Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada zaman sekarang ini, dikalangan masyarakan khususnya dikalangan
mahasiswa universitas, kalimat metodologi penilitan sudah tidak asing lagi,
sebab syarat seorang mahasiswa untuk memperoleh gelar akademiknya haruslah
melalui proses penelitian.
Menurut Margono (2005), penelitian adalah semua kegiatan pencarian,
penyelidikan, dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk
mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk
mendapatkan pengertian baru dan menaikkan tingkat ilmu serta
teknologi.Kegiatan penelitian merupakan upaya untuk merumuskan masalah,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencoba menjawab pertanyaan-
pertanyaan tersebut. Untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan cara
menemukan fakta-fakta dan memberikan penafsiran yang benar. Tetapi menurut
Ayuri (2015), penelitian akan menjadi lebih dinamis apanila dilakukan secara
terus menerus yang bertujuan untuk memperbaharui kesimpulan yang telah
ditemukan. Tanpa adanya penelitian itu ilmu pengetahuan akan berhenti dan
menjadi tidak valid, bahkan akan surut kebelakang.
Adapun cara ilmiah (rasional, empiris, dan sistematis yang digunakan
oleh pelaku suatu disiplin ilmu untuk malakukan penelitian disebut dengan
metodologi penelitian (Sujarweni, 2014). Metode penelitian berhubungan erat
dengan prosedur, teknik, alat, serta desain penelitian yang digunakan. Dalam
metode penelitiannmenggambarkan rancangan penelitian yang meliputi prosedur
atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, serta
dengan cara data tersebut diperoleh dan diolah atau dianalisis. Berbicara
mengenai metodologi penelitian, didalamnya pastilah membahas mengenai
metode-metode yang akan dilakukan pada kegiatan penelitian, salah satunya
yaitu mengenai populasi, sampel, dan teknik penarikan sampel.

1
Batasan penelitian yang mesti ada dan ditemui dalam setiap penelitian
adalah batasan yang berkaitan dengan populasi penelitian.Populasi atau
population mempunyai arti yang bervariasi. Menurut Ary, dkk (1985) dalam
Sukardi (2003) population is all members of well defined class people, events or
object. Populasi menurut Babbie (1983) tidak lain adalah elemen penelitian yang
hidup dan tinggal bersama-sama dan secara teoritis menjadi target hasil
penelitian.
Populasi pada prinsipnya adalah semua anggota kelompok manusia,
hewan, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara
terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian.Populasi
dapat berupa guru, siswa, kurikulum, fasilitas, lembaga sekolah, hubungan
sekolah dan masyarakat, karyawan perusahaan, jenis tanaman hutan, jenis padi,
kegiatan marketing, hasil produksi, dan sebagainya. Populasi dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu populasi target dan populasi akses (Sukardi, 2003).
Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang digunakan untuyk penelitian. Bila populasi besar, peneliti tidak
mungkin mengambil semua untuk penelitian misal karena terbatasnya dana,
tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan dapat
diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus
betul-betul mewakili dan harus valid, yaitu bias mengukur sesuatu yang
seharusnya diukur ( Sujarweni, 2014).
Menurut Sukardi (2003) syarat yang paling penting untuk diperhatikan
dalam mengambil sampel ada dua macam, yaitu jumlah sampel yang mencukupi
dan profil sampel yang dipilih harus mewakili. Untuk itu perlu ada cara memilih
agar benar-benar mewakili semua populasi yang ada.
Teknik Sampling yaitu merupakan teknik pengambilan sampel. Terdapat
berbagai macam teknik sampling untuk menentukan sampel yang akan dipakai
dalam penelitian. Teknik sampling pada dasarnya bisa dikelompokkan menjadi 2
(dua) maca yaitu probability sampling dan non-probability sampling.

2
A common goal of survey research is to collect data representative of a
population. The researcher user information gathered from the survey to
generalize, finding from a drawn sample back to a population, within the limits
of random error. However, when critiquing business education research, Wusch
(1986) stated that “two of the most consistent flaws included (1) disregard for
sampling error when determining sample size, and (2) disregard for response and
nonresponse bias (Tujuan umum dari penelitian adalah untuk mengumpulkan
data dari populasi. Informasi dikumpulkan melaluipenelitian untuk
menggeneralisasi, menemukan sampel secara acak yang akan diambil dari
populasi, hingga pada tingkatan kesalahan.Tetapi, ketika mengkritisi penelitian
pendidikan bisnis, Wusch (1986) menyatakan bahwa "dua kesalahan yang selalu
ada yaitu (1)mengabaikan sampel yang selalu error saat menentukan ukuran
sampel, dan (2) mengabaikan respon dan bias nonresponse).
Within a quantitative survey design, determining sample size and dealing
with nonresponse bias is essential. “One of the real advantages of quantitative
methods is their ability to use smaller groups that would be prohibitively
expensive to study”(Holton & Burnett (1977) in Barlett dkk (2001)). The
question then is, how large of a sample is requiredto infer research finding back
to a population? (Dalam desain penelitian kuantitatif, penentuan ukuran sampel
yang berhubungan dengan bias nonresponse sangat penting. "Salah satu
keuntungan nyata dari metode kuantitatif adalah kemampuan mereka untuk
menggunakan kelompok-kelompok kecil yang akan bernilai tinggibagi
pendidikan" (Holton & Burnett (1977) di Barlett dkk (2001)). Pertanyaannya
kemudian adalah bagaimana besar sampel penelitian yang diambil sesuai dengan
populasi?)
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memaparkan secara rinci
mengenai pengertian populasi dan sampel serta teknik penarikan sampel
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Apakah yang dimaksud dengan populasi dan sampel?

