Anda di halaman 1dari 13

Nama : Fisensius Gea

Kelas :IA
NIM : 200510036
Mata Kuliah : Manusia dan Kebudayaan Indonesia
Semester : Satu
Dosen : Dr. Yustinus Slamet Antono

Unsur-Unsur Kebudayaan Suku Bangsa Sunda di Jawa Barat

ABSTRAKSI

Indonesia merupakan Negara yang sangat kaya akan keberagaman. Salah satu
kekayaan keberagaman itu ialah kebudayaan yang dimilikinya. Kebudayan Indonesia ini
tersebar di seluruh daerah yang ada di Indonesia. Kekayaan kebudayaan Indonesia juga sudah
terkenal di dunia internasional. Kebudayaan Indonesia yang beragam ini terdapat dalam suku-
suku bangsa yang dimiliknya. Suku bangsa merupakan suau golongan atau kelompok
manusia yang anggotanya mengindetifikasikan dirinya dangan sesamanya. Identitas suatu
suku bangsa ditandai oleh pengakuan dari orang lain akan cirri khas kelompok atau golongan
tersebut dan oleh kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku, atau cirri-ciri biologis. 1 Ada
banyak suku bangsa di Indonesia yang tersebar di seluruh daerah dan setiap suku pasti
memiliki perbedaan dengan suku lainnya.

Suku bangsa menjadi salah satu yang sangat berpengaruh di Negara Indonesia.
Keberagaman suku membuat Indonesia mampu hidup dalam toleransi yang tinggi. Salah satu
suku yang sangat berpengaruh di Indonesi yaitu suku Sunda. Suku Sunda termasuk suku
bangsa di Indonesia yang telah memberi banyak pengaruh terhadap perkembangan bangsa
Indonesia. Kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Sunda sangat menarik dan unik. Suku
sunda ini tinggal di wilayah barat Pulau Jawa, namun dengan berjalannya waktu suku ini
sudah tersebar di seluruh penjuru Indonesia bahkan di dunia internasional. Suku Sunda
termasuk suku kedua terbesar di Indonesia yang mayoritas masyarakat menganut agama
Islam, tetapi ada juga sebagian kecil yang menganut agama Kristen, Hindu, dan Sunda
Wiwitan/Jati Sunda.2

Kata-kata kunci : kebudayaan, sejarah suku Sunda, bahasa, sistem kepercayaan, kesenian,
organisasi sosial, sistem pengetahuan, mata pencaharian hidup, peralatan
hidup dan teknologi.

PEMBAHASAN

Manusia dan kebudayaan

Banyak para ahli mengajukan dan menerangkan defenisi tentang apa yang dimakud
dengan kebudayaan. Diantara para ahli tersebut ternyata memiliki perbadaan satu sama lain.
Hal semacam ini sudah wajar dan tidak ada yang perlu disalahkan, sebab setiap orang
menekuni bidang yang berbeda-beda. Sehingga untuk mendefenisikan maksud dari

1
Pram, Suku Bangsa Dunia dan Kebudayaannya (Jakarta: Cerdas Interaktif, 2013), hlm. 3.
2
Pram, Suku Bangsa…, hlm. 73
kebudayaan tentunya masing-masing orang akan mendefenisikan sesuai dengan bidang yang
ditekuni dan dikuasai.

Kebudayaan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia.
Atau pula bisa dikatakan bahwa kebudayaan itu muncul dari tindakan dan penghayatan
manusia terhadap sesuatu hal. Artinya kebudayaan hidup dan tumbuh di lingkungan manusia.
Menurut. Menurut ilmu antropologi, “kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan belajar”.3 Dari hal ini, dapat diartikan bahwa seluruh tindakan dan apa yang
dipikirkan oleh manusia adalh kebudayaan. Namun karena tindakan manusia dalam
kehidupan mayarakat sangat kurang, maka manusia perlu untuk mebiasakan diri dengan
belajar agar manusia itu sendiri mampu bertindak banyak hal untuk kebudayaan yang banyak
dan berguna. Sedangkan menurut Suparlan, “kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan
manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan dalam rangka seluruh kerangka pemahaman
dan penafsiran terhadap lingkungan, pengalaman, dan penataan tingkah lakunya”. 4 Definisi
dari kebudayaan tersebut dapat dipahami bahwa kebudayaan itu menyangkut seluruh
pengetahuan yang dimiliki oleh manusia dengan tujuan untuk menafsirkan seluruh
pengalaman hidupnya serta seluruh tingkah lakunya yang berlangsung pada lingkungan
tempat manusia itu berada. Lingkungan segala isinya ditafsirkan dan dimanfaatkannya untuk
mempertahankan orientasi, identitas, ciri khas, dan eksistensinya.

Setiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat baik berwujud sebagai
komunitas desa, kota, sebagai kelompok kekerabatan, atau kelompok adat yang lain bisa
menampilkan suatu corak yang khas yang terutama terlihat oleh orang di luar warga
masyarakat yang bersangkutan. Corak khas suatu kebudayaan bisa tampil karena kebudayaan
itu menghasilkan suatu unsur yang kecil berupa suatu unsur kebudayaan fisik dengan bentuk
khusus; atau karena di antara pranata-pranatanya ada suatu pola sosial khusus; atau dapat
juga karena warganya menganut suatu tema budaya khusus. 5 Sebaliknya, corak khas
kebudayaan juga dapat disebabkan karena ada klompleks unsur-unsur yang lebih besar.

