Anda di halaman 1dari 18

Tugas terstruktur Dosen pengampu

Mata kuliah Mata kuliah


Psikologi kepribadian Hasgimianti, S.Pd.I, M.Pd, kons

TEORI KEPRIBADIAN MENURUT ISLAM

Disusun Oleh :
Kelompok VI
Dahri Aditya Riza BB 11810311222
Fitra Azuriati 11810320694
Rahdia 11810321281

Prodi Manajemen Pendidikan Islam


Konsenterasi Bimbingan Konseling
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Tahun Akademik 2020-2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami persembahkan kepada Allah SWT, yang mana dengan
rahmatnya kami di beri kesehatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah
mata kuliah psikologi kepribadian yang berjudul “teori kepribadian menurut
islam” sehinga dapat menyelesaikan pada waktu yang telah disepakati bersama.
Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari beberapa pihak yang telah
memberikan bantuan langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu
penuliskan mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan yang tulus dan ikhlas kepada semua
pihak.

Seperti kata peribahasa “tak ada gading yang tak retak” untuk itu jika
terdapat kesalahan dalam penyususan makalah ini baik disengaja atau tidak
disengaja kami mohon maaf, oleh karena itu penyusunan mohon kritik dan saran
dari semua pihak. Dan jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan di hati
pembaca mohon di maafkan.

Pekan Baru, 24 Jumadil Awal 1442 H


08 Januari 2021 M

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan masalah........................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat manusia dalam perspektif islam ........................................ 3
B. Makna kepribadian .......................................................................... 6
C. Dinamika kepribadian ..................................................................... 6
D. Tipe-tipe kepribadian ...................................................................... 7
E. Perkembangan kepribadian ............................................................. 9
F. Implikasi teori kepribadian islam dalam bimbingan dan konseling
......................................................................................................... 12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..................................................................................... 14
B. Kritik dan saran ............................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kepribadian merupakan salah satu kajian psikologi yang
membahas tentang tingkah laku manusia. Beberapa ahli psikologi
memberikan asumsi tentang prilaku manusia tersebut sehingga
muncul beberapa teori yang menjadi dasar dalam tingkah laku
manusia. Beberapa temuan para ahli yang semakin beragam sehingga
menjadikan teori yang beragam pula. Keberagaman teori terebut
didasarkan pada aspek personal, kehidupan beragama, lingkungan
social budaya, serta filsafat yang dianut.
Teori-teori yang dikembangkan dalam budaya barat, yang
tidak menutup kemungkinan dalam batang tubuh teori tersebut
terdapat nilai-nilai sekulerisme, oleh karena itu pandangan tersebut
sangat berbahaya apabila direlisasikan oleh orang yang memiliki
komitmen keimanan yang masih lemah, bahkan sangat berbahaya
apabila kajian tersebut didisfungsikan kepada masyarakat.
Dalam penelitian Chalfant dan Heller pada tahun 1990,
sebagaimana dikutip oleh Gania menyatakan bahwa sekitar 40 persen
orang yang mengalami kegelisahan jiwa lebih suka pergi meminta
bantuan kepada agamawan. Dengan demikian kajian tentang teori
kepribadian dalam perspektif islam merupakan hal yang sangat penting.
Teori kepribadian dalam perspektif islam, mengkaji tentang prilaku
manusia yang telah ditetapkan dalam Al Quran yang telah
ditetapkan. Semenjak 14 abad yang lalu Al Quran telah mengkaji
hakikat manusia, kepribadian manusia, dan kini baru diploporkan oleh
para ilmuan modern. Teori kepribadian dalam perspektif islam
dapatdiimplikasikan dalam bimbingan dan konseling, hal ini sejalan
dengan konsep bimbingan dan konseling islami.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana hakikat manusia dalam perspektif islam ?
2. Apa makna kepribadian menurut islam ?
3. Bagaimana dinamika kepribadian dalam islam ?
4. Bagaimana tipe-tipe kepribadian menurut islam ?
5. Bagaimana perkembangan kepribadian dalam islam ?
6. Bagaimana implikasi teori kepribadian islam dalam bimbingan
konseling ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hakikat manusia dalam perspektif islam ?
2. Untuk mengetahui makna kepribadian menurut islam ?
3. Untuk mengetahui dinamika kepribadian dalam islam ?
4. Untuk mengetahui tipe-tipe kepribadian menurut islam ?
5. Untuk mengetahui perkembangan kepribadian dalam islam ?
6. Untuk mengetahui implikasi teori kepribadian islam dalam bimbingan
konseling ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Manusia dalam Perspektif Islam


