Anda di halaman 1dari 30

STUDI KRITIS PEMIKIRAN

ISLAM

OLEH : SUKIRNO

PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
Rumusan Masalah
Apa pengertian dari teologi Islam ?
Bagaimana titik relevansi dari teologi Islam, filsafat dan tasawuf ?
Apa sejarah timbulnya persoalan teologi Islam ?
Bagaimana studi kritis terhadap sejarah perkembangan dan
pemikiran teologi Islam dari berbagai aliran yaitu :
Aliran al-Khawarij : sejarah dan pemikirannya,
Aliran al-Murjiah : sejarah dan pemikirannya,
Aliran al-Qadariyah : sejarah dan pemikirannya,
Aliran al-Jabariyah : sejarah dan pemikirannya,
Aliran al-Mu’tazilah : sejarah dan pemikirannya,
Aliran al-Asy’ariyah : sejarah dan pemikirannya,
Aliran al-Maturidiyah : sejarah dan pemikirannya,
Aliran Syi’ah : sejarah dan pemikirannya,
Aliran Ahmadiyah : Sejarah dan Pemikirannya
A. Pengertian Teologi Islam
Untuk mengetahui pengertian dan lapangan Teologi Islam.
Terlebih dahulu harus meninjau arti perkataan “Teologi dari
segi bahasa bahwa : “Teologi” terdiri dari kata “Theos” artinya
“Tuhan”, dan “Logos” yang berarti “Ilmu”. Jadi “Theology” berarti
“ilmu tentang Tuhan” atau “ilmu Ketuhanan””. Artinya bahwa
Theology adalah ilmu yang membicarakan tentang Tuhan dan
pertaliannya dengan manusia, baik berdasarkana kebenaran
wahyu ataupun berdasarkan penyelidikan akal murni.
Pengertian lain dikemukakan oleh Ibnu Khaldun mengatakan
bahwa ilmu kalam (Teologi Islam) ialah ilmu yang berisi alasan-
alasan mempertahankan kepercayaan iman dengan
menggunakan dalil pikiran dan berisi bantahan terhadap orang-
orang yang menyeleweng dari kepercayaan alirang golongan
salaf dan ahli Sunnah.
Dengan kata lain mempelajar teologi Islam akan memberikan
kenyakinan-kenyakinan yang berdasarkan pada landasan yang
kuat, yang tidak mudah diombang-ambingkan oleh peredaran
zaman. Dengan demikian teologi Ilsam adalah satu nama atau
sebutan untuk ilmu yang membahas tentang ajaran dasar
agama Islam.
B. Relevansi Teologi Islam, Filsafat dan Tasawuf
1. Titik Persamaan
Teologi Islam, filsafat dan tasawuf mempunyai kemiripan objek kajian. Objek
kajian teologi Islam adalah ketuhanan dan segala sesuatau yang berkaitan
dengan-nya. Objek kajian filsafat adalah masalah ketuhanan disamping
masalah alam, manusia dan segala susuatu yang ada. Sementara itu objek
kajian tasawuf adalah Tuhan, yakni upaya-upaya pendekatan terhadapnya.
Jadi dilihat dari aspek objeknya, ketiga ilmu itu membahasa masalah yang
berkaitan dengan ketuhanan.
2. Titik Perbedaan
Perbedaan di antara ketiga ilmu tersebut adalah terletak pada aspek
metodologinya. Teologi Islam, sebagai ilmu yang menggnakanan logika di
samping aargumentasi-argumentasi naqliah berfungsi untuk mempertahankan
keyakinan ajaran agama, yang sangat tampak nilai-nilai apologinya.
Sementara itu filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh
kebenaran rasional.
Adapun ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa daripada
rasio.
C. Sejarah Timbulnya Persoalan Teologi Islam
Di zaman Nabi Muhammad saw, umat Islam dapat kompak dalam lapangan
agama, termasuk di bidang akidah. Kalau ada hal-hal yang diperselisihkan di
antara para sahabat, mereka mengembalikan persoalannya kepada Nabi
Muhammad saw. Maka penjelasan beliau itulah yang kemudian menjadi
pegangan dan ditaatinya.
Peristiwa yang menimpa khalifah Utsman bin Affan (23-35 H/ 644-656 M).
dia dibunuh oleh para pemberontak dari Mesir yang tidak puas terhadap
kebijakan politiknya. Sejak peristiwa terbunuhnya khalifah yang ketiga, umat
Islam terjerumus ke dalam benturan-benturan yang menyebabkan mereka
menyimpang dari jalan yang lurus yang selama in telah mereka lalui.
Biang keladi timbulnya fitnah dikalangan umat Islam ialah Abdullah bin
Saba’, pendeta agama Yahudi berasal dari Persia yang pura-pura masuk Islam.
Sesudah masuk Islam, dia datang ke Madinah pada masa akhir pemerintahan
Utsman bin Affan pada tahun 30 H.
D.Sejarah Perkembangan Aliran Teologi Islam
1. Alirah Khawrij : Sejarah dan Pemikirannya
Nama Khawarij berasal dari kharaj yang berarti keluar. Nama in dilekatkan pihak lain
kepada mereka karena mereka keluar dari pasukan Ali, nama lain Huraryiah dari kata
Harura, sebuah tempat dekat kuffah, Irak. Di sini berkumpul sebanyak 12.000 orang, yang
memisahkan diri dari Ali dan mengangkat Abdullah bin Wahab ar-Rasyidi sebagi
pemimpin mereka. Ali berusaha membujuk mereka kembali bergabung. Mereka menolak
kecuali Ali mengakui bahwa ia telah kafir dan segera harus bertaubat serta membatalkan
tahkim.
Asal mulanya kaum khawarij adalah orang-orang yang mendukung saydina Ali. Akan
tetapi, akhirnya mereka membencinya karena dianggpa lemah dalam mengakkan
kebenaran, mau menerima tahkim yang sangat mengecewakan sebagaimana mereka juga
membenci Mu’awiyah karena melawan Sayyidina Ali khalifah yang sah. Mereka menuntut
agar Sayyidina Ali mengakui kesalahannya, kaarena mau menerima tahkim. Bila
Sayyidina Ali bertobat, maka mereka mau bersedia lahgi bergabung dengannya untuk
menghadapi Mu’awiyah. Tetapi bila dia tidak berhasil bertobat, maka orang-orang khwarij
menyatkan perang terhdapnya, sekaligus juga menyatakan perang terhadap Mu’awiyah.
Semboyan mereka “la hukma illa Allah” (tidak ada hukum kecuali dari Allah.
