Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PENDAHULUAN

Suku Jawa merupakan suku bangsa terbesar di


Indonesia yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur,
dan Yogyakarta. Setidaknya 41,7% penduduk Indonesia
merupakan etnis Jawa. Selain di ketiga propinsi tersebut,
suku Jawa banyak bermukim di Lampung, Banten,
Jakarta, dan Sumatera Utara. Di Jawa Barat mereka
banyak ditemukan di Kabupaten Indramayu dan
Cirebon. Suku Jawa juga memiliki sub-suku, seperti
Osing dan Tengger.

Jawa adalah sebuah pulau di Indonesia dengan


penduduk 136 juta, pulau ini merupakan pulau
berpenduduk terpadat di dunia dan merupakan salah satu
wilayah berpenduduk terpadat di dunia. Pulau ini dihuni
oleh 60% penduduk Indonesia. Ibu kota Indonesia,
Jakarta, terletak di Jawa bagian barat. Banyak sejarah
Indonesia berlangsung di pulau ini. Jawa dahulu
merupakan pusat dari beberapa kerajaan Hindu-Buddha,

1
kesultanan Islam, pemerintahan kolonial Hindia-
Belanda, serta pusat pergerakan kemerdekaan Indonesia.
Pulau ini berdampak sangat besar terhadap kehidupan
sosial, politik, dan ekonomi Indonesia.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri


dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku
bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita sebut
kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di
Indonesia merupakan suatu bukti bahwa Indonesia
merupakan negara yang kaya akan budaya.

Suku bangsa merupakan faktor utama berdirinya


kebudayaan yang lebih global, yang biasa kita sebut
dengan kebudayaan nasional. Maka atas dasar itulah
segala bentuk kebudayaan daerah akan sangat
berpengaruh terhadap budaya nasional, begitu pula
sebaliknya kebudayaan nasional yang bersumber dari
kebudayaan daerah, akan sangat berpebgaruh pula
terhadap kebudayaan daerah/ kebudayaan lokal.

2
Kebudayaan jawa sudah ada setelah abad ke 1
masehi dan apabila kita lihat dari 7 unsur kebudayaan
secara universal, maka dapat kita rumuskan bahwa
kebudayaan Jawa memiliki banyak unsure-unusr budaya.
Dimulai dari system mata pencaharian, masyarakat Jawa
juga memilki sector pariwisata yang luas. Tidak sedikit
dari wisatawan dan para turis mancanegara yang datang
untuk melihat kekayaan budaya Jawa. Kebudayaan Jawa
juga bergerak di bidang pertanian dan perikanan. Selain
itu, kebudayaan Jwa juga memiliki nilai seni yang begitu
tinggi, dimulai dari alat-alat music tradisonal hingga tari-
tarian tradisonal.

3
BAB II
KERANGKA TEORITIS

KERANGKA TEORITIS

2.1 Teori Kebudayaan

2.1.1 Definisi kebudayaan secara etimologis

Kata kebudayaan berasal dari kata Buddhayah dalam


bahasa Sansekerta, yaitu bentuk jamak dari Buddhi yang
berarti budi atau akal. Kata culture berasal dari bahasa
Inggris yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai
kebudayaan. Kebudayaan juga berasal dari bahasa Latin
yaitu kata Colere yang artinya mengolah atau
mengerjakan. Sehingga muncul sebuah pengertian
bahwa kebudayaan adalah segala upaya atau usaha
manusia untuk mengolah tanah dan merubah alam.
Secara sederhana, kebudayaan juga dapat diartikan
sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Ada

4
beberapa teori yang berpendapat bahwa budaya
merupakan perkembangan dari kata budi dan daya.

2.1.2 Definisi kebudayaan secara konseptual

Koentjaraningrat
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia
dengan belajar.

Sultan Takdir Alisyahbana


Kebudayaan adalah manifestasi dan cara berfikir yang
dipakai dan mempengaruhi manusia.

Mangunsarkoro
Kebudayaan adalah segala yang bersifat hasil kegiatan
manusia dalam arti yang seluas-luasnya.
Mohammad Hatta
Kebudayaan adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa.

5
Sidi Gazalba
Kebudayaan adalah cara berfikir dan merasa yang
menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan dari
segala kegiatan manusia yang membentuk kesatuan
sosial dengan suatu ruang dan suatu waktu.

2.1.3 Definisi kebudayaan secara operasional

Kebudayaan adalah suatu kemajuan dari evolusi atau


proses kesejarahan. Kebudayaan juga merupakan suatu
yang fungsional dan terkait, konfigurasi kepribadian, dan
merupakan suatu kognitif sistem, sistem yang terstruktur,
sistem-sistem simbol dan suatu sistem adaptasi.
Secara operasional, kebudayaan juga dapat didefinisikan
sebagai keseluruhan sistem pengetahuan, dan hasil karya
yang menjadi landasan atau pedoman acuan terwujudnya
perilaku manusia serta yang meliputi wujud dari
kebudayaan itu sendiri. Jadi kebudayaan memenag
memilki banyak definisi yang tetap mengandung satu
arti yang sama.

6
2.2. Teori Masyarakat

2.2.1 Definisi masyarakat secara etimologis


Secara etimologis (cabang ilmu linguistik yang
mempelajari asal usul suatu kata) istilah masyarakat
berasal dari bahasa Inggris society yang arinya kawan.

2.2.2 Definisi masyarakat secara konseptual

Selo Sumardjan

Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama


dan menghasilkan kebudayaan.

Karl Marx

Masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu


ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya
pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi
secara ekonomi.

7
Emile Durkheim

Masyarakat merupakan suatu kenyataan objektif


pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.

Paul B. Horton dan C. Hunt

Masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif


mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup
lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai
kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar
kegiatan di dalam kelompok atau kumpulan manusia
tersebut.

Drs. Sidi Gazalba

Masyarakat mengutamakan dua perkara. Pertama,


interaksi manusia dengan manusia, hidup berkelompok
dan dalam masyarakat yang teratur. Kedua, pemelihara
interaksi yang teratur dalam kelompok. Masyarakat
merupakan pergaulan hidup, pergaulan antara manusia

8
dengan kelompok. Institut masyarakat bertanggungjawab
mempertahankan hubungan yang teratur antara individu
dengan individu.

2.2.3 Definisi masyarakat secara operasional


Masyarakat adalah sekelompok pribadi manusia
yang hidup bersama-sama dan saling berinteraksi dalam
suatu wilayah dan menghasilkan kebudayaan serta
seringkali menciptakan kelompok-kelompok organisasi
di dalamnya

9
BAB III
LAPORAN PERJALANAN

Berawal dari tanggal 27 Maret 2015 tepatnya pada


hari Jumat. Tugas etnografi yang mengantarkan kami
tugas untuk kali ini. Erat juga kaitannya dengan 7 unsur
universal yang mana kali ini kami akan meneliti tentang
kerangka etnografi suku jawa.

Setelah menunggu beberapa lama berada di tempat


janjian kami yakni di sekitar aksara akhirnya kami
berempat yakni saya, rahmi, yuha, dan sinta berkumpul
juga. Namun disitu kami memang tidak satu kelompok
saja yang akan pergi karena ada juga kelompok lain
yakni suku banjar yang mempunyai arah tempat tujuan
yang sama. Dan kami pun memutuskan pergi bersama.
Meskipun anggota kelompok kami tidak lengkap yaitu
ganda tidak pergi bersama kami berhubung dia pergi
pada hari sebelumnya guna untuk mensurvei tempat
penelitian kami yang sekaligus adalah kampong halaman
ibunya.