Suatu kebudayaan dapat diperinci ke dalam unsur-unsurnya. Dalam buku yang


berjudul Universal Categories of Culture yang ditulis oleh seorang ahli antropologi bernama.
C. Kluckhohn menguraikan tujuh unsur-unsur kebudayaan yang dapat menjadi pokok dari
setiap kebudayaan di dunia, antara lain sebagai berikut: 6

1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Organisasi sosial
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencaharian hidup
6. Sistem religi
7. Kesenian

Setiap suku bangsa yang ada di Indonesia pasti di dalamnya terdapat kebudayaan
yang menjadi tradisi atau identitas masyarakat setempat, sebagai contohnya suku Sunda.
3
Prof. Dr. Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Rineka Cipta. Mei 2009), hlm. 144.
4
Santri E. P. Djahimo, Marsel Robot, Serpihan Bahasa dalam Berbagai Ranah (Yogyakarta:
Deepublish, Maret 2018), hlm. 38
5
Prof. Dr. Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu…, hlm. 214
6
Prof. Dr. Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu…, hlm. 165.
Masyarakat Sunda termasuk salah satu suku bangsa di Indonesia. Suku bangsa Masyarakat
Sunda juga memiliki kebudayaan yang dapat dilihat dari berbagai unsur kebudayaan.
Kebudayaan Sunda merupakan suatu kesatuan, bukan karena adanya peneliti-peneliti yang
secara etnografi telah menentukan bahwa kebudayaan Sunda itu suatu kebudayaan tersendir
yang berbeda dari kebudayaan Jawa, Banten, atau Bali, melainkan karena orang Sunda
sendiri sadar bahwa kebudayaan Sunda mempunyai kepribadian dan identitas khusus,
berbeda dengan kebudayaan-kebudayaan. Masyarakat Sunda hidup di daerah barat Pulau
Jawa yang memiliki panorama yang sangat indah. Hingga kini masyarakat Sunda masih
mempertahankan keindahan alamnya.7

Asal Mula dan Sejarah Suku Sunda

Kata “sunda” pertama dipakai oleh Raja Purnawrman, raja dari kerajaan
Tarumanagara. Karena raja ini sebagai penguasa pada saat itu, maka ia member nama ibu
kota kerajaanya dengan nama Sunda. Sejak raja Tarusbawa bertahkta, kerajaan Tarumanagara
berubah menjadi kerajaan Sunda. 8 Walaupun kerjaan ini sudah berubah menjadi kerajaan
sunda, namun masyarakat Sunda masih mempertahankan tradisi yang sudah ada sejak
kerajaan Tarumanagara.

Kata “sunda” mimiliki arti segala sesuatu yang mengandung makna kebaikan. Hal ini
tercermin dalam empat hal karakterristik yang dimilki oleh masyarakat Sunda, yaitu cageur
(sehat), begeur (baik), bener (benar), singer (mawas diri), dan pinter (cerdas) yang sudah ada
sejak berdirinya kerajaan pertama dan diwariskan turun-temurun hingga sekarang. 9 Sifat
urang masyarakat Sunda seperti ramah, santun, serba baik antar sesame dan terhadap kaum
pendatang masih berlanjut hingga saat ini. Kebiasaan baik masyarakat Sunda, membuat
pendatang merasa betah dan senang tinggal di daerah mereka. Hubungan keluarga di
masyarakat Sunda juga sangat kuat dan begitu pula dengan agama yang sangat
mempengaruhi kehidupan mereka.

proses terjadinya kampung adat di masyarakat Sunda terjadi secara bertahap. Pada
awalnya kampung terbentuk oleh sekelomok individual yang menetap di suatu daerah yang
mempunyai tradisi/adat tersendiri. Semakin lama kelompok tersebut semakin berkembang
menjadi sebuah persekutuan. Kemudian, persekutuan ini berkembang lagi menjadi sebuah
kampung yang memiliki tradisi/adat tersendiri sehingga dikenal dengan sebutan kampung
adat.

Kebudayaan suku Sunda memiliki cirri khas baik dilihat dalam sistem bahasa, sistem
pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknoligi, sistem mata pencaharian
hidup, sistem terigi, maupun kesenian. Unsur-unsur kebudayaan Sunda akan dijelaskan
berikut ini:

1. Bahasa

Bahasa menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan adanya
bahasa manusia mampu berinteraksi dengan sesamanya. Sebab, fungsi utama bahasa itu
sendiri ialah sebagai alat berinteraksi atau alat komunikasi antar manusia. Bahasa tidak bisa

7
Prof. Dr. Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu…, hlm. 215.
8
Hendi Anwar, Hafizh A. nugraha, Rumah wtnik Sunda (Jakarta: Griya Kreasi, Februari 2013), hlm. 6.
9
Hendi Anwar, Hafizh A. nugraha, Rumah Etnik…, hlm. 8.
dipisahkan dalam kehidupan manusia. Hampir setiap hari bahkan setiap saat manusia
menggunakan bahasa untuk mengekspresikan emosi dan perasaanya. Dalam keadaan berpikir
pun manusia pasti menggunakan bahasa. Tanpa bahasa manusia tak mengerti apa yang ia
pikirkan dan apa yang ia katakan dan dengarkan.

