Anda di halaman 1dari 26

Reformasi dan Martin Luther

Dari Communion to Conflict


Husin Fransiscus Sembiring OFM.Cap

1. Pengantar

Sajian historis atas penyebab reformasi berdasarkan hipotesis 1 yang


pernah mengemuka tidak membawa sejarawan kepada obyektivitas narasi
sejarah. Tidak mudah merumuskan dengan tajam apa saja penyebab terjadinya
Reformasi. Jauh sebelum Luter sudah banyak usaha untuk membaharui kehidupan
Gereja seiring munculnya peristiwa-peristiwa yang tidak selalu mendukung ideal
hidup biblis. Peristiwa-peristiwa tersebut dari satu sisi membawa kesesakan
dalam hidup tapi juga menyediakan kesempatan baik untuk mengusahakan sesuatu
yang lebih baik di sisi lain. Reformasi merupakan gabungan rangkaian peristiwa-
peristiwa revolusioner yang gagal membaharui gereja selama abad ke 14 dan 15. 2
Luter menjadi reformator dalam arti sebenarnya mulai sejak ia menerbitkan 95
tesisnya.3

2. Peristiwa-peristiwa yang mendahului Reformasi

2.1. Kelahiran struktur ekonomis yang baru

Struktur ekonomi moneter yang baru lahir menggoncang kemapanan


ekonomis Gereja dan semua sel-sel hidupnya mulai dari kepausan hingga biara-
biara religius dan paroki-paroki di kampung. Untuk mempertahankan pola hidup,
Gereja terpaksa menjual sebagian hartanya.4 Kehidupan spiritual dan intelektual
para biarawan terabaikan karena sibuk mengurusi harta. Setiap orang berusaha
menguasai sumber pendapatan sebanyak mungkin demi mempertahankan jabatan.
Perang menuntut para religius menjadi tentara. Keamanan menjadi alasan para
uskup untuk tidak melakukan kunjungan pastoral dan meninggalkan kediamannya.
Kemiskinan memaksa para pastor paroki kampung untuk mencari makan di luar
aktivitas pastoral. Pemeliharaan harta benda, seni dan kebutuhan duniawi

1
Tesis tradisional menggarisbawahi penyelewengan kuria Roma sebagai penyebab Reformasi, tesis marxis
mengajukan krisis sosial-ekonomis sebagai penyebat utama, tesis Protestan menekankan kehebatan Luter yang
membawa kekristenan kepada intinya, sejarawan lain menonjolkan factor religius, masalah sosial dan politik
sebagai penyebabnya. [lihat G. Martina, La Chiesa nell’età dell’assolutismo del Liberalismo del Totalitarimo,
vol I L’età della Riforma, (Brescia: Morcelliana, 1988), hlm. 37-40.
2
H. Jedin (ed.), The Medieval and Reformation Church, an Abridgment of History of the Church volumes 4 to 6,
(Judul asli Handbuch der Kirchengeshichte), diterjemahkan oleh John Dolan, (ed.) dan disingkat oleh D.
Larrimore Holland, (New York: The Crossroad Publishing Company, 1993), hlm. 360.
3
S. Hendrix, Martin Luther, Reformer, dalam R. PO-CHIA HSIA (ed.), The Cambridge History of Christianity
vol 6, Reform and Expansion 1500-1660, (Cambridge: University Press, 2007), hlm. 3.
4
H. Tüchle C.A. Bouman – J. Le Brun, nuova storia della Chiesa, la Riforma a la Controriforma 3 (Torino:
Marietti, 1970), hlm. 27-28.