10
Tepat jam 09.30 akhirnya kami berangkat dari aksara
menuju ke pinang baris setelah anggota semua yang akan
pergi sudah datang. Dan di perjalanan menuju pinang
baris yaitu tempat angkutan pemberhentian yang akan
membawa kami menuju tanjung pura. Hanya dengan
waktu kurang lebih satu jam perjalanan akhirnya kami
sampai di pinang baris.
Selanjutnya kami pun menaiki angkutan yang memang
tripnya menuju kea rah tujuan kami. Dan setelah
mendpatkan angkutannya dan sewanya sudah full maka
angkutan pun bergegas menancapkan gasnya. Dan
penglaman baru juga bagi kami menaiki angkutan umum
yang cukup membuat sulit bernafas akibat sempitnya
tempat duduk. Kami menuju pinang baris pada pukul
11.00 wib.

Dalam menempuh perjalanan menuju tujuan kami


sebenarnya sebelumnya kami sudah pernah mengikuti
jalan tersebut karena kira-kira 2 minggu sebelumnya
kami juga mengikuti penelitian ke aceh tamiag dalam
mata kuliah sejarah kebudayaan dan geografi sejarah.
Dan kelompok kami sebenarnya harus turun lebih dahulu

11
di simpang pasar X yang mana salah satu anggota kami
rumahnya berada di daerah tersebut. Jadi kami turun
lebih dahulu dari angkutan umum itu. Lalu berkisar
pukul 12.00 wib. Sesampainya disana kami harus
menunggu teman kami ganda agar bisa berangkat
bersama ke tempat tujuan. meskipun sebenarnya kami
telah berpisah dengan kelompok lain yang tadi berangkat
bersama.

Tak beberapa lama akhirnya kami pun bertemu


dengan ganda dan dia turut serta membawa neneknya
sebagai pemandu kami Maka kami segera
memberhentikan angkutan yang akan meneruskan
kembali perjalanan kami menuju ke desa padang rebah
yaitu tempat tujuan kami kali ini.

Tak beberapa lama sampailah kami ke tempat tujuan


kurang lebih hanya membutuhkan waktu sekitar
setengah jam. Tepatnya pada pukul 13.30 tiba kami di
rumah salah satu saudara ganda. Di rumah tersebut kami
sempat disuguhkan makanan dan minuman meskipun
sebenarnya bukan di tempat itulah kami akan menginap.

12
Saudaranya bercakap-cakap dengan nenek ganda dengan
menggunakan bahasa jawa yang tentulah pasti tidak
mengerti kecuali ganda karena kami dalam kelompok
tersebut semua suku batak.

Setelah silaturrahmi di rumah saudara ganda tersebut


kami pun beranjak ke rumah tempat kami penginapan
sekitar pukul 14.00 wib. Disana kami desambut dengan
tangan terbuka dan diterima pula dengan senang hati.
Kami pun berkenalan dengan empunya rumah yang akan
kami jadikan tempat menginap sementara itu. Dan
memang mereka juga masih termasuk kerabat dari teman
kami ganda.

Setelah bercengkrama bersama dan kembali lagi


disuguhkan makanan dan minuman kami pun ingin
keluar jalan-jalan seraya mengenal lebih jauh tentang
desa yang akan kami teliti tersebut. Dan memang sekitar
jam 15.00 kami pun beranjak dari rumah. Kata orangtua
yang kami tinggali rumahya tersebut ada acara pramuka
di lapangan kecamatan dan kami dianjurkan untuk pergi
melihatnya kesana. Tentulah saran tersebut kami terima

13
sekaligus melepas penat kami. Dalam perjalanan menuju
lapangan tersebut kami menemukan ada pengolahan
pabrik batubata yang memang sudah idak tradisional lagi
karena sudah menggunakan tenaga mesin sebagai
pembantu dalam proses pencetakan batubata tersebut.
Sungguh menarik bagi kami melihatnya. Akan tetapi
kami tidak sempat mewawancara para pekerja ataupun
emilik industry tersebut sebab pada saat itu mereka
sedang istirahat.
Selepas itu kami tetap menyusuri jalan menuju ke
arah lapangan. Dan tak beberapa lama kami sampailah di
lapangan. Disana sudah berkumpul anak-anak pramuka
dari ranting-ranting tiap kecamatan.jelaslah organisasi
dalam bidang pendidikan masih tetap dijalankan di
daerah tersebut. Hari sudah menjelang sore kamipun
pulang ke rumah dengan membawa pengetahuan baru
yakni kelompok dan kebersamaan itu akan
mempermudah kita dalam bekerja. Itulah kutipan ilmu
yang kami ambil pelajaran dari pramuka.

Dan sesampai dirumah kami mandi sore dan malam


pun menjelang kami makan malam bersama selepas

14
shalat maghrib. Setelah itu, kami berdiskusi bersama
untuk membuat kerangka etnografi yang kelak besok
kami akan laksanakan. Dan pada pukul 23.00 kami
beranjak tidur.
Mentari terbit di pagi hari menandakan waktu pagi telah
menjelang, sebenarnya kami akan berangkat ke ladang
pada pagi hari namun kami meunda nya hingga waktu
siang tiba. Karena kami ada jadwal lain yaitu pergi ke
kuburan cina untuk melihat cengbebg yang dilakuka oleh
etnis cina sebagai tanda penghormatan terhadap leluhur
maupun kakek nenek mereka. Jam 8 pagi lah kami
beranjak dari rumah dengan menaiki becak meskipun
sempit-sempitan namun tetap menyenangkan karena
bersam teman-teman.

Sampailah kami di kuburan cina sekitar pukul 09.00


wib dan tepat sekali ada salah satu keluarga yang sedang
melakukan sembahyang ceng beng . Kami pun terlebih
dahulu meminta izin agar bisa merekam kegiatan
mereka. Izinpun sudah kami kantongi dan segera kami
mengambil gambar dan merekam melalui video. Di
samping itu ada juga wawancara yang kami lakukan

15
dengan bapak keturunan cina yang disitu sebagai pekerja
membersihkan dan menjaga kuburan tersebut. Beliau
menjelaskan tentang sembahyang ceng beng tersebut
secara umum.
Dan waktu sudah menjelang siang sekitar pukul 11.00
kami pun kembali beranjak pergi dari tempat tersebut.
Dan tujuan kami selanjutnya adalah keramat. Yaitu
sebuah batu yang dikeramatkan oleh suku jawa .
menurut mereka batu tersebut mempunyai arti lebih. Dan
biasanya banyak orang yang memberikan sesajen di
tempat batu tersebut karena hajat mereka tercapai.

Pelesiran sejarah kami selesai pada hari itu dan


selanjutnya ialah pulang menuju rumah. Di sela
perjalanan pulang kami tidak lupa membelikan buah
tangan khas dari tanjung pura yaitu dodol. Kami pun
membeli masing-masing untuk buah tangan kepada
teman kos dan khusnya kepada bu ika tercinta

Tak lama kemudian sampailah kami di rumah pada


pukul 13.00 wib dan disitulah waktunya kami ke ladang.
Sebelum menuju ke ladang kami pun mengunjungi

16
pabrik kue yang ada di sekitar tempat tinggal kami itu.
Ternyata pabrik kue kecil-akecilan itu cukup menjadi
salah satu usaha baru yang cukup menggiurkan. Karena
omsetnya juga cukup memuaskan. Dan tak lupa kami
membeli kue sebagai buah tangan.

Perjalanan selanjutnya ialah menuju ladang. Dan


ternyata sungguh mengejutkan ladangnya kering
kerontang karena dilanda kekeringan . sehingga para
petani pun mengganti bahan tanamnya menjadikacang
dan ternyata lagi kacang tersebut tidak berbunga. Jadi
kami hanya melakukan wawancara dengan petani
seorang nenek yang sedang membersihkan lahannya.
Lalu kmai pergi ke samping yang ternyata ada pabrik
pembuatan batu bata secara tradisonal yang pada saat itu
sedang tak ada pekerjanya. Singkatnya kami pun
beranjak pulang ke rumah setelah sore harinya. Karena
teman kami sinta ada keperluan jadi dia pulang terlebih
dahulu dan kami antarkan untuk menaiki mobil menuju
medan pada pukul 15,30 wib.

