volumenya kurang dari dua qullah atau volumenya
mencapai dua qullah atau lebih namun berubah salah satu sifatnya baik warna,
bau, atau rasa karena terkena najis.Secara sederhana, apabila terkena najis,
maka secara otomatis air dengan volume sedikit menjadi mutanajis meskipun
tidak ada sifatnya yang berubah. Berbeda halnya dengan air dengan volume
banyak yang terkena najis, tidak menjadi mutanajis bila ia tetap pada
kemutlakannya atau tidak ada sifat yang berubah.

 Macam-Macam Thaharah
A. Bersuci dari dosa (bertaubat).
Bertaubat kepada Allah yang merupakan thaharah ruhaniah, juga sebagai metode
mensucikan diri dari dosa-dosa yang besar maupun yang kecil kepada Allah. Jika dosa
yang dimaksudkan berhubungan dengan manusia, sebelum bertaubat ia harus meminta
maaf kepada semua orang yang disakitinya. Sebab Allah akan menerima taubat
hamba-Nya secara langsung jika berhubungan dengan dosa-dosa yang menjadi hak
Allah.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an :

ِ ‫َوأَ ِن ٱ ْسََ ْغفَُِوا َرُ ُك ُْ ثُُ َُوُ ءُوا إِلَ ْي ِه يُ َمَس ْع ُكُ ََِعىع ََ َسِّىع إِلَ ء أَ َجۡ ِ َس ىم َوي ُْؤ‬
‫ت ُُۡ ًِ ََضْ ۡ ََضْ لَ ۥه ُ ۖ َو ِإن‬
َ‫اب يَوْ م َُبِي‬ َ ‫ََ َولوْ ا ََإِنس ء أَ َخعفُ َعلَ ْي ُك ُْ َع َذ‬

4
Artinya:"Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Tuhanmu dan bertaubat
kepada-Nya, niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu sampai
waktu yang telah ditentukan. Dan Dia akan memberikan karunia-Nya kepada setiap
orang yang berbuat baik. Dan jika kamu berpaling maka sungguh Aku takut kamu
akan ditimpa azab pada hari yang besar (kiamat)". (Q.S Hud :3)

Yang dimaksud dengan taubat nashua adalah taubat yang sesungguhnya. Ciri-
cirinya adalah:
a. Menyesal dengan perbuatan yang telah dilakukan.
b. Berjanji tidak akan mengulanginya.
c. Selalu meminta ampunan kepada Allah dan berzikir.
d. Berusaha terus menerus untuk memperbaiki diri dengan memperbanyak perbuatan
baik dengan mengharap keridhoan dari Allah SWT.

B. Bersuci menghilangkan najis


Najis menurut bahasa ialah apa saja yang kotor, baik jiwa, benda maupun amal
perbuatan. Sedangkan menurut fuqaha’ berarti kotoran (yang berbentuk zat) yang
mengakibatkan sholat idak sah.

 Benda - benda najis


a) Bangkai (kecuali bangkai ikan).
b) Darah.
c) Babi.
d) Khamer dan benda cair apapun yang memabukan.
e) Anjing.
f) Kencing dan kotoran (tinja) manusia maupun binatang.
g) Susu binatang yang haram di makan dagingnya.
h) Wadi dan madzi.
i) Muntahan dari perut.

 Macam – macam najis


Najis dibagi menjadi 3 bagian :
1. Najis Mukhaffafah (ringan), ialah air kencing bayi laki – laki yang
berumur 2 tahun dan belum pernah makan sesuatu kecuali ASI.
Cara mensucikannya, cukup dengan memercikkan air ke bagian
yang terkena najis sampai bersih.

2. Najis mutawasithah (sedang), ialah najis yang keluar dari kubul dan
dubur manusia dan binatang, kecuali mani.
Najis ini dibagi menjadi dua :
 Najis ‘ainiyah, ialah najis yang berwujud atau tampak.

5
 Najis hukmiyah, ialah najis yang tidak nampak seperti
bekas kencing atau arak yang sudah kering dan
sebagainya.
Cara mensucikannya, dibilas dengan air sehingga hilang
semua sifatnya (bau, warna, rasa dan rupanya).
3. Najis mughallazah (berat), ialah najis anjing dan babi.
Cara mensucikannya, lebih dulu dihilangkan wujud benda najis itu,
kemudian dicuci dengan air bersih 7 kali dan salah satunya
dicampur dengan debu.
 Najis yang dimaafkan
1) Bangkai binatang yang darahnya tidak mengalir seperti nyamuk,
kutu, dan sebagainya.
2) Najis yang sangat sedikit.
3) Darah bisul dan sebangsanya.
4) Kotoran binatang yang mengenai biji - bijian yang akan ditebar,
kotoran binatang ternak yang mengenai susu ketika di perah.
5) Kotoran ikan didalam air.
6) Darah yang mengenai tukang jagal.
7) Darah yang masih ada pada daging.