Selain menggunakan bahasa Indonesia, masyarkat Sunda juga memiliki bahasa


tradisional yang bisa mereka gunakan dalam hidup sehari-hari. Bahasa tradisional ini
berfungsi sebagai lambang kebanggan suatu daerah atau suku bangsa tertentu, menjadi
lambang identitas, dan sebagai alat komunikai bagi masyarkat setempat dalam tingkat local
atau daerah. Bahasa tradisional yang digunakan oleh masyarakat Sunda adalah bahasa Sunda.
Bahasa Sunda menjadi penambah identitas suku Sunda. Ada berbagai dialek yang ada dalam
bahasa Sunda, yaitu dialek barat (bahasa Banten), dialek utara, dialek selatan, dialek tengah
timur, dialek timur laut, dan dialek tenggara. Selain itu masyarakat Sunda juga menggunakan
bahasa Indonesia dan bahas Betawi. 10 Bahasa Betawi digunakan oleh masyarakat Sunda yang
tinggal di daerah-daerah yang berbatasan dengan Jakarta, seperti Bekasi.

Bahasa Sunda juga mrupakan bahasa dari cabang Melayu-Polenesia dalam rumpun
bahsa Autronesia. 11 Bukti bahwa bahasa Sunda termassuk Rumpun bahasa Austronia, di
antaranya terdapat kata Lisung (Lesung) dalam bahas Sunda, lesung (jawa), lisuhy (kawi),
lesong (Madura), lisong (Dayak), losong (Tagalog). kata gunting dalam bahasa Sunda disebut
gunting begitu pula dalm bahsa Tagalog. Selain itu, walaupun bahasa Sunda tidak serumpun
dengan bahasa Jepang, tetapi disebabkan oleh migrasi manusia dari selatan termasuk
Indonesia ke Jepang terdapat pula kata campur dalam bahsa Sunda digunakan champon
dalam bahasa Jepang.12

2. Sistem Kepercayaan

Sebagian besar masyarakat Sunda beragama Islam, namun ada juga sebagian kecil
yang meganut agama lain seperti Kristen, Hindu, Budha, dan aliran kepercayaan lainnya.
Walupun pada hakekatnya masyarakat Sunda percaya kepada Allah Yang Maha Esa, namun
kepercayaan kepada karunah atau nenek moyangnya sebagian masih melekat dalam pola
kehidupannya. 13 Kebiasaan mereka memberikan sesajen pada setiap malam selasa dan jumat
masih tampak pada sebagian masyarkat. Karena itu, kepercayaan masyarakat kepada Tuhan
Yang Maha Esa membaur dengan kepercayaan kepada karunuh, hal ini tampak bila seseorang
mengadakan selamatan, selain berdoa dan bersyukur kepada Tuhan diiringi pula dengan
ucapan-ucapan yang ditunjukan kepada karunuh. Biasanya, meminta berkat keselamatan dari
karunuh, supaya tidak marah dan tidak merasa terganggu dengan maksudnya itu. Meminta
berkat selamat ini juga dilakukan di kuburan kanuruh, biasanya masyarakat Sunda
melakukannya sehari sebelum selamatan dilaksanakan. Selain itu masyarakat Sunda,
khususnya masyarakat di kampung-kampung terpencil umumnya masih percaya kepada hal
gaib yang dianggap dapat mendatangkan keberuntungan, seperti pohon besar, sumber (mata)
air, batu yang belum diganggu manusia atau makam kuno keramat.14

10
Pram, Suku Bangsa Dunia…, hlm. 73.
11
Aan Hasanah et al., Nilai-Nilai Karakter Sunda (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2012), hlm. 51.
12
Aan Hasanah et al., Nilai-Nilai…, hlm. 52.
13
Yetti Herayati et al., Makanan: Wujud, Variasi dan Fungsi serta Cara Penyajian Pada Orang Sunda
di Jawa Baarat (Diktora Jenderal Kebudayaan, 1 Januari 1993),
14
Purnama Salura, Sundanese Architecture (Bandung: Rosda, 1 januari 2015), hlm. 60.
Masyarakat Sunda juga memiliki upacara-upacara tertentu yang dilakukan dalam
tingkat-tingkat sepanjang hidup manusia atau daur hidup, seperti tingkat masa bayi, masa
penyapihan, masa kanak-kanak, masa remaja, masa pubertas, masa sesudah kawin, masa
hamil dan masa tua.15 Di setiap tingkat kehidupan itu, biasanya masyarakat Sunda melakukan
upacara-upacara. Upacara yang saat ini lazim dilakukan oleh masyarakat Sunda yaitu upacara
hamil tujuh bulan atau tingkeban, sunatan, perkawinan, dan berakhir pada upacara kematian.
Selain dari upacara-upacara itu, masyarakat Sunda juga melakukan upacara panen sebagai
penghormatan kepada Nyi Pohaci Sanghyang Sri atau dewi padi, upacara dedekah bumi, dan
sebagainya. 16

Dengan adanya berbagai macam upacara yang terdapat dalam masyarakat Sunda,
sukarlah untuk memisahkan agama dengan sistem kepercayaan. Hal ini dikarenakan agama
maupun sistem kepercayaan yang masih dijalankan oleh masyarakat Sunda berfungsi untuk
mengatur sikap dan sistem nilai. Dengan demikian, selain menjalankan perintah agama,
mereka juga menjalankan upacara-upacara penghormatan kepada dewa-dewi, walaupun
kadang-kadang hal itu bertantangan dalam ajaran agama khususnya agama Islam. Namun,
masyarakat Sunda tetap melakukan ibadat ritual kepada dewa-dewa yang mereka percayai itu
sebagai wujud penghormatan atas keselamatan yang telah diberikan dan juga atas hasil panen
yang berlimpah.