17
Dan pada malam harinya setelah sholat isya kami
pergi kembali menuju lapangan untuk melihat api
unggun dan pagelaran serta aksi anak-anak pramuka.
Selang pada jam 22.00 malam maka kami kembali
pulang.

Keesokan harinya kami pergi ke pesta temu manten


adat suku jawa pada 11.00 wib disana kami melihat acara
pengantin. Setelah itu kai merekam prosesinya. Dan
akhirnya kami makan disana setelah acara rewang atau
perkawinan. Lalu tidur siang sebagai istirahat untuk
melepaskan kelelahan. Dan akhirnya jam 15.00 kami
pulang ke medan sesampainya di medan kami pada
pukul 17.00 setelah itu kami pulang ke rumah masing-
masing.

18
BAB IV
SUKU JAWA

C. Kluckhohn membuat karya yg berjudul


Universal Catagories of Culture , ia menjelaskan 7 unsur
dalam bukunya tersebut dan di beri nama Culture
Universals. Urutan unsur unsur kebudayaan di atas
menurut Koentjaraningrat didasarkan pada mudah atau
sulitnya suatu unsur kebudayaan mengalami perubahan.
Artinya, unsur kebudayaan yang pertama atau nomer 1
dianggap sebagai unsur kebudayaan Universal yang
paling sulit berubah, sedangkan urutan yang paling
terakhir merupakan Unsur yang paling mudah untuk
berubah.

Menurut Koentjaraningrat (2000:181) kebudayaan


dengan kata dasar budaya berasal dari bahasa
sangsakerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari
buddhi yang berarti budi atau akal. Jadi
Koentjaraningrat, mendefinisikan budaya sebagai daya
budi yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan
kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa itu.

19
Koentjaraningrat juga menerangkan bahwa pada
dasarnya banyak sarjana yang membedakan antara
budaya dan kebudayaan, dimana budaya merupakan
perkembangan majemuk budi daya, yang berati daya dari
budi. Namun, pada kajian Antropologi, budaya dianggap
merupakan singkatan dari kebudayaan, tidak ada
perbedaan dari definsi.

Lalu, dilain pihak Clifford Geertz mengatakan bahwa


kebudayaan merupakan sistem mengenai konsepsi-
konsepsi yang diwariskan dalam bentuk simbolik, yang
dengan cara ini manusia dapat berkomunikasi,
melestarikan, dan mengembangkan pengetahuan dan
sikapnya terhadap kehidupan. (Abdullah, 2006:1)

Lebih sepesifik lagi, E. B Taylor, dalam bukunya


Primitive Cultures, mengartikan kebudayaan
sebagai keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya
terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, kemampuan yang lain serta
kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota
masyarakat. (Setiadi, 2007:27)

20
Dari berbagai definisi diatas, maka penulis menarik
kesimpulan bahwa kebudayaan atau budaya merupakan
sebuah sistem, dimana sistem itu terbentuk dari perilaku,
baik itu perilaku badan maupun pikiran. Dan hal ini
berkaitan erat dengan adanya gerak dari masyarakat,
dimana pergerakan yang dinamis dan dalam kurun waktu
tertentu akan menghasilkan sebuah tatanan ataupun
sistem tersendiri dalam kumpulan masyarakat.

Wujud Kebudayaan
J. J Honigmann (dalam Koenjtaraningrat, 2000)
membedakan adanya tiga gejala kebudayaan : yaitu :
(1) ideas, (2) activities, dan (3) artifact, dan ini diperjelas
oleh Koenjtaraningrat yang mengistilahkannya dengan
tiga wujud kebudayaan :
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu yang kompleks
dari ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-
norma, peraturan dan sebagainya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks
aktivitas serta tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat

21
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil
karya manusia.

Mengenai wujud kebudayaan ini, Elly M.Setiadi dkk


dalam Buku Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (2007:29-30)
memberikan penjelasannya sebagai berikut :
Wujud Ide
Wujud tersebut menunjukann wujud ide dari
kebudayaan, sifatnya abstrak, tak dapat diraba, dipegang
ataupun difoto, dan tempatnya ada di alam pikiran warga
masyarakat dimana kebudayaan yang bersangkutan itu
hidup. Budaya ideal mempunyai fungsi mengatur,
mengendalikan, dan memberi arah kepada tindakan,
kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat
sebagai sopan santun. Kebudayaan ideal ini bisa juga
disebut adat istiadat.

Wujud perilaku
Wujud tersebut dinamakan sistem sosial, karena
menyangkut tindakan dan kelakuan berpola dari manusia
itu sendiri. Wujud ini bisa diobservasi, difoto dan
didokumentasikan karena dalam sistem ssosial ini

22
terdapat aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi
dan berhubungan serta bergaul satu dengan lainnya
dalam masyarakat. Bersifat konkret dalam wujud
perilaku dan bahasa.

Wujud Artefak
Wujud ini disebut juga kebudayaan fisik, dimana
seluruhnya merupakan hasil fisik. Sifatnya paling
konkret dan bisa diraba, dilihat dan didokumentasikan.
Contohnya : candi, bangunan, baju, kain komputer dll.

1. NAMA dan BAHASA

Nama suku yang kami teliti ialah suku jawa yang


jelas suku tersebut merupakan suku yang berasal aslinya
dari jawa. Dan penduduknya cukup ramah sehingga kmi
pun senang saat bercengkrama dengan mereka

Asal mula suku jawa disana sebenarnya adalah


migrasi karena pada awalnya yang menduduki wilayah
tersebut ialah suku melayu. Dan pada saat itu suku jawa

23
bermigrasi dan dominan penduduknya sekarang adalah
suku jawa

Bahasa yang digunakan tentulah secara tradisional


memakai bahsa jawa dan penduduknya dalam
kesehariannya juga tetap menggunakan bahasa tersebut
disamping bahsa Indonesia sebagai bahsa persatuan.

Sesuatu yang berawal dari hanya sebuah kode,


tulisan hingga berubah sebagai lisan untuk
mempermudah komunikasi antar sesama manusia.
Bahkan sudah ada bahasa yang dijadikan bahasa
universal seperti bahasa Inggris.

Pulau Jawa adalah pulau yang sangat padat


penduduknya dan memilki berbagai macam penduduk
yang ad di dalamnya dan bahasa merupakan hal yang
paling luas digunkana dalam sebuah kebudayaan. Bahasa
jawa dibagi menjadi dua klasifikasi dialek. Yaitu dialek
sosial dan dialek daerah. Karena bahasa ini terbentuk
dari gradasi-gradasi yang sangat berbeda dengan Bahasa
Indonesia maupun Melayu, meskipun tergolong rumpun
Austronesia.

24
Kebudayaan yang beragam sangat berpengaruh pada
bahasa yang dipakainya.Contohnya bahasa Inggris,
Jerman, Italia, Sunda, Jawa, dsb. Dari banyak
bahasatersebut kita dapat mempelajarinya untuk
pengetahuan yang lebih luas. Tidakhanya bahasa yang
dipelajari berasal dari bahas luar negri saja, tetapi
bahasadari negri Indonesiapun perlu kita pelajari untuk
melestarikan kebudayaan yangada di Indonesia.

Secara etimologi asal mula nama 'Jawa' tidak jelas.


Salah satu kemungkinan adalah nama pulau ini berasal
dari tanaman jwa-wut, yang banyak ditemukan di pulau
ini pada masa purbakala, sebelum masuknya pengaruh
India pulau ini mungkin memiliki banyak nama. Ada
pula dugaan bahwa pulau ini berasal dari kata ja yang
berarti "jauh". Dalam Bahasa Sanskerta yava berarti
tanaman jelai, sebuah tanaman yang membuat pulau ini
terkenal. Yawadvipa disebut dalam epik India
Ramayana. Sugriwa, panglima wanara (manusia kera)
dari pasukan Sri Rama, mengirimkan utusannya ke
Yawadvipa (pulau Jawa) untuk mencari Dewi Shinta.
Kemudian berdasarkan kesusastraan India terutama

25
pustaka Tamil, disebut dengan nama Sanskerta yvaka
dvpa (dvpa = pulau). Dugaan lain ialah bahwa kata
"Jawa" berasal dari akar kata dalam bahasa Proto-
Austronesia, yang berarti 'rumah'.

