Anda di halaman 1dari 26

BAB IV

KONSEP PENGELOLAAN PEMERINTAHAN DESA TALLE

(TELAH ATAS KETATANEGARAAN ISLAM)

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat Terbentunya Desa Talle

Sejarah berdirinya Desa Talle berawal dari suatu kerajaan kecil bernama

Bulu yang dipimpim seorang aru yang di beri gelar Arung pulu. Bahwa Arung

pulu Pemimpin pertamanya adalah Mappasoko (sebelum zaman Kolonial dan

sebelum masuknya ajaran Agama Islam). Istri Arung Pulung bernama Beccung

Mita Essoyang nama dalam sejarah bahwa Mappasoko berasala dari Moncong

Loe Kabupaten Gowa, inilah yang dianggap sebagai pemimpin pertama Arung

pulu dan dimasa kepemimpinannya ajaran Islam mulai masuk ke wilayah Arung

pulu yang dibawah oleh sengkepu Dg pagella beliau juga berasal dari Gowa dan

beliau juga di gelar puatta Matintoe di Monro dan tidak lama kemudian beliau

memperintiskan putri Arung Pulu Bernama Besse Wenno Dg Tawellu.1

Setelah Arung Pulu I wafat, maka sang menantu sengkepu Dg Pagella di

nobatkan menjadi Arung Pulu yang II, dan dalam sejarah perintisan peradaban

sangat dirasakan oleh masyarakat yaitu peradaban kuno ke peradaban Islam

sehngga nama beliau sangat dikenang sampai sekarang oleh pihak pemangku

adat tradisi. Setelah Arung Pulu kedua wafat beliau digantikan oleh Lario Dg

Maselle ( Sebelum zaman Kolonial) beberapa tahun kemudian Arung Pulu yang

ketiga ini wafat dan diganti oleh Kampilong Dg Mallureng (Zaman Kolonial)

1
Tim Penyusun, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Desa (LKPD), Desa Talle
Kecamatan Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai, Tahun 2017.

53
54

beliau berasal dari keturunan Puatta Terasa Sinjai Barat yang memperistri Timang

Dg Talewa dan dinobatkan sebagai Arung pulu yang ke IV dan setelah beberapa

tahun kemudian beliau wafat dan kemudian digantikan oleh Petta Sau dan

dinobatkan sebagai Arung Pulu yang ke V dan pada saat kepemimpinan beliau

Kota Aru dipindahkan ke Talle Lagora dengan wilayah kekuasaan telah

menyempit yaitu bagian utaranya beppajeng, bagian Timur sampai ke Takkuro,

bagian Selatan sampai ke sungai dada dan bagian Barat sampai ke Kaleleng, dan

nama Talle mulai dikenal oleh kalangan masyarakat karena dijadikan pusat

pemerintahan pada zaman Kolonial. 2

Setelah beliau wafat digantikan oleh Petta Pakki yang mana pada waktu

itu zaman peralihan dari pemerintahan Kolonial ke zaman Kemerdekaan Republik

Indonesia setelah Petta Pakki sebagi Arung Talle Wafat maka terpecahlah

wilayah-wilayah kekeuasaan salah satu diantaranya adalah Talle Lagora yang

diabadikan namanya dibagian Selatan bernama Desa Talle yang ber Ibukota

Lancibung Dusun Jekka dan dipimpim oleh Kepala Desa pertama dalam Sejarah

Desa Talle dan Kepemimpinan beliau mulai sejak Tahun 1961 s/d tahun 1976

pada saat itulah Desa Talle mulai memacu diri dalam Mengembangkan

Pembangunan Desa dengan prinsip Kegotong Royongan dan Kebersamaan yang

digalakkan setiap saat dan Petta Beddang digantikan oleh Bapak H. Muh Yusuf

beliau dari sosok dari seorang TNI AD yang mana masa Kepemimipinana beliau

dimulai sejak tahun 1976 s/d tahun 1998. 3

2
Tim Penyusun, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Desa (LKPD), Desa Talle
Kecamatan Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai, Tahun 2017.
3
Tim Penyusun, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Desa (LKPD), Desa Talle
Kecamatan Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai, Tahun 2017.
55

Dan dalam masa pemerintahannya oleh Kepala Desa Pertama dan

melakukan berbagai kegiatan pembangunan infrastruktur khususnya pembukaan

jalan baru dengan berasaskan kegotong royongan . dan salah satu keberhasilan

beliau tepatnya pada tanggal 6 Agustus 1987. Desa Talle telah mampu

mengaharumkan nama Kabupaten Sinjai sebagai Juara dalam Lomba Desa

diTingkat Propinsi dan Lomba Desa di Tingkat Nasional dan dari perjalanan

pemerintahan inilah sehingga Desa Talle Banyak di Banyak Masyarakat di

Kabupaten Sinjai dan sekiatarnya.

2. Keadaan Geografis

Desa Talle adalah merupakan Desa yang terletak ± 20 Km dari Ibu Kota

Kabupaten Sinjai dan ± 6 Km dari Kecamatan Sinjai Selatan Yang berada

didaratan tinggi dengan ketinggian 275-650 m diatas permukaan air laut dengan

luas wilayah ± 2.298,50 Ha. Desa Talle terbagi atas 8 Dusun yaitu Dusun Jekka,

Dusun Batuleppa, Dusun Sengkang, Dusun pangisoreng, Dusun Gareccing, Dusun

leppang, Dusun leppang, dan ada 2 Dusun persiapan yaitu Dusun Lempongcellae

dan Dususn Campaga yang mana pada tahun 2017 belum mendapatkan

rekomendasi dari pemerintah Kabupaten untuk didefinitifkan. Adapaun Batas-

batas Wilayah Desa Talle Sebagai berikut: 4

a. Sebelah Utara : Desa Bulukamase

b. Sebelah Timur : Desa Bulu Kamase dan Desa Palae

c. Sebelah Selatan : Desa Palae dan Desa gareccing

d. Sebelah Barat : Desa Baru Kecamatan Sinjai Tengah

Tim Penyusun, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Desa (LKPD), Desa Talle


4

Kecamatan Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai, Tahun 2017.