3. Kesenian

Suku Sunda sudah tergolong masyarakat yang kaya akan kesenian. Kesenian
masyarakat Sunda cukup terkenal di Indonesia, hal ini disebabkan karena masyarakat Sunda
memiliki kesenian yang unik dan menarik. Bagi para wisatawan, meraka akan senang dan
betah tinggal di daerah masyarakat Sunda. Kesenian masyarakat Sundah masih dilestarikan
hingga saat ini. Tidak sedikit pula kesenian masyarakat Sunda dibudidayakah hingga
sekarang. Walaupun kebudayaan Sunda sudah berbaur dengan masyarakat luar, namun hal itu
tidak membuat masyarakat Sunda lupa Akan kesenian yang mereka miliki. Berikut akan
dijelaskan macam-macam kesenian yang ada di masyarakat Sunda.

a. Pakaian Adat Suku sunda

Seperti budaya lainnya, suku Sunda juga memiliki gaya dan cara dalam berpakaian.
Suku Sunda memiliki bebrapa jenis pakaian adat yang menjadi ciri khas mereka. Biasanya,di
suku Sunda kaum pria menggunakan jas dengan leher tertutup, celana panjang, kain batik
yang dililit di pinggang, dan memakai tutup kepala serupa blankon. Sementara kaum wanita
memakai kebaya, kain batik dan selendang. Untuk hiasannya memakai kalung dan hiasan
kepala berypa kembang goyang lengkap dengan melati. 17 Pakaian adat suku Sunda ini juga
menjadi pakaian resmi Provinsi Jawa Barat. Hal ini disebabkan karena masyarakat Sunda
merupakan suku terbesar di Provinsi Jawa Barat. Selain karena itu, juga karena pakaian Adt
masyarakat Sunda tergolong indah dan menarik. Tentunya cara berpakaian dan model atau
jenis pakaian suku Sunda menjadi ciri khas mereka. Pakain itu membuat mereka dikenal oleh
suku lain. Cara berpakaian suku sunda ini sudah menjadi standar kesopanan dan layak
dipakai di depan umum.

15
Yetti Herayati et al., Makanan: Wujud, Variasi…, hlm. 28.
16
Yetti Herayati et al., Makanan: Wujud, Variasi…, hlm. 28.
17
R. Riski, T. Wibinoso, mengenal seni dan budaya Indonesia, (Jakarta: Cerdas interaktif, Desember
2012), hlm. 45.
b. Rumah Adat Suku Sunda

Rumah merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Dengan adanya rumah manusia
dapat bertahan hidup dan mampu melangsungkan kehidupannya di setiap hari. Pada zaman
ini sudah banyak masyarakat yang sudah menggunakan rumah modern. Namun di lain sisi,
ada juga masyarakat yang masih senang dan bertahan tinggal di rumah tradisional. Setiap
suku dan daerah pasti memiliki rumah adat dan tentunya memiliki perbedaan dengan rumah
adat suku lainnya. Demikian halnya dengan suku Sunda. Masyarakat sunda membangun
rumah adatnya dengan bentuk yang unik dan sangat menarik

Secara umum rumah tradisional Sunda adalah sebuah rumah panggung sama seperti
rumah-rumah tradisional lainnya yang ada di Indonesia. Walaupun rumah adat suku Sunda
memiliki kesamaan dengan suku lainnya, namun rumah adat suku Sunda tentunya memiliki
perbedaan dengan rumah adat suku lainnya. Sebenarnya bentuk atau arsitektur rumah Sunda
dipengaruhi oleh tradisi dan dan adat istiadat. Rumah adat Sunda yang berbentuk panggung
ini memilki arti bahwa rumah tidak boleh menempel ke tanah untuk menghormati orang yang
sudah meninggal. 18 Biasanya, rumah tradisonal sunda terbuat dari bahan-bahan alam seperti
kayu, bamboo, ijuk, dan pelepah daun kelapa.

Ada banyak hal yang mempengaruhi bentuk rumah adat suku Sunda. Selain adat
istiadat, faktor alam pun memengaruhi arsitektur rumah Sunda. Kondisi topografi yang
berbeda-beda memengruhi penempatan rumah yang disesuaikan dengan keadaan, fungsi, dan
kebutuhan masyarakat Sunda. Karena pemukiman di daerah masyarakat Sunda berbeda-beda,
maka pola rumahnya pun berbeda-beda. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan, fungsi, dan
keadaan kondisi alam yang ada. Pola rumah ini terbagi menjadi tiga, antara lain: pola linear,
pola terpusat, dan pola radial.