Bahasa yang digunakan suku (Jawa) adalah Bahasa


Jawa. Bahasa lisan lebih sering di gunakan oleh suku
kami dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa lisan terbagi
menjadi bahasa boso yang lebih sopan dan bahasa
kasar. Untuk boso biasanya digunakan pada saat
berbicara dengan orang yang lebih tua sepert : Mbah,
Ibu, Bapak, saudara, dan orang lain yang umurnya lebih
tua dari kita. Sedangkan untuk bahasa kasar itu biasanya
digunakan untuk berbincang dengan teman sebaya atau
yang lebih muda umurnya. Selain bahasa lisan suku jawa
juga mempunyai bahasa tulisan yang dulunya masih
sering digunakan, tetapi untuk saat ini bahasa tulisan
sudah jarang ditemukan dalam masyarakat. Bahasa
tulisan masih bisa ditemukan dengan mudah di daerah
yang budaya jawanya masih kental seperti di Jogjakarta
misalnya.

26
Bahasa Jawa memiliki aturan perbedaan kosa kata
dan intonasi berdasarkan hubungan antara pembicara dan
lawan bicara, yang dikenal dengan unggah-ungguh.
Aspek kebahasaan ini memiliki pengaruh sosial yang
kuat dalam budaya Jawa, dan membuat orang Jawa
biasanya sangat sadar akan status sosialnya di
masyarakat. Terdapat tiga bahasa utama di pulau ini,
namun mayoritas penduduk menggunakan bahasa Jawa.
Bahasa Jawa merupakan bahasa ibu dari 60 juta
penduduk Indonesia, dan sebagian besar penuturnya
berdiam di pulau Jawa. Sebagian besar penduduk adalah
bilingual, yang berbahasa Indonesia baik sebagai bahasa
pertama maupun kedua.

Aksara Jawa merupakan salah satu peninggalan


budaya yang tak ternilai harganya. Bentuk aksara dan
seni pembuatannya menjadi suatu peninggalan yang
patut untuk dilestarikan. Aksara jawa disebut juga
dengan nama aksara Legenda. Aksara Legena merupakan
aksara Jawa pokok yang jumlahnya 20 buah.

27
Setiap suku kata aksara Jawa mempunyai pasangan,
yakni kata yang berfungsi untuk mengikuti suku kata
mati atau tertutup, dengan suku kata berikutnya, kecuali
suku kata yang tertutup oleh wignyan, cecak dan layar.
Tulisan Jawa bersifat Silabik atau merupakan suku kata.
Sebagai tambahan, didalam aksara Jawa juga dikenal
huruf kapital yang dinamakan Aksara Murda.
Penggunaannya untuk menulis nama gelar, nama diri,
nama geografi, dan nama lembaga. Hanacaraka atau
dikenal dengan nama carakan atau cacarakan adalah
aksara turunan aksara Brahmi yang digunakan untuk
naskah-naskah berbahasa Jawa, bahasa Madura, bahasa
Sunda, bahasa Bali, dan bahasa Sasak.

Hanacaraka dikenal sebagai (tulisan Jawa atau abjad


Jawa) ialah suatu sistem tulisan abjad suku kata yang
digunakan oleh orang Jawa untuk menulis dalam bahasa
Jawa. Ia juga digunakan di Bali, Sunda, dan Madura.
Bahkan ditemukan pula surat-surat dalam bahasa Melayu
yang menggunakan tulisan Hanacaraka. Tulisan ini
berasal daripada tulisan kawi yang mempunyai asal-usul
dari tulisan Brahmi di India. Hanacaraka dinamakan

28
sedemikian kerana lima huruf pertamanya membentuk
sebutan "ha-na-ca-ra-ka". Hanacaraka juga boleh
merujuk kepada kelompok sistem tulisan yang berkait
rapat dengan tulisan Jawa dan menggunakan susunan
abjad yang sama, iaitu tulisan Jawa sendiri, tulisan Bali
dan tulisan Sunda.

Aksara Jawa Hanacaraka memiliki 20 huruf dasar, 20


huruf pasangan yang berfungsi menutup bunyi vokal, 8
huruf "utama" (aksara murda, ada yang tidak
berpasangan), 8 pasangan huruf utama, lima aksara
swara (huruf vokal depan), lima aksara rekan dan lima
pasangannya, beberapa sandhangan sebagai pengatur
vokal, beberapa huruf khusus, beberapa tanda baca, dan
beberapa tanda pengatur tata penulisan (pada).

2. LOKASI

29
Lokasinya di desa padang rebah kecamatan hinai
kabupaten langkat. Lingkungannya tempat kami teliti
tersebutt berada di dataran rendah dan penduduknya
bercocok tanam.

Lokasi penduduk suku Jawa saat ini telah tersebar di


seluruh nusantara, baik di pulau Jawa sendiri, Pulau
Sumatra, Pulau Sulawesi, Pulau Kalimantan, dll.
masyarakat pengguna Bahasa Jawa juga tersebar di
berbagai wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kawasan-kawasan luar Jawa yang didominasi etnis Jawa
atau dalam persentase yang cukup signifikan adalah :
Lampung (61,9%), Sumatera Utara (32,6%), Jambi
(27,6%), Sumatera Selatan (27%), Aceh(15,87%) yang
dikenal sebagai Aneuk Jawoe. Khusus masyarakat Jawa
di Sumatera Utara, mereka merupakan keturunan para
kuli kontrak yang dipekerjakan di berbagai wilayah
perkebunan tembakau, khususnya di wilayah Deli
sehingga kerap disebut sebagai Jawa Deli atau
Pujakesuma (Putra Jawa Kelahiran Sumatera), dengan
dialek dan beberapa kosa kata Jawa Deli. Sedangkan
masyarakat Jawa di daerah lain disebarkan melalui

30
program transmigrasi yang diselenggarakan semenjak
zaman penjajahan Belanda.

Selain di kawasan Nusantara, masyarakat Jawa juga


ditemukan dalam jumlah besar di Suriname, yang
mencapai 15% dari penduduk secara keseluruhan,
kemudian di Kaledonia Baru bahkan sampai kawasan
Aruba dan Curacao serta Belanda. Sebagian kecil bahkan
menyebar ke wilayah Guyana Perancis dan Venezuela.
Pengiriman tenaga kerja ke Korea, Hong Kong, serta
beberapa negara Timur Tengah juga memperluas wilayah
sebar pengguna bahasa ini meskipun belum bisa
dipastikan kelestariannya.

3. DEMOGRAFI

Penduduk pulau Jawa

Dengan populasi sebesar 136 juta jiwa. Jawa adalah


pulau yang menjadi tempat tinggal lebih dari 57%
populasi Indonesia. Dengan kepadatan 1.029 jiwa/km,
pulau ini juga menjadi salah satu pulau di dunia yang
paling dipadati penduduk. Sekitar 45% penduduk

31
Indonesia berasal dari etnis Jawa. Walaupun demikian
sepertiga bagian barat pulau ini (Jawa Barat, Banten, dan
Jakarta) memiliki kepadatan penduduk lebih dari 1.400
jiwa/km2.