1
memaksa para paus memasuki cara-cara baru untuk mempertahankan pemasukan
kuria. Penetapan sistem pajak yang diwajibkan oleh paus ditiru juga oleh para
uskup. Korban sistem ini ialah para bangsawan dan pemilik tanah karena
diwajibkan membayar pajak yang luar biasa tinggi. Reaksi masyarakat adalah
protes keras menuduh paus sebagai yang bertanggung jawab atas situasi.5
Gereja melarang praktek bunga uang. Tetapi munculnya bisnis perbankan
sejak abad ke 14 mengubah pandangan paus. Sistem perbankan menciptakan
sistem kapitalisme yang mengatrol keluarga bangsawan dan pedagang yang sukses
kepada posisi penentu dalam politik finansial. Jakob fugger adalah salah satu
dari hasil sistem ini. Agar bisa memegang monopoli keuangan, gereja mencari
jalan menembus hambatan moral sistem ini. Bunga uang dihalalkan dengan
mendirikan karya karitatif atas nama Allah.
Kritik yang muncul akibat perkembangan ekonomi ini tidak sedikit.
Komentar seorang imam humanis Adelmann dari Adelmannsfelden atas Plutarco
De Usura vitanda menyerang Jakob Fugger Yohanes Eck, seorang professor,
pembela sistem ekonomi baru ini dengan membuat pemilahan antara pinjaman
yang menghasilkan bunga dan rentainer. Debat-debat yang dia selenggarakan
berhasil memberikan dukungan bagi halalnya 5% bunga pinjaman. Universitas
Paris memberi dasar teologi moral bagi praktek bunga uang. 6

2.2. Kehidupan kota dan Desa

Gereja kota menjadi tanda harmoni ideal antara borjuis liberal dan
semangat religius yang membara. Pembangunan katedral raksasa di Ulm,
Freiburg, Strasburg diteruskan hingga akhir Reformasi. Kaum borjuis
diidentikkan dengan gereja kota. Semua kelas masayarakat berpartisipasi dalam
pembangunan gereja kota. Kurangnya swadaya membuat mata menoleh kepada
indulgensi sebagai sarana paling tepat untuk mengumpulkan dana. Uskup
memberikan persetujuan bagi kepada penguasa kota bagi pilihan ini. Maraknya
praktek penyelewengan indulgensi melahirkan kritik pedas dari berbagai pihak,
terutama kaum klerus sendiri.7
Kaum borjuis menguasai gereja dan hartanya. Gereja dipakai sebagai
sarana untuk menjalankan ambisi politis mereka. Dewan kota berlomba menjadi
pelindung gereja dan kapel-kapel di kota. Paroki dan keuskupan pun dengan cara
tertentu dikuasai oleh kelompok tertentu dengan menyediakan benificium yang
menggiurkan. Masyarakat juga berusaha menguasai biara-biara dengan
menghunjuk petugas khusus sebagai pengawasnya. Pemerintah kota tidak
mengindahkan pengecualian pajak yang diberikan kepada klerus. Administrasi

5
H. Tüchle C.A. Bouman – J. Le Brun, nuova storia…hlm. 28-29.
6
H. Tüchle C.A. Bouman – J. Le Brun, nuova storia…hlm. 29-30.
7
H. Tüchle C.A. Bouman – J. Le Brun, nuova storia…hlm. 31.

2
rumah sakit dimasukkan ke dalam politik wilayah kota dan kaum borjuis
dianugerahi hak istimewa untuk mengelolanya.
Pendirian gereja dan kapel yang tidak sedikit membutuhkan banyak imam.
Jumlah imam membludak. Di katedral di Strasburg, tahun 1521 ada 24 orang
imam, ditambah 63 imam biasa yang harus diberi gaji, dibantu oleh 36 orang
kapelan untuk doa ofisi.8 Tahun 1500-an memang menyaksikan kesalehan paling
menonjol dalam kehidupan Kristen dalam sejarah Jerman. Kesalehan inilah
penggerak utama para reformator untuk bergerak.9
Perkembangan teknologi militer membuat jumlah pasukan berkuda terlalu
banyak. Sistem ekonomi moneter menggerus harta mereka sementera,
sementara sistem perdagangan membuat kota-kota sekitarnya semakin kaya.
Mereka menantikan revolusi untuk mengambil alih kekayaan gereja. Para petani
kampung diliputi kekecewaan. Mereka pergi ke kota sebagai menjadi di industri
yang baru lahir. Para pekerja mulai menjadi budak. Banyak kewajiban yang harus
dibayar. Para pemilik tanah dan Gereja berusaha mengubah status tanah warisan
orang meninggal dari warisan permanen kepada hibah sementara. Untuk melawan
sikap ini petani merujuk pada hukum kuno dan menuduh perbuatan penguasa
sebagai pelanggaran hukum ilahi dan kodrati. Sebelum Reformasi sudah terjadi
pemberontakan petani di wilayah hulu sungai Rein mempertahankan kebebasan
politis dan sosial. Kegagalan usaha ini sama sekali tidak melemahkan pengharapan
akan struktur yang adil sesuai dengan kehendak Alah. 10
2.3. Krisis politik