C. Bersuci dari hadas


Hadas menurut maksa bahsa “peristiwa”. Sedangkan menurut syara’ adalah
perkara yang dianggap mempengaruhi anggota – anggota tubuh sehingga
menjadikan sholat dan pekerjaan – pekerjaan lain yang sehukum dengannya tidak
sah karenanya, karena tidak ada sesuatu yang meringankan. Hadas dibagi menjadi
dua bagian , yaitu :
 Hadas kecil, adalah perkara – perkara yang dianggap mempengaruhi empat
anggota tubuh manusia yaitu wajah, dua tangan dan duka kaki. Lalu
menjadikan shalat dan semisalnya tidak sah. Hadas kecil ini hilang dengan
cara berwudhu.
 Hadas besar, adalah perkara yang dianggap mempengaruhi seluruh tubuh
lalu menjadikan shalat dan pekerjaan – pekerjaan lain yang sehukum
dengannya tidak sah. Hadas besar ini hilang dengan cara mandi besar.

6
B. WUDHU
1. Pengertian Wudhu
Wudhu secara bahasa berarti keindahan dan kecerahan. Sedangkan menurut istilah
syara’, bersuci dengan air dalam rangka menghilangkan hadas kecil yang terdapat
pada wajah, kedua tangan, kepala dan kedua kaki disertai dengan niat.
2. Rukun Wudhu
Antara lain :
a. Niat.
b. Membasuh muka.
c. Membasuh dua tangan sampai siku.
d. Mangusap sebagian kepala.
e. Membasuh kaki sampai mata kaki.
f. Tertib, artinya urut.
3. Sunnah Wudhu
a. Membaca basmallah.
b. Membasuh tangan sampai pergelangan terlebih dahulu.
c. Berkumur - kumur.
d. Membersihkan hidung.
e. Menyela - nyela janggut yang tebal.
f. Mendahulukan anggota yang kanan.
g. Mengusap kepala.
h. Menyela - nyela jari tangan dan jari kaki.
i. Mengusap kedua telinga.
j. Membasuh sampai tiga kali.
k. Berturut - turut.
l. Berdo’a sesudah wudhu.
4. Hal - hal yang membatalkan Wudhu
a. Keluarnya sesuatu dari dua jalan.
b. Tertidur dengan posisi tidak duduk yang tetap.
c. Hilangnya akal (gila, pingsan, mabuk, dan sebagainya)
d. Tersentuh kemaluan dengan telapak tangan.
e. Tersentuh kulit laki – laki dengan kulit perempuan yang bukan muhrim dan
tidak beralas.

C. MANDI
1. Pengertian Mandi
Mandi dalam bahasa arab al ghuslu artinya mengalir air pada apa saja. Menurut
pengertian syara’ berarti meratakan air yang suci pada seluruh tubuh disertai dengan
niat. Pengertian lain ialah mengalirkan air ke seluruh tubuh baik yang berupa kulit,
rambut, ataupu kuku dengan memakai niat tertentu. Mandi ini ada yang hukumnya
wajib ada yng sunnah.

2. Hal - hal yang mewajibkan mandi (mandi besar / mandi wajib)

7
a. Hubungan suami istri.
b. Mengeluarkan mani.
c. Mati.
d. Haid.
e. Nifas.
f. Wiladah (melahirkan)

3. Rukun Mandi
a. Niat.
b. Menghilangkan najis bila terdapat pada badannya.
c. Meratakan air ke seluruh tubuh, baik berupa rambut maupun kulit.

4. Sunnah Mandi
a. Membaca basmallah.
b. Berwudhu sebelum mandi.
c. Menggosok badan dengan tangan.
d. Menyela – nyela pada rambut yang tebal.
e. Membasuh sampai tiga kali.
f. Berturut - turut.
g. Mendahulukan anggota yang kanan.
h. Memakai basahan.

D. TAYAMMUM
1. Pengertian
Tayammum adalah salah satu cara bersuci, sebagai ganti berwudhu atau mandi apabila
berhalangan memakai air. (Imam Zakarsyi 1995:20)
2. Syarat Tayammum
a. Islam.
b. Tidak ada air dan telah berusaha mencarinya, tetapi tidak bertemu.
c. Berhalangan menggunakan air, misalnya karena sakit yang apabila
menggunakan air kan kambuh sakitnya.
d. Telah masuk waktu shalat.
e. Dengan debu yang suci.
f. Bersih dari Haid dan Nifas.