Ketegangan antara dua kelompok ini memicu lahirnya pertentangan yang berujung pada
konflik di Shiffin pada bulan Zulhijjah 36 H. dalam pandangan Ibnu Atsir bahwa perang
Siffin berkansung sejak bulan bulan Zulhijjah tahun 36 H dan berakhir pada bulan safat
tahun 37 H.
Peristiwa perang Siffin antara pengikut Ali dengan kelompok oposisi Mu’awiyah telah
menggeser persoalan politik menjadi persoalan teologis, ketika pertahanan mu”awiyah
mulai terdesak akibat gempuran pasukan pihak Ali. Pihak Mu’awiyah secara sepihak
meminta gencatan senjata (cease fire) dengan cara mengangkat Al-Qur’an dan
menawarkan tahkim (arbitrase). Permintaan ini membuat kubu pasukan Ali retak antara
kelompok yang setuju dan kelompok yang tak setuju. Namun, akhirnya, dengan
segalanya keikhlasan dan kejujurannya menyetujui arbitrase, yang merupakan siasat
licik pihak lawan untuk menjatuhkannya. Sikap ini membuat kelompok yang tak setuju
keluar dari barisan Ali dan kemudian disebut kelompok Khawarij, mereka menuduh Ali
tidak menyelesaikan masalah berdasarkan hukum Allah swt yang terdapat di dalam Al-
Qur’an. Karena itu Ali di cap sebagai kafir sesuai dengan ayat Al-Qur’an, surah Al-
Maidah ayat 44
      
   
Terjemanhnya :
“Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka
mereka itu adalah orang-orang yang kafir.”
Dari ayat inilah mereka menggunakan semboyan tiada hukum kecuali dari Allah.
Mereka memandang Ali telah bersalah, sehingga mereka keluar dari barisan Ali.
Konsepsi paradigmatik pemikiran yang dibangun oleh kaum al-Khawrij yaitu :
A. Tidak menganggap persolan kepemimpinan dan politik sebagai itu utama
kekuasaan. In terindikasi dari kecenderungannya dalam kerangka pikir yang
menghasilakan penyimpangan penafsiran atas slogan “tidak ada hukum kecuali
hukum Allah.dan di antara penyokongnya ialah Itris bin Arqub Syaibani yang juga
sahabat Abdullah bin Mas’ud.
B. Iman harus ditunjukkan dengan tindakan yang baik dan bahwa tanpa menunjukkan
iman secara terbuka dalam perilaku publik, orang tidak dapat menggangap dirinya
sebagai orang muslim,
C. Orang kafir wajib diperangi atau dibunuh,
D. Semboyan hidupnya ialah “Tidak ada hukum kecuali hukum Allah”,
E. Pemerintah Islam harus dipilih melalui musyawarah, ini dibuktikan dari sikap
mereka menetapkan pemimpin mereka di Harurah Kufah,
F. Fanatis yang berlebihan diakibatkan oleh kekurangan pengetahuan yang dimiliki,
dan ini pula nantinya yang memicu perpecahan di antara mereka.
2. Aliran Mur’jiah : Sejarah dan Pemikirannya
Kemunculan aliran Mur’jiah merupakan rekasi keras terhadap aliran Khawarij, dan
mereka paham yang sama sekali bertentangan dengan pendapat Khawarij. Bagi
Mur’jiah orang Islam yang berdosa besar, tidak menjadi kafir tetapi tetap mukmin, soal
dosa besarnya itu diserahkan kepada keputusan Tuhan kelak di hari akhirat.
Murjiah dengan arti menunda (menangguhkan) maksudnya ialah bahwa dalam
menghadapi sahabat-sahabat yang bertentangan, mereka tidak mengeluarkan pendapat
siapa yang bersalah. Sikpa mereka adalah menunda dan menangguhkan penyelesaian
persoalan tersebut di hari akhirat kelak di hadapan Allah swt.
Karena itu, dapat dipahami hal-hal yang menlatar belakangi kehadiran Mur’jiah antara
lain :
a. Adanya perbedaan pendapat antara orang-orang Syi’ah dan Khawarij mengkafirkan
pihak-pihak yang ingin merebut kekuasaan Ali mengkafirkan orang-orang yang
terlibat dan menyetuji tahkim dalam peranf Shiffin,
b. Adanya pendapat yang menjelaskan Aisyah dan kawan-kawan yang menyebabkan
terjadinya perang Jamal,
c. Adanya pendapat yang menjelaskan orang yang ingin merebut kekuasaan Utsman
bin Affan.
Muhammad Amri memaparkan beberapa di antara pemikiran Mur’jiah adalah sebagai
berikut :
a. Mukmin ditandai dengan pengakuan orang lain akan Allah swt dan rasulnya bukan
perbuatan atau tingkah lakunya
b. Pelaku dosa besar tidak dihukumi kafir, melainkan mukmin,
c. Bagi pelaku dosa besar tak mesti diperangi (penundaan), biarlah Tuhan yang
menyelesaikannya di hari perhitungan kelak,
d. Corak lain dari pemikiran mur”jiah ialah antitesa dari pemikiran Khawarij
khususnya pada persoalan penghakiman bagi perilaku manusia.
e. Khawarij kontras dengan penghakiman kafir sementara Mur’jiah menekankan pada
siapa yang layak dikatakan muslim,
f. Menjadikan persoalan kadariah dan jabariah sebagai bagian dari tema
pembahasannya.
Dalam perkembangan selanjutnya, aliran Mur’jiah terbagi mejadi dua golongan/sekte, yaitu
gologan moderat dan golongan ekstrim. Pemaparannya sebagai berikut :
a. Golongan Moderat, berpendapat bahwa pelaku dosa besar tidaklah kafir dank arena tidak pula
kekal dalam neraka, melainkan dia hanya dihukum berdasarkan kualitas perbuatannya dan juga
terdapat kemungkinan ia diampuni dan Allah tidak menghukumnya sama sekali. Representasi
dari kelompok ini ialah al-Hasan Ibn Muhammad Ibn Abi Thalib, Abu Hanifah, Abu Yusuf dan
beberapa Ahli Hadits.
b. Golongan Ekstrim, diantaranya yaitu :
Golongan al-Jamiyah adalah para pengikut Jahm bin Shafwan. Mereka berpendapat bahwa orang
Islam yang percaya kepada Tuhan tidaklah akan menjadi kafir meskipun menyatakan kekufuran
secara lisan karena iman dan kufur letaknya dalam hati bukan dalam bagian lain dalm tubuh
manusia,
Golongan al-Salihiyah adalah pengikut Abi al-Hasan al-Salihi, yang berpendapat bahwa iman
adalah mengetahui secara mutlak kepada Tuhan dan kufur adalah tidak mengetahui Tuhan,
Golongan al-Yunusiyah adalah pengikut, Yunus bin Aun al0-Numairi yang berpendapat bahwa
melakukan maksiat atau pekerjaan-pekerjaan jahat tidaklah merusak iman seseorang.