56

3. Keadaan Demografis

Masalah Kependudukan merupakan salah satu unsur penting bagi

pembangunan karena penduduk sebagai subjek dan sekaligus objek (sasaran)

pembangunan. Penduduk dengan jumlah yang besar merupakan asset

pembangunan dilain pihak jumlah penduduk yang besar tanpa didukung dengan

kualitas yang memadai akan menjadi beban pembangunan untuk menatasi

masalah tersebut di tempuh berbagai kebijaksanaan untuk mngurangi laju

pertumbuhan penduduk melalui program keluarga Berencana (KB).

Penduduk Desa Talle menurut data monografi per Desember tahun 2017

tercatat sebanyak 4.949 jiwa yang terdiri dari : Laki-laki 2.482 jiwa dan

Perempuan 2.467 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga 1.369. 5

B. Eksistensi Pemerintahan Desa Talle Kecamatan Sinjai Selatan

Peluang untuk menciptakan kesejahteraan, keadilan, dan mengatur desa

dengan cara sendiri, telah diberikan oleh Undang-Undang Desa. Undang-Undang

adalah sebuah produk hukum. Keberhasilan UndangUndang Desa ditentukan oleh

pemegang mandat utama pelaksanaan Undang-Undang tersebut. Dalam hal ini

adalah pemerintah, mulai dari pemerintah pusat sampai pemerintah desa.

Pemerintahan yang kuat adalah pemerintahan yang menjalankan

kewajibannya terhadap warga. Ini hanya terjadi apabila pemerintah membuka

peluang bagi warga untuk dapat terlibat mengontrol jalannya pemerintahan dan

pembangunan. Undang-Undang Desa lahir untuk memperkuat pemerintahan desa

melalui berbagai kewenangan yang diberikan pada desa. Desa yang dimaksud

5
Tim Penyusun, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Desa (LKPD), Desa Talle
Kecamatan Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai, Tahun 2017.
57

bermakna dua, desa sebagai pemerintahan terkecil dan desa sebagai masyarat

warga. Jantung utama apakah arah pembangunan desa sesuai dengan tujuan

dibuatnya Undang-Undang desa dan memberikan manfaat bagi segenap warga,

ditentukan oleh kualitas musyawarah desa dan program-program yang

dikembangkan.6

Desa Talle adalah desa yang menghasilkan produk pertanian baik padi

maupun dari hasil perkebunan, tataguna tanah yang mayoritas lahan persawahan

sangat bagus untuk memacu produktivitas padi karena di tunjang lahan dan

pengairan yang mencukupi. Kegiatan pemerintahan desa berjalan dengan baik dan

sesuai angggaran. Krontrol pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah desa

dilakukan oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan masyarakat Desa. 7

Konsep pengelolaan Pemerintah Desa Talle, Kepala Desa memberikan

keterangannya, dalam hal pemgambilan keputusan Kepala Desa memulainya dari

musyawarah tiingkat dusun, setelah musyawarah dusun, kemudian

mengumpulkan masyarakat, setelah itu di tingkat musyawarah desa, mengundang

pula, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan tokoh masyarakat, Imam Dusun,

Kepala Dusun dan tokoh-tokoh pemuda lainnya.8

6
Prasetyohadi, Dkk. Buku Panduan Pelaksanaan Undang-Undang Desa Berbasis Hak
(Cet. I; Jakarta: Lakpesdam PBNU & The Institute For Ecosoc Right dan The Norwegian Centre
for Human Rights (NCHR), 2016), h. 22.
Tim Penyusun, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Desa (LKPD), Desa Talle
7

Kecamatan Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai, Tahun 2017.


8
Ir. Abdul Rajab, Kepala Desa Talle, Wawancara, Desa Talle Kecamatan Sinjai Selatan,
Tanggal 11 Mei 2018.
58

Dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, dalam

penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan asas: 9

a. Kepastian hukum, asas dalam negara hukum yang mengutamakan

landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan

dalam setiap kebijakan penyelenggaraan Pemerintahan Desa,

b. Tertib penyelenggaraan pemerintahan, adalah asas yang menjadi

landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam

pengendalian penyelenggara Pemerintahan Desa,

c. Tertib kepentingan umum, adalah asas yang mendahulukan

kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan

selektif,

d. Keterbukaan, adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat

untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif

tentang penyelenggaraan Pemerintahan Desa dengan tetap

memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan,

e. Proporsionalitas, adalah asas yang mengutamakan keseimbangan

antara hak dan kewajiban penyelenggaraan Pemerintahan Desa,

f. Profesionalitas, adalah asas yang mengutamakan keahlian yang

berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan,

g. Akuntabilitas, adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan

hasil akhir kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa harus dapat

9
Kemeterian Keuangan, Himpunan Peraturan Mengenai Dana Desa (Jakarta: Direktorat
Jenderal Perrimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2017), h. 17-18.
59

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat Desa sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan,

h. Efektifitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan yang

dilaksanakan harus berhasil mencapai tujuan yang diinginkan

masyarakat Desa. “Efisiensi” adalah asas yang menentukan bahwa

setiap kegiatan yang dilaksanakan harus tepat sesuai dengan rencana

dan tujuan,

i. Kearifan lokal adalah asas yang menegaskan bahwa di dalam

penetapan kebijakan harus memperhatikan kebutuhan dan kepentingan

masyarakat Desa,

j. Keberagamaan adalah penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang tidak

boleh mendiskriminasi kelompok masyarakat tertentu, dan

k. Partisipatif adalah penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang

mengikutsertakan kelembagaan Desa dan unsur masyarakat Desa. 10

Sedangkan dalam pendapat lainnya, yaitu konsep yang di terapakan dalam

pengelolaan pemerintahan desa itu terpacu pada visi-misi kepala desa untuk 6

tahun kedepan setelah terpilihnya berdasarakan rekruitmen, atau melalui

musyawarah tingkat desa. Adapun visi Kepala Desa Talle yaitu “Menuju

masyarakat Desa Talle yang Lebih Maju, Mandiri, Aman, dan Sejahtera serta

Martaba”, sedangkan dalam misi yang akan diprioritaskan dan pokok-pokok

program yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Desa Talle, sebagai berikut:

10
Penjelasan Pasal 24 Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Kementerian
Keuangan, Himpunan Peraturan Mengenai Dana Desa, h. 88-90.
60

a. Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan Desa yang akuntabel,

transparan, profesional, efektif, dan bebas dari korupsi, kolusi, dan

nepotisme dan berdaya sains (Good Government),

b. Melaksanakan pembangunan yang lebih baik dan merata berdasarkan

asas musyawarah, mufakat serta dapat di pertanggungjawabkan

sehingga perwujudan ekonomi Desa lebih baik,

c. Mengintegrasikan nilai-nilai agama, sosial, dan budaya,

Tujuan diterapkannya konsep pengelolaan pemerintahan desa yaitu, untuk

mensejahterahkan masyarakat desa Talle, agar supaya aman, damai, dan

terkendali.11

Adapun program yang akan di laksanakan oleh pemerintah desa ada empat

bidang yaitu dalam bidang pemerintahan, bidang pembangunan, bidang

pembinaan, dan bidang kebudayaan. Dalam hal transparansi anggaran pemerintah

desa memberikan informasi anggaran kepada masyarakat desa dengan cara setiap

tahunnya membuat baliho di setiap titik strategis seperti di setiap daerah dusun

atau mesjid. 12

Ada beberapa program yang akan dilaksanakan oleh pemerintah desa,

terkhususnya di Desa Talle yaitu mulai dari infrasturktur desa, pembagunan jalan

dan perbaikan lapangan. Dalam bentuk sosialisasi kepada masyarakat jika ada

11
Umar Said, Sekretaris Desa Talle, Wawancara, Desa Talle Kecamatan Sinjai Selatan,
Tanggal 2 Mei 2018.
12
Umar Said, Sekretaris Desa Talle, Wawancara, Desa Talle Kecamatan Sinjai Selatan,
Tanggal 2 Mei 2018.
61

program yang dilaksanakan oleh pemerintah desa dengan melalui musyawarah

desa, dan kepala kebudayaan.13

Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah Badan

Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat. Kedudukan dan

fungsi Musyawarah Desa merupakan forum permusyawaratan yang membahas hal

sifatnya strategis dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa.14

Pasal 54 Ayat (1) Undang-Undang No. 6 tahun 2014 mengatur tentang

definisi musyawarah Desa, yaitu:

Musyawarah Desa merupakan forum permusyawaratan yang diikuti oleh


Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat
Desa untuk memusyawarahkan hal yang bersifat strategis dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Desa.15

Hal yang bersifat strategis sebagaimana dimaksud dalam kaitannya dengan

Musyawarah Desa meliputi :

a. Penataan Desa;

b. Perencanaan Desa;

c. Kerja Sama Desa;

d. Rencana investasi yang masuk ke Desa;

e. Pembentukan BUM Desa;

f. Penambahan dan pelepasan Aset Desa; dan

g. Kejadian luar biasa. 16

13
Umar Said, Sekretaris Desa Talle, Wawancara, Desa Talle Kecamatan Sinjai Selatan,
Tanggal 2 Mei 2018.
Endang Wijayanti, Dkk, Buku Saku Memahami Undang Undang Desa Tanya Jawab
14

Seputar Undang Undang Desa (Cet. I; Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Republik Indonesia, 2015), h. 18.
15
Kemeterian Keuangan, Himpunan Peraturan Mengenai Dana Desa, h. 33.
62

Musyawarah Desa diselenggarakan paling sedikit 1 (satu) tahun sekali.

Dalam hal tertentu, Musyawarah Desa bisa dilakukan berdasarkan kebutuhan

Desa, misalnya 6 (enam) bulan sekali. Musyawarah Desa diselenggarakan secara

partisipatif, demokratis, transparan dan akuntabel dengan berdasarkan kepada hak

dan kewajiban masyarakat. Kesepakatan Musyawarah Desa adalah suatu hasil

keputusan dari Musyawarah Desa dalam bentuk kesepakatan yang dituangkan

dalam Berita Acara kesepakatan Musyawarah Desa yang ditandatangani oleh

Ketua Badan Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa.17

Dalam Pasal 55 dan 56 Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang desa

memberikan pengaturan mengenai Badan Permusyawaratan Desa, yaitu

Pasal 55
Badan Permusyawaratan Desa mempunyai fungsi:
a. Membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama
Kepala Desa;
b. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan
c. melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.

Pasal 56
1) Anggota Badan Permusyawaratan Desa merupakan wakil dari
penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah yang pengisiannya
dilakukan secara demokratis.
2) Masa keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa selama 6 (enam)
tahun terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah/janji.
3) Anggota Badan Permusyawaratan Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dipilih untuk masa keanggotaan paling banyak 3 (tiga)
kali secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut. 18

16
Endang Wijayanti, Dkk, Buku Saku Memahami Undang Undang Desa Tanya Jawab
Seputar Undang Undang Desa, h. 19-20.
17
Endang Wijayanti, Dkk, Buku Saku Memahami Undang Undang Desa Tanya Jawab
Seputar Undang Undang Desa, h. 21.
18
Kemeterian Keuangan, Himpunan Peraturan Mengenai Dana Desa, h. 34.
63

Berdasarkan dari pemaparan yang peneliti telah jelaskan, kesimpulan yang

dapat diambil adalah eksistensi Desa Talle merupakan kesatuan wilayah hukum

yang memiliki hak otonom untuk menentuka arah kebijakan dalam

penyelenggaraan pemerintahannya di Kecamatan Sinjai Selatan. Pemerintahan

Desa sebagai penyelenggara pemerintahan dan Badan Permusyawaratan Desa

(BPD) sebagai lembaga yang menjalankan fungsi pemerintahan, harus memiliki

kesamaan tujuan untuk mensejahterakan masyarakat dengan melakukan dialog

bersama tokoh-tokoh masyarakat dalam mengatur dan mengurus semua program-

program yang dilaksanakan oleh pemerintah desa.