3
2. Ada berapa macam populasi dalam penelitian?
3. Bagaimana seorang peneliti menentukan jumlah sampel penelitian?
4. Bagaimana teknik penarikan sampel penelitian?
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah di atas, dapat ditarik tujuan pembuatan makalah ini yaitu
1. Untuk mengetahui pengertian dari populasi dan sampel
2. Untuk mengetahui macam-macam dari populasi
3. Untuk mengetahui seorang peneliti menentukan jumlah sampel penelitian
4. Untuk mengetahui teknik penarikan sampel penelitian
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat pada penulisan makalah ini yaitu memberikan pengetahuan
kepada banyak orang mengenai populasi, sampel dan teknik penarikan sampel
penelitian

4
BAB II
KERANGKA BERPIKIR DALAM PENULISAN
A. Metode penulisan
Metode yang digunakan dalam makalah ini yaitu :
1. Metode pustaka yakni metode yang dilakukan dengan mempelajari dan
mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan alat, baik berupa
buku maupun informasi di internet
2. Diskusi, yakni mendapatkan informasi dengan cara secara langsung kepada teman
yang mengetahui tentang informasi yang diperlukan dalam menulis makalah ini

B. Ruang Lingkup Kajian dan Pembahasan


Ruang lingkup dan kajian pada makalah ini membahas tentang p engertian
populasi dan sampel, cara menentukan jumlah sampel penelitian serta
bagaimana teknik pengambilan sampel.

C. Sumber Data dan Informasi


Sumber data dan informasi dalam penyusunan makalah ini diperoleh dari
buku-buku tentang metode penelitian pendidikan,artikel terkait materi,serta
internet.

D. Teknik Pengumpulan dan Penyajian Data dan Informasi


Teknik pengumpulan data pada makalah ini dengan studi dokumenter yaitu
teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis buku-buku, baik
tertulis, gambar maupun elektronik, dokumen atau buku yang telah diperoleh
kemudian diurai dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk satu hasil kajian
yang sistematis.
Penyajian data informasi pada makalah ini menggunakan penyajian data verbal
dan penyajian data visual.Penyajian data verbal itu sendiri merupakan penyajian
dengan menggunakan kata-kata atau kalimat berupa narasi, dengan memperhatikan
hal-hal seperti penggunaan bahasa yang tajam, tegas dan jelas.Sedangkan penyajian

5
data secara visual pada makalah ini merupakan penyajian data dengan menggunakan
table pelengkap penyajian data secara verbal.

E. Peta Konsep Kajian dan Pembahasan

POPULASI

SAMPEL

PENENTUAN JUMLAH
SAMPEL

TEKNIK PENARIKAN SAMPEL

PROBABILITY RANDOM NON PROBABILITY


SAMPLING SAMPLING

 SAMPLING
 SIMPLE RANDOM
SISTEMATIS
SAMPLING
 SAMPLING KUOTA
 PROPORTIONATE
 SAMPLING
RANDOM
INCIDENTAL
SAMPLING
 PURPOSIVE
 AREA (CLUSTER)
SAMPLING
SAMPLING
 SAMPLING JENUH
(MENURUT
 SNOWBALL
DAERAH)
SAMPLING

6
BAB III

KAJIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pengertian Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi merupakan seluruh subjek penelitian. Populasi menurut
singarimbum (1989: 8) dalam Iskandar (2009: 68) adalah jumlah keseluruhan dari
unit-unit analisis yang memiliki ciri-ciri yang akan diduga. Nawawi (2003: 141)
menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang dapat
terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuhan-tumbuhan, gejala-gejala,
nilai tes atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik
tertentu didalam suatu penelitian.
Menurut Sugiono (2013: 117) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulan.
Populasi bukan hanya orang, akan tetapi objek dan benda alam yang lain. Populasi
juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi
meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu.
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang
lingkup dan waktu yang kita tentukan (Margono, 2005). Kemudian Sarwono
(2006), menyatakan bahwa populasi didefinisikan sebagai seperangkat unit
analisis yang lengkap yang sedang diteliti.
Menurut Djarwanto (1994: 420) dalam Kuntjojo (2009) populasi atau
universe adalah jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau individu yang
karakteristiknya hendak diteliti.Dan satuan-satuan tersebut dinamakan unitanalis,
dan dapat berupa orang-orang, institusi-institusi, benda-benda dan sebagainya.
Populasi adalah totalitas semua individu atau data yang diperoleh dari hasil
menghitung maupun hasil pengukuran, baik kualitatif maupun kuantitatif, dari
karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan

7
jelas.Populasi merupakan obyek dari mana sampel diambil.Populasi ini dapat
berupa orang atau hal-hal yang ingin diketahui karakteristik atau ciri-cirinya.
Jadi, baik manusia, hewan, benda, lembaga, organisasi, dan sebagainya yang
menjadi sasaran penelitian merupakan anggota populasi. Anggota populasi yang
terdiri dari orang-orang biasa disebut dengan subjek penelitian, sedangkan
anggota penelitian yang terdiri dari benda-benda atau bukan orang sering disebut
dengan objek penelitian.
Populasi juga bukan sekedar banyaknya objek atau subjek yang diteliti,
tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek
tersebut.