Golongan al-Ubaidiyah adalah pengikut Ubaid al-Muktaib, berpendirian sebagaiman al-Yunusiyah
dengan menambahkan jika seseorang mati dalam iman, dosa-dosa dan perbuatan jahat yang
dikerjakannya tiodak akan merugikan bagi yang bersangkutan,
Golongan al-Ghazaniyah adalah pengikut Ghassan al-Kuffi, berpendapat bahwa iman adalah
mengenal Allah dan Rasulnya serta mengakui apa-apa yang diturunkan oleh Allah swt dan yang
dibawa Rasulnya.karena-nya iman itu tidak dapat bertambah atau berkurang.
3. Aliran Jabariyah : Sejarah dan Pemikirannya,
Jabariyah adalah paham yang mengingkari hakekat perbuatan manusia dan
menyandarkannya kepada Tuhan. Dalam kenyakinan kaum Jabariyah, manusia
tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya,
manusia terikat kepada kehendak mutlak Tuhan. Hal ini sejalan dengan nama
Jabariyah itu berasal dari kata jabara, yang mengandung arti memaksa, dan
menurut paham ini manusia mengerjakan perbuatannya dalam keadaan terpaksa.
Dalam istilah Inggris, paham ini disebut fatalism atau predestination. Perbuatan
manusia telah ditentukan dari semula oleh qadha dan qadar Tuhan.
Tokoh yang dikenal sebagai pencetus paham jabariyah adalah Ja’ad Ibn Dirham
(wafat 124 H) di Zandaq, kemudian paham ini disebarluasakan oleh jahm Ibn
Shafwan yang dalam perkembangannya paham jabariyah menjadi terkenal dengan
nama Jahmiyah.
Berikut ini akan dijelaskan tokoh-tokoh tersebut serta ajaran masing-masing secara lebih rici, yaitu
sebagai berikut :
Ja’ad bin Dirham
Ja’ad adalah orang pertama yang mengenalkan paham Jabariyah di kalangan umat Islam. Ia seorang
bekas budak (mawla) Bani hakam, ia tinggal di Damsyik, sampai muncul pendapat tentang Al-
Qur’an sebagai Makhluk. Karena pendapatnya ini, ia dibenci oleh bani Ummayah. Sejak itu ia
pergi ke Kufah. Di tempay itu, ia bertemu dengan Jahm bin Shaffwan yang kemudian mengambil
pendapat-pendapatnya dan menjadi pengikuit setianya.
Pendapatnya meliputi masalah kalam Tuhan, sifat-sifat tuhan dan masalah takdir. Menurut Ja’ad Al-
Qur’an adalah makhluk. Ia merupakan orang pertama yang memajukan pendapat itu di Damsyik. Ia
juga berpendapat Tuhan tidak memiliki sifat. Artinya Tuhan tidak dapat diberikan sifat-sifat yang
dapat disandarkan kepada makhluk, seperti sifat kalam atau lawannya (bisu). Sebab kedua sifat ini
dapat disandang oleh manusia. Ja’ad berpendapat bahwa segala perbuatan manusia sudah
ditentukan oleh Tuhan. Manusia terpaksa atas perbuatan-perbuatannya.
Jahm bin Shaffwan
Jahm termasuk muslim non-Arab (mawali). Ia berasal dari Khurasan. Mula-mula ia tinggal di
Tirmidz, lalu di Balkh. Namanya terkadang dinisvatkan ke Samarkand, terkadang pula ke Tirmidz.
Ia dikenal ahli pidato dan pandai berdialog.
Menurut Jahm, manusia tidak mempunyai kekuasaan untuk berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai
daya, ia tidak mempunyai kehendak, dan tidak mempunyai pilihan bebas. Jahm juga berpendapat
iman adalah mengetahui Allah dan Rasul-nya dan segala sesutau yang diterimanya Tuhan.
Pengakuan dengan lisan, tunduk dengan hati, dan mengerjakan anggota bdan bukan bagian dari
iman. Jahm juga berpendapat bahwa surge dan neraka tidak kekal. Bagi Jahm, tidak ada sesuatu
yang kekal selain Allah. Kata khulud dalam Al-Qur’an tidak berarti kekal abadi (al-baqa al-
mutlak), tetapi berarti lama sekali (thul al-muks). Dengan demikian penghuni surge dan nerakaa
tidak pula kekal.
4. Aliran Qadariyah : Sejarah dan Pemikirannya
Paham Qadariyah muncul sekitar pada tahun 70 H (689 M). Ajaran-ajaran paham in
banyak persamannya dengan ajaran Mu’tazilah. Mereka berpendapat sama, misalnya
manusia mampu mewujudkan tindakan atau perbuatannya. Tuhan tidak campur tangan
dalam perbuaatn manusia, dan mereka menolak segala sesuatu terjadi karena qadha dan
qadar Allah swt.
Ghailan al-Dimasyqi berpendapat bahwa manusia sendrilah yang berkuasa atas
perbuatan-perbuatannya. Manusia melakukan perbuatan-perbuatan baik atas kehendak
dan kekuasaan sendiri dan manusia sendri pulalh yang melakukan atau menjauhi
perbuatan-perbuatan jahat atas kemauan dan dayanya sendiri.
Al-Nazam, salah seorang pemuka Qadariyah mengatakan manusia hidup itu mempunyai
istitha’ah. Selagi manusia hidup, dia mempunyai istitha’ah (daya) maka dia berkuasa
atas segala perbuatannya. Manusia dalam hal ini mempunyai kewenangan untuk
melakukan segala perbuatannya atas kehendaknya sendiri. Sebab itu, dia berhak
mendapatkan pahala atas kebaikan-kebaikan yang dilakukannya dan sebaliknya dia juga
berhak memperoleh hukuman kejahatan-kejahatan yang diperbuatnya.