Rumah adat Sunda pada umumnya masih digunakan oleh masyarakat primitif atau
masyarakat yang tinggal di kampung-kampung. Namun, tidak sedikit juga dibangun oleh
orang-orang yang tinggal di kota, bahkan masyarakat yang sudah tergolong kaya pun mereka
juga yang masih menggunakannya. Bentuk rumah adat suku Sunda dapat memberi daya tarik
bagi sebagaian orang, bahkan para wisatawan akan merasa senang untuk berkunjung di
daerah masyarakat Sunda. Rumah adat Sunda sebenarnya memiliki nama yang berbeda-beda
bergantung pada bentuk atap dan pintu rumahnya. Dilihat berdasarkan bentuk atapnya, maka
rumah tradisonal terbagi atas bebrapa ciri, antara lain:19

1) Jolopong

Jolopong sebutan untuk rumah yang bentuk atapnya memanjang, seperti


model pelana.

2) Tagog anjing/jogog anjing

Tagog anjing/jojog anjing sebutan untuk rumah yang bentuk atapnya mirip
dengan bentuk atap badak heuay, tetapi di bagian sambungan tidak dilebihkan ke atas.
Model ini mirip dengan jolopong.

18
Hendi Anwar, Hafizh A. nugraha, Rumah Etnik…, hlm. 8.
19
Hendi Anwar, Hafizh A. nugraha, Rumah Etnik…, hlm. 18-19.
3) Badak heuay

Badak heuay sebutan untuk rumah yang tidak memiliki bubungan sehingga
sekilas seperti badak yang sedang menguap.

4) Perahu kumureb/perahu nangkub

Perahu kumureb/perahu nangku sebutan untuk rumah yang atapnya berbentuk


seperti perahu terbalik (telungkup). Model ini mirp dengan model atap limas an.

5) Capit gunting

Capit gunting sebutan untuk rumah yang setiap ujung atas, pertemuan kasau
antara dua sisinya, dibuat saling menyilang seperti gunting.

6) Julang ngapak

Julang ngapak sebutan untuk rumah yang kedua sisi atapnya lebih melebar ke
samping dan lebih landai.

Dari semua bentuk rumah di atas, jolopong adalah bentuk rumah yang paling
sederhana dan paling banyak di daerah cagar budaya atau di desa-desa. 20

c. Tari Tradisional Suku Sunda

Suku Sunda sangat dikenal mempunyai aneka budaya yang unik dan menarik. Bahkan
tidak jarang kita melihat pertunjukkan seni tari masyarakat Sunda yang di tayangkan di TV.
Banyak jenis tari yang dimiliki oleh masyarakat Sunda dan pada umumnya semuanya sangat
menarik dan mampu menghibur para penonto dan member kepuasan bagi pera pemainnya.
Tari tradisional yang dirkenal dari masyarakat Sunda yaitu tari Jainpong dan tari Topeng
Cirebon.

1) Tari Jainpong

Jaipong merupakan tari pergaulan yang ceria, bersemangat, spontan, dan


sederhana. Biasanya diiringi dengan alat musik gamelan degung. Tari Jainpong
diciptakan oleh Gugum Gumbiran Tirasonjaya. Jenis tari ini merupakan
pengembangan dari Ketuk Tilu. 21 Penghargaan masyarakat terhadap tari Jainpong
sangat baik. Dengan cepat tarian ini menjadi sangat popular, bahkan ditarikan dalam
berbagai hajatan di kota maupun di kampung.

2) Tari Topeng

Tari Topeng juga merupakan yang sering dipertunjukkan oleh masyarakat


Sunda. Tari Topeng ini sudah menyebar dan terkenal di seluruh kalangan masyarakat.

20
Pram, Suku Bangsa…, hlm. 74.
21
Ajip Rosidi, Apa Siapa Orang Sunda (Dunia Pusaka jaya, 1 Desember 2003), hlm. 168.
Kadang kala rakyat mempergunakan tarian ini untuk mencari nafkah. Dalam bahasa
Sunda pekerjaan seperti ini disebut “ngamen”. 22

d. Alat Musik Tradisonal Suku Sunda

Masyarakat Sunda memiliki berbagai lat musik tradisional. Pada umumnya, alat
musik berguna untuk menghibur dan juga untuk mengiring lagu dan tari-tarian. Adapun alat
musik tradisional yang berasal dari masyarakat Sunda, antara lain:

1) Calung

Calung merupakan alat musik yang digunakan oleh masyarakat Sunda. Alat
musik ini dibawakan dengan cara memukul bambu yang telah dipotong dan dibentuk
sedemikian rupa dengan pemukul kecil sehingga menghasilkan nada-nada yang
khas.23 Calung sudah umum di daerah Sunda bahkan di Provinsi Jawa Barat. Hal
disebabkan karena Provinsi Jawa Barat mayoritas penduduknya berasal dari suku
Sunda. Dengan demikian kebudayaan masyarakat Sunda lebih menonjol dibandingkan
dengan suku lain yang berada di Provinsi Jawa Barat.

2) Angklung

Angklung merupakan alat kesenian yang terbuat dari bambu. Angklung


ditemukan oleh Daeng Sutigna sekitar tahaun 1938. Awal penggunaanya, angklung
masih sebatas kepentingan kesenian lokal atau tradisional. 24 Walaupun bahan dasar
angklung sama dengan calung yaitu bambu, namun cara penggunaan atau cara
memainkannya berbeda. Biasanya angklung dimainkan dengan menggoyangkan atau
mengetarkan.

