Anda di halaman 1dari 2

Nama : Fisensius Gea

Kelas :IA
NIM : 200510036
Mata Kuliah : Manusia dan Kebudayaan
Semester : Satu
Dosen : Dr. Yustinus Slamet Antono

Artikel Perubahan Kebudayaan dalam Konsep Alkuturasi; Dekulturasi Budaya Nias

Kebudayaan Indonesia tahap demi tahap mengalami perkembangan. Di samping itu, tidak
sedikit pula kebudayan yang mengalami proses dekulturasi atau hilangnya salah satu unsur
kebudayaan dalam suatu masyarakat tertentu. Hal ini disebakan karena adanya proses akulturasi.
Perpaduan beberapa kebudayaan. Hilangnya unsur kebudayan tertentu bisa jadi tidak disadari
atau disadari namun dibiarkan begitu saja. Banyak unsur kebudayaan Indonesia yang mengalami
proses dekulturasi, khususnya kebudayaan masyarakat desa.

Pada umumnya dekulturasi ini terjadi pada masyarakat desa yang pergi merantau ke kota
atau ke daerah lain. Tentunya, tahap demi tahap masyarakat desa akan meniru cara hidup
masyarakat kota. Adat-istiadat dari kampung akan ditinggalkan atau dilupakan. Misalnya pada
masyarakat nias. Masyarakat Nias termasuk masyarakat yang menjunjung tinggi nilai adat atau
kebudayaan. Hampir dalam setiap aktivitas atau acara yang dilakukan masyarakat Nias selalu
memasukan unsur-unsur kebudayaan di dalamnya. Walaupun masyarakat Nias dikenal sangat
kental dengan budaya dan tradisi yang dimilikinya, namun ada juga sebagian unsur kebudayaan
yang ditinggalkan atau dilupakan oleh masyarakat Nias sendiri. Ada banyak kebudayaan Nias
yang telah mengalami dekulturasi.

Salah satu unsur kebudayaan Nias yang mengalami dekulturasi yaitu adat istiadat dalam
resepsi pernikahan. Di budaya nias, adat istiadat dalam pernikahan sangat dijunjung tinggi.
Karena hal itu pula, proses pernikahan di masyarakat nias tergolong lama. Sebab, masyarakat
Nias wajib menjalankan semua sistem pernikahan yang telah diwariskan dan itu menjadi hukum
tetap. Namun, seiring berjalannya waktu, adat istiadat dalam pernikahan masyarakat nias mulai
mengalami dekulturasi, khususnya dalam segi acara yang dilangsungkan. Perubahan ini terjadi
kepada masyarakat nias yang telah merantau dan berbaur dengan budaya asing. Salah satu unsur
acara yang hilang pada upacara pernikahan nias yaitu fame’e afo atau pemberian sirih kepada
tamu.

Bagi masyarakat Nias acara fame afo adalah bagian penting dalm acara pernikahan,
sehingga acar ini pun di tempatkan pada posisi pembukaan acara pernikahan. Acara femee afo
tidak hanya dilakukan dalam upacara pernikahan, tetapi juga dilakukan pada acara-acara lain,
seperti pemberkatan rumah, pesta keluarga, dan pesta-pesta lainnya. Namun acara ini sudah
jarang dilakukan lagi khususnya masyarakat nias yang merantau ke daerah lain. Masyrakat nias
yang merantau sudah tidak lagi melakukan acara famee afo saat melangsungkan acara
pernikahan. Bahkan sistem acara yang dilakukan pun sudah sedikit berbeda dengan budaya Nias
yang asli.

Peristiwa dekulturasi seperti itu sangat memprihatinkan. Sebab semakin lama, proses
dekulturasi ini akan berkembang. Akibatnya, kebudayaan masyarakat Nias akan memudar.
Selain berpengaruh pada masyarakat Nias sendiri, juga berpengaruh bagi Negara Indonesia
sendiri. Dimana keberagaman kebudayaan Indonesia akan berkurang. Bagi masyarakat Nias asli
dan tinggal di daerah Nias, acara fame afo masih kental dilakukan, bahkan acara ini di tempatkan
pada posisi pembukaan pada acara pernikahan. Banyak maksud dan fungsi dari acara ini. Pada
umumnya sebagai bentuk penghormatan kepada para tamu. Namun bila sampai pada
penghayatan yang dalam, acara ini bisa dimaknai sebagai bentuk kerendahan hati dan pelayanan.
Walaupun rasa afo (sirih) tidak enak, namun afo memiliki fungsi dan makna yang mendalam
bagi masyarakat Nias.

Alkuturasi budaya Nias dengan budaya asing tidak bisa disalahkan, justru hal itu
menambah pengetahuan dan wawasan tentang budaya lain. Namun, yang disalahkan ialah para
masyarakat Nias yang merasa gengsi dan malu akan budayanya sendiri, sehingga meninggalkan
kebudayaanya. Alasan sederhana yang bisa mereka katakana yaitu kampungan. Bagi mereka
acara pemberian afo ialah gaya kampung. Dari alasan itu, banyak masyarakat Nias yang tidak
lagi melakukan acara pernikahan sesuai budaya Nias yang sesungguhnya. Bahkan ada yang
mengikuti tata cara pernikahan budaya asing, seperti budaya Batak, Jawa, bahkan budaya turis.

Anda mungkin juga menyukai