Paham Qadariyah ini mulai pertama dicetuskan oleh Ma’bad al-Junay dan Ghailan al-
Dimasyqi. Paham ini digelarkan sebagai sanggahan terhadap paham jabariyah yang
dibina oleh Ja’ad bin Dirham dan jahm bin Shaffwan. Tepatnya bila dibuatkan
perbandingan, menurut Harun Nasution sebagai berikut: “kedua cocok teologi ini,
liberal dan tradisional, tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran dasar Islam. Dengan
demikian, orang yang memilih aliran-aliran itu sebagai teologi yang dianutnya, tidaklah
pula menyebabkan ia menjadi keluar dari Islam.
5. Aliran Mu’tazilah : Sejarah dan Pemikirannya
Mu’tazilah adalah satu aliran dalam teologi islam yang dikenal bersifat rasional dan
liberal, yang muncul pada awal abad ke-8 (abad 2 H). ciri utama yang membedakan
aliran ini dari aliran teologi islam lainnya adalah pandangan teologi lebih banyak
ditunjang dari dalil-dalil aqliyah (akal) dan lebih bersifat filosofis, sehingga sering
disebut aliran rasionalis Islam. Pemikiran rasional itu hanya terikat kepada Al-Qur’an
dan Hadis Mutawattir, atau minimal hadis yang diriwayatkan oleh 20 sanad. Mu’tazilah
ini didirikan oleh Washil bin Atha’ pada tahun 100 H/718 M, di kota Basrah sebagai
pusat ilmu pengetahuan dan peradaban di kala itu, juga tempat perpaduan aneka
kebudayaan asing dan pertemuan bermacam-macam agama.
Ada beberapa analisis tentang sejarah timbulnya aliran teologi Mu’tazilah. Berikut
sebagian dari hal tersebut, yaitu :
Aliran ini muncul sebagai reaksi atas pertentangan antara aliran Khawarij dan aliran
Mur’jiah mengenai persoalan orang mukmin yang berdosa besar,
Ada yang berpendapat bahwa dinamakan Mu’tazilah karena mereka menjadian orang
yang berdosa besar (murtakib al-kabir) berpisah dengan orang-orang mukmin dan juga
orang-orang kafir,
Ada yang berpendapat bahwa kata I’tazala lebih dahulu muncul dari kata Mu’tazilah,
yaitu orang-orang yang tidak ikut dalam perang Jamal dan Siffin.Menurut al-Baghdadi,
Washil dan temannya “Amr bin Ubaid Ibn Bab diusir oleh Hasan al-Basri dari
majelisnya karena adanya pertikaian antara mereka mengenai persoalan qadar dan orang
yang berdosa besar
Mu’tazilah adalah satu aliran dalam teologi islam yang dikenal bersifat rasional dan
liberal, yang muncul pada awal abad ke-8 (abad 2 H). ciri utama yang membedakan
aliran ini dari aliran teologi islam lainnya adalah pandangan teologi lebih banyak
ditunjang dari dalil-dalil aqliyah (akal) dan lebih bersifat filosofis, sehingga sering
disebut aliran rasionalis Islam. Pemikiran rasional itu hanya terikat kepada Al-Qur’an
dan Hadis Mutawattir, atau minimal hadis yang diriwayatkan oleh 20 sanad. Mu’tazilah
ini didirikan oleh Washil bin Atha’ pada tahun 100 H/718 M, di kota Basrah sebagai
pusat ilmu pengetahuan dan peradaban di kala itu, juga tempat perpaduan aneka
kebudayaan asing dan pertemuan bermacam-macam agama.
Ada beberapa analisis tentang sejarah timbulnya aliran teologi Mu’tazilah. Berikut
sebagian dari hal tersebut, yaitu :
Aliran ini muncul sebagai reaksi atas pertentangan antara aliran Khawarij dan aliran
Mur’jiah mengenai persoalan orang mukmin yang berdosa besar,
Ada yang berpendapat bahwa dinamakan Mu’tazilah karena mereka menjadian orang
yang berdosa besar (murtakib al-kabir) berpisah dengan orang-orang mukmin dan juga
orang-orang kafir,
Ada yang berpendapat bahwa kata I’tazala lebih dahulu muncul dari kata Mu’tazilah,
yaitu orang-orang yang tidak ikut dalam perang Jamal dan Siffin.Menurut al-Baghdadi,
Washil dan temannya “Amr bin Ubaid Ibn Bab diusir oleh Hasan al-Basri dari
majelisnya karena adanya pertikaian antara mereka mengenai persoalan qadar dan orang
yang berdosa besar.
Adapun beberapa tokoh Mu’tazilah yang terkenal beserta pemikirannya, yaitu sebagai berikut :
1. Washil bin ‘Atha
Nama lengkapnya Abu Huzafyah Washil bin Atha’ al-Gazali, lahir pada tahun 81 H (699 M), di
Madinah dan meniggal pada tahun 131 H (784). Ia termasuk keluarga Bani Makhzum. Wasil hidup
pada masa Dinasti Ummayah, kahalifah Abd al-Malik bin Marwan, khalifah al-Walid bin Abd. Al-
Malik bin Marwan dan khalifah Hisyam.
Adapun pokok-pokok pikiran Washil bin ‘Atha’ dalam ilmu kalam, yaitu :
a. Pelaku dosa besa (Murtakib al-Kabir)
b. Peniadaan sifat-sifat Allah (Nafy al-Shifat)
c. Kebebasan manusis (free will)
d. Penilaiannya terhadap persoalan politik
2. Abu al-Huzayl al-‘Allaf
Nama lengkapnya Abu Huzail hamdan ibn Huzayl al-‘Allaf (135-226 H). ia berguru pada Usman
al-Tawil, yang juga sebagai murid Wasil. Ia adalah pemimpin Mu’tazilah yang terkemuka dan
memiliki andil besar dalam memasukkan dasar-dasar filsafat ke dalam aliran tersebut. Ia adalah
seorang yang luas pandangannya, banyak menghafal syair Arab, fasih ucapannya, mahir dalam
berdebat dan berdiskusi.
Adapun pokok-pokok pikiran Abu al-huzayl al-‘Allah yang dikutip oleh arie halim dalam bukunya,
yaitu :
e. Nafy al-Shifat, atau yang dikenal dengan peniadaan sifat-sifat Allah
f. Wajib mengetahui Allah swt
g. Al-Shalah wa al-Ashlah, perbuatan-perbuatan Allah dilakukan hanyalah untuk memberi
manfaat dan kemaslahatan bagi manusia.
h. Allah swt wajib mengutus Rasul, tujuannya untuk memberi petunjuk dan pengetahuan kepada
manusia, agar manusia berbuat kebaikan dan taat kepada perintah Allah swt
4. Al-Nazzam
Ibrahim Ibn Sayyar Ibn Hani al-Nazzam. Ia lahir di basrah tahun 185 H dan
meninggal dlam usia muda di tahun 221 H. literature mengenai al-nazzam
memberikan gambaran tentang dirinya sebagai orang yang mempunyai
kecerdasan yang lebih tinggi dari gurunya Abu al-Huzail.