2. Sampel
Karena berbagai alasan, tidak semua hal yang ingin dijelaskan atau
diramalkan atau dikendalikan dapat diteliti. Penelitian ilmiah boleh dikatakan
hampir seluruh hanya dilakukan terhadap sebagian saja dari hal-hal yang
sebenarnya mau diteliti. Jadi penelitian hanya dilakukan terhadap sampel, tidak
terhadap populasi. Namun kesimpulan-kesimpulan penelitian mengenai sampel
itu akan dikenakan atau digeneralisasikan terhadap populasi (Suryabrata, 2013:
35).
Dalam penelitian, pemakaian sampel seringkali tak terhindarkan terutama
bila ukuran populasi sangat besar atau jumlah anggota populasi yang diteliti
tidak terhingga.Sampel pada dasarnya mempunyai peranan yang sangat penting
dalam penelitian karena salah satu faktor penentu kualitas penelitian adalah
kualitas sampel. Sampel yang berkualitas disebut juga sebagai sampel yang
representatif (Anggoro, 2008: 22)
Sarwono (2006) mengemukakan bahwa sampel adalah sub dari seperangkat
unit dari mana data yang diperlukan dikumpulkan yang dipilih untuk dipelajari.
Iskandar (2009: 69) mengemukakan bahwa sampel adalah sebagian dari
populasi yang di ambil secara representatif atau mewakili populasi yang
bersangkutan atau bagian kecil yang diamati.

8
Jadi, sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki sifat-sifat yang
sama dari objek yang merupakan sumber data. Apabila peneliti melakukan
penelitian terhadap populasi yang besar, sementara peneliti ingin meneliti
tentang populasi tersebut dan peneliti memiliki keterkbatasan dana, tenaga dan
waktu, maka peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel, sehingga
generalisasi terhadap populasi yang diteliti.
Berangkat dari berbagi pendapat yang telah diutarakan di atas dapat
disimpulkan bahwa ciri-ciri sampel yang baik adalah:
a. Sampel dipilih dengan cara hati-hati; dengan menggunakan cara tertentu dan
benar.
b. Sampel harus mewakili populasi, sehingga gambaran yang diberikan
mewakili keseluruhan karakteristik yang terdapat pada populasi.
c. Besarnya ukuran sampel hendaknya mempertimbangkan tingkat kesalahan
sampel yang dapat ditolerir dan tingkat kepercayaan yang dapat diterima
secara statistik.
Hadi (Margono, 2005: 121) menyatakan bahwa sampel dalam suatu
penelitian timbul disebabkan hal berikut:
1. Peneliti bermaksud mereduksi objek penelitian sebagai akibat dari besarnya
jumlah populasi, sehingga harus meneliti sebagian saja.
2. Penelitian bermaksud mengadakan generalisasi dari hasil-hasil
kepenelitiannya, dalam arti mengenakan kesimpulan-kesimpulan kepada
objek, gejala, atau kejadian yang lebih luas.
Penggunaan sampel dalam kegiatan penelitian dilakukan dengan berbagai
alasan. Nawawi (Margono, 2005: 121) mengungkapkan beberapa alasan
tersebut, yaitu:
1. Ukuran populasi
Dalam hal populasi ta terbatas (tak terhingga) berupa parameter yang
jumlahnya tidak diketahui dengan pasti, pada dasarnya bersifat konseptual.
Karena itu sama sekali tidak mungkin mengumpulkan data dari populasi seperti
itu. Demikian juga dalam populasi terbatas (terhingga) yang jumlahnya sangat

9
besar, tidak praktis untuk mengumpulkan data dari populasi 50 juta murid
sekolah dasar yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia, misalnya.
2. Masalah biaya
Besar-kecilnya biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya objek yang
diselidiki. Semakin besar jumlah objek, maka semakin besar biaya yang
diperlukan, lebih-lebih bila objek itu tersebar di wilayah yang cukup luas. Oleh
karena itu, sampling ialah satu cara untuk mengurangi biaya.
3. Masalah waktu
Penelitian sampel selalu memerlukan waktu yang lebih sedikit daripada
penelitian populasi.Sehubungan dengan hal itu, apabila waktu yang tersedia
terbatas, dan keimpulan diinginkan dengan segera, maka penelitian sampel,
dalam hal ini, lebih tepat.
4. Percobaan yang sifatnya merusak
Banyak penelitian yang tidak dapat dilakukan pada seluruh populasi
karena dapat merusak atau merugikan. Misalnya, tidak mungkin mengeluarkan
semua darah dari tubuh seseorang pasien yang akan dianalisis keadaan darahnya,
juga tidak mungkin mencoba seluruh neon untuk diuji kekuatannya. Karena itu
penelitian harus dilakukan hanya pada sampel.
5. Masalah ketelitian
Masalah ketelitian adalah salah satu segi yang diperlukan agar
kesimpulan cukup dapat dipertanggungjawabkan.Ketelitian, dalam hal ini
meliputi pengumpulan, pencatatan, dan analisis data.Penelitian terhadap
populasi belum tentu ketelitian terselenggara. Boleh jadi peneliti akan bosan
dalam melaksanakan tugasnya. Untuk menghindarkan itu semua, penelitian
terhadap sampel memungkinkan ketelitian dalam suatu penelitian.
6. Masalah ekonomis
Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh seorang peneliti; apakah
kegunaan dari hasil penelitian sepadan dengan biaya, waktu dan tenaga yang
telah dikeluarkan?Jika tidak, mengapa harus dilakukan penelitian? Dengan kata

10
lain penelitian sampel pada dasarnya akan lebih ekonomis daripada penelitian
populasi.