Kemenangan Perancis atas Inggris yang mengakhiri perang 100 tahun


(1453) menciptakan Perancis sebagai satu wilayah kerajaan yang solid dibawah
pimpinan seorang raja absolut yang menentukan segala sesuatu bahkan
kehidupan internal gereja. Louis XI dianugerahi gelar Rex christianissimus oleh
paus. Pengaruh raja dalam pemilihan para uskup dan abbas hampir tidak mengenal
batas. Dalam Gereja terjadi kekacauan institusional dan kerusakan moral yang
tampak dalam persaingan kelompok untuk mendapatkan kebebasan yang sebesar-
besarnya.11
Masa pemerintahan kaisar Frederikus III (1440-1493), 12 para pangeran
semakin mengokohkan otonominya. Para raja setempat berkuasa di wilayahnya
dan bisa menentukan kebijakan pajak. 13 Situasi politis berubah pada masa
8
H. Tüchle C.A. Bouman – J. Le Brun, nuova storia…, hlm. 31-33.
9
B. Lohse, Martin Luther an Introduction to His Life and Work, (Judul asli Martin Luther – Eine Einfuhrung in
sein Leben und sein Werk) diterjemahkan oleh Robert C. Shultz (Philadelphia: Fortress Press, 1986), hlm. 8.
Bdk. E. De Moreau – P. Jourda – P. Janelle, Storia della chiesa, la Crisi Religiosa del Secolo XVI (judul asli:
Histoire de L’Eglise depuis les origins jusgqu’ À nos jours) diterjemahkan oleh Gigliola Gamba, (Torino:
Editrice S.A.I.E, 1968), hlm. 13-14.
10
H. Tüchle C.A. Bouman – J. Le Brun, nuova storia…, hlm. 33-34.
11
H. Tüchle C.A. Bouman – J. Le Brun, nuova storia…, hlm. 34-35.
12
B. Lohse, Martin Luther an Introduction…, hlm. 1.
13
B. Lohse, Martin Luther an Introduction…, hlm. 6.

3
pemerintahan kaisar Maximilianus. Tetapi dia memperalat dorongan reformasi
untuk kepentingan pribadi, terutama dengan memungut pajak umum dari semua
wilayah kerajaan.14 Maximilianus berhasil memperketat sistem sentralisasi
administrasi kerajaan. Tetapi hal ini tidak bertahan lama. 15
Di German ada usaha mendirikan satu Gereja nasional meniru Inggris,
Perancis dan Spanyol dengan membatasi jurisdiksi para uskup. Pemilihan para
uskup berada di bawah kuasa para pangeran. Kuria kepausan diminta meneguhkan
pilihan mereka. Kuria mencoba memasukkan pengaruhnya dalam pembentukan
komposisi dewan pemilih yang memastikan setoran kepada kuria.16 Sejumlah paus
renaisans berusaha memperluas kuasanya dalam pemilihan uskup dan penetapan
pajak khusus. Perburuan uang ini mengundang banyak klerus ke Roma yang
menjanjikan karir yang hebat. Jerman sangat kecewa akan situasi ini sehingga
muncil sikap anti-Roma dan anti kelrikal yang dikumpulkan Gravamina Germanicae.
Tetapi Roma bergeming.17