Al-Nazzam menyangkut masalah tentang keadilan Tuhan berbeda dengan Abu
al-Huzail. Al-huzail mengatakan bahwa Tuhan berkuasa untuk bersikap zalim,
tetapi mustahil bagi Tuhan bersikap zalim, sehingga akan membawa kepada
kurang kesempurnaan sifat tuhan dan bahkan Tuhan tidak berkuasa untuk
bertindak zalim.
Bahkan al-Nazzam berbeda dengan golonganb Mu’tazilah yang berkenaan
dengan yaitu dia keluar dari sikap golongan Mu’tazilah pada umumnya “ qadar
(kekuasaan yang menentukan), yang berkenaan dengan baik dan buruk, menjadi
milik manusia”. Dia mengatakan bahwa kita tidak dapat menisbahkan kekuasaan
yang berkenaan dengan kejahatan dan dosa kepada Tuhan, lagipula, hal ini tidak
berada dalam kekuasaan-nya.
5. Abu Hasyim al-Jubbai
Al-Jubbai adalah tokoh besar terakhir dari kalangan Mu’tazilah yang dilahirkan
dan dibesarkan di Basrah pada tahun 235 H dan wafat pada tahun 303 H. sebutan
al-Jubbai mengambil nama satu tempat, yaitu (Jubba, di propinsi Chuzestan, Irak)
tempat kelahirannya. Al-jubbai adalah guru iman al-Asy’ari, tokoh utama aliran
Ahlussunnah. Ia membantah buku karangan Ibn al-Rawandi, yang menyerang
mu’tazilah dan juga membalas serangan iman al-Asy’ari ketika terakhir ini keluar
dari barisan Mu’tazilah
Ia mengenal gerakan filsafat sewaktu berpindah dari bahdag dengan teorinya tentang kondisi-
kondisi, al-ahwal, merupakan saksi terbaik yang membuktikan anggapan itu. Ia berpendapat bahwa
ilmu (sifat maha mengetahui) dan qudrat (maha kuasa) adalah kondisi-kondisi, al-Hal, adalah tidak
ada dan tidak diketahui, dan tidak eternal dan temporal, tetai sebenarnya berhubungan dengan zat
Untuk lebih jelasnya, berikut ini diuraikan dari prinsip Ushul Al-Khamzah yaitu sebagai berikut :
a. Al-Tauhid (Ke-Maha Esa-an Allah)
b. Al-‘Adl (Keadilan Tuhan)
c. Al-Wa’d wa al-Wa’id (Janji dan Ancaman)
d. Al-Manzilah Bayn al-Manzilatayn (Tempat diantara Dua Tempat)
e. Al-Amr bi al-Ma’ruf wa al-Nahi ‘an al-Munkar (Perintah Berbuat Baik dan Larangan Berbuat
Jahat)
6. Aliran Asy’ariyah : Sejarah dan Pemikirannya
Teologi Asy’ariyah muncul tidak terlepas dari, atau malah dipicu oleh situasi politik yang
berkembang pada saat itu. Teologi Al-asy’ariyah muncul sebagai teologi tandingan dari aliran
Muktazilah ini mendapat tantangan keras dari golongan tradisional Islam terutama dari golongan
Hanbali.
Pada tahun 827 Khalifah Abbasiyah, al-Makmun, menerima doktrin Muktazilah secara resmi, dan
dilanjutkan pada pemerintah dua khalifah setelahnya. Pada masa khalifah Al-makmun, serangan
Muktazilah terhadap para fuqaha dan muhaddisin semakin gencar. Tak seorang pun fiqh yang
popular dan pakar hadits yang mahsyur luput dari gempuran mereka. Serangan dalam bentuk
pemikiran, disertai dalam dengan penyiksaan fisik dalam bentuk suasana al-mihnah (inkuisisi).
Pada akhir abad ke 3 Hijriyah muncul dua tookoh yang menonjol, yaitu Abu Hasan al-Asy’ari di
Basrah dan Abu Musa al-Maturidi di Samarkand. Keduanya bersatu dalam melakukan bantahan
terhadap Muktazilah, kendatipun diantara mereka terdapat pula perbedaan.
Aliran teologi baru yang dibawah oleh Abu Hasan al-Asy’ari tersebut dikenal dengan nama Al-
asy’ariyah, salah satu sekte dalam aliran Sunni (Ahl al-Sunni Sunnah Wal al-Jama’ah).
a. Abu Hasan Al-Asya’ari dan Doktrin Teologinya
Nama lengkapnya adalah Abu al-Hasan Ali bin Ismail bin Abi Basyar Ishaq bin Salim bin Abdullah
bin Musa Abdillah bin Abi Burdah Amir bin Abi Musa Abdillah bin Qais al-Asy’ari. Ia lahir di
Basrah tahun 260 H/873 M dan wafat di Baghdad tahun 935 M. Ia adalah cucu Abu Musa Al-
asy’ari, sahabat Nabi. Abu Musa dikenal sebagai juru damai yang mewakili pihak Ali dalam
peristiwa Arbitrasi yang mengoncangkan umat Islam. Pada mulanya Abu al-Hasan al-Asy’ari
adalah penganut paham al-Mu’tazilah. Dia adalah murid al-Jubba’I, seorang tokoh al-Mu’tazilah
yang terkemuka di Bashrah.
Adapun pemikiran kalamnya Asy’ari sebagai berikut:
1) Sifat-sifat Tuhan
2) Kekuasaan Tuhan
3) Perbuatan Manusia
4) Keadilan Tuhan
5) Al-Qur’an
6) Melihat Tuhan di Akhirat
b. Al-Baqilani
Nama lengkapnya Muhammad Ibn Thayyib Ibn Muhammad Abu Baqar al-Baqillani, lahir di
Bashrah tahun 338H/950 M, dan wafat tahun 403 H/1013 M. Dalam usia 63 Tahun. Al-Baqillani
sebagai tokoh teologi dalam Islam mempunyai keilmuan dibidang ini cukup mendalam dan sejalan
dengan konsep Aliran Al-Asy’ariiah. Meski menjadi salah satu eksponen Asy’ariyah terpenting, Al-
Baqillani dianggap berbeda pendapat dengan al-Asy’ari pada beberapa hal.