Banyak sekali para ahli yang mendefinisikan tentang hakikat manusia,
dari sudut pandang yang sangat berbeda. menurut teori evolusi
yang dikemukakan oleh Carles Darwin dari Inggris bahwa manusia
merupakan individu yang merupakan hasil dari evolusi dari binatang yang
sangat rendah. Pemikiran tersebut jelas memiliki banyak kekurangan
diantaranya, pemikiran tersebut hanya bersumber dari sudut pandang
biologis saja, tetapi manusia memiliki dimensi yang sangat beragam
diantaranya dimensi sejarah dan juga dimensi simbolis. Oleh karena itu
jelaslah bahwa pemikiran Carles Darwin tidak filosofis karena tidak
dapat membuktikan dimensi manusia secara menyeluruh.
Salah satu tokoh modern yang meruntuhkan teori evolusi Carles
Darwin adalah Adnan Oktar yang sering dikenal dengan sebutan
Harun Yahya, dalam bukunya yang berjudul Memahami Allah
Melalui Akal, manusia mirip pabrik besar yang tercipta dari banyak
mesin kecil yang bekerja bersama-sama dengan keserasian yang
sempurna. Sebagaimana pabrik-pabrik yang memiliki perancang,
insinyur, dan perencana, tubuh manusia pun memiliki Pencipta Yang
Agung.Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia
merupakan makhluk ciptaan Allah SWT, dan bukan terjadi
dengan sendirinya.
Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna yang dilahirkan
dalam keadaan fitrah (suci), sebagaimana dalam sebuah hadist
diterangkan “bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah,
maka orang tuanya yang menjadikan yahudi dan nasrani atau majusi”
(H.R. Muslim). Manusia merupakan makhluk sosial, makhluk pribadi
dan makhluk religius. Melalui fitrahnya manusia memiliki kemampuan
untuk menerima nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari agama, dan
menjadikan agama tersebut sebagai tolak ukur dalam perilakunya.1
Agama merupakan yang membimbing kita kepada moral,
perilaku dan cara hidup yang diridhai Allah. Allah telah menjelaskan
dalam Al-Qur’an bahwa orang yang patuh kepada agama berada di
jalan yang benar, sedangkan yang lainn ya akan tersesat. Dia yang
dadanya terbuka untuk Islam mendapat cahaya dari Tuhannya.
Sungguh celaka orang-orang yang berkeras untuk tidak mengingat
Allah! Mereka dalam kesesatan yang nyata. Dengan agama tersebut
manusia diembani tugas untuk senantiasa beribadah, mengabdikan
dirinya hanya kepada Allah SWT, sebagaimana firman Allah :

      

Artinya :
“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku. (Q.S. Adz-Dzariyat:56)
Sebagai makhluk pribadi manusia mamiliki potensi akal dan hawa
nafsu, sehingga manusia bisa menetukan kecenderungan atau
arah perkembangan mereka, baik bersifat positif (beriman dan
beramal shaleh), juga bersikap negatif (musyrik, kufur, berbuat
maksiat). Sebagaimana diterangkan dalam Al Quran Surat Asy-
Syamsu 8-10 :

           

 

Artinya :

1
Djakiah drajat. 1990. Ibnu jiwa agama. Bulan bintang. Jakarta : Hlm.198-201
8) Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan
dan ketakwaannya. 9) Sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa itu, 10) dan Sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya. (Q.S Asy-Syamsu 8-10)
Manusia memiliki kebebasan untuk memilih, apakah berbuat
maksiat kepada Allah SWT atau beriman kepada Allah SWT. Manusia
memiliki kemampuan untuk menyelaraskan arah perkembangannya yang
sesuai dengan tuntutan yang normatif, juga memiliki kemampuan
untuk menjalani kehidupan yang bersebrangan dengan nilai agama.
Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT dalam surat Ar-ra’du :11

              

               

       