Sejak tahun 1970-an hingga kejatuhan Suharto pada


tahun 1998, pemerintah Indonesia melakukan program
transmigrasi untuk memindahkan sebagian penduduk
Jawa ke pulau-pulau lain di Indonesia yang lebih luas.
Program ini terkadang berhasil, namun terkadang
menghasilkan konflik antara transmigran pendatang dari
Jawa dengan populasi penduduk setempat. Di Jawa
Timur banyak pula terdapat penduduk dari etnis Madura
dan Bali, karena kedekatan lokasi dan hubungan
bersejarah antara Jawa dan pulau-pulau tersebut. Jakarta
dan wilayah sekelilingnya sebagai daerah metropolitan
yang dominan serta ibukota negara, telah menjadi tempat
berkumpulnya berbagai suku bangsa di Indonesia.

4. MATA PENCAHARIAN

32
Mata pencaharian para penduduk dominan ialah
petani, kuli bangunan, wirausaha kue serta pekerja di
produksi batu bata.

Terlahir karena manusia memiliki hawa nafsu dan


keinginan yang tidak terbatas dan selalu ingin lebih.
Pada umumnya masyarakat bekerja pada segala bidang,
terutama administrasi negara dan kemiliteran yang
memang didominasi oleh orang Jawa. Selain itu, mereka
bekerja pada sektor pelayanan umum, pertukangan,
perdagangan dan pertanian dan perkebunan. Sektor
pertanian dan perkebunan, mungkin salah satu yang
paling menonjol dibandingkan mata pencaharian lain,
karena seperti yang kita tahu, baik Jawa Tengah dan
Jawa Timur banyak lahan-lahan pertanian yang beberapa

33
cukup dikenal, karena memegang peranan besar dalam
memasok kebutuhan nasional, seperti padi, tebu, dan
kapas.

Masyarakat suku jawa di daerah saya pada umunya


bermata pencaharian sebagai petani, ada juga yang
bekerja sebagian yang berdagang, pegawai negeri, dan
pegawai swasta. Namun di perkotaan mereka
mendominasi pegawai negeri sipil, BUMN, anggota
DPR/DPRD, pejabat eksekutif, pejabat legislatif, pejabat
kementerian dan militer. Orang Jawa adalah etnis paling
banyak di dunia artis dan model. Orang Jawa juga
banyak yang bekerja di luar negeri, sebagai buruh kasar
dan pembantu rumah tangga. Orang Jawa mendominasi
tenaga kerja Indonesia di luar negeri terutama di negara

34
Malaysia, Singapura, Filipina, Jepang, Arab Saudi,
Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab, Taiwan, AS dan Eropa.

Mata pencaharian sangat diperlukan untuk setiap


masyarakat karenabermanfaat untuk memenuhi
kehidupan manusia. Misalnya kaumpegawai/karyawan,
kaum, petani, nelayan, pedangan. buruh dan seterusnya.
Haltersebut merupakan mata pencaharian yang harus
kita tekuni. Contohnyamasyarakat yang hidup dipesisir
pantai lebih banyak bermata pencahariansebagai nelayan
atau masyarakat yang hidup di perkotaan lebih banyak
bermatapencaharian sebagai pegawai kantoran.

35
5. ORGANISASI SOSIAL

Masyarakat Jawa pada umumnya menganut sistem


kekerabatan Patrinial. Yang apabila anggota keluarga
(perempuan) yang menikah maka dia harus ikut suami.
Masyarakat jawa sangat tinggi solidaritasnya, sehingga
dalam bekerjasama masyarakatnya saling membantu dan
tidak memikirkan imbalan dari pekerjaan yang sudah
dilakukan. Masyarakat Jawa juga terkenal akan
pembagian golongan-golongan sosialnya. Pakar
antropologi Amerika yang ternama, Clifford Geertz,
pada tahun 1960-an membagi masyarakat Jawa menjadi
tiga kelompok: kaum santri, abangan dan priyayi.
Menurutnya kaum santri adalah penganut agama Islam
yang taat, kaum abangan adalah penganut Islam secara
nominal atau penganut Kejawen, sedangkan kaum
Priyayi adalah kaum bangsawan. Tetapi dewasa ini
pendapat Geertz banyak ditentang karena ia mencampur
golongan sosial dengan golongan kepercayaan.
Kategorisasi sosial ini juga sulit diterapkan dalam

36
menggolongkan orang-orang luar, misalkan orang
Indonesia lainnya dan suku bangsa non-pribumi seperti
orang keturunan Arab, Tionghoa, dan India.

Kebudayaan di Indonesia beragam sangat banyak.


Terdapat masyarakat Jawa,Sunda, Batak, Bugis dsb. Dari
macam-macam kebudayaan tersebut, perluditanamkan
nilai-nilai kemanusiaan yaitu membiasakan bergaul
dengankebudayaan yang lain. Dan saling berinteraksi
dengan rukun. Di Indonesiabanyak terdapat kebudayaan
yang harus di lestarikan bersama. Jangan kitasaling
bersaing untuk kepentingan pribadi dengan kebudayaan
lain, karena itusama saja kita memecahbelahkan
kebudayaan yang sudah ditanam oleh
leluhursebelumnya.

Sistem yang muncul karena kesadaran manusia


bahwa meskipun diciptakan sebagai makhluk yang
paling sempurna namun tetap memiliki kelemahan dan
kelebihan masing masing antar individu sehingga
timbul rasa utuk berorganisasi dan bersatu.

37
Organisasi sosial yang berasal dari Jawa sangtalah
beragam. Tapi satu hal yang tak dapat dipungkiri adalah
bahwa ciri khasnya terletak dalam kemampuan luar biasa
kebudayaan Jawa untuk membiarkan diri dibanjiri oleh
gelombang-gelombang kebudayaan yang datang dari
luar, dan dalam banjir itu mempertahankan keasliannya.
Kebudayaan Jawa katanya, justru tidak menemukan diri
dan berkembang kekhasannya dalam isolasi, melainkan
dalam pencernaan masukan-masukan dari luar.

Dalam sistem kekerabatan Jawa keturunan dari Ibu


dan Ayah dianggap sama haknya, dan warisan anak
perempuan sama dengan warisan laki-laki, tetapi berbeda
dengan banyak suku bangsa yang lain, yang ada
Indonesia. Misalnya, dengan suku-suku Batak di
Sumatra Utara, masyarakat jawa tidak mengenal sistem
marga. Susunan kekerabatan suku jawa berdasarkan pada
keturunan kepada kedua belah pihak yang di sebut
Bilateral atau Parental yang menunjukan sistem
penggolongan menurut angkatan-angkatan. Walaupun
hubungan kekerabatan diluar keluarga inti tidak begitu

38
ketat aturannya, namun bagi orang jawa hubungan
dengan keluarga jauh tetap penting.

Masyarakat Jawa dalam hal perkawinanya melalui


beberapa tahapan. Biasanya seluruh rangkaian acara
perkawinan berlangsug selama kurang lebih dua bulan,
mencangkup:
Nontoni; Melihat calon istri dan keluarganya,
dengan mengirim utusan (wakil).
Nglamar (meminang); Tahapan setelah nontoni
apabila si gadis bersedia dipersunting.
Paningset; Pemberian harta benda, berupa
pakaian lengkap disertai cin-cin kawin.
Pasok Tukon; Upacara penyerahan harta benda
kepada keluarga si gadis berupa uang,pakaian
dan sebagainya, diberikan tiga hari sebelum
pernikahan.
Pingitan; Calon istri tidak diper4bolehkan keluar
rumah selama 7 hari atau 40 hari sebelum
perkawinan.
Tarub; Mempersiapkan perlengkapan
perkawianan termasuk menghias rumah dengan
janur.

39
Siraman; Upacara mandi bagi calon pengantin
wanita yang dilanjutkan dengan selamatan.
Ijab Kabul (Akad Nikah); Upacara pe
Perrnikahan dihadapan penghulu, disertai orang
tua atau Wali dan saksi-saksi.
Temon (Panggih manten); Saat pertemuan
pengantin pria dengan wanita.
Ngunduh Mantu (ngunduh temanten);
Memboyong pengantin wanita kerumah
pengantin pria yang disertai pesta ditempat
pengantin pria.