2.4. Klerus dan para uskup

Pendapatan kampung sangat sedikit dan gaji para kapelan dan pegawai
sangat memprihatinkan. Di wilayah Flanders para imam yang baru saja
ditahbiskan hidup sangat miskin dari hasil kerja tangan yang sangat minim dan
memaksa mereka untuk meminta-minta. Relasi dengan penduduk ke mana-mana
didominasi oleh motivasi pemenuhan kebutuhan akan hiburan, minum dan
sebagainya.18 Formasi para imam sangat jarang. Sebagian besar calon imam
belajar di rumah pastor paroki. Sering kali imam yang menemani mereka tidak
matang dan kurang terdidik. Sekolah-sekolah keuskupan dan biara terbatas pada
segelintir orang saja.19 Hanya sejak pertengahan kedua abad XV orang mulai bisa
belajar di universitas.
Perancis, Inggris dan Italia telah memiliki univesitas sejak tahun 1200.
Jerman memulainya pada abad ke 14. Universitas yang paling penting pada awal
abad ke 16 adalah Sorbonne di Paris. Para teolog Sarbonne tetap mengajarkan
teori konsiliarisme. Jerman sendiri berubah setelah pecahnya Reformasi. 20 Studi
di Universitas mengandaikan adanya uang masuk tetap dan cukup. Demi studi
paroki boleh ditinggalkan. Kekosongan pastor paroki harus diisi oleh para rektor
upahan yang tidak memiliki semangat pastoral.21

14
B. Lohse, Martin Luther an Introduction…, hlm. 1.
15
H. Tüchle C.A. Bouman – J. Le Brun, nuova storia…, hlm. 36-37.
16
H. Tüchle C.A. Bouman – J. Le Brun, nuova storia…, hlm. 36.
17
H. Tüchle C.A. Bouman – J. Le Brun, nuova storia…, hlm. 36-37.
18
H. Tüchle C.A. Bouman – J. Le Brun, nuova storia…, hlm. 37-38.
19
H. Tüchle C.A. Bouman – J. Le Brun, nuova storia…, hlm. 38-39.
20
B. Lohse, Martin Luther an Introduction…, hlm. 12-13.
21
H. Tüchle C.A. Bouman – J. Le Brun, nuova storia…, hlm. 39.

4
Masalah moral klerus yang paling berat ialah konkubinat. Tribunal gerejani
tidak tegas dalam hal ini. Imam yang bermasalah dipindahkan ke rumah
rehabilitasi, atau cukup dengan mengusir isteri gelapnya. Kaum awam sering
memandang praktek ini sebagai normal, sementara imam menganggapnya sebagai
dosa yang bisa diampuni. Masalah timbul hanya pada saat mewariskan jabatan dan
uang masuk kepada anak yang lahir dari hubungan tersebut. Dispensasi dari Roma
yang dituntut sebagai syarat untuk menahbiskan anak haram ini sangat mudah
diperoleh.
Teladan imam ideal sangat terbatas. Di wilayah berbahasa Jerman bisa
disebutkan nama pastor paroki Basilea Ulrich Surgant (+ 1506), Geiler dari
Kaisersberg (+ 1520) dan Heinrich von Pflummernd dari Biberach (1475-1561)
yang tak pernah menerima gaji utuk bisa melayani Allah dengan baik dan orang
sakit di rumah jompo. Banyak juga imam yang setia menjalankan hidup dan
karyanya tanpa menarik banyak perhatian. Mereka pada umumnya adalah imam
yang otoformatif yang membentuk kelompok persaudaraan. Imam diosesan
membatasi tugas pada pendarasan doa-doa harian dan perayaan misa,
mencatatkan intensi misa, memelihara gereja dan harta bendanya, berkotbah,
melayankan sakramen kepada orang sakit, penguburan orang mati, dan
memastikan berjalannya peraturan kanonik dalam paroki. 22
Animasi karya pastoral dari para uskup sulit diharapkan. Banyak uskup
yang ditahbiskan terlalu muda dan terlalu terikat dengan keluarga dan
menghabiskan waktu untuk menutupi utang para imam katedral dan urusan politis
keluarga.23 Banyak takhta uskup menjadi objek kompetisi yang berkepanjangan.
Uskup tertentu tak pernah tinggal di keuskupannya. Kardinal Hippolitus d’Este,
uskup agung Milan dari 1520-1550 dan Kardinal Accolti (+1532), yang telah
menyiapkan draft awal bulla Exsurge Domine, adalah dua nama yang termasuk
dalam kategori ini. Ada uskup yang tidak pernah belajar teologi sama sekali,
kecuali hukum sipil dan kanonik. Keuskupan diorganisir menurut model kerajaan.
Jerman pada masa ini bisa berbangga akan kehadiran para uskup sejati di
Augsburg, Konstanz, Strasburg, Eichstatt dan di tempat lain. Ada uskup yang
berkotbah langsung kepada umat. Ada uskup yang mengumpulkan sinode dan
mengeluarkan statuta untuk memperbaiki situasi. Pertengahan kedua abad XV
ditandai oleh sinode-sinode pembaharuan. Tetapi usaha ini tidak bermuara pada
pembaharuan radikal.24