Artinya :
“bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas
perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu
kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu
kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia.” Q.S Ar-ra’du :11
Manusia sebagai makhluk sosial yang bersikap altruis, memiliki
potensi untuk bersosialisasi dengan orang lain, berinteraksi dengan
orang lain dan lingkungannya. Manusia diamanahi tugas oleh Allah
SWT sebagai khalifah dimuka bumi, yang bertanggung jawab
menciptakan tatanan kehidupan yang nyaman dan sejahtera serta
mencegah pelecehan nilai-nilai kemanusiaan dan peruksakan
lingkungan hidup. Sebagaimana firman Allah SWT “Dia telah
menciptakan kamu dari tanah, dan menugaskannya atau untuk
memakmurkannya.” (Q.S. Hud:61)

B. Makna Kepribadian
Kepribadian merupakan merupakan asumsi terhadap tingkah
laku manusia. Tingkah laku manusa sangat kompleks, yang
disebabkan oleh beberapa factor, baik factor yang timbul didalam
dirinya ataupun factor dari lingkungan sekitar. Kepribadian menurut
Alport mengartikan kepribadian sebagai “personality is the dynamic
organization within the individual of those psychophysical system that
determine his unique adjustment to his environment.” kepribadian
merupakan organisasi yang dinamis dalam diri individu tentang
system psikofisik yang menetukan penyesuaian yang unik terhadap
lingkungannya. Kepribadian dalam perspektif islam sebagaimana yang
diungkapkan oleh Abdul Mujib merupakan satu kesatuan integrasi dari
sistem kalbu, akal dan hawa nafsu, yang menimbulkan tingkah laku.2

C. Dinamika Kepribadian
Manusia pada awalnya merupakan makhluk yang netral terdiri dari
fisik dan rohani. Dalam menjalani kehidupannya, tentu akan mengalami
berbagai gelombang. Ada yang menyenangkan dan adapula yang
memberikan rasa ketidaknyamanan. Hal ini menyebabkan manusia
melakukan kebaikan atau keburukan. Kesemuanya dapat terjadi dari
dalam dirinya sendiri maupun yang berasal dari luar dirinya atau
lingkungan.
Dalam sebuah ayat Al-Quran dikatakan bahwa Allah
mengilhamkan kepada jiwa manusia, fujur (kefasikan/kedurjanaan), dan

2
Jalaludin rakhmat. 2002. Psikologi agama sebuah pengantar. Jakarta : rajawali pers.
Hlm.78-80
taqwa (QS. Asy-Syamsu: 8). Oleh karena itu, dalam diri inidividu
memiliki potensi yang sama besar terhadap pribadi baik atau pribadi
buruk. Semakin sering hal-hal demikian terjadi dalam diri individu
maka semakin terbentuk pola-pola kepribadianya, tergantung
bagaimana individu tersebut melakukan respon terhadapnya.
Manifestasi dari bentuk-bentuk kepribadian individu dapat dilihat
dari perilakunya. Jikalau individu lebih menyukai mengisi jiwanya dengan
hal-hal yang tidak baik maka ia pun akan cendeung berperilaku
buruk. Sebaliknya, jika manusia lebih menyukai mengisi jiwanya dengan
hal-hal yang baik maka akan muncullah perilaku yang mulia, bernilai
luhur dan disenangi.3
Insya Allah dengan sedikit perjuangan dnn komitmen memperbaiki
diri, kita sebagai individu juga dapat mengembangkan kepribadian
yang bernafaskan Islam. Dan ganjarannya telah Allah beritakan dalam
surat Al-Fajr: 27: 30 yang berbunyi “Hai jiwa yang tenang,
kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridloi-Nya.
Masuklah kepada jamaah hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-
Ku”. Dari keseluruhan perilaku yang muncul tersebut tentu sangat
beragam. Pola yang sering muncul baru dapat dinamakan sebagai
kepribadian.