Dalam menjalankan fungsi pemerintahan, Badan Permusyawaratan Desa

(BPD) merupakan badan permusyawaratan di tingkat desa yang turut membahas,

menyepakati berbagai kebijakan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa dan

pengawasan terhadap pelaksaaan kebijakan yang telah diputuskan bersama.

Dengan adanya keselasan antara pemerintah desa dan BPD, tentu akan membawa

harapan akan terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan desa yang demokratis

yang memiliki tujuan dalam dalam menyelenggarakan pemerintahan desa telah

mempmunyai dasar hukum untuk mengambil kebijakan terhadap aspek-aspek

penting bagi masa depan desa Talle Kecamatan Sinjai Selatan.


64

C. Persepsi Masyarakat Terhadap Pengelolaan Pemerintahan Desa Talle

Kecamatan Sinjai Selatan

Adapun keterangan salah satu dari tokoh masyarakat Irwan Kereso,

memberikan pendapatnya yaitu dalam program pemerintahan desa mulai dari

aspek seperti pembangunan desa, infrastruktur desa, dan pemberdayaan sumber

daya manusia kesehatan, peningkatan sumber daya manusia, dan lain-lain.19

Dalam hal transparansi anggaran, pemerintah desa memberikan informasi

anggaran kepada masyarakat desa dengan cara melakukan yang pertama, yaitu

menyampaikan secara tertulis dalam hal ini melalui pemasangan pamflet atau

spanduk, kemudian dalam hal transparansi juga ini dapat lakukan dengan

berdasarkan musyawarah, dalam hal ini musyawarah tingkat dusun, maupun

musyawarah di tingkat desa. 20

Beberapa dari persepsi anggota masyarakat sekitar terhadap pengelolaan

pemerintahan desa di desa Talle Kecamatan Sinjai Selatan. Apa yang akan

dikerjakan awalnya melalui musyawarah secara bersama-sama dan apa yang

menjadi hasil keputusan untuk di lakasakan sesuai hasil musyawarah. Bentuk dari

dukungan dan partisipasi masyarakat setiap kegiatan yaitu di laksanakan secara

gotong royong. 21

Selanjutnya, pemerintah desa terbuka dalam menerima saran dari

masyarakat terkait program yang akan di jalankan, pemerintah desa sangat terbuka

19
Irwan Kareso, Tokoh Masyarakat Desa Talle, Wawancara, Desa Talle Kecamatan Sinjai
Selatan, Tanggal 8 Mei 2018.
20
Irwan Kareso, Tokoh Masyarakat Desa Talle, Wawancara, Desa Talle Kecamatan Sinjai
Selatan, Tanggal 8 Mei 2018.
21
Irwan Kareso, ookoh Masyarakat Desa Talle, Wawancara, Desa Talle Kecamatan Sinjai
Selatan, Tanggal 8 Mei 2018.
65

sangat terbuka dalam menerima kritik dan saran. Harapan dari pemerintah desa

untuk menjalin kerjasama dan membangun desa dengan semua anggota

masyarakat agar supaya berperan aktif dalam pembangunan desa. 22

Selanjutnya Muh. Amir selaku Imam Desa Talle memberikan pendapatnya

berkaitan dengan konsep pengelolaan pemerintahan desa yaitu, sebagai

pertimbangan bagi masyarakat karena tidak semudah dalam memilih kepala desa

dalam peranan menjalankan tugasnya. Program yang dilaksanakan oleh

pemerintah desa, seperti kegiatan agama seperti Musabakah Tilawatil Qur’an

(MTQ), Majelis Taklim, pembangunan jalan, kegiatan bidang pertanian, dan lain-

lain. 23

Bentuk sosialisai kepada masyarakat apabila ada program yang

dilaksanakan oleh pemerintah desa dengan cara melaporkan dan memberikan

aspirasi dari masyarakat. Pengelolaan pemerintahan di desa Talle sangat

diapresiasi oleh masyarakat karena di tahun 2014 sampai 2018 sekarang

masyarakat sudah mulai maju karena adanya dorongan dari tahun-tahun

sebelumnya. Masyarakat selalu berusaha menyepakati setiap apapun yang

dikeluarkan oleh pemerintah desa dan melaksanakan apa yang telah disepakati

berdasarkan dari hasil musyawarah.24

Kemudian ditambahkan oleh Sudirman selaku Kepala Dusun

Pangisoreang memberikan pendapatnya yaitu bahwa program yang dilaksanakan

Irwan Kareso, Tokoh Masyarakat Desa Talle, Wawancara, Desa Talle Kecamatan Sinjai
22

Selatan, Tanggal 8 Mei 2018.


Muh. Amir, Imam Desa Talle, Wawancara, Desa Talle Kecamatan Sinjai Selatan,
23

Tanggal 4 Mei 2018.


Muh. Amir, Imam Desa Talle, Wawancara, Desa Talle Kecamatan Sinjai Selatan,
24

Tanggal 4 Mei 2018.