2.5. Biara-biara

Kemalasan menjadi warna tetap kehidupan di biara Benediktin di Inggris.


Kehidupan internal biara-biara ordo mendikan di dalam tembok kota Jerman
22
H. Tüchle C.A. Bouman – J. Le Brun, nuova storia…, hlm. 39-41.
23
J. M. Todd, Luther a Life, (London: Hamish Hamilton, 1982), hlm. 15.
24
H. Tüchle C.A. Bouman – J. Le Brun, nuova storia…, hlm. 41-44.

5
ditandai oleh kemerosotan. Klausura dihapuskan, kehidupan bersama terkikis,
kepemilikian harta pribadi mulai muncul. Biarawan mulai meniru kehidupan imam
diosesan dan para borjuis kecil dengan mencari jaminan hidup. Masyarakat
sangat geram akan penetapan pajak dan persaingan menakutkan antara pastor
paroki dan para religius memperebutkan hak untuk berkotbah dan melayani
pengakuan dosa dan penguburan sebagai sumber pendapatan. 25
Di tengah kemerosotan ini selalu hadir para religius otentik. Dalam setiap
ordo ada orang yang berusaha merestorasi bentuk hidup seturut anggaran dasar
yang ketat. Benediktin membaharui diri dengan menggabungkan biara di Italia
dan Spanyol, di Melk - Austria, di Kastl – Palatinato, di Bursfeld – sebagai pusat
reformasi. Minister jenderal Dominikan, Caetano, mencoba menyadarkan para
saudaranya akan pentingya secara sadar menyerahkan segala sesuatu yang
mereka miliki kepada superior. Fungsi lektor teologi ditetapkan kembali di setiap
rumah. Gerakan observans fransiskan bergerak dari Perancis ke Jerman berkat
dukungan para pangeran. Satu provinsi observans terbentuk dengan kapitelnya
sendiri di bawah pimpinan teolog Kaspar Schatzgeyer (+1527) yang bertindak
sebagai provinsial. Tahun 1517 paus Leo X merestui pendirian dua ordo
independen dalam keluarga fransiskan: observans dan konventual.
Andreas Proles (+1503) seorang Saxon berhasil menyatukan biara-biara
observans agustinian di bawah kepemimpinan seorang vikaris jenderal. Setelah
dia wafat, Staupitz memimpin kelompok observans. Para saudara menjalani hidup
asketis yang berat. Pada hari-hari puasa wajib, setiap Jumat dan sepanjang
prapaska, mereka diizinkan hanya satu kali makan satu hari. Tetapi pada
kesempatan lain, terutama pesta, mereka makan dan minum sebanyak-
banyaknya.26
Sebuah kelompok awam, semi religius, membawa wajah baru bagi gereja.
Salah satu yang signifikan ialah The brothers of common life, didirikan di
Utrecht dan Deventer di akhir abad ke 14. Tanpa kaul-kaul para religius
komunitas ini memainkan perannya terutama dalam pendidikan kaum muda dan
formasi para klerus. Devotio moderna adalah spiritualitas komunitas ini untuk
meniru Kristus secara personal dan mendalam. Hidup mereka keras dan sangat
menekankan kitab suci dalam doa dan meditasi.27

2.6. Spiritualitas kaum awam

Umat beriman rajin menghadiri misa di gereja, ibadah ofisi harian,


mendengarkan kotbah, tanpa banyak menerima sakramen-sakramen. Dalam
menjalankan rutinitas ini tersingkap suatu kegelisahan religius akan kepastian
masuk surga. Kepastian ini bisa diperoleh dengan uang dengan membeli surat
25
H. Tüchle C.A. Bouman – J. Le Brun, nuova storia…, hlm. 44-45.
26
J. M. Todd, Luther…, hlm. 14.
27
H. Tüchle C.A. Bouman – J. Le Brun, nuova storia…, hlm. 45-47.