D. Tipe-Tipe Kepribadian
Kepribadian merupakan sesuatu yang sangnat unik, tidak ada
seseorang pun yang mempunyai kepribadian yang sama, antara satu
dengan yang lainnya, meskipun individu tersebut merupakan anak
kembar yang dilahirkan dari rahim yang sama. Oleh karena itu
banyak para ahli yang mengelompokan kepribadian menjadi beberapa
kelompok yang sangat berbeda dengan sudut pandang yang berbeda
pula. Eduar Spangar yang membagi kepribadian menjadi enam tipe
yakni manusia teori, manusia ekonomi, manusia agama, manusia

3
http://agt.faperta.unmul.ac.id/wp-content/uploads/2017/08/94-336-1-PB.pdf
estetis dan manusia moral. Tetapi tipe-tipe dalam Al Quran dijelaskan
bahwa kepribadian manusia terbagi menjadi tiga bagian diantaranya
adalah tipe mukmin, tipe kafir dan tipe orang munafik.
1. Tipe Mukmin
Mukmin merupakan orang yang beriman. Iman secara
etimologis percaya, secangkan secara istilah iman diartikan
sebagaipercaya kepada Allah, yang diucapkan dengan lisandan
diamalkan dengan anggota tubuh. Seorang yang mukmin tidak
hanyacukup mempercayai rukun iman seperti iman kepada Allah
SWT, malaikat, rasul-rasul, kitab, hari akhir, qada dan qadar.
Tetapi keimanan tersebut perlu diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari dengan melaksanakan ibadah baik ibadah yang
berhubungan langsung dengan Allah SWT atau ibadah yang
berhubungan dengan manusia.
Mukmin dalam kehidupan sehari-hari mempunyai
kecenderungan dapat mengarahkan dirinya pada hal yang positif,
karena seorang yang memiliki keimanan yang kuat senantiasa
merasa bahwa dirinya selalu diawasi oleh Allah SWT. Dalam
kepribadiannya seorang mukin memiliki sifat jujur, qanaah, adil,
tawadlu, istiqamah, tidak putus asa dalam mencari rakhmat Allah
SWT, berani membela kebenaran, selalu bertafakur (memikirkan
segala penciptaan Allah SWT) dan sebagainya.
2. Tipe Kafir
Kafir, berasal dari kata dasar yang terdiri dari huruf kaf, fa'
dan ra'. Arti dasarnya adalah tertutupatau terhalang. Secara istilah,
kafir berarti terhalang dari petunjuk Allah Orang kafir adalah
orang yang tidak mengikuti pentunjuk Allah SWT karena
petunjuk tersebut terhalang darinya. Kafir adalah lawan dari iman.
Dalam Quran terutama surah Nuur, Allah SWT menganalogikan
kekafiran dengan kegelapan, dan keimanan dengan terang benderang,
serta petunjuk (huda) sebagai cahaya. Karakteristik orang yang
beriman diantaranya tidak mempercayai adanya Allah SWT dan
rukun iman yang lainnya,menolak beribadah kepada Allah SWT,
dzalim, selalu mengajak kepada kemungkaran, membenci orang
mukmin, dan tidak menggunakan pikirnnya untuk bersyukur
kepada Allah SWT.
3. Tipe Munafik
Orang yang munafik senantiasa sembunyi-sembunyi
dalam melanggar perintah Allah SWT. Orang munafik bersifat
ragu-ragu dalam beriman, menolak beribadah kepada Allah SWT,
dzalim, memusuhi orang yang beriman, tidak takut kepada Allah
SWT, tidak menggunakan akal pikirnnya untuk bersyukur kepada
Allah SWT. Orang munafik selalu mempermainkan dan menipu
Allah dan Rasul-Nya, dan mereka malas menjalankan kewajiban-
kewajiban agama dan lalai dari berdzikir kepada Allah SWT:4
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah
akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk
shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan
Shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah
kecuali sedikit sekali. Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara
yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan ini
(orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu
(orang-orang kafir). Barangsiapa yang disesatkan Allah , maka
kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk)
baginya." (QS. an-Nisa: 142-143).