3) Kecapi Suling

ialah salah satu jenis kesenian Sunda yang memadukan suara alunan Suling
dengan Kacapi (kecapi), iramanya sangat merdu yang biasanya diiringi oleh mamaos
(tembang) Sunda yang memerlukan cengkok/ alunan tingkat tinggi khas Sunda.
Kacapi Suling berkembang pesat di daerah Cianjur dan kemudian menyebar
kepenjuru Parahiangan Jawa Barat dan seluruh dunia. 25

e. Seni Sastra

Seni sastra yang terkenal dari masyarakat jawa yaitu: cerita pantun dan cerita
pahlawan yang dimuat dalam naskah-naskah.

4. Organisasi Sosial

22
Sejarah Daerah Jawa Barat (Direktoral Jenderal Jawa Barat), hlm. 70.
23
R. Riski, T. Wibinoso, Mengenal Seni…, hlm. 45.
24
R. Riski, T. Wibinoso, Mengenal Seni…, hlm. 45-46.
25
R. Riski, T. Wibinoso, Mengenal Seni…, hlm. 46.
Masyarakat Sunda telah memiliki pengalaman hidup berpemerintahan. Sistem
pemerintahan ini diawali dengan munculnya kerjaan Tarumanagara sekitar abad ke lima
masehi. Secara garis besar lapisan organisasi sosial di masyarakat Sunda dapat ditinjau dari
beberapa segi, yang dapat digolonglan sebagai berikut:26

a. Ditinjau dari segi tempat, masyarakat Sunda terdiri dari masyarakat perkotaan
(Urban) danmasyarakat pedesaan (Rural).
b. Ditinjaua dari segi keadaan materi, masyarakat Sunda dapat dikategorikan ke
dalam lapisan lapisan yakni lapisan yang tidak mampu, lapisanm menengah,d an
lapisan kaya. Namun demikian pada lapisan sosial yang ditinjau dari segi materil
ini lebih dikenal dengan dua macam istilah saja yaitu lapisan beunghar (kaya) dan
lapisan sengsara (miskin).
c. Ditinjau dari segi prestise feodalistis (telah agak pudar tetapi masih ada sebagiam
orang yang mempertahankannya), terdiri dari lapisan cacah atau somah dan lapisan
menak atau Santana.
d. Ditinjau dari segi profesi mata pencaharian, terdiri dari lapisan petani, lapisan
pedagang, lapisan pegawai negeri, lapisan alim ulama, dan laisan cendikiawan.

Akan tetapi lapisan-lapisan sosial di atas itu tidak menjadikan jurang pemisah antara
sesama, seperti halnya pada masa pemerintahan kolonial Belanda.

5. Sistem Mata Pencaharian Hidup (Kehidupan Ekonomi)

Sistem mata pencaharian orang Sunda pada umumnya yaitu bertani. 27 Hal itu
disebabkan karena daerah Jawa Barat merupakan daerah yang mempunyai iklim tropis
dengan curah hujan yang sangat tinggi. Keadaan iklim yang demikian disertai pula dengan
endapan vulkanis, mengakibatkan lahan menjadi subur dan baik untuk pertanian. Oleh karena
itu, sebagian besar wilayah Jawa Barat telah dipergunakan untuk pertanian, yaitu usaha
sawah 22%, perkebunan 10%, kebun campuran 13%, dan ladang 15%. Sisanya terdiri dari
hutan 22%, pemukiman 6%, dan lain-lain 12%.

Bertani padi sudah dikenal lama oleh masyarakat Sunda. Pertama sekali masyarakat
menanam padi di ladang atau dikenal dengan istilah ngahuma, merupakan cirri-ciri
masyarakat Sunda masa lalu. Pertanian di ladang kemudian berkembang menjadi pertanian di
sawah, di perkirakan sejak awal ke-18 Masehi, sebagai pengaruh dari orang-orang Mataram
yang dating ke Tatar Sunda.28 Mereka mebawa peralatan sendiri untuk mengolah tanah sawah
tersebut, sehingga perangkat pertanian ladang itu relative berubah menjadi perangkat
pertanian sawah. Biasanya masyarkat peladang itu menetap, tetapi akan terus berpindah-
pindah, berkelompok mencari lahan untuk diujadikan ladang. Cirri-ciri tersebut Nampak pada
masyarakat pedesaan yang keadaan tanahnya tidak terjangkau oleh aliran air/irigasi, sehingga
mereka terbiasa bertani di huma. Ada pun kebiasaan ngahuma dengan berbagai dan praktek
upacaranya, hal seperti ini masih Nampak dalam mas yarakat Jawa Barat/Sunda.

Pola kehidupan masyarakat petani umumnya mempunyai waktu senggang antara


setelah musim tanam dan panen tiba. Pada waktu pekerjaan di sawah relatif berkurang,
sehingga banyak yang memanfaatkannya untuk mencari pekerjaan sampingan. Sebagai

26
Yetti Herayati et al., Makanan: Wujud, Variasi…, hlm. 17-18.
27
Yetti Herayati et al., Makanan: Wujud, Variasi…, hlm. 18.
28
Yetti Herayati et al., Makanan: Wujud, Variasi…, hlm. 18.
contoh, buruh tani di Majalengka, mengisi kekosongan waktu itu dengan mencari pekerjaan
ke kota-kota besar seperti Bandung, Jakarta, Bogor, dan sebagainya; mereka bekerja tukang
gali, mencari upah dari hasil menggali tanah untuk fundamen sebuah bangunan. 29 Kehidupan
mereka yang unik itu bersifat temporer, tidak selamnya untuk menetap hidup di kota,
melainkan sebagai kaum urban musiman yang kembali ke kampungnya setelah masa panen
tiba.