66

oleh pemerintah desa sangat banyak mulai dari program mulai dari fisik maupun

non fisik, terutama dari infrastruktur seperti pembangunan jalan dusun, jalan tani

dan pemberdayaan masyarakat dengan memberdayakan misalnya kelompok tani

dan mengenai persoalan keagamaan. Namun ada saja kendala dihadapi dalam

menjalankan pengelolaan pemerintah desa yaitu masyarakat masih banyak yang

belum faham akan konsep atau aturan yang sudah dibuat oleh Kementerian Desa

sehingga harus lebih memberikan pemahaman terhadap masyarakat banyak

tentang konsep-konsep yang telah di buat di Kementerian Desa.25

Dalam hal transparansi anggaran pemerintah desa memberikan informasi

anggaran kepada masyarakat desa biasanya dengan melakukan musyawarah

mufakat kemudian ada beberapa hal yang sudah disepakati bersama dan biasanya

memberikan penyampaian kepada masyarakat bahwa inilah yang telah disepakati

bersama melalui rapat, melalui musyawarah inilah masyarakat banyak mengetahui

bahwa yang akan dikerjakan dan biasanya akan dilakukan oleh pemerintah dengan

memasang papan program sehingga masyarakat menyepakati dan bisa melihat

informasi yang sudah ada kemudian akan kerjakan secara gotong royong. 26

Biasanya bentuk sosialisai kepada masyarakat apabila ada program yang

dilaksanakan oleh pemerintah desa yaitu, dengan cara menyampaikan ketika di

mesjid dan bisa juga di sampaikan dengan cara memasang baliho, program apa

yang akan diprogramkan di desa begitu juga dengan anggarannya jadi masyarakat

25
Sudirman, Kepala Dusun Pangisoreang Desa Talle, Wawancara, Desa Talle Kecamatan
Sinjai Selatan, Tanggal 3 Mei 2018.
26
Sudirman, Kepala Dusun Pangisoreang Desa Talle, Wawancara, Desa Talle Kecamatan
Sinjai Selatan, Tanggal 3 Mei 2018.
67

sangat mengetahui berapa anggarannya dan apa-apa yang akan dikerjakan di

desa.27

Sedangkan, apabila ada aparat desa yang menyalahgunakan dana

pembangunan desa masyarakat bisa mengadu kepada Badan Permusyawaratan

Desa (BPD) ataupun ke aparat desa atau bahkan kepala desa dan masyarakat bisa

mengadu misalnya melalui media sosial. Harapan dari masyarakat kepada

pemerintah tentunya dengan ada pemahaman, adanya komunikasi yang baik dari

pemerintah desa dengan masyarakat sehingga semua masalah mulai dari maslah

kecil sampai besar itu bisa ada solusinya sehingga bisa teratasi semua masalah

atau persoalan yang mungkin bisa yang terjadi di desa tersebut.

Dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa memberikan

landasan terhadap hak dan kewajiban desa dan masyarakat desa, yaitu sebagai

berikut:

Pasal 67
1. Desa berhak:
a. Mengatur dan mengurus kepentingan masyaraka berdasarkan hak asal
usul, adat istiadat, dan nilai sosial budaya masyarakat Desa;
b. Menetapkan dan mengelola kelembagaan Desa; dan
c. Mendapatkan sumber pendapatan.
2. Desa berkewajiban:
a. Melindungi dan menjaga persatuan, kesatuan, serta kerukunan
masyarakat Desa dalam rangka kerukunan nasional dan keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat Desa;
c. Mengembangkan kehidupan demokrasi;
d. Mengembangkan pemberdayaan masyarakat Desa; dan
e. Memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat Desa.

Pasal 68

Sudirman, Kepala Dusun Pangisoreang Desa Talle, Wawancara, Desa Talle Kecamatan
27

Sinjai Selatan, Tanggal 3 Mei 2018.


68

1. Masyarakat Desa berhak:


a. Meminta dan mendapatkan informasi dari Pemerintah Desa serta
mengawasi kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa;
b. Memperoleh pelayanan yang sama dan adil;
c. Menyampaikan aspirasi, saran, dan pendapat lisan atau tertulis secara
bertanggung jawab tentang kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan
Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan
Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa,
d. Memilih, dipilih, dan/atau ditetapkan menjadi:
1) Kepala Desa;
2) Perangkat Desa;
3) Anggota Badan Permusyawaratan Desa; atau
4) Anggota lembaga kemasyarakatan Desa.
5) Mendapatkan pengayoman dan perlindungan dari gangguan
ketenteraman dan ketertiban di Desa.
2. Masyarakat Desa berkewajiban:
a. Membangun diri dan memelihara lingkungan Desa;
b. Mendorong terciptanya kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa,
dan pemberdayaan masyarakat Desa yang baik;
c. Mendorong terciptanya situasi yang aman, nyaman, dan tenteram di
Desa;
d. Memelihara dan mengembangkan nilai permusyawaratan,
permufakatan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan di Desa; dan
e. Berpartisipasi dalam berbagai kegiatan di Desa. 28

D. Tata Kelola Pemerintahan Desa Talle Perspektif Ketatanegaraan Islam

Pemerintahan desa merupakan pemerintahan dengan konsep yang

beragam. Desa merupakan sebuah penggambaran dari sebuah bangsa dan konsep

penerapan yang tepat adalah pruralisme hukum dalam arti yang kuat (strong legal

pruralism). Asas kedaulatan rakyat diimplementasikan dalam sistem

pemerintahan desa, baik desa pada umumnya sesuai dengan ketentuan undang-

undang tentang desa, maupun desa adat yang mengatur kehidupan mereka

berdasarkan adat istiadat setempat sebagaimana diatur dalam Pasal 107 Undang-

28
Endang Wijayanti, Dkk, Buku Saku Memahami Undang Undang Desa Tanya Jawab
Seputar Undang Undang Desa, h. 40-41.
69

Undang No. 6 Tahun 2014 tentang desa, yang menjadikan desa sebagai tatanan

pemerintahan terendah yang demokratis.29

Penerapan kedaulatan rakyat diwujudkan dalam beberapa hal: Pertama,

menegaskan bahwa pemilihan kepala desa secara langsung oleh warga desa yang

dimulai dari tahap pencalonan melalui penjaringan dan penyaringan calon kepala

desa oleh panitia pemilihan, berlanjut pada proses pemungutan suara, dan

penetapan kepala desa. Kedua, pembentukan Badan Permusyawaratan Desa

(BPD) yang merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan

wilayah yang pengisiannya dilakukan secara demokratis.