E. Perkembangan Kepribadian
Manusia merupakan makhluk yang anugrahi potensi akal, hati
nurani dan hawa nafsu. Dengan ketiga potensi tersebut manusia bisa
mengarahkan dirinya, mengembangkan potensinya. Manusia diberi
fitrah untuk beragama, agama tersebut dapat dijadikan sebagai

4
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/jurnalPenelitian/article/download/3488/pdf
pegangan dalam mengarahkan kehidupannya. Dalam mengarahkan
kepribadiannya tersebut bergantung kepada pengalaman hidup serta
interaksi dengan lingkungannya. Lingkungan pertama yang dijadikan
acuan dalam perkembangan kepribadian tersebut adalah lingkungan
keluarga.
Perkembangan kepribadian seseorang diawali atas berbagai
keunggulan dan kelemahan pribadi baik potensi maupun aktualisasi
diri seperti kemampuan, sifat, menumbuhkan hal positif dan
mengurangi hal negative. Adapun proses perkembangan kepribadian
dapat terjadi dengan cara sebagai berikut, antara lain :
1. Dilakukan dengan sendirian dengan memfungsikan perenungan
dan mawas diri tanpa melibatkan orang lain
2. Dilakukan dalam bentuk kelompok dengan memanfaatkan umpan
balik dan dukungan sesame anggota kelompok
3. Dapat terjadi secara ilmiah artinya seseorang sejak kecil terbiasa
hidup dalam lingkungan yang sehat dan mendapat pendidikan serta
suri tauladan yang baik
4. Dapat dikembanngkan melalui usaha secara sadar dan sengaja
dilakukan untuk meningkatkan berbagai kualitas pribadi
positif sekaligus mengurangi hal-hal yang negative.
Kepribadian seseorang mulai dibina ketika masih dalam
kandungan ketika dilakukan oleh seorang ibu yang mengaji ketika
mengandung. Pengetahuan agama sangat mempengaruhi kepribadian
seseorang bagi seorang muslim untuk mengembangkan kepribadian
telah mendapatkan kemudahan karena terdapatnya anugrah tuhan berupa
Al Quran danAl Hadis sebagai petunjuk dan suri tauladan bagi kehidupan.
Menurut Zakiyah Daradjat, mengemukakan bahwa perkembangan agama
pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang
dilaluinya. Dalam pembinaan kepribadian pada anak, anak harus dibina
oleh orang tua dengan pembiasaan dan pelatihan sejak kecil, karena
pembiasaan yang dilakukan akan memasukan unsur-unsur positif
dalam pribadi anak yang sedang tumbuh. Pengalaman hidup yang
diberikan oleh orang tua kepada anaknya bisa berupa perawatan, juga
pendidikan. Pada saat mengandung sorang ibu harus menjaga
makanan yang dikonsumsi, karena sangat berpengaruh kepada
perkembangan janin anak, diusahakan makan makanan yang halal.
Dalam pemberian ASI Al Quran menganjurkan untuk meberikan ASI
selama dua tahun, pemberian ASI ini menumbuhkan kasih sayang
antara ibu dan anak, sehingga akan berpengaruh kepada perkembangan
kepercayaan diri anak.5
Adapun tahap perkembangan agama yang terjadi pada
individu sebagai berikut:
1. Anak (0-12)
Anak-anak mulai mengenal tuhan melalui bahasa, kata-kata orang tua
dan orang yang ada di lingkungan sekitarnya. Pendidikan agama
dalam arti pembinanan kepribadian dapat dimulai sejak anak
dalam kandungan. Mulai dari keluarga sampai guru. Orang tua dan
guru dapat menumbuh kembangkan keyakinan agama yang betul
dan memperbaiki sikap yang salah. semakin besar seorang anak,
maka semakin bertambah fungsi agama baginya, misalnya pada
umur 10 tahun agama mempunyai fungsi modral dan social pada
anak.
2. Masa remaja
Pada masa remajamereka mengalami keguncangan, untuk
mengatasi berbagai masalah. Pada saat remaja pertumbuhan dan
berkembangan telah sempurna, sehingga remaja dibebani dengan
tanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan dapat menjalani
fungsi hidupnya dengan baik. Pembinanan agama yang dilakukan
kepada remaja bukanlah usaha yang dapat dilakukan dengan
mudah tetapi memrlukan berbagai cara dan penguasaan ilmu

5
http://e-journal.metrouniv.ac.id/index.php/tarbawiyah/article/download/486/285
sebagai bekal yang membawa mereka dekat dengan agama dan
agama tersebut diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