Pertama, mengenai sifat Tuhan, tidak seperti al-Asy’ari, al-Baqillani mengganggap bahwa apa yang
kita anggap sebagai sifat Allah bukanlah tetapi modus (hal), akan tetapi pengertian modus Al-
Asy’ari ditolak oleh Al-Baqillani. Ia berkeyakinan bahwa, mengetahui bagi Tuhan bukanlah
melalui sifat dan bukan pula melalui zat.
Kedua, tentang perbuatan manusia, tidak seperti al-Asy’ari yang dengan teori kasb-Nya berhasil
mempertahankan kehendak mutlak Allah atas ciptaan, al-Baqillani memilik sejenis revisi terhadap
teoro kasb gurunya. Menurut al-Baqillani ada perbuatan yang terjadi berdasarkan pilihan manusia
dan ada perbuatan yang terjadi berdasrkan pilihan manusia dan ada perbuatan yang manusia
terpaksa melakukannya. Manusia hanya mampu berbuatv dengan qudrah atau daya yang diciptakan
padanya. Manusia hanya mampu berbuat ketika terjadi perbuatan, sebab ia tidak diberi daya
sebelumnya.
c. Imam al-Haramain’ ‘Abd al-Malik al-Juwaini
Nama lengkap ialah Abdul Malik Bbn Abdullah bin Yusuf bin Muhammad al-juwaini an-
nisaburi,lahir di Bustanikan, Nisabur 18 Muharram 417/12 Februari 1028 dan wafat 23 Rbiul akhir
475/20 Agustus 1085 yang terkenal dengan julukan Imam Haramain. Ahli fikih, ahli ushul fikih,
dan ahli ilmu kalam (teologi), guru besar di madrasah Nizamiyah.
Bagi al-Juwaini adalah tidak logis jika mempertahankan kekuasaan (pada manusia) yang tidak
memiliki efek sama sekali, ini sama saja dengan menolak kekuasaan tersebut semuanya. Perbuatan
manusia, menurut al-Juwaini mestilah dipandang besasal dari kekuassaan sendiri dalam
pengertiannya yang hakiki, meskipun manusia tidak mewujudkan dan menciptakan pebuatannya.
Alasannya sangat etimologis, penciptaan adalah tindak kemandirian yang mengadakan sesuatu dari
ketiadaan, sedangkan manusia tidaklah mandiri meskipun ia merasakan kekuasaan dalam dirinya.
d. Abu Hamid Al-Ghazali
Lahir di Thus, Khurasan 450-505 H/1058-1111 M, memperoleh kemasyuran sebagai pengikut
sekaligus sebagai pengembang ajaran-ajaran Asy’ariah.banyak peneliti yang menempatkan posisi
paham Al-Asy’ariyah dikalangan ummat Islam Sunni hingga saat ini.
Mengenai perbuatan manusia, ia juga perpendapat bahwa Tuhanlah yang menciptakan daya dan
perbuatan; dan daya untuk perbuatan yang terdapat dalam diri manusia lebih dekat menyerupai
impotensi. Selanjutnya al-Ghazali mempunyai paham yang sama dengan al-Asy’ari tentang Tuhan
dapat dilihat di hari kemudian, karena tiap yang mempunyai wujud dapat dilihat.
Dengan demikian Al-Ghazali mampu memadukan pendapat Asy’ari dengan perkembangan
pemikiran mayoritas umat Islam yang hingga kini masih tetap diikuti oleh kebanyakan umat Islam,
sehingga ilmu Tauhid /Aqidah menurut konsep Ahlu Sunnah Wa al-Jama’ah, tidak lain adalah
berpangkal kepada karya Al-Ghazali. Karena itu ia mendapat gelar “Hujjatul Islam” (tokoh atau
pembela Islam). Ia tetap setia kepada pokok persoalan yang telah dibicarakan dan dibela oleh al-
Asy’ari.
7. Aliran Maturidiyah : Sejarah dan Pemikirannya
Munculnya aliran teologi al-Maturidiyah tidak lepas dari jasa Abu Mansur al-Maturidi. Harun
Nasution menyebutkan bahwa Abu Mansur al Maturidi lahir di Samarkand pada pertengahan kedua
dari abad ke-9 M dan meninggal di tahun 944 M. tidak banyak diketahui mengenai riwayat
hidupnya. Ia adalah pengikut Abu Hanifah dan paham-paham teologinya banyak persamaanya yang
dimajukan Abu Hanifah. Sistem pemikiran teologi Ahli Sunnah dan dikenal dengan nama al-
Maturidiah.
Abu Mansur al-Maturidi mencari ilmu padad pertiga akhir dari abad ketiga Hijrah, di mana aliran
Mu’tazilah sudah mengalami kemunduruannya, dan di anatara gurunya adalah Nahsr bin Yahya al-
Balakhi (wafat 268 H). negeri Samarkand pada saat itu merupakan tempat diskusi dalam ilmu Fiqh
dan Ushul Fiqh. Diskusi di bidang fiqh berlansung anatara pendukung mazhab Hanafi dan
pendukung mazhab Syafi’i.
Salah satu pengikut penting dari al-Maturidi adalah Abu al-Yusr Muhammad al-Bazdawi (421-493
H). nenek al-Bazdawi adalah murid dari al-Maturidi, dan al-Bazdawi mengetahui ajaran-ajaran al-
Maturidi dari orang tuannya. Al-Bazdawi sendiri mempunyai murid-murid dan salah seorang Dari
mereka ialah Najm al-Din Muhammad al-Nasafi (460-537 H).
Walaupun konsep pemikiran al-Bazdawi berseumber dari pemikiran al-Maturidi, tetapi terdapat
pemikiran-pemikran al-Bazdawi yang tidak sepaham dengan al-Maturidi. Antara ke dua pemuka
aliran Maturidiyah ini, terdapat perbebdaan paham sehingga boleh dikatakan bahwa dalam aliran
Maturidiyah terdapat dua golongan : golongan Samarkand yaitu pengikut-pengikut al-Maturidi
sendiri dan golongan Bukhara yaitu pengikuit-pengikut al-Bazdawi.
Adapun beberapa tokoh Maturidiyah yang terkenal beserta pemikirannya, yaitu sebagai berikut :
a. Al-Maturidi
Nama lengkap al-Maturidi adalah Abu Mansur Muhammad ibn Mahmud al-Maturidi. Al-Maturidi
dilahirkan di kota kecil “Maturid” dekat kota Samarkand wilayah Transixiana di Asia tengah.