Ketiga, adanya forum musyawarah desa sebagaimana tercantum dalam

Pasal 54 ayat (1) Undang-Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa yang

menerangkan Musyawarah Desa sebagai sebuah forum permusyawaratan yang

diikuti oleh Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur

masyarakat Desa untuk memusyawarahkan hal yang bersifat strategis dalam

penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Masyarakat adat memiliki sifat demokratis

di mana kepentingan bersama lebih diutamakan dibandingkan kepentingan

perorangan. Demokrasi dan keadilan dalam masayakat hukum adat berjalan

bersama dengan nilai komunal dan gotong royong dalam masyarakat adat.

Perilaku demokratis dipengaruhi oleh nilai kekuasaan umum, asas musyawarah,

dan perwakilan dalam sistem pemerintahan. Perilaku demokratis

29
Setyo Nugroho, Demokrasi dan Tata Pemerintahan dalam Konsep Desa dan
Kelurahan, Jurnal Cita Hukum. Vol. I, No. 2 Desember 2013, h. 258.
70

diimplementasikan dengan cara yang berbeda sesuai dengan kebiasaan hidup yang

berlaku di masyarakat. 30

Bentuk-bentuk penyelesaian sengketa tersebut sesuai dengan apa yang

difirmankan oleh Allah swt terkait penerapan musyawarah sebagai wujud

implementasi sistem pemerintahan demokrasi yang melibatkan masyarakat,

bahkan berbagai golongan masyarakat dalam menyelesaikan masalah dan

mencapai kesepakatan bersama perlu melakukan musyawarah.31 Maka dari itu,

peneliti berinisiatif mengambil sebuah gagasan tentang konsep musyawarah

dengan proses pengelolaan pemerintahan desa di Desa Talle. Sejarah telah

memberikan pelajaran pada zaman Nabi Muhammad saw telah mencontohkan

dalam setiap rapat yang dilakukan dengan para sahabat-sahabatnya selalu

mengutamakan dengan proses musyawarah mufakat dalam memutuskan sebuah

putusan yang akan dipakati.

Umat Islam setelah hijrah Ke Madinah, Nabi Muhammad saw meletakkan

dasar-dasar kehidupan bermasyarakat di kalangan internal umat Islam yaitu,

pembangunan mesjid. Setiap kabilah sebelum Islam datang, mereka memiliki

tempat pertemuan sendiri-sendiri. Nabi Muhammad saw menginginkan agar

seluruh umat Islam hanya memiliki satu tempat pertemuan. Maka beliau

membangun sebuah masjid yang diberi nama “Baitullah”. Di masjid ini, selain

dijadikan tempat shalat, juga belajar, tempat bermusyawarah merundingkan

30
Setyo Nugroho, Demokrasi dan Tata Pemerintahan dalam Konsep Desa dan
Kelurahan, Jurnal Cita Hukum. Vol. I, No. 2 Desember 2013, h. 258-259.
31
Setyo Nugroho, Demokrasi dan Tata Pemerintahan dalam Konsep Desa dan
Kelurahan, Jurnal Cita Hukum. Vol. I, No. 2 Desember 2013, h. 258-259.
71

masalah-masalah yang dihadapi, bahkan juga berfungsi sebagai pusat

pemerintahan.32

Di dalam Al-Quran, Allah swt berfirman dalam surat Ali-‘Imran/3:159,

Allah swt memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw untuk melakukan

musyawarah dengan para sahabat, yaitu:

           
        
           
 
Terjemahnya:
Maka berkat rahmat dari Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras lagi dan berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu
maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Seungguh Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.33

Ayat tersebut memberikan pemahaman tentang perintahnya melakukan

musyawarah. Di si lain, yang bermusyawarah harus menyiapkan mentalnya untuk

bersedia memberi maaf, karena boleh jadi ketika melakukan musyawarah terjadi

perbedaan pendapat, atau keluar dari pihak lain kalima atau pendapat yang

menyinggung, dan bila mampir ke hati, akan mengeruhkan pikiran bahkan boleh

jadi mengubah musyawarah menjadi pertengkaran. 34

32
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam (Cet. III: Pekanbaru: Yayasan Pusaka
Riau, 2013), h. 43-44.
33
Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Sinergi Pustaka, 2012), h.
90.
34
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an (Vol.
II; Jakarta: Lentera Hati, 2001), h. 245.
72

Nabi Muhammad saw dalam urusan masyarakat, bahkan beliau dalam

beberapa hal bermusyawarah dan menerima saran menyangkut beberapa urusan

keluarga beliau atau pribadi beliau.35

Tentang bagaimana etika musyawarah dilakukan, surat Ali-Imran/3:159

barangkali dapat menjadi rujukan. Ayat ini menunjukan tiga sikap yang

diperintahkan oleh Allah swt kepada Nabi Muhammad saw dalam melakukan

musyawarah. Pertama, berlaku lemah lembut. Sikap ini penting, terutama bagi

seorang pemimpin. Sikap yang kasar dan mau menang sendiri bisa membuat mitra

yang diajak musyawarah tidak menaruh simpati dan melakukan aksi walk out.

Akabiatnya musyawarah tidak dapt mencapi maksud yang diinginkan.