B. Ragam populasi Penelitian


Menurut Mukhtar (2013: 93) karakteristik populasi dan sampel biasanya terbagi
dua.Pertama homogen dan kedua heterogen. Karakteristik populasi dan sampel yang
homogen, adalah karakter yang dimiliki oleh suatu populasi relatif sejenis, artinya
walaupun jumlah populasi yang besar tetapi kalu dia memiliki karakter yang sejenis,
maka sampel yang ditetapkan tidak perlu besar cukup 5% saja sudah dianggap
mewakili populasi tersebut. Bahkan dalam penelitian kualitatif tidak mesti
didasarkan pada presentase, tetapi dapat dilakukan dengan menetapkannya sesuai
kebutuhan, baik secara snowball sampling ataupun purposive sampling. Berbeda
dengan karakter populasi yang heterogen, yakni populasi yang relatif beragam dan
bervariasi, baik jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, etnis atau suku hingga agama, ini
mengharuskan seorang peneliti relatif memperbesar jumlah sampelnya, hal ini
dimaksudkan sampel yang ditetapkan benar-benar dapat mewakili populasi yang ada.
Maka dianjurkan lebih besar presentasinya minimal 5 hingga 10%, sampel inilah
yang kelak dipresentase ke dalam tabulasi untuk mengetahui karakter dan perilaku di
dalam situasi sosial.
Nawawi (Margono, 2005: 118) Ia menyebutkan bahwa populasi adalah
keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan,
tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber
data yang memiliki karaktersitik tertentu di dalam suatu penelitian. Kaitannya
dengan batasan tersebut, populasi dapat dibedakan berikut ini.
1. Populasi terbatas atau populasi terhingga, yakni populasi yang memiliki batas
kuantitatif secara jelas karena memilki karakteristik yang terbatas. Misalnya
5.000.000 orang guru SMA pada awal tahun 1985, dengan karakteristik; masa
kerja 2 tahun, lulusan program Strata 1, dan lain-lain.
2. Populasi tak terbatas atau populasi tak terhingga, yakni populasi yang tidak
dapat ditemukan batas-batasnya, sehingga tidak dapat dinyatakan dalam bentuk

11
jumlah secara kuantitatif. Misalnya guru di Indonesia, yang berarti jumlahnya
harus dihitung sejak guru pertama ada sampai sekarang dan yang akan datang.
Dalam keadaan seperti itu jumlahnya tidak dapat dihitung, hanya dapat
digambarkan suatu jumlah objek secara kualitas dengan karakteristik yang
bersifat umum yaitu orang-orang, dahulu, sekarang dan yang akan menjadi guru.
populasi seperti ini disebut juga parameter.
Selain itu, menurut Margono (2005: 119) populasi dapat dibedakan ke dalam hal
berikut ini:
1. Populasi teoretis (teoritical population), yakni sejumlah populasi yang batas-
batasnya ditetapkan secara kualitatif. Kemudian agar hasil penelitian berlaku
juga bagi populasi yang lebih luas, maka ditetapkan terdiri dari guru;
berumus 25 tahun sampai dengan 40 tahun, program S1, jalur skripsi, dan
lain-lain.
2. Populasi yang tersedia (accessible population), yakni sejumlah populasi yang
secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan tegas. Misalnya, guru sebanyak
250 di kota Bandung terdiri dari guru yang memiliki karakteristik yang telah
ditetapkan dalam populasi teoretis.
Margono (2005: 119-120) pun menyatakan bahwa persoalan populasi
penelitian harus dibedakan ke dalam sifat berikut ini:
1. Populasi yang bersifat homogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya
memiliki sifat yang sama, sehingga tidak perlu dipersoalkan jumlahnya
secara kuantitatif. Misalnya, seorang dokter yang akan melihat golongan
darah seseorang, maka ia cukup mengambil setetes darah saja. Dokter itu
tidak perlu satu botol, sebab setetes dan sebotol darah, hasilnya akan sama
saja.
2. Populasi yang bersifat heterogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya
memiliki sifat atau keadaan yang bervariasi, sehingga perlu ditetapkan batas-
batasnya, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Penelitian di
bidang sosial yang objeknya manusia atau gejala-gejala dalam kehidupan
manusia menghadapi populasi yang heterogen.

12
C. Teknik Penentuan Ukuran Sampel
Generalisasi dari sampel ke populasi mengandung resiko bahwa akan terdapat
kekeliruan atau ketidaktepatan, karena sampel tidak akan mencerminkan secara tepat
keadaan populasi. Makin tidak sama sampel itu dengan populasinya, maka makin
besarlah kemungkinan kekeliruan dalam generalisasi itu. Karena hal yang demikian
itulah maka teknik penentuan sampel itu menjadi sangat penting peranannya dalam
penelitian. Berbagai teknik penentuan sampel itu pada hakikatnya adalah cara-cara
untuk memperkecil kekeliruan generalisasi dari sampel ke populasi.Hal ini dapat
dicapai kalau diperoleh sampel yang representatif, yaitu sampel yang benar-benar
mencerminkan populasinya (Suryabrata, 2013: 35).
Mengenai penetapan besar kecilnya sampel tidaklah ada suatu ketetapan yang
mutlak, artinya tidak ada suatu ketentuan berapa persen suatu sampel harus
diambil.Suatu hal yang perlu diperhatikan adalah keadaan homogenitas dan
heterogenitas populasi.Jika keadaan populasi homogen, jumlah sampel hampir-
hampir tidak menjadi persoalan. Sebaliknya, jika keadaan populasi heterogen, maka
pertimbangan pengambilan sampel harus memperhatikan hal:
1. Harus diselidiki kategori-kategori heterogenitas,
2. Besarnya populasi dalam tiap kategori
Karena itu informasi tentang populasi perlu dikejar seberapa jauh dapat diusahakan.
Penetapan jumlah sampel yang kelewat banyak selalu lebih baik dari pada kurang
(oversampling is always better than undersampling). Namun demikian ada cara
untuk memperoleh sampel minimal yang harus diselidiki dengan mengggunakan
rumus:
2
z 1 a
n  pq 2  (Nawawi, 1983: 149 dalam Margono, 2005: 123)
 2 
 