Sebagaian penulis menyebutkan bahwa al-Maturidi dari keturuna Abu Ayub Al-Anshari, seorang
sahabat Rasulullah di Madinah. Ia lahir diperkirakan pada pertengahan abad 3 H dan hidup semasa
khalifah Al-Mutawakkil memerintah dan wafat pada tahun 333 H.
Sebagai orang pemikir penentang paham-paham Mu’tazilah serta membela Ahl al-Sunnah, al-
maturidi banyak berpegang kepada atsar. Sebagian pemikirannya cocok dengan pemikiran al-
Asy’ari dan sebagian lagi cocok dengan pemikiran al-Mu’tazilah.
8. Aliran Syi’ah : Sejarah dan Pemikirannya
Syi’ah berarti kelompok yang mempunyai ikatan kebersamaan mendukung ide, prinsip atau tokoh.
Munculnya istilah Syi’ah, ada beberapa pendapat; sebagian orang menganggap bahwa sejak
Rasulullah saw. Wafat, Ali bin Abi Thalib memang mempunyai pendukung yang memperjuangkan
kursi kekhalifahan Ali bin Abi Thalib yang disebut dengan Syiah Ali, antara lain:
a. Sebagian menganggap bahwa pada peristiwa terbunuhnya Usman bin Affan, kaum muslimin
terbagi menjadi dua golongan, sebagian besar menjadi Syiah Ali dan sebagian kecil menjadi Syiah
Muawiyah.
b. Sebagian lain mengatakan bahwa munculnya Syiah akibat gagalnya perundingan antara pihak
khalifah Ali dengan pemberontak Muawiyah yang disebut dengan peristiwa Tahkim. Akibat
kegagalan itu, maka sejumlah pasukan Ali berontak terhadap pimpinanya atau keluar dari barisan
Ali yang disebut Khawarij. Dan sebagian besar tetap setia kepada Khalifah Ali, mereka inilah yang
disebut Syiah Ali.
Al-Syahratani menyebutkan bahwa syi’ah terbagi de dalam 5 aliran besar yakni :
a. Kisaniyah terbagi ke dalam 4 golongan yakni : al-Mukhtariyyah, al-Hasyimiyah, al-
Bayaniyyah, al-Razammiyah.
b. Zaidiyah terbagi ke dalam 3 golongan yakni: al-Jarudiyah, al-Sulaymaniyah, al-Shalihiyyah
dan al-Basyariyyyah,
c. Imammiyah terbagi ke dalam 7 golongan yakni, al-Baqiriyyah, al-Nawusiyyah, al-Afthahiyyah,
al-Syumathiyah, al-Isma’iliyyat al-Waqifah, al-Musawiyyah wa al-Mufadhilyyah, dan al-Itsna
Asy’riyyah.
d. Ghulat atau Ghaliyyah (ekstrim) terbagi ke dalam 11 golongan yakni : al-Sabaiyyah, al-
Kamiliyyah, al-’Alabaiyyah, al-Mughairiyyah, al-manshuriiyah, al-Khatabiyyah, al-Kayaliyah,
al-hasyamiyah, al-nu’maniyyah, al-Yunusiyyah, serta al-Nashiriyyah wa al-ishaqiyyah.
Hasbi al-Shiddiq menyebutkan bahwa golongan-golongan syi’ah ini tercipta disebabkan motif yang
beragam. Ada yang secara ikhlas menganggap bahwa apa yang ditempuh Ali adalah hal yang sudah
tepat dan benar. Ada yang memiliki kecenderungan memulia-muliakan dan mendewa-dewakan
keluarga bangsawan atau keluarga raja dengan anggapan bahwa raja atau bangsawan atau tidak
sama dengan orang biasas. Ada yang cenderung bermaksud untuk membalas dendam Bani
Umayyah dan Bani Abbas. Namun, seluruhnya bersepakat tentang imamah atau khalifah harus
tetap berada pada jalur keturunan Ali bin Abi Thalib.
Adapun pokok-pokok pikiran syi’ah yaitu
a. tauhid,
b. Al-a’adl
c. Nubuwah
d. Ma’ad
e. Imamah.
9. Aliran Ahmadiyah : Sejarah dan Pemikirannya
Ada satu golongan yang muncul di Qadiyan, India (sekarag daerah Pakistan), bernama
golongan/aliran Ahmadiyah.Aliran Ahmadiyah merupakan ajaran Mirza Ghulam Ahmad. Dia
dilahirkan di Qadiyahn, distrik Gusdapur, Punjab wilayah India, pada tahun 1836 M dan meninggal
dunia pada tahun 1908. Pada tanggal 4 Marte 1899 M. Ghulam Ahmad mengaku dan
mengumunkanbahwa dirinya menerima wahyu lansung dari Tuhan, menunjukkan sebagai Al-
Mahdi Al-Ma’ud, artinya Imam Mahdi yang dijanjikan, agar masyarakat berbaiat (sumpah setia)
kepadanya.
Pendiri aliran ini bernama Mirza Ghulam Ahmad, setelah ia berusia 54 tahun, yaitu pada tahun
1950 M. mirza Ghulam Ahmad mendakwahkan, bahwa ia adalah nabi sesudah nabi Muhammad
sawdan pula nabi yang paling terakhir. Bukan saja nabi, tetapi juga Imam Mahdi yang ditunggu,
Mujaddid da Juru selamat.
Sudah terang bahwa Mirza Ghulam Ahmad ini terpengaruh Si’ah Isma’iliyah yang ketika itu
banyak didaerah Punjab, yang mempercayai bahwa akan lahir pada hari akhir zaman Imam Mahdi
yang adil, yang akan membawa keadilan untuk seluuh dunia, yang pangkatnya tidak kalah dari nabi
dan juga menerima wahyu dari Tuhan. Memang kaum Syi’ah berpaham bahwa ke nabian dan ke
Rasulanbelum putus, imam-imam mereka dianggapnya masih menenrima wahyu lansung dari
Tuhan.
Ajaran Ahmadiyah yang paling kontroversial ialah tentang nabi Isa a.s, dalam bukunya Masih
Hindustan Man (seorang Hindustan yang suci) , Ghulam Ahmad mengatakan bahwa Nabi Isa a.s
(Yesus) tidak mati di tiang salibdi bukit Golgota itu, melainkanhanya pingsan. Dia memang dikubur
dalam keadaan demikian, lalu para sahabatnya pada malam hari segera mengambilnya dan dengan
penuh kasih sayang mengobati luka-luka itu dengan di olesi salepramuan mereka sampai sembuh.
Kuburannya, menurut Mirza Ghulam ahmad, terdapat di Khan Yar, Srinagar, ketika di Kashmir,
nabi Isa a.s di sebut Yus Asaf.