Kedua, memberi maaf. Dalam musyawarah tidak tertutup kemungkinan

terjadi argumentasi yang alot dan menegangkan. Keadaan ini bisa mengakibatkan

tersinggungnya satu pihak terhadap pihak lain. Hal ini harus dihadapi dengan

sikap dingin dan terbuka. Ketiga, hal yang perlu diperhatikan dari ayat tersebut

adalah hubungan vertikal dengan Allah swt. Musyawarh harus diiringi dengan

permohonan ampunan kepada-Nya, supaya hasil yang dicapi betul-betul yang

terbaik untuk semua. Barulah setelah dicapai kesepakatan, semua hasil tersebut

diserahkan kepada Allah swt dengan tawakkal.36

Di kalangan pakar Islam terdapat perbedaaan dalam menanggapi

permasalahan syura’ dan demokrasi. Sebagian memandang syura’ dan demokrasi

ada dua hal yang identik, sebagian lain memandangnya sebagai dua konsep yang

35
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, h.
247.
36
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai Persoalan Umat
(Cet. II; Bandung Mizan, 1996), h. 474-475.
73

berlawanan, sedangkan yang lain memandang bahwa keduanya mempunyai

persamaan yang erat, di samping terdapat juga perbedaan-perbedaan. Kata Syura’

berasal dari kata sya-wa-ra yang secara etimologis berarti mengeluarkan madu

dari sarang lebah. Sejalan dengan pengertian ini, kata syura’ atau dalam bahasa

Indonesia menjadi “musyawarah” mengandung makna segala sesuatu yang dapat

diambil atau dikeluarkan dari yang lain (termasuk pendapat) untuk memperoleh

kebaikan. Hal ini samakna dengan pengertian dengan lebah yang mengeluarkan

madu yang berguna bagi manusia. Dengan demikian, keputusan yang diambil

berdasarkan syura merupakan sesuatu yang baik dan berguna bagi kepentingan

kehidupan manusia.37

Adapun bagaimana cara melakukan musyawarah, Allah swt tidak

menentukan secara perinci. Ini diserahkan sepenuhnya kepada manusia. Dalam

satu pemerintahan atau negara, boleh saja musyawarah ini dilakukan dengan

membentuk suatu lembaga tersendiri, seperti parlemen atau apapun namanya.

Dalam lembaga ini boleh jadi para anggotanya melakukan musyawarah secara

berkala pada periode tertentu atau sesuai dengan permasalahan yang terjadi.

Keanggotaan lembaga ini juga bisa dibatasi jangka waktu tertentu yang disepakati

bersama. 38

Dalam pengambilan putusan, tidak berati suara terbanyak mutlak harus

diikuti. Adakalanya keputusna diambil berdasarkan suara minoritas kalau ternyata

pendapat tersebut lebih logis dan lebik dari mayoritas. Sebagai contoh Khalifah

Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam (Cet. I; Jakarta
37

Prenadamedia Group, 2014), h. 214.


38
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, h. 219.
74

Abu Bakar pernah mengabaik suara mayoritas dalam masalah siakp terhadap para

pembangkang zakat. Sebagai besar sahabat senior yang dimotori Umar bin

Khattab berpendapat bahwa orang-orang yang menolak membayar zakat kepada

Abu Bakar tetap Muslim dan tidak usah diperangi. Sementara sebagian kecil

sehabat berpendapat supaya mereka diperangi. Abu Bakar memilih pendapat

kedua.pendapat ini akhirnya disetujui oleh forum dan Abu Bakar pun memerangi

mereka.

Pada pemerintahan Umar bin Khattab, beliau pernah menolak pendapat

mayoritas tentang pembagian rampasan perang berua tanah sawah (Irak).

Sebagian besar sahabat yang dijurubicarai oleh Bilal ibn Rabah dan ‘Abd al-

rahman ibn ‘Awf berpendapat supaya tanah tersebut dibagi-bagi, sedangkan

sebagaian kecil sahabat berpendapat supaya tanah tersebut dibiarkan tetap pada

pemiliknya dan pemerintahan Islam hanya memungut pajaknya saja. Akhirnya,

melalui adu argumentasi yang cukup menegangkan dan demokratis, Umar bin

Khattab memenangkan pendapat kedua.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa musyawarah merupakan

esensi ajaran Islam yang wajib diterapkan dalam kehidupan sosial umat Islam.

Musyawarah dapat dilakukan dalam hal-hal apa saja asalakan tidak bertentangan

dengan prinsip umus syariat Islam. 39

Dalam pandangan Islam, seorang pemimpin adalah orang yang diberi

amanat oleh Allah swt, untuk memimpin rakyat, yang di akhirat kelak akan

diminta pertanggungjawabannya oleh Allah swt. Oleh karena itu, seorang

39
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, h. 219-220.
75

pemimpin hendaknya jangan menggangap dirinya sebagai manusia super yang

bebas dan berbuat dan memerintah apa saja kepada rakyatnya. Akan tetapi,

sebaliknya harus memposisikan dirinya sebagai pelayan dan pengayom

masyarakat.

Umat Islam harus patuh dan taat kepada pemerintah, Allah swt berfirman

dalam An-Nisa/4:59, yaitu

      


          
        
   
Terjemahnya:
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat
tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.40