Jika di dalam perkawinan ada masalah antara suami


istri maka dapat dilakukan "Pegatan" (Perceraian). Jika
istri menjatuhkan cerai di sebut "talak" sedangkan istri
meminta cerai kepada suami di sebut "talik". Jika
keinginan isteri tidak di kabulkan oleh suami istri
mengajukan ke pengadilan maka disebut "rapak". Jika
ingin kembali lagi jenjang waktunya mereka rukun
kembali adalah 100 hari di namakan "Rujuk" jika lebih
dari 100 hari dinamakan "balen" (kembali). Setelah cerai
seorang janda boleh menikah dengan yang lain setelah
"masa Iddah".
40
41
Dalam sistem kemasyarakatan, akan dibahas
mengenai pelapisan sosial. Dalam sistem
kemasyarakatan Jawa, dikenal 4 tingkatan yaitu Priyayi,
Ningrat atau Bendara, Santri dan Wong Cilik.

Priyayi ini sendiri konon berasal dari dua kata bahas


Jawa, yaitu para dan yayi atau yang berarti para
adik. Dalam istilah kebudayaan Jawa, istilah priyayi ini
mengacu kepada suatu kelas sosial tertinggi di kalangan
masyarakat biasa setelah Bendara atau ningrat karena
memiliki status sosial yang cukup tinggi di masyarakat.
Biasanya kaum priyayi ini terdiri dari para pegawai
negeri sipil dan para kaum terpelajar yang memiliki

42
tingkatan pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan orang-orang disekitarnya

Ningrat atau Bendara adalah kelas tertinggi dalam


masyarakat Jawa. pada tingkatan ini biasanya diisi oleh
para anggota keraton, atau kerabat-kerabatnya, baik yang
memiliki hubungan darah langsung, maupun yang
berkerabat akibat pernikahan. Bendara pu memiliki
banyak tingkatan juga di dalamnya, mulai dari yang
tertinggi, sampai yang terendah. Hal ini dapat dengan
mudah dilihat dari gelar yang ada di depan nama seorang
bangsawan tersebut.

Yang ketiga adalah golongan santri. Golongan ini


tidak merujuk kepada seluruh masyarakat suku Jawa
yang beragama muslim, tetapi, lebih mengacu kepada
para muslim yang dekat dengan agama, yaitu para santri
yang belajar di pondok-pondok yang memang banyak
tersebar di seluruh daerah Jawa.

Terakhir, adalah wong cilik atau golongan


masyarakat biasa yang memiliki kasta terendah dalam

43
pelapisan sosial. Biasanya golongan masyarakat ini
hidup di desa-desa dan bekerja sebagai petani atau
buruh. Golongan wong cilik pun dibagi lagi menjadi
beberapa golongan kecil lain yaitu:
Wong Baku: golongan ini adalah golongan
tertinggi dalam golongan wong cilik, biasanya
mereka adalah orang-orang yang pertama
mendiami suatu desa, dan memiliki sawah,
rumah, dan juga pekarangan.
Kuli Gandok atau Lindung: masuk di dalam
golongan ini adalah para lelaki yang telah
menikah, namun tidak memiliki tempat tinggal
sendiri, sehingga ikut menetap di tempat tinggal
mertua.
Joko, Sinoman, atau Bujangan: di dalam
golongan ini adalah semua laki-laki yang belum
menikah dan masih tinggal bersama orang tua,
atau tinggal bersama orang lain. Namun, mereka
masih dapat memiliki tanah pertanian dengan
cara pembelian atau tanah warisan.

44
Desa-desa di Jawa umumnya dibagi-bagi menjadi
bagian-bagian kecil yang disebut dengan dukuh, dan
setiap dukuh dipimpin oleh kepala dukuh. Di dalam
melakukan tugasnya sehari-hari, para pemimpin desa ini
dibantu oleh para pembantu-pembantunya yang disebut
dengan nama Pamong Desa. Masing-masing pamong
desa memiliki tugas dan perananya masing-masing. Ada
yang bertugas menjaga dan memelihara keamanan dan
ketertiban desa, sampai dengan mengurus masalah
perairan bagi lahan pertanian warga.

6. RELIGI

Dominan agamanya islam karena masyarakatnya


sudah berbaur dengan agama islam yang jelas
penduduknya memang menganut agama tersebut dengan
teguh

Orang Jawa sebagian besar secara nominal menganut


agama Islam. Tetapi ada juga yang menganut agama
Protestan dan Katolik. Mereka juga terdapat di daerah
pedesaan. Penganut agama Buddha dan Hindu juga

45
ditemukan pula di antara masyarakat Jawa. Ada pula
agama kepercayaan suku Jawa yang disebut sebagai
agama Kejawen. Kepercayaan ini terutama berdasarkan
kepercayaan animisme dengan pengaruh Hindu-Buddha
yang kuat. Masyarakat Jawa terkenal akan sifat
sinkretisme kepercayaannya. Semua budaya luar diserap
dan ditafsirkan menurut nilai-nilai Jawa sehingga
kepercayaan seseorang kadangkala menjadi kabur.
Kepercayaan manusia terhadap adanya Sang Maha
Pencipta yang muncul karena kesadaran bahwa ada zat
yang lebih dan Maha Kuasa. sistem kepercyaan
masyarakat Jawa sangatlah beragam dan memilki banyak
perbedaan yang tetapi masih berdiri di satu dasar
kesatuan. Agama yang dianut umumnya adalah katolik,
Kristen. Buddha, hindu, dan Islam.

Orang Jawa sebagian besar secara nominal menganut


agama Islam. Tetapi ada juga yang menganut agama
Protestan dan Katolik. Mereka juga terdapat di daerah
pedesaan. Penganut agama Buddha dan Hindu juga
ditemukan pula di antara masyarakat Jawa. Ada pula
agama kepercayaan suku Jawa yang disebut sebagai
agama Kejawen. Kepercayaan ini terutama berdasarkan

46
kepercayaan animisme dengan pengaruh Hindu-Buddha
yang kuat. Masyarakat Jawa terkenal akan sifat
sinkretisme kepercayaannya. Semua budaya luar diserap
dan ditafsirkan menurut nilai-nilai Jawa sehingga
kepercayaan seseorang kadangkala menjadi kabur.

Agama mayoritas dalam suku bangsa Jawa adalah


Islam. Selain itu juga terdapat penganut agama Kristen,
Katolik, Hindu, dan Buddha. Masyarakat Jawa percaya
bahwa hidup diatur oleh alam, maka ia bersikap nrimo
(pasrah). Masyarakat Jawa percaya keberadaan arwah/
roh leluhur dan makhluk halus seperti lelembut, tuyul,
demit, dan jin.

Selamatan adalah upacara makan bersama yang telah


diberi doa sebelumnya. Ada empat selamatan di Jawa
sebagai berikut:
1. Selamatan lingkaran hidup manusia, meliputi:
hamil tujuh bulan, potong rambut pertama,
kematian, dan kelahiran.
2. Selamatan bersih desa, upacara sebelum, dan
sesudah panen.

47
3. Selamatan yang berhubungan dengan hari-
hari/bulan-bulan besar Islam.
4. Selamatan yang berhubungan dengan peristiwa
khusus, perjalanan jauh, ngruwat, dan menempati
rumah baru. Jenis selamatan kematian, meliputi:
nelung dina (tiga hari), mitung dina (tujuh hari),
matang puluh dina (empat puluh hari), nyatus
(seratus hari), dan nyewu (seribu hari).

Setiap kebudayaan terdapat kepercayaan yang


dianut. Kepercayaan yang dianutdi Indonesia ada 5,
yaitu Islam, Kristen protestan, Katolik, Hindu dan
Budha. Darikelima agama tersebut terdapat upacara
keagamaan yang berbeda-beda. Akantetapi untuk
masyarakat yang tinggal dikota upacara keagamaan
sepertinyasudah tidak dilaksanakan lagi kecuali
dalam hal-hal tertentu saja. Sedangkanmasyarakat yang
tinggal didesa masih banyak yang melaksanakan
upacarakeagamaan tersebut.