Setelah Ghulam Ahmad meninggal pada tahun 1908. Gerakan Ahmadiyah terpecah menjadi dua
golongan yaitu :
a. Ahmadiyah Qadiyan ; menegaskan bahwa Ghulam Ahmad itu nabi sesudah nabi Muhammad. Da
adlaah nabi penggiring bagi beliau, bagaikan nabi Harun, penggiring bagi nabi Musa a.s, mereka
tinggal di daerah Gulf, berdampingan dengan orang-orang muslim lainnya yang tetap tidak
mengakui Ghulam Ahmad sebagai Nabi. Mereka yang tidak percaya terhadap kenabian Mirza,
dipandangnya sebagai orang kafir. Golongaan sunni menolak ajaran tersebut, dengan mengeluarkan
pernyataan resmi pengadilan agama yang menetapkan bahwa pengikut Qadiyan bukanlah termasuk
golongan muslim.
b. Ahmadiyah Lahore : tidak terlalu menyimpang jauh seperti Qai’ani, tetapi tetap heterodox
artinya menyimpang dari paham sunni. Mereka beranggapan sebagai mujaddid atau pembaru.

Ahmadiyah Qadiyan masuk ke Indonesia pada tahun 1925, dibawah oleh Rahmat Ali, ahli dakwah
Ahmadiyah.Mula-mulatinggaldi Tapak Tuan (Aceh), kemudian pindah ke Padang hingga tahun
1930, dan akhirnya di Jakarta.Ajarannya banyak mendapatkan tantangan. Serangan paling keras
bagi Rahmat Ali datang dari Ahmad hassan, tokoh pembaru Islam dari Bandung. Mereka berdebat
secara terbuka pada tahun 1933 di Bandung dan 1934 di Jakarta mengenai beberapa ayat Al-Qur’an
terutama surah Al-Imran, ayat 55) yang menjadi dasar kepercayaan Ahmadiyah tentang Yesus.
Ajaran Ahmadiyah Lahore di bawah ke Indonesia oleh Mrza Wali Ahmad Baig dan Maulana
Ahmad pada tahun 1924.Kedua muballig, ini pertama kali tinggal di Yogyakarta.Maulana Ahmad
kemudian kembali ke Lahore, tetapi Mirza Ghulam Ahmad baig, tetap tinggal di Jawa hingga tahun
1936.Dialah yang dianggap berjasa mengembagkan ajaran ahmadiyah Lahore di Indonesia.
I’tiqad kaum Ahmdiyah mempercayai bahwa Mirza Ghulam Ahmad diutus oleh Allah swtuntuk
menyempurnakan agama Islam. Agama Islam masih kurang, karena itu ia diutus
menyempurnakannya. Nabi Muhammad saw kalua disbanding dengan Mirza Ghulam Ahmad
adalah sebagai hilal (bulan sabit), sedang ia adalah badar (bulan purnama).pada lambing bendera
kaum Ahmadiyah dicantumkan :
a. Hilal (bulan sabit)
b. Badar (bulan purnama)Menara.
Hilal bagi mereka artinya Muhammad, Badar artinya Mirza Ghulam Ahmad dan Menara artinya
Damsyik, dimana Nabi Isa turun di akhir zaman. Tentang menyempurnakan syariat Islam ia
menfatwakan bahwa :
c. Jihad dengan senjata tidak ada lagi,
d. Melawan pemerintahan Inggris yang berkuasa di India ketika itu adalah haram,
e. Jihad yangdiakui oleh syariat ialah jihad bersama Inggris melawan pemberontak-pemberontak
yang terdiri dari orang Islam.
Itulah yang dinamakan menyempurnakan syariat Islam oleh Ahmadiyah. Fatwa semacam ini
ditentang keras oleh kaum Ahlussunnah Wal jamaah, karena dalam fatwanya ini terselip
penghinaan terhadap Islam dan juga terhadap nabi Muhammad saw.
Islamdianggapnyabelumsempurna dan nabi Muhammad saw diangganpnya lebih rendah dari
dia.nabi Muhammad saw hilal dan ia bulan purnama.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab I
    Bab I
    Dokumen7 halaman
    Bab I
    sukirno putra
    Belum ada peringkat
  • Tesis Nur Asyah.s (Sampul)
    Tesis Nur Asyah.s (Sampul)
    Dokumen1 halaman
    Tesis Nur Asyah.s (Sampul)
    sukirno putra
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen7 halaman
    Bab Iii
    sukirno putra
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen4 halaman
    Bab V
    sukirno putra
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen42 halaman
    Bab Ii
    sukirno putra
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen38 halaman
    Bab Iv
    sukirno putra
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen40 halaman
    Bab Ii
    sukirno putra
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    sukirno putra
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    sukirno putra
    Belum ada peringkat
  • Sampul
    Sampul
    Dokumen1 halaman
    Sampul
    sukirno putra
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen22 halaman
    Bab Ii
    sukirno putra
    Belum ada peringkat
  • BAB III Penutup
    BAB III Penutup
    Dokumen1 halaman
    BAB III Penutup
    sukirno putra
    Belum ada peringkat
  • BAB III Penutup
    BAB III Penutup
    Dokumen2 halaman
    BAB III Penutup
    sukirno putra
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    sukirno putra
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    sukirno putra
    Belum ada peringkat
  • BAB I Pendahuluan
    BAB I Pendahuluan
    Dokumen3 halaman
    BAB I Pendahuluan
    sukirno putra
    Belum ada peringkat
  • Persentase Makalah SPI
    Persentase Makalah SPI
    Dokumen30 halaman
    Persentase Makalah SPI
    sukirno putra
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    sukirno putra
    Belum ada peringkat
  • Sampul
    Sampul
    Dokumen1 halaman
    Sampul
    sukirno putra
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    sukirno putra
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen15 halaman
    Bab Ii
    sukirno putra
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    sukirno putra
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    sukirno putra
    Belum ada peringkat
  • BAB III Penutup
    BAB III Penutup
    Dokumen2 halaman
    BAB III Penutup
    sukirno putra
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    sukirno putra
    Belum ada peringkat
  • BAB I Pendahuluan
    BAB I Pendahuluan
    Dokumen2 halaman
    BAB I Pendahuluan
    sukirno putra
    Belum ada peringkat
  • Sampul
    Sampul
    Dokumen1 halaman
    Sampul
    sukirno putra
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    sukirno putra
    Belum ada peringkat
  • Sampul
    Sampul
    Dokumen1 halaman
    Sampul
    sukirno putra
    Belum ada peringkat