Ayat tersebut menjelaskan menodorng manusia untuk menciptakan

masyarakat yang adil dan makmur, anggotanya tolong menolong, dan bantu

membantu, taat kepada Allah swt, Rasul, tunduk kepada ulil amri, menyelesaikan

perselisihan berdasar nilai-nilai yang diajarkannAl-Qur’an dan Sunnah. Ayat

tersebut juga memerintahkan kaum mukmin agar mentaati putusan hukum dari

siapapun yang berwenang menetapkan hukum. Secara berturut dinyatakannya, hai

orang-orang yang beriman, taatilah Allah swt dalam perintah-perintahnya yang

tercantum dalam Al-Qur’an dan taatilah Rasulnyam yakni Muhammad saw, dalam

segala macam perintahnya, baik perintah melakukan sesuatu, maupun perintah

untuk tidak melakukannya, sebagaimana tercantum dalam sunnahnya yang shahih,

dna perkenankan jug perintah ulil amri, yakni yang berwenang menangani urusan-

40
Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 144.
76

urusan, selama mereka merupakan bagian di antara kamu, wahai orang-orang

mukmin, dan selama perintahnya tidak bertentangan dengan perintah Allah dna

perintah Rasulnya.41

Pendapat ulama berbeda-beda pendapat tentang makna kata ulil amri, dari

segi bahasa uli adalah bentuk jamak dari waliy yang berarti pemilik atau yang

mengurus dan menguasai. Bentuk jamak dari kata tersebut menunjukkan bahwa

mereka itu banyak, sedangkan kata al-amr adalah perintah atau urusan. Dengan

demikian, ulil amri adalah orang-orang yang berwenang mengurus urusan kaum

muslimin. Mereka adalah orang-orang diandalkan dalam menangani persoalan-

persoalan-persoalan kemasyarakatan. Ada yang berpendapat bahwa mereka

adalah penguasa atau pemerintah. Ada yang berpendapat juga mereka adalah

ulama. Dan ada juga yang mengatakan bahwa mereka adalah yang mewakili

masyarakat dalam berbagai kelompok dan profesinya.42

Adapun Hadits yang menjelaskan tentang wajibnya taat kepada

pemerintah, yaitu

41
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, h.
459.
42
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, h.
461.
77

ُ‫اعة‬ َّ ‫ال َعلَى امل ْر ِء امل ْسلِ ِم‬


َ َّ‫الس ْم ُع َو الط‬ َ َ‫صلَّى ال ٰلّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم اَنَّهُ ق‬
َ ِّ ‫َع ِن ابْ ِن عُ َمَر َع ِن النَّيِب‬
ُ َ
ٍ ِ ‫مِب ِ ٍ ِ ِ مِب‬ ِ َّ ‫فِْي َما اَ َح‬
َ َ‫ب َو َك ِر َه ااَّل اَ ْن يُ ْؤ َم ْر َْعصيَة فَا ْن اُمَر َْعصيَة فَاَل مَسْ َع َو اَل ط‬
َ‫اعة‬
Artinya:
“Dari ibnu ‘Umar r.a, dari Nabi Muhammad saw, sabdanya: “Setiap
muslim wajib patuh dan setia terhadap pemerintah, disukai atau tidak
disukainya, kecuali bila dia diperintahkan melakukan maksiat. Jika dia
diperintahkan melakukan maksiat dia tidak perlu patuh dan setia”.43

Selanjutnya hadits lain juga menjelaskan tentang Pemerintah jangan

menyulitkan rakyat, yaitu

‫صلَّى اللّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َي ُق ْو ُل ىِف َبْيىِت ه َذا اللَّ ُه َّم َم ْن‬ ِ ِ
َ ‫ت م ْن َر ُس ْول اللّه‬
ِ ‫عن عائِ َشةَ مَسِ ع‬
ُ ْ َ َْ
‫ َو َم ْن َوىِل َ ِم ْن اَْم ِر اَُّمىِت َشْيئًا َفَرفَ َق هِبِ ْم‬.‫َوىِل َ ِم ْن اَْم ِر اَُّمىِت َشْيئًا فَ َش َّق َعلَْي ِه ْم فَا ْش ُق ُق َعلَْي ِه‬
‫فَ ْارفُ ْق بِه‬
Artinya:
Dari ‘Aisyah r.a katanya: “Aku mendengar Rasulullah saw mendo’a di
rumahku, katanya: “Wahai Allah! Siapa yang menjabat suatu jabatan
dalam pemerintahan umatku, lalu dia mempersulit urusan mereka, maka
persulit pulalah dia, dan siapa yang menjabat suatu jabatan dalam
pemerintahan umatku, lalu dia berusaha menolong mereka, maka tolong
pulalah dia!”. 44

Kandungan hadits tersebut berisi ancaman yang sangat kerap terhadap para

pemimpin maupun aparatnya yang mempersulit kebutuhan masyarakat terhadap

suato persoalan. Rasulullah saw telah mendoakan agar Allah swt mempersulit

mereka jika mereka mempersulit urusan orang-orang yang mereka pimpin. Di

antara yang mempersulit adalah memberlakukan urusan yang bersifat prosedur

dengan nama rutinitas atau birokrasi, yang makin mempersulit masalah,

Al Imam Muslim, Terjemahan Shahih Muslim Jilid 1,2,3, dan 4. Penerjemah Ma’Mur
43

Daud (Malaysia: Klang Book Centre, 1988), h. 216.


Al Imam Muslim, Terjemahan Shahih Muslim Jilid 1,2,3, dan 4. Penerjemah Ma’Mur
44

Daud, h. 217.
78

memperlama urusan, serta menhilangkan hak. Yang wajib justru meringankan

semudah mungkin agar aktifitas kerja berjalan baik. Wajib atas setiap pemimpin

untuk menggunakan yang terbaik dan memilih yang terbagus sesuai dengan

kadarnya.45

Penjelasan hadits tersebut sangat relevan dengan kondisi dengan tata

kelola pemerintahan desa di Desa Talle. Kondisi di sana memberikan contoh

kepada peneliti, jika terdapat ada masyarakat ingin mengadakan sebuah urusan

administrasi maka dilayani dengan segera oleh aparat pemerintah desa Talle.

Kemudian dalam hal pengambilan kebijakan yang akan ditetapkan oleh Kepala

Desa Talle, langkah yang dilakukan adalah mengumpulkan semua tokoh

masyarakat dan melakukan musyawarah untuk mentepkan sebuah kesepakatan

yang akan akan menjadi kebijakan di pemerintahan desa Talle.

Peneliti melihat tata kelola pemerintahan selama ini di desa Talle

memberikan pelajaran akan pentingnya musyawarah karena dalam pertemuan

tersebut bukan saja untuk mengadakan rapat namun ada tujuan lain yaitu menjalin

tali silahturahim sesama warga desa dan aparat pemerintahan desa.

45
Abdullah bin Abdurrahman Al Bassam, Taudhih Al Ahkam min Bulugh Al Maram, Terj.
Thahirin Suparta, Dkk, Syarah Bulughul Maram (Jakarta: Pustaka Azzam 2007), h. 503

Anda mungkin juga menyukai