Keterangan:
n = jumlah sampel
≥ = sama dengan atau lebih besar
p = proporsi populasi presentase kelompok pertama

13
q = proporsi sisa di dalam populasi

z1 = derajat koefisien konfidensi pada 99% atau 95%


2
b = persentase perkiraan kemungkinan membuat kekeliruan dalam
menentukan ukuran sampel

Contoh :

Jika diketahui jumlah populasi guru SMA lulusan D3 di jateng adalah 400.000 orang.
Diantara mereka yang tinggal didaerah pedesaan (luar kota) sebanyak 50.000 orang.
Bebrapa sampel yang perlu diselidki dalam rangka mengunggkapkan hambatan
penanaman disiplin disekolah di wilayah masing-masing.
Perhitungan:
50.000
F =  100%  12,5% atau P = 0,125
400.000
q = 1,00 -0,125 = 0,875

z1 = 1,96 (pada derajat konfidensi 99% atau 0,05)


2
B = 5 % atau 0,05

Dimasukkan ke dalam rumus sebagai berikut :


2
 1,96 
n ≥ 0,125 x 0,875  
 0,05 
n > 168,05 dibulatkan 169 orang.

Jika penenelitian kurang puas dengan jumlah sampel minimal itu, maka
dapat dilakukan peningkatan jumlah sampel dengan meningkatkan jumlah
sampel dengan sebesar 2,58. Demikian juga ukuran sampel dapat diperbesar lagi
dengan memperkecil perkiraan persentase kemungkinaan membuat kesalahan
dalam penarikan sampel, misalnya sebesar 2% atau b = 0,02. Dari contoh itu,
maka sample minimum menjadi :

14
2
 2,58 
n ≥ 0,125 x 0,875  
 0,02 
n ≥ 1.740,21 dibulatkan 1.740 orang.
Apabila proporsi di dalam populasi yang tersedia tidak diketahui maka
variasi p dan q dapat mengganti dengan harga maksimum, yakni (0,50 X 0,50 =
0,25) ukuran sampel yang harus diselidiki :
2
 1,96 
n ≥ 0,25  
 0,05 
n ≥ 384
Sample yang baik adalah sampel yang memiliki populasi atau yang
representatif, artinya yang menggambarkan keadaan populasi atau
mencerminkan populasi secara maksimal walaupun mewakili sample bukan
merupakan duplikat dari populasi.

Ukuran sampel bisa ditentukan melalui dua dasar pemikiran, yaitu ditentukan
atas dasar pemikiran statistis, dan atau ditentukan atas dasar pemikiran non
statistis. Ditinjau dari aspekstatistis, ukuran sampel ditentukan oleh beberapa
faktor, diantaranya: (1) bentuk parameter yang menjadi tolak ukur analisis,
dalam arti apakah tujuan penelitian ini untuk menaksir rata-rata, persentase, atau
menguji kebermaknaan hipotesis, (2) tipe sampling, apakah simple
randomsampling, stratified random sampling atau yang lainnya. Tipe sampling
ini berkaitan dengan penentuan rumus-rumus yang harus dipakai untuk
memperoleh ukuran sampel, dan (3) variabilitas variabel yang diteliti
(keseragaman variabel yang diteliti), makin tidak seragam atau heterogen
variabel yang diteliti, makin besar ukuran sampel minimal. Sedangkan
dipandang dari sudut nonstatistis, ukuran sampel ditentukan oleh beberapa
faktor, diantaranya: (1) kendala waktu atau time constraint, (2) biaya, dan (3)
ketersediaan satuan sampling.

15
Ukuran sampel atau jumlah sampel yang diambil merupakan hal yang penting
jika peneliti melakukan penelitian yang menggunakan analisis kuantitatif.Pada
penelitian yang menggunakan analisis kuantitatif, ukuran sampel bukan menjadi
hal yang penting, karena yang pentin adalah kekayaan informasi dari sampel.
Walaupun numlahnya sedikit, tetapi jika kaya akan informasi maka sampelnya
lebih bermanfaat.
Roscoe (1975) dalam Uma Sekaran(1992) dalam Sujarweni (2014: 66)
memberikan pedoman penentuan jumlah sampel diantara 30 s/d 500 elemen. Jika
sampel dipecah lagi ke dalam subsampel (laki-laki/perempuan, SD/SMP/SMA,
dsb), jumlah minimum subsampel hanya 30. Untuk menentukan ukuran sampel
dapat menggunakan cara Slovin dan formula empiris dianjurkan oleh Isaac
Michael sebagai berikut:
Menggunakan rumus Slovin:
N
n
1 (N  e 2 )
Dimana:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = presentasi kelonggaran ketidak terikatan karena kesalahan pengambilan
sampel yang masih diinginkan
Contoh:
Seorang kepala sekolah ingin melakukan studi terhadap para siswa yang ada di
sekolah. Populasi siswa SMK jumlahnya 300 orang, maka sampel yang kita
ambil sebagai penelitian jika menggunakan rumus Slovin dengan tingkat
kepercayaan 95% dan tingkat error 5% adalah
300
n
1  (100  0,05 2 )
n  172 orang.
Jadi sampel penelitian untuk populasi 100 orang dan tingkat kepercayaan 95%
adalah 172 orang.