Perkembangan kehidupan ekonomi masyarakat Sunda kini berjalan lancer, karena


kawasan Pasunda tidak terisolasi, mengakibatkan mudahnya hubungan antar daerah bahkan
sampai ke pelosok-pelosok tersedia sarana jalan. Produksi utama Jawa Barat adalah bahan
ing pangan terutama beras. Dalam produksi beras nasional, kedudukan Jawa Barat sangat
penting karena hampir 20% produksi nasional dari daerah ini. Produksi lain di bidang
pertanian adalah karet, kopra, kopi, the, coklat, buah-buahan dan sayur-sayuran.30

6. Sistem Pengetahuan

Masyarakat Sunda sejak dahulu sudah mempunyai sistem pengetahuan tentang


pergantian musim kemarau dan musim hujan. 31 Pengetahuan ini dimiliki secara turun-
temurun, umumnya digunakan dalam bidang pertanian. Gejala alam seperti kedudukan
metahari, hujan mereka kuasai hanya berdasarkan pengamatan dan pengalamn masyarakat
Sunda mempelajari pergantian musim itu melalui metode pranata mangsa, yang berisi
perhitungan bulan dan tahun berdasarkan matahari. Selain pengetahuan di atas, masyarakat
Sunda juga mengenal pula sistem peredaran bintang di langit seperti pengetahuan tentang
waluku, yang digunakan untuk menemukan waktu permulaan mengerjakan sawah. 32
Berkaitan dengan pengetahuan tentang pananggalan, masyarakat Sunda pun sebenarnya
memiliki artefak kalender yang khas; hanya saja ketika hendak diwujudkan seperti apa
bentuknya, bagaimana penggunaanya, sejauh ini masih berupa hipotetik yang pembuktiannya
masih belum dapat diterima penuh.

7. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi

Sistem oeralatan masyarakat Sunda terdapat pada senjatan tradisionalnya yaitu


kujang, yang mereka gunakn setiap hari sebagai peralatan rumah tangga. 33 Senjata ini juga
disimpan sebagai pusaka yang dapat digunaka untuk melindungi rumah dari bahaya dengan
meletakkan di ata tempat tidur. Menurut sebagian orang kujang mempunyai kekuatan tertentu
yang bersal dari dewa (Hyang), kujang juga dipakai sebagai salah satu estetika dalam
berbagai organisasi serta pemerintah. Dengan perkembangan kemajuan kebudayaan Sunda,
kujang juga mengalami perkembangan dan bergeser bentuk, makna, dan fungsi. Dari sebuah
peralatan pertanian kujang berkembang menjadi senjata yang bernilai simbolik dan sakral. 34
beberapa peneliti menyatakan bahwa “kujang” berasal dari kata kudihyang (kudi dan Hyang).
Kujang juga berasal dari kata ujang, yang berarti manusia. Manusia yang sakti seperti Prabu
Siliwangi.

29
Yetti Herayati et al., Makanan: Wujud, Variasi…, hlm. 19.
30
Yetti Herayati et al., Makanan: Wujud, Variasi…, hlm. 20.
31
Purnama Salura, Sundanese…, hlm. 62.
32
Purnama Salura, Sundanese…, hlm. 62.
33
Maulida Yusnita, Ayo Mengenal Indonesia: Jawa (Jawa Tengah: Alprin,
34
Agus Noor, Moro-Moro Algojo Merah Saga: Antologi Puisi Esai (Jakarata: Cerah Budaya Indonesia,
1 Januari 2014), hlm. 35.
Secara umum, kujang meepunyai pengertian sebagai pusaka yang mempunyai
kekuatan tertantu berasal dari para dewa (Hyang), dans ebagai sebuah senjata, sejak dahulu
hingga saat ini kujang menepati satu posisi yang sangat khusus di kalangan masyarakat Jawa
Barat (Sunda).35 Sebagai lambang atau simbol dengan nilai-nilai filosofis yang terkandung di
dalamnya, kujang dipakai sebagai salah satu estetika dalam beberapa lambang organisasi
serta pemerintahan. Di samping itu, kujang pun dipakai pula sebagai sebuah nama dari
berbagai organisasi, kesatuan dan tentunya dipakai pula oleh Pemda provinsi Jawa Barat.36 Di
masa lalu kujang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Sunda karena fungsinya
sabagai peralatan pertanian. Dimana masyarakat Sunda sendiri bermata pencaharian sebagai
petani. Bukti yang memperkuat kujang dipakai sebagai peralatan berladang atau bertani
masih dapat kita saksikan hingga saat ini pada masyarakat Maduy, Banten dan pancer
Pangawinan di Sukabumi.