6
indulgensi dan mencari perlindungan para santo dengan menyentuh relikwi kudus.
Tempat-tempat peziarahan santo Jakobus Kompostella, santo Mikhael, santo
Gilles, Einsiedeln, Aquisgrana, Treveri, Jerusalem, Roma, Wilsnack dipenuhi oleh
peziarah. Takhyul-takhyul ekaristis dalam bentuk penampakan, sihir, mantra dan
nujum berkembang luas. Secara positif orientasi kesalehan baru ini melahirkan
karya seni religius, keindahan dan keagungan perayaan religius semakin mendapat
perhatian, kelompok persaudaraan terbentuk di mana-mana, pendirian karya
karitatif yang tak terhitung banyaknya membentuk satu sistem sosial yang
istimewa. Mendukung spiritualitas umat beredar buku-buku religius yang
memberikan tuntunan meditasi dalam bahasa rakyat. Beredar juga banyak
terjemahan kitab suci terutama di Jerman dan Perancis. 28

2.7. Humanisme

Trend yang mendominasi bidang intelektual menjelang Reformasi ialah


humanisme yang menyebar dengan cepat melalui relasi personal, surat-menyurat
dan publikasi buku baru. Terbukanya lingkungan kerajaan, munculnya universitas-
universitas baru dan bangkitnya satu kelompok borjuis kaya sangat mendukung
perkembangan aliran intelektual ini. Humanisme berfokus pada pencarian
kebebasan sejati manusia di luar metafisika dan teologi. Ideal hidup monastik
untuk menghidupi nasehat-nasehat injili tidak sesuai dengan ide humanisme.
Pengenalan akan Allah dan manusia bisa dicapai terutama melalui studi retorika.
Konsili-konsili ekumenis abad ke XV dan penaklukan Konstantinopel oleh
Turki telah memasukkan banyak literature Yunani yang membukakan mata orang
barat akan filsafat platonis dan bapa gereja timur yang menawarkan dimensi
spiritualitas yang baru. Pemikiran skolastika mulai dipinggirkan oleh nominalisme
yang sangat memikat. Orang mulai tertarik pada dan mempelajari bahasa-bahasa
kuno agar mampu membaca Kitab Suci dan para Bapa Gereja dalam konteks
aslinya. Para teolog konservatif diserang. Sikap ini melahirkan tendensi
materialisme yang mengecualikan hal-hal supranatural dan alergi akan teologi dan
Gereja. Sadar akan orientasi mereka yang berseberangan dengan tradisi, para
humanis mengelaborasi program baru untuk merestorasi kekristenan sambil
menyudutkan lawan-lawannya menggunakan lukisan dan surat-surat kegelapan
yang sarkastis.29
Humanisme yang lahir di Italia aktif mengeritik dan bersikap skeptis
terhadap kehidupan religius kuno. Solusi atas masalah yang berkaitan dengan
agama dan kehidupan dicari dalam Tulisan-tulisan kafir klasik menggantikan
peran sumber-sumber wahyu untuk menerangkan agama, kehidupan, dan dunia.
Peran rasio sangat mereka tekankan. 30 Kontak studen Jerman dengan humanisme
28
H. Tüchle C.A. Bouman – J. Le Brun, nuova storia…, hlm. 48-50.
29
H. Tüchle C.A. Bouman – J. Le Brun, nuova storia…, hlm. 51-52.
30
H. Tüchle C.A. Bouman – J. Le Brun, nuova storia…, hlm. 52.