16
Menggunakan rumus Isaac dan Michael
Sujarweni (2014: 66) menemukakan bahwa formula empiris dianjurkan oleh
Isaac Michael dapat ditulis sebagai berikut:

X 2 .N .P(1  P)
S
d 2 ( N  1)  X 2 P(1  P)
Keterangan:
S = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi akses
P = Proporsi populasi sebagai dasar asumsi pembuatan tabel. Harga ini
diambil P = 0,50
d = derajat ketepatan yang direfleksikan oleh kesalahan yang dapat ditoleransi
dalam fluktuasi proporsi sampel P, d umumnya diambil 0,05.
X2 = Nilai tabel chisquare untuk satu derajat kebebasan relatif level konfiden
yang diinginkan. X2 = 3,841 tingkat kepercayaan 0,95.
Berdasarkan rumus di atas dan diasumsikan populasi berdistribusi normal dibuat
tabel untuk menentukan besarnya sampel dari jumlah populasi antara 10 sampai
dengan 1.000.000 dengan tingkat kesalahan sebesar 1% (0,01), 5% (0,05) dan 10%
(0,1).
Sebagai contoh: Jika populasi sebesar 280, maka sampel akan menjadi sebesar
197 dengan tingkat keslahn sebesar 1%, dan sampel 155 dengan tingkat kesalahan
5% dan sampel 138 dengan tingkat kesalahan 10%. Semakin besar tingkat kesalahan
yang ditoleransi maka semakin kecil jumlah sampel yang di ambil.Sebaliknya
semakin kecil tingkat kesalahan yang ditoleransi, maka semakin besar mendekati
populasi sampel yang harus diambil. Daftar jumlah populasi dan sampel terlihat di
tabel berikut:

17
Tabel 1. Ketentuan Jumlah Sampel dengan Jumlah Populasi Tertentu

Jika ingin dihitung dengan rumus, gunakan rumus di bawah ini:


N
n
N (d ) 2  1

18
Dimana :
n = sampel
N = populasi
d = derajat kebebasan. Misal: 0,1 0,05 atau 0,01.
Contoh:
N = 702
702
n =
702(0,1) 2  1
n = 87, 53
D. Teknik Penaeikan Sampel (Sampling)
Teknik sampling adalah cara untuk menentuka sampel yang jumlahnya
sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan dumber data sebenarnya,
dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh
sampel yang representative. Terdapat dua teknik sampling yang berbeda,
walaupun pada dasarnya bertolak dari asumsi yang sama, yaitu ingin
memperoleh secara maksimal sampel yang representatif yang tidak didasari oleh
keinginan si peneliti. Teknik-teknik itu adalah (1) teknik random sampling dan
(2) teknik non random sampling.
Teknik random sampling adalah pengambilan sampling secara random
atau tanpa pandang bulu. Teknik ini memiliki kemungkinan tertinggi dalam
menetapkan sampel yang representatif. Dalam teknik ini semua individu dalam
populasi baik secara sendiri-sendiri atau berama-sama diberi kesempatan yang
sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Adapun cara yang digunakan dalam
random sampling adalah (1) cara undian, (2) cara ordinal, dan (3) randomisasi
dari Tabel Bilangan Random (Sutrina Hadi, 1980:76). Teknik non random
sampling adalah teknik pengambil sampel secara non random atau tidak semua
individu dalam populasi, diberi peluang yang sama untuk ditugaskan menjadi
anggota sampel. Teknik ini memiliki kemungkinan lebih rendah dalam
menghasilkan sampel yang representatif.

19
Jenis-jenis sampel yang diperoleh dari teknik random sampling
(probability sampling) seperti: simple sampel, stratified sampel,cluster sampel.
Mengingat sampel-sampel ini diperoleh dengan teknik random, maka teknik ini
akan disebut simple random sampling, stratified random sampling,dan cluster
random sampling. Sedangkan jenis-jenis sampel non probability sampling
seperti: accidental sampel,quota sampel, purposive sampel menjadi accidental
sampling, quota sampling, purposive sampling.
Berikut ini keterangan-keterangan mengenai sampel tersebut di atas.
a. Probability sampling
1) Simple random sampling adalah teknik untuk mendapatkan sampel yang
langsung dilakukan pada unit sampling. Dengan demikian setiap unit
sampling sebagai unsur populasi yang terpencil memperoleh peluang yang
sama untuk menjadi sampel atau untuk mewakili populasi. Teknik ini dapat
dipergunakan bilamana jumlah unit sampling di dalam suatu populasi tidak
terlalu nesar. Missal, populasi terdiri dari 500 orang mahasiswa program SI
(unit sampling). Untuk memperoleh sampel sebanyak-banyaknya 150 orang
dari populasi tersebut,digunakan teknik ini, baik dengan cara udian,oridinal,
maupun table bilangan random
2) Stratified random sampling
Stratified random sampling biasa digunakan pada populasi yang mempunyai
susunan bertingkat atau berlapis-lapis.Sekolah, misalnya, terdapat beberapa
kelas; dalam masyarakat terdapat tingkatan-tingkatan penghasilan. Jika
tingkatan-tingkatan dalam populasi diperhatikan,mula-mula harus
diperhatikan strata yang ada; perhatikan juga dalam strata itu apakah ada
subrata atau tidak. Selanjutnya tiap-tiap subratum harus diwakili sampel
penelitian.
3) Cluster random sampling
Cluster random sampling digunakan bilamana populasi tidak terdiri dari
individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau
cluster. Misalnya, penelitian dilakukan terhadap populasi pelajar SMU di