Mayoritas orang Jawa menganut agama Islam,


sebagian yang lainya menganuti agama Kristian,

48
Protestan dan Katolik, termasuknya dikawasan luar
bandar, dengan penganut agama Buddha dan Hindu juga
ditemukan dikalangan masyarakat Jawa. Terdapat juga
agama kepercayaan suku Jawa yang disebut sebagai
agama Kejawen. Kepercayaan ini pada dasarnya
berdasarkan kepercayaan animisme dengan pengaruh
agama Hindu-Buddha yang kuat. Masyarakat Jawa
terkenal kerana sifat asimilasi kepercayaannya, dengan
semua budaya luar diserap dan ditafsirkan mengikut
nilai-nilai Jawa.

Suku Jawa berbeda dengan suku-suku lain dalam hal


pandangan hidup, jika suku lain selalu melabelkan
agama tertentu sebagai identitas kesukuannya, atau
bukanlah bagian dari suku tertentu jika bukan beragama
tertentu, maka suku jawa merupakan suku yang universal
identitas sukunya tidak dibangun oleh agama maupun ras
tertentu walaupun setiap individu jawa wajib beragama
dan dituntun untuk melaksanakan syariat agamanya yang
mesti dilaksanakan dengan taat oleh pribadi jawa yang
memeluknya sebagai konsekwensi hidup sebagai hamba
tuhan.

49
Suku jawa memposisikan diri sebagai suku universal
dan sebagian mengatakan jawa bukanlah sebuah suku
namun dia adalah Jiwa dari setiap individu baik dia
muslim maupun non-muslim sehingga dapat kita lihat
pandangan hidupnya yang mengayomi semua agama dan
muslim sebagai pemimpinnya karena memang sebagai
mayoritas bisa dilihat kesultanan-kesultanan yang
dibangun oleh suku jawa yang bercorakkan islam,
namun tetap menghargai suku jawa non-muslim yang
tidak beragama islam karena agama adalah iman dan
keyakinan pilihan jiwa, dan jika orang jawa
mayoritasnya adalah non muslim maka ia juga
berkewajban mengayomi hak-hak suku jawa yang
beragama lainnya karena memang itu pandangan hidup
yang ditanamkan kepada orang-orang jawa hal sesuai
dengan firman Allah dalam Al-Quran surat Al-
Mumtahanah (80:8).

Selain itu masyarakat Jawa percaya terhadap hal-hal


tertentu yang dianggap keramat, yang dapat
mendatangkan mala petaka jika di tintang atau
diabaikan. Kepercayaan itu diantaranya :

50
1. Kepercayaan terhadap Nyi roro kidul
2. Kepercayaan kepada hari kelahiran (Wathon)
3. Kepercayan terhadap hari-hari yang dianggap
baik
4. Kepercayaan kepada Nitowong
5. Kepercayaan kepada dukun prewangan

Suku Jawa yang kaya akan tradisi memiliki beberapa


macam upacara keagamaan adat. Upacara ini biasa
dilaksanakan oleh pihak Keraton Surakarta. Beberapa
diantaranya adalah upacara Garebeg. Upacara ini
dilakukan tiga kali dalam satu tahun penanggalan Jawa,
yaitu tanggal 12 bulan Mudul (bulan ketiga), tanggal 1
bulan Syawal (bulan kesepuluh), dan tanggal 10 bulan
Besar (bulan kedua belas). Pada hari itu raja
mengeluarkan sedekahnya sebagai perwujudan rasa
syukur.

Upacara lainnya adalah sekaten. Sekaten merupakan


sebuah upacara kerajaan yang dilaksanakan selama 7
hari. Upacara ini sebenarnya merupakan sebuah
perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad saw. Malam
satu suro dalam masyarakat Jawa merupakan suatu
perayaan tahun baru menurut kalender Jawa. Di Keraton

51
Surakarta, upacara ini diperingati dengan Kirab Mubeng
Benteng (arak-arakan mengelilingi benteng keraton).

7. KESENIAN

Keseniannya bisa dilihat dari tempat pernikahan


seterusnya sudah menggunakan alat-alat modern karena
akulturasi terhadap kemajuan tekhnologi.

Orang Jawa terkenal dengan budaya seninya yang


terutama dipengaruhi oleh agama Hindu-Buddha, yaitu
pementasan wayang. Cerita wayang atau lakon sebagian
besar berdasarkan wiracaritaRamayana dan
Mahabharata. Selain pengaruh India, pengaruh Islam dan
Dunia Baratjuga mempengaruhi seni yang berkembang
di Jawa. Seni batik dan keris merupakan dua bentuk
ekspresi masyarakat Jawa. Musik gamelan berkembang
dalam kehidupan budaya dan tradisi Jawa.

Salah satu ciri khas dari kebudayaan adalah kesenian.


Banyak hal yang bisa kitapelajari mengenai kesenian.
Misalnya seni sastra, lukis, musik, tari, drama, kriadan

52
lain sebagainya. Hal tersebut bagian dari khas
yang dimiliki setiap daerahmaupun setiap negara.
Misalnya untuk kesenian musik. Kita bisa
mengetahuidan mencari musik yang khas dari setiap
daerah maupun negara. Contohnyalagu-lagu daerah
ampar-ampar pisang yang berasal dari Kalimantan
Selatanyang menjadi ciri khas dari daerah tersebut.

Seni Bangunan
Rumah adat di Jawa Timur disebut rumah Situbondo,
sedangkan rumah adat di Jawa Tengah disebut Istana
Mangkunegaran. Istana Mangkunegaran merupakan
rumah adat Jawa asli.

Seni Tari
Tarian-tarian di Jawa beraneka ragam di antaranya
sebagai berikut.:

a) Tari tayuban adalah tari untuk meramaikan


suasana acara, seperti: khitanan dan perkawinan.
Penari tayuban terdiri atas beberapa perempuan.

53
b) Tari reog dari Ponorogo. Penari utamanya
menggunakan topeng.
c) Tari serimpi adalah tari yang bersifat sakral
dengan irama lembut.
d) Tari gambyong.
e) Tari bedoyo.

Seni Musik
Gamelan merupakan seni musik Jawa yang terkenal.
Gamelan terdiri atas gambang, bonang, gender, saron,
rebab, seruling, kenong, dan kempul.

Seni Pertunjukan
Seni pertunjukan yang terkenal adalah wayang, selain itu
juga kethoprak, ludruk, dan kentrung.

Orang Jawa terkenal dengan budaya seninya yang


terutama dipengaruhi oleh agama Hindu-Buddha, yaitu
pementasan wayang. Repertoar cerita wayang atau lakon
sebagian besar berdasarkan wiracarita Ramayana dan
Mahabharata. Selain pengaruh India, pengaruh Islam dan
Dunia Barat ada pula. Seni batik dan keris merupakan
dua bentuk ekspresi masyarakat Jawa.

54
Setelah memenuhi kebutuhan fisik manusia juga
memerlukan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan
psikis mereka sehingga lahirlah kesenian yang dapat
memuaskan.

8. SISTEM PENGETAHUAN

Pendidikan sudah lumayan berkembang karena


paud,sd-sma sudah ada berdiri di wilayah tersebut. Dan
masyarkat disitu sudah menganggap bahwa pendidikan
mempunyai kelas yang baik.

Sistem pengetahuan masyarakat jawa sudah


berkembang diberbagai bidang, misalnya dalam bidang
IPTEK, ilmu alam, dll. Masyarakat jawa terkenal ulet
dalam mengerjakan sesuatu dan juga dalam hal belajar,
oleh karena itulah masyarakat jawa berkempangpesat
dalam bidang ilmu pengetahuan.