7
di Italia membawa humanisme ke Jerman. Konrad Peutlinger dan Willibald
Pirckheimer yang kelak menjadi kanselir di Norimberg mendapat pendidikan di
universitas Padua dan Bologna yang sepenuhnya beraliran humanis. Semangat
humanis melahirkan sikap kritis Jerman terhadap Roma dan membela otoritas
konsili ekumenis di atas paus. Melalui Peutinger humanisme mendapat pijakan
kokoh dalam lingkungan keluarga kaisar Maximilianus. Dukungan dan minat kaisar
akan aliran pemikian ini menjadikan Jerman pusat humanisme yang terbesar di
Eropa. 31 Para humanis menjadi kelompok yang siap menerima Luter dan ikut
dalam gerakannya.32 Insipirasi Luter banyak berasal dari aliran ini.33
Erasmus dari Roterdam tampil sebagai tokoh dominan humanis. Ideal
Erasmus ialah lahirnya orang Kristen bijak dan terpelajar, bukan sederhana dan
saleh buta. Ia mengelaborasi kesalehan kristiani dalam Enchiridon yang
dipublikasikan pada 1503 di Aversa. Kesalehan Erasmus dibanjiri oleh ide
platonisme. Peran Kitab suci dalam pembelaan Kristen ditempatkan di atas semua
sakramen. Menurut Erasmus para uskup dan paus harus menjadi model hidup
sempurna bagi umat. Sepulang dari kunjungan ke Roma Erasmmus pergi ke
Inggris. Di rumah Thomas Moore, tahun 1509, ia menuliskan pengalaman
kunjungannya ini dalam Encomium morie (L’elogio della pazzia). Dari satu sisi dia
puas akan suka cita dan ketulusan orang kristen sederhana, tapi dari sisi lain ia
mengungkapkan satu ironi pedas dan penilian hitam atas para kardinal dan paus
yang sangat bertentangan dengan para rasul. Selama masa Reformasi, Erasmus
tetap bersatu dengan Gereja. Bagi dia, pembaharuan religius dalam roh
kebebasan dan injil tidak berarti memutuskan hubungan dengan Gereja. 34

2.8. Usaha reformasi

Usaha untuk menanggapi kritik dan persoalan berat dalam Gereja


terutama di Kuria Roma dijalankan dalam konsili-konsili. Konsili Konstans (1414-
1418) berhasil menyelesaikan skisma barat yang membuang para paus ke Avignon
(1378-1415). Konsil konstans dan Basel (1431-1449) menetapkan superioritas
konsili ekumenis atas paus. Tetapi paus tidak menerima dekrit ini. Mereka
berusaha mencari jalan apapun untuk menundukkan konsili pada paus. Pengalaman
para paus akan konsili-konsili abad ke 15 membuat mereka enggan memanggil
konsili pada abad ke 16. Mereka takut kalau paham konsiliarisme ini kembali
berkuasa atas diri paus. Kegilaan paus akan kuasa dan keengganan mereka

31
B. Lohse, Martin Luther an Introduction…, hlm. 1-2, 15.
32
H. Tüchle C.A. Bouman – J. Le Brun, nuova storia…, hlm. 53.
33
M. Edwards and G. Tavard, Luther A Reformer for the Church – an Ecumenical Study Guide, (Philadelphia:
Fortress Press, 1983), hlm. 19.
34
H. Tüchle C.A. Bouman – J. Le Brun, nuova storia…, hlm. 53-59.

8
mereformasi gereja adalah alasan utama mereka menolak konsili. 35 Dalam situasi
seperti ini tokoh Reformasi muncul ke permukaan.