20
suatu kota. Untuk itu random tidak dilakukan langsung [ada semua pelajar-
pelajar, tetapi pada sekolah/kelas sebagai kelompok atau cluster.
b. Non probability sampling
1) Accidental sampling
Dalam teknik ini pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu. Peneliti
langsung mengumpulkan data dari unit sampling yang ditemui. Misalnya
penelitian tentang pendapat umum mengenai pemilu dengan
mempergunakan setiap warga negara yang telah dewasa sebagai unit
sampling. Peneliti mengumpulkan data langsung dari setiap orang dewasa
yang dijumpainya, sampai jumlah yang diharapkan terpenuhi.
2) Quota sampling
Dalam teknik ini juga jumlah populasi tidak diperhitungkan akan tetapi
diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Sampel diambil dengan
memberika jatah atau quotum tertentu pada setiap kelompok.Pengumpulan
data dilakukan langsung pada unit sampling.Setelah jatah terpenuhi,
pengumpulan data dihetikan.Misalnya penelitian dilakukan terhadap ibu
rumah tangga sebagai unit sampling, untuk mengetahui pendapatnya dalam
menghadapi harga pasaran sesuai dengan penghasilan suaminya. Untuk itu
keluarga dikelompokkan menjadi beberapa sub populasi,antara lain: keluarga
pegawai negeri, keluarga pengusaha, keluarga buruh, keluarga petani,
keluarga nelayan, dan lain-lain. Setelah subpopulasi itu diberikan jatah
tertentu walaupun jumla masing-masing sebagai populasi tidak
diketahui.Setiap ibu rumah tangga dari subpopulasi itu dihubungi sebagai
sumber data sampai jumlahnya terpenuhi.
3) Purposive sampling
Pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling, didasarkan atas
ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan
ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Dengan kata lain unit
sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang
diterapkan berdasarkan tujuan penelitian. Missal, suatu penelitian tentang

21
tata tertib lalu lintas di sebuah kota. Sampel yang dipergunakan hanya
diambil di antara pemilik kendaraan bermotor yang tercatat di kepolisian
atau kepada pemilik SIM.Pengumpulan data dilakukan pada unit sampling
tertentu, tidak termasuk pengendara yang mungkin bukan pemilik kendaraan
bermotor atau mungkin tidak memiliki SIM.
Penelitian sampel, perlu memperhatikan sifat dan penyebaran populasi.
Berkenan hal itu, dikenal beberapa kemungkinan dalam menetapkan sampel
dari suatu populasi berikut ini:
a. Sampel proposional
Sampel proposional, menujuk kepada perbandingan penarikan sampel
dari beberapa subpopulasi yang tidak sama jumlahnya. Dengan kata lain
unit sampling pada setiap subsampel sebanding jumlahnya dengan unit
sampling dalam setiap sub populasi,misalnya,penelitian dengan
menggunakan murid SLTA Negeri sebagai unit sampling yang terdiri
dari 3.000 murid SMA Negeri dan 1.500 murid STM Negeri. Dengan
demikian perbandingan subpopulasi adalah 2:1. Dari populasi itu akan
diambil sebanyak 150 murid. Sesuai dengan proporsi setiap subpopulasi,
maka harus diambil sebanyak 100 murid SMA Negeri dan 50 murid
STM Negeri sebaga sampel.
b. Area sampel
Sampel ini memiliki kesamaan dengan propoional sampel.Perbedaannya
terletak pada subpopulasi yang ditetapkan berdasarkan daerah
penyebaran populasi yang hendak diteliti.Perbandingan besarnya
subpopulasi menurut daerah penelitian dijadikan dasar dalam
menentukan ukuran setiap subsampel. Misalhnya, penelitian yang
menggunakan guru SMP Negeri sebagai unit sampling yang tersebar
pada lima kota kabupaten. Setiap kabupaten memiliki populasi guru
sebanyak 500,400,300,200 dan 100. Melihat populasi seperti itu, maka
perbandingannya adalah 5:4:3:2:1. Jumlah sampel yang akan diambil

22
150. Dengan demikian dari setiap kabupaten harus diambil sampel
sebesar 50,40,30,20 dan 10 orang guru.
c. Sampel ganda
Penarikan ganda atau sampel kembar dilakukan dengan maksud
menanggulangi kemungkinan sampel minimum yang diharapkan tidak
masuk seluruhnya. Untuk itu jumlah atau ukuran sampel ditetapkan dua
kali lebih baik, dari yang ditetapkan. Penentuan sampel sebanyak dua
kali lipat itu dilakukan terutama apabila alat pengumpul data yang
dipergunakan adalah kuesioner atau angket yang dikirimkan melalui pos.
dengan mengirim dua set kuesioner pada unit sampling yang memiliki8
persamaan, maka dapat diharapkan salah satu di antaranya akan
dikembalikan,sehingga jumlah atau kurang maple yang telah ditetapkan
terpenuhi.
d. Sampel majemuk (multiple samples)
Sampel majemuk ini merupakan perluasan dari sampel ganda.
Pengambilan sampel dilakukan lebih dari dua kali lipat, tetap memiliki
kesamaan dengan unit sampling yang pertama.Dengan sampling multiple
ini kemungkinan masuknya data sebanyak jumlah sampel yang telah
ditetapkan tidak diragukan lagi.Penarikan sampel majemuk ini hanya
dapat dilakukan apabila jumlah populasi cukup besar.
Dalam setiap penelitian, populasi yang dipilih erat hubungannya dengan
masalah yang ingin dipelajar. Dalam penelitian fertilitas misalnya, suatu
sampel biasanya dipilih dari populasi wanita usia subur (umur 15 – 49
tahun) yang pernah kawin. Dalam penelitian tenaga kerja dipilih populasi
penduduk usia kerja; dalam penelitian transmigran yang menjadi
populasi sasaran; dan dalam penelitian pemakai alat kontasepsi, para
akseptor yang menjadi sasaran peneliti.
Unsur-unsur yang diambil sebagai sampel disebut unsur sampling. Unsur
sampling diambil dengan menggunakan kerangka sampling (sampling
frame)