Sistem yang terlahir karena setiap manusia memiliki


akal dan pikiran yang berbeda sehingga memunculkan

55
dan mendapatkan sesuatu yang berbeda pula, sehingga
perlu disampaikan agar yang lain juga mengerti.

Kebanggaan orang Jawa tampaknya belum pudar.


Sebagai salah satu suku di Indonesia dengan populasi
paling tinggi sekaligus konon kabarnya paling tua dalam
hal peradaban, kebudayaan Jawa tak bisa disangsikan
kemajemukannya. Mulai dari aksara kuno, perhitungan
tanggal dan bulan, ramal-ramalan sampai dengan
peninggalan candi tertua ada di budaya satu ini.
Tiga dari empat pemimpin bangsa ini pun berasal dari
Jawa, tidak kurang pula jajaran menteri dan pejabatnya.
Bahkan sebelum otonomi daerah dikampanyekan,
gubernur di provinsi non-Jawa pun dipegang oleh orang
suku Jawa. Bukan ingin mendiskreditkan suku satu ini,
tapi demikianlah fakta berbicara.

Kultur Jawa sedemikian erat melekat pada bangsa


kita. Bagi orang yang berminat mempelajari seluk beluk
budaya Jawa, situs ini akan menjawab lengkap semua
rasa ingin tahunya. Dilengkapi dengan search engine,
situs yang terdiri atas 26 rubrik ini siap memberi
informasi segala hal seputar Jawa.

56
9. PERALATAN HIDUP

Dapat kita lihat sekarang berbagai kerajinan tangan


yang dihasilkan oleh masyarakat jawa, sehingga dapat
dijelaskan mengenai peralatan-peralatan yang digunakan
masyarakat jawa dahulu sudah beragam, ada yang
terbuat dari tanah liat, batu, dan juga kayu. Seperti
contoh untuk peralatan yang terbuat dari tanah liat :
Gentong (untuk tempat beras), Kendi, piring dari tanah
liat, gelas dari tanah liat, penggorengan (digunakan
untuk menggoreng kopi) dan lain-lain, sedangkan alat
yang dibuat dari batu yaitu cobek (alat untuk
menghaluskan bumbu masak), penumbuk kopi, dll. Dan
alat yang terbuat dari kayu yaitu penumbuk padi dan
perabotan rumah seperti meja, kursi, tempat tidur, dll.

Sebagai suatu kebudayaan, suku Jawa tentu memiliki


peralatan dan perlengkapan hidup yang khas diantaranya
yang paling menonjol adalah dalam segi bangunan.
Masyarakat yang bertempat tinggal di daerah Jawa
memiliki ciri sendiri dalam bangunan mereka, khususnya

57
rumah tinggal. Ada beberapa jenis rumah yang dikenal
oleh masyarakat suku Jawa, diantaranya adalah rumah
limasan, rumah joglo, dan rumah serotong. Rumah
limasan, adalah rumah yang paling umum ditemui di
daerah Jawa, karena rumah ini merupakan rumah yang
dihuni oleh golongan rakyat jelata. Sedangkan rumah
Joglo, umumnya dimiliki sebagai tempat tinggal para
kaum bangsawan, misalnya saja para kerabat keraton.

Umumnya rumah di daerah Jawa menggunakan


bahan batang bambu, glugu (batang pohon nyiur), dan
kayu jati sebagai kerangka atau pondasi rumah.
Sedangkan untuk dindingnya, umum digunakan gedek
atau anyaman dari bilik bambu, walaupun sekarang,
seiring dengan perkembangan zaman, banyak juga yang
telah menggunakan dinding dari tembok. Atap pada
umumnya terbuat dari anyaman kelapa kering (blarak)
dan banyak juga yang menggunakan genting. Dalam
sektor pertanian, alat-alat pertanian diantantaranya: bajak
(luku), grosok, bakul besar tenggok, garu.

58
10. PERUBAHAN
Perubahan pada masyarakat Jawa mungkin
disebabkan adanya migrasi kedaerah luar Jawa dan
adanya pengaruh dari luar. Sehingga budaya asli Jawa
banyak di abaikan oleh masyarakat aslinya. Seperti
sekarang ini budaya Jawa mulai luntur di daerah
perkotaan. Misalnya dalam berpakaian pada saat ada
suatu acara resmi, masyrakat lebih memilih berpakaian
gaya modern dari pada menggunakan pakaian khas
seperti kebaya, dari uraian ini sudah sangat jelas
perubahan yang terjadi pada masyarakat jawa yang
dulunya sangat konsisten dengan budaya asli sukunya.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri


dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku
bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita sebut
kebudayaan.Keanekaragaman budaya yang terdapat di
Indonesia merupakan suatu bukti bahwa Indonesia
merupakan negara yang kaya akan budaya. suku Jawa
adalah penduduk asli pulau Jawa bagian tengah dan
timur, kecuali pulau Madura. Selain itu, mereka yang
menggunakan bahasa Jawa dalam kesehariannya untuk

59
berkomunikasi juga termasuk dalam suku Jawa,
meskipun tidak secara langsung berasal dari pulau Jawa.
Secara keseluruhan penduduk suku Jawa tersebar
diberbagai penjuru nusantara, bahkan sampai keluar
negeri.

Secara umum suku Jawa memiliki mata pencaharian


yang dominan dibidang pertanian, perkebunan,
peternakan, dan perikanan. Memiliki sistem kekerabatan
yang jelas dan erat, bersosial baik, dan bermasyarakat
dengan rukun meski memiliki tingkatan stratifikasi
sosial.

Dalam kepercayaan atau keagamaan dalam suku


Jawa, suku Jawa lebih bersifat universal dan memiliki
toleransi yang tinggi, yaitu tidak menekan kepada
masyarakatnya untuk memeluk agama tertentu, meski
masyarakat diwajibkan memeluk salah satu agama.

Suku Jawa memiliki banyak kesenian yang


beranekaragam diantaranya adalah seni tari, seni
tembang, seni pewayangan, seni teater tradisional dan lai
sebagainya. Kesenian-kesenian tersebut telah menjadi
budaya yang sangat beranekargam, budaya Jawa

60
merupakan salah satu faktor utama berdirinya
kebudayaan nasional, maka segala sesuatu yang terjadi
pada budaya daerah akan sangat mempengaruhi budaya
nasional.

BAB III
PENUTUP

Suku Jawa merupakan suku bangsa terbesar di


Indonesia yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur,
dan Yogyakarta. Setidaknya 41,7% penduduk Indonesia

61
merupakan etnis Jawa. Selain diketiga propinsi tersebut,
suku Jawa banyak tersebar dan menetap di Lampung,
Banten, Jakarta, dan Sumatera Utara. Di Jawa Barat
mereka banyak ditemukan di Kabupaten Indramayu dan
Cirebon. Suku Jawa juga memiliki sub-suku, seperti
suku Osing, orang Samin, suku Bawean/Boyan, Naga,
Nagaring, suku Tengger dan lain-lain. Suku Jawa hampir
ada disegala penjuru Indonesia, mulai dari daerah
provinsi Sumatra Utara hingga ke wilayah paling timur
Indonesia, yaitu provinsi Papua.

Suku jawa yang berada didaerah pulau Jawa maupun


yang tersebar diseluruh Nusantara merupakan suku yang
memiliki berbagai kebudayaan, mulai dari adat istiadat
sehari-hari, kesenian, acara ritual, dan lain-lain. Semua
itu membuktikan bahwa suku jawa merupakan suku
yang kaya akan budaya daerah. Dan dari kekayaan
budaya yang di miliki suku jawa itulah yang menbuatnya
berberda dengan suku-suku serta kebudayaan-
kebudayaan lain yang ada di Indonesia.

62
Bahasa yang digunakan suku (Jawa) adalah Bahasa
Jawa. Bahasa lisan lebih sering di gunakan oleh suku
kami dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa lisan terbagi
menjadi bahasa boso yang lebih sopan dan bahasa
kasar.

63

Anda mungkin juga menyukai