Teknologi di masyarakat sunda pula saat ini sudah berkembang pesat, masyarakat saat
ini sudah banyak mengenal dan bahkan memiliki benda-benda elektronik, tetapi adapula
masyarakat sunda yang masih kental dengan adat dan menghindari tentang adanya teknologi
dan unsur modern. Khususnya bagi masyarakat Sunda yang tinggal di kampung, mereka
masih kental menggunakan kujang dalam aktivitas sehari-hari. Hal inilah yang membuat
kebudayaan Sunda tetap terlestarikan dan terjaga. Masyarakatnya tidak mudah bagi mereka
untuk meninggal kebudayaan yang mereka miliki. Karena itu pula, kebudayaan yang mereka
miliki semakin maju dan sangat terkenal. Senjata kujang yang dimiliki masyarakat Sunda
terbagi dalam beberapa jenis. Dilihat berdasarkan fungsinya, kujang terbagi menjadi empat,
antara lain: Kujang Pusaka (lambang keagungan dan perlindungan keselamatan). Kujang
Pakarang (kujang yang biasa dipakai untuk berperang), Kujang Pangarak (kujang yang sering
dijadikan sebagai alat upacara), Kujang Pamangkas (kujang yang biasa dipakai oleh
masyarakat sunda sebagai alat berladang). 37

PENUTUP

Tata hidup bangsa Indonesia berasal dari kebudayaanya. Budaya Sunda memiliki
banyak aset kebudayaan yang telah tersusun dari beberapa unsur kebudayaan. Suku Sunda
termasuk suku yang sangat terkenal di Indonesia. Sebab masyarakat Sunda masih kental
dengan unsur-unsur budayanya.

Suku Sunda ini merupakan Suku bangsa yang berada di jawa Barat. Suku Sunda
memiliki yang unik yang membedakan dengan masyarakat suku lain, kharakteristik itu
tercermin dalam kebudayaan yang dimilikinya, baik dari segi bahasa, kepercayaan, kesenian,
mata pencaharian, peralatan hidup, organisasi sosial, dan pengatahuan. Kebudayaan yang
dimiliki Sunda ini menjadi salah satu kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang
perlu tetap dijaga dan dilestarikan.

Sebagai masyarakat Indonesia kita mesti bangga dengan keberagaman budaya yang
kita miliki. Budaya yang kita miliki bukan untuk membuat kita menjadi terpecah belah,
namun keberaneka kebudayaan atau suku menjadi sarana bagi kita untuk mampu hidup
bertoleransi. Hendaknya kita mengahayati kebihnekaan bangasa kita. Walaupun berbeda-

35
Agus Noor, Moro-Moro Algojo…, hlm. 35.
36
Agus Noor, Moro-Moro Algojo…, 36.
37
Maulida Yusnita, Ayo Mengenal…, (Jawa Tengah: Alprin,
beda tetap satu tujuan. Tujuan kita hanya satu. Kebergaman suku bukan berarti keberagaman
tujuan. Namun keberagaman suku ialah keberagaman cara yang harus kita lakukan untuk
mencapai satu tujuan, yaitu menjadi negara yang makmur, jaya, damai, dan maju.

Hal yang perlu kita ketahui bahwa keberagaman kebudayaan juga melatih kita untuk
mampu bersikap toleransi. Walaupun kita berasal dari suku yang berbeda-beda dan memiliki
kebudayaan atu adat istiadat yang berbeda pula, namun kita sama-sama member pengaruh
dalam perkembangan bangsa kita. Kita sama-sama menambah kekayaan negara kita. Oleh
karena itu, janganlah kita saling menjatuhkan atau saling menghina satu sama lain. Karena
kita hanya satu. Satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa nasional.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Hendi, Nugraha, Hafizh A. Rumah Etnik Sunda. Jakarta: Griya Kreasi, Februari
2013.

Djahimo, Santri E. P, Robot, Marsel. Serpihan Bahasa Dalam Berbagai Ranah. Yogyakarta:
Deepublish, Maret 2018

Hasanah, Aan et al. Nilai-Nilai Karakter Sunda. Jakarta: CV Budi Utama, 2012.

Herayati, Yetti et al. Makanan: Wujud, Variasi, dan Fungsi Serta Cara Penyajian Pada
Orang Jawa Barat. [tanpa tempat], Direktoral Jenderal Kebudayaan, 1 januari 1993.

Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta, Mei 2009.

Noor, Agus. Moro-Moro Algojo Merah Saga: Antologi Puisi Esai. Jakarta: Cerah Budaya
Indonesia, 1 Januari 2014.

Pram. Suku Bangsa Dunia dan Kebudayaanya. Jakarta: Cerdas Imperaktif, 2013.Riski, R.

Wibosono, T. Mengenal Seni dan Budaya Indonesia. Jakarta: Cerdas Imperaktif, `Desember
2012.

Rosidi, Ajip. Apa, Siapa Orang Sunda. [tanpa tempat penerbit], Dunia Pusaka Jaya, 1
Desember 2003.

Salura, Purnama. Sundanese Architecture. Bandung: Rosda, 1 Januari 2015.

[tanpa nama pengarang]. Sejarah Daerah Jawa Barat. Direktoral Jenderal Jawa Barat, [tanpa
tahun terbit].

Yusnita, Maulida. Ayo Mengenal Indonesia. Jawa Tengah: Alprin, [tanpa tahun penerbit].

Anda mungkin juga menyukai