3. Rukun Tayammum
a. Niat.
b. Mengusap muka dengan debu dari tangan yang baru dipukulkan atau
diletakkan ke debu.
c. Mengusap kedua tagan sampai siku, dengan debu dari tangan yang baru
dipukulkan atau diletakkan ke debu, jadi dua kali memukul.
d. Tertib.

4. Sunnah Tayammum

8
a. Membaca basmallah.
b. Mendahulukan anggota kanan.
c. Menipiskan debu di telapak tangan.
d. Berturut - turut.

5. Hal - hal yang membatalkan tayammum


a. Semua yang membatalkan tayammum.
b. Melihat air, bagi yang sebabnya ketiadaan air.
c. Karena murtad.

E. ISTINJA
Apabila keluar kotoran dari salah satu dua jalan, wajib istinja’ dengan air atau dengan
tiga buah batu, yang lebih baik mula - mula dengan batu atau sebagainya kemudian
diikuti dengan air. (Sulaiman Rasyid, 1981:37).
Adaapun adab buang air sebagai berikut :
1. Sunnah mendahulukan kaki kiri ketika masuk ke dalam kamar mandi,
mendahulukan kaki kana ketika keluar dari kamar mandi.
2. Tidak berbicara selama ada didalam kamar mandi.
3. Memakai alas kaki.
4. Hendaklah jauh dari orang sehingga bau kotoran tidak sampai kepadanya.
5. Tidak buang air di air yang tenang.
6. Tidak buang air di lubang - lubang tanah.
7. Tidak uang air di tempat perhentian.

F. HIKMAH BERSUCI
1. Thaharah termasuk tunrutan fitrah.
2. Memelihara kehormatan dan harga diri orang islam.
3. Memelihara kesehatan.
4. Menghadap Allah dalam keadaan suci dan bersih.
5. Thaharah berfungsi menghilangkan hadas dan najis juga berfungsi sebagai
penghapus dosa kecil dan berhikmah membersihkan kotoran indrawi.

9
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kebersihan yang sempurna menurut syara’ disebut thaharah, merupakan masalah yang
sangat penting dalam beragama dan menjadi pangkal dalam beribadah yang
menghantarkan manusi berhubungan dengan Allah SWT. Tidak ada cara bersuci yang
lebih baik dari pada cara yang dilakukan oleh syariat Islam, karena syariat Islam
menganjurkan manusia mandi dan berwudhu. Walaupun manusia masih dalam keadaan
bersih, tapi ketika hendak melaksanakan sholat dan ibadah-ibadah lainnya yang
mengharuskan berwudhu, begitu juga dia harus pula membuang kotoran kotoran pada diri
dan tempat ibadahnya dan mensucikannya karena kotoran itu sangat menjijikan.

B. SARAN

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Maka penulis sangat
mengharapkan kritikan yang dapat mendukung untuk lebih baiknya di masa yang akan
datang. Penulis juga menyarankan kepada pembaca agar membaca buku-buku yang
berkaitan dengan Thaharah dan buku – buku yang telah banyak ditulis oleh para penulis
sejarah. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan perlindungan, semoga
makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://tafsirweb.com/3495-surat-hud-ayat-3.html

https://www.academia.edu/10876559/MAKALAH_TENTANG_THAHARAH

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5980038/apa-yang-dimaksud-air-mutanajis-ini-
penjelasan-dan-hukumnya-untuk-bersuci

https://m.kumparan.com/amp/berita-hari-ini/pengertian-air-mutlak-beserta-jenis-air-yang-
lain-dan-hukumnya-untuk-bersuci-1xY4cyceZde

https://www-detik-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.detik.com/edu/detikpedia/d-
5980038/apa-yang-dimaksud-air-mutanajis-ini-penjelasan-dan-hukumnya-untuk-
bersuci/amp?amp_gsa=1&amp_js_v=a9&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3
D%3D#amp_tf=Dari%20%251%24s&aoh=16763549845420&referrer=https%3A%2
F%2Fwww.google.com&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.detik.com%2Fedu%2Fd
etikpedia%2Fd-5980038%2Fapa-yang-dimaksud-air-mutanajis-ini-penjelasan-dan-
hukumnya-untuk-bersuci

https://www.google.com/search?q=albaqarah+ayat+222&oq=albaqarah+ayat+222&aqs=chro
me..69i57j0i10i512l4j0i10i22i30l2j0i10i15i22i30i625l2j0i10i22i30i625.6057j0j9&so
urceid=chrome&ie=UTF-8

11

Anda mungkin juga menyukai