F. Implikasi Teori Kepribadian Islam dalam Bimbingan dan Konseling


Teori kepribadain dalam perspektif islam dalam bimbingan
dan konseling memberikan peranan yang sangat penting, mencakup
pengertian, prinsip, tujuan, fungsi dan sasaran konseling. Konseling
islami merupakan paradigma baru dalam bimbingan dan konseling,
konseling islami merupakan proses bantuan yang yang diberikan
kepada individu atau kelompok supaya mendapatkan pencerahan
diri, memahami serta mengamalkan nilai-nilai agama dalam
kehidupanya sehari-hari, yang ditandai dengan keshalehan diri dan
kesalehan social.
Imam Magid mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling
islami memiliki beberapa prinsip diantaranya adalah kepercayaan,
kerahasiaan, kecintaan berbuat baik, menciptakan sikap persaudaraan,
memeperhatikan masalah-masalah kaum muslim, memahami
budaya, adanya kerjasama antara ulama dan konselor,
bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, dan
menjadikan Muhammad sebagai uswah hasanah.
Tujuan bimbingan dan konseling islami berfokus kepada individu
untuk menyadari jati dirinya sebagai hamba dan khalifah Allah, serta
mampu mewujudkannya dengan beramal shaleh baik yang
dilakukan langsung kepada Allah SWT atau berhubungan dengan
manusia supaya mendapatkan kebahagiaan baik di dunia atau di akhirat.
Fungsi bimbingan dan konseling islami diantaranya adalah membantu
individu dalam mengenal dan memaham keadaan dirinya, sesuai
dengan hakikatnya sehingga bisa tunduk dan patuh terhadap Allah
SWT, membantu individu dalam menerima kondisi keadaan dirinya,
baik kelebihan atau kekurangnnya, sehingga mendorong individu supaya
terus berusaha.
Konselor dalam membantu konselinya harus mengatahui bagaimana
konsep bimbingan dan konseling islami. Hal yang paling penting
dalam konseling tersebut adalah strategi yang digunakan oleh konselor
tersebut juga kepribadian yang dapat dijadikan ebagi suri tauladan.
Konselor harus beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, memiliki
karakteristik pribadi yang baik, memiliki kemampuan yang
professional serta mampu berinteraksi dengan masyarakat secara baik.
Beberapa pakar psikologi seperti Carkhuff dan Truax mengemukakan
bahwa keefektifan konseling ditentukan oleh kualitas pribadi konselor
tersebut.6

6
https://www.researchgate.net/publication/335306704_PSIKOLOGI_DAN_KEPRIBADIAN
_MANUSIA_Perspektif_Al-Qur'an_Dan_Pendidikan_Islam
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yeng telah dikemukakan, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut. Konsep konseling tentang hakikat manusia,
pribadi sehat, dan pribadi tidak sehat berdasarkan ayat-ayat Al Qur’an,
secara umum relevan dengan konsep konseling, hanya istilah penamaan
atau terminologi yang berbeda, namun maksudnya selaras. Al-Qur’an
menerangkan bahwa manusia pada hakikatnya tidak hanya sebagai
makhuk biologis, pribadi, dan sosial, tetapi juga sebagai makhluk religius.
Begitu juga dengan pribadi sehat dan tidak sehat, tidak hanya mampu
atau tidak mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan, tetapi juga terhadap Alah Swt.

B. Kritik dan saran


Dari keseluruhan materi yang telah dipaparkan oleh pemakalah tentu
tidak luput dari salah dan khilaf, baik itu dari tulisan maupun perkataan
yang di sampaikan. Pemakalah mohon kritik dan masukan dari pembaca
terutama dosen pengampu mata kuliah psikologi kepribadian untuk
kesempurnaan dalam mengerjakaan makalah-makalah berikutnya. Dan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu.
DAFTAR PUSTAKA

Djakiah drajat. 1990. Ibnu jiwa agama. Bulan bintang. Jakarta


https://www.researchgate.net/publication/335306704_PSIKOLOGI_DAN
_KEPRIBADIAN_MANUSIA_Perspektif_Al-Qur'an_Dan_Pendidikan_Islam
http://e-
journal.metrouniv.ac.id/index.php/tarbawiyah/article/download/486/285
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/jurnalPenelitian/article/download/
3488/pdf
http://agt.faperta.unmul.ac.id/wp-content/uploads/2017/08/94-336-1-
PB.pdf
Jalaludin rakhmat. 2002. Psikologi agama sebuah pengantar. Jakarta :
rajawali pers. Hlm.

15

Anda mungkin juga menyukai