23
Kerangka sampling ialah daftar dari semua samping dalam populasi
sampling. Kerangka sampling dapat berupa daftar mengenai jumlah
penduduk, jumlah bangunan, mungkin pula seuah peta yang unit-unitnya
tergambar secara jelas. Sebuah kerangka sampling yang baik harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Harus memenuhi seluruh unsur sampel (tidak satu unsur pun yang
tertinggal)
2. Tidak ada unsur sampel yang dihitung dua kali;
3. Harus up to date;
4. Batas-batasnya harus jelas, misalnya batas wilayah; rumah tangga
(siapa-siapa yang menjadi anggota rumah tangga); dan
5. Harus dapat dilacak di lapangan; jadi hendaknya tidak terdapat
beberapa desa dengan nama yang sama

Beberapa contoh dari kerangka sampling adalah sebagai berikut:


1) Kerangka sampling untuk individu atau rumah tangga. Dalam
pembentukan kerangka sampling untuk individu atau rumah
tangga,yang terutama perlu diperhatikan ialah syarat 3 dan 5.
Misalnya dalam penelitian fertilitas, masala up to date-nya data
untuk kerangka sampling adalah sangat penting. Hal ini
disebabkan karena banyaknya mobilitas penduduk dan adanya
pembentukan keluarga-keluarga baru, dan semuanya itu erat
hubungannya dengan perkawinan,kehamilan dan kelahiran. Di
masyarakat kita, banyak istri hamil yang pulang kembali ke
tempat ibunya pada waktu akan melahirkan, dan kembali lagi ke
tempat suami beberapa minggu setelah melahirkan. Berdasarkan,
alasan-alasan di atas,maka dianjurkan untuk tidak menggunakan
daftar registrasi penduduk untuk kerangka sampling,kecuali kalau
daftar itu dibuat oleh petugas lapangan atau daftar registrasi itu
baru saja dibuat.dibandingkan dengan individu, keluarga kurang

24
mobil. Walaupun demikian, juga tidak dianjurkan untuk
menggunakan daftar keluarga yang dibuat beberapa bulan yang
lalu sebagai kerangka sampling. Di negara-negara sedang
berkembang,hasil dari sensus pun tidak begitu baik digunakan
untuk kerangka sampling keluarga. Dalam praktek, terutama
untuk penelitian fertilitaskerangka sampling harus dikerjakan
terlebih dahulu atau dapat juga digunakan kerangka sampling
bangunan sebagai pengganti.
2) Kerangka sampling untuk bangunan
Di Jawa, sebuah bangunan pada umumnya terdiri dari sebuah
rumah tangga, namun demikian kadang-kadang satu bangunan
yang didiami oleh lebih dari satu rumah tangga. Kerangka
sampling bangunan lebih stabil ( kurang mengalami perubahan)
dibandingkan dengan rumah tangga. Dalam beb erapa
hal,kerangka sampling bangunan dapat menggantikan kerangka
sampling rumah tangga. Setelah menyeleksi sampel
bangunan,lalu diteliti semua rumah tangga yang terdapat pada
sampel bangunan itu. Daftar bangunan di daerah pedesaan kurang
lengkap, karena sering belum memasukkan bangunan-bangunan
yang baru selesai dibuat dan juga bangunan-bangunan yang sudah
dibongkar.Daftar bangunan itu biasanya dapat dibuat ebih mudah
dan lebih cepat, karena tidak harus mewawancara seseorang.
Untuk memudahkan penentuan lokasinya,bangunan-bangunan itu
dipetakkan dan tiap bangunan diberi nomor urut.
3) Kerangka sampling wilayah
Untuk menghemat waktu dan biaya,sampel rumah tangga harus
terletak pada wilayah yang tidak begitu luas. Apabila wilayah
tersebut luas, maka kita dapat membaginya menjadi wilayah-
wilayah yang lebih sempit dengan pertolongan peta, dan
mempergunakan batas alam (sungai,jalan,pagar,dan sebagainya).

25
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan di atas, dapat kita simpulkan
bahwa:
1. Populasi adalah seluru subjek dalam penelitian, sedangkan sampel merupakan
2. Sampel adalah sebagian dari populasi yang di ambil secara representatif atau
mewakili populasi yang bersangkutan atau bagian kecil yang diamati Iskandar
(2009: 69).
3. Untuk menentukan ukuran sampel dapat menggunakan cara Slovin dan formula
empiris dianjurkan oleh Isaac Michael
4. Teknik penerikan sampel dibagi menjadi dua yaitu probability random sampling
yang terdiri dari simple random sampling, proportionate random sampling area
(cluster) sampling (menurut daerah) dan non probability sampling yang terdiri
dri sampling sistematis, sampling kuota, sampling incidental, purposive
sampling, sampling jenuh, snowball sampling
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, pembaca yang ingin mengembangkan makalah ini adalah diharapkan
dapat menambah dan memperjelas kajian mengenai populasi, sampel dan teknik
penarikan sampel, sehingga bias memberikan gambaran secara lebih lengkap dan
nyata.

26

Anda mungkin juga menyukai