3. Martin Luter

3.1. Dari Masa kanak-kanak hingga menjadi imam

Luter36 dilahirkan dari pasangan Hans Luder dan Margaret di Eisleben 10


Nopember 1483. Tahun berikutnya mereka pindah ke Mansfeld. Ayahnya bekerja
di pertambangan37 tetapi kemudian berhasil mendirikan usaha sendiri. Margaret
adalah seorang yang saleh. Luter dididik dengan disiplin keras dalam lingkungan
yang keras. Kekerasan38 dalam rumah tangga meninggalkan cap khusus dalam
kepribadian Luter. Tetapi secara umum Luter mampu melihat segi positif dari
pengalaman dan relasinya bersama orang tuanya. 39 Kepadanya ditanamkan tradisi
gereja yang kuat. Tetapi gambaran mengenai pengadilan terakhir, terutama
ajaran tentang kematian, pengadilan, surga dan neraka sering menimbulkan rasa
takut dalam diri Luter. Peristiwa penyaliban Yesus sungguh mengerikan.
Ketakutan ini ditambah lagi oleh berdarnya banyak takhyul. 40 Luter sangat sangat
pintar tapi sering meledak-ledak amarahnya. Dia selalu tampil antara rasa malu
dan minder serta sombong.41
Demi menjamin kehormatan keluarga dan kotanya Luter diutus ke sekolah
Trivium untuk belajar grammer, logika dan retorika. Pada usia 12 tahun, pada
1496 Luter melanjutkan pendidikan ke Magdeburg. Tahun berikutnya Martin
35
G. Martina, La Chiesa nell’età dell’assolutismo…, hlm. 42-88. Bdk B.Lohse, Martin Luther an
Introduction…, hlm. 9-10. Bdk. Juga H. Jedin (ed.), The Medieval and Reformation Church…, hlm. 360-365.
36
Kisah masa kecil Luter yang menyenangkan dilukiskan dengan hidup-hidup oleh W.J. Kooiman, Martin
Luther Doktor dalam Kitab Suci Reformator Gereja, (judul asli Marteen Luther, Doktor der Heilige Schrift,
Reformator der Kerk) diterjemahkan oleh P.S. Naipospos (Jakarta: Gunung Mulia, 2001), hlm. 1-8.
37
Pertambangan merupakan industri penting untuk menopang perkembangan ekonomi pada pertengahan kedua
abad ke 15 [lihat B. Lohse, Martin Luther an Introduction…, hlm. 7.]
38
Tidak mudah mengukur sejauh mana kekarasan ini membentuk gambaran Allah-Hakim yang dimiliki Luter
mengenani konsep Allah. Tidak tepat langsung mengaitkan kebiasaan dan ide seseorang pada saat ini dengan
pengalaman pahitnya di masa lalu [lihat L. Mezzadri, Storia della Chiesa tra Medioevo ed Epoca Moderna.
Rinnovamenti, Separazioni, Missioni, il concilio di Trento (1492-1563), (Roma: Centro Liturgico Vincenziano,
2001), hlm. 151.]
39
Tidak sedikit pengarang yang mengaitkan secara langsung pengalaman masa kecil Luter dengan gerakan
Reformasi Protestan yang membawa warna khas Luter. Para sejarawan menyangkal pendapat seperti ini. [lihat
S. Hendrix, Martin Luther, Reformer…, hlm. 5.] Tidak sedikit pengarang yang mengaitkan secara langsung
pengalaman masa kecil Luter dengan gerakan Reformasi Protestan yang membawa warna khas Luter. Para
sejarawan menyangkal pendapat seperti ini. Para sejarawan katolik juga mencoba melihat langsung kepada
Luter sendiri sambil menerapkan prinsip objektivitas dalam sejarah dan tidak menilai masa sekarang
berdasarkan masa lalu. Gioccomo Martina, guru besar sejarah di berabagi universitas ternama di Roma
mengatakan, “oggi dopo gli studi di Lortz, Adam e altri, assitiamo ad una rivalutazione di Lutero. Tutti
riconoscono in lui una profonda religiosità. Lutero ebbe un’esperienza personale di Dio, un autentico senso del
pecato e della propira nullità, da cui si sollevava per l’attaccamento a Gesù Cristo e la confidenza cieca in Lui e
nella sua redazione. Kepribadian sejati Luter sebagai religius agustinian semakin ditonjolkan. Ia dinilai sebagai
pembaharu dalam gereja dan juga Jerman [lihat G. Martina, La Chiesa nell’età dell’assolutismo…, hlm. 92-96.]
40
J. M. Todd, Luther…, hlm. 1-6.
41
L. Mezzadri, Storia della Chiesa tra Medioevo…, hlm. 151.

9
pindah ke sekolah lain di Eisenach. Di sana ia tekun membina kehidupan rohani
ikut kegiatan peribadatan di gereja. Setelah itu Luter melanjutkan pendidikan ke
universitas Erfurt. Di kota ini dia sering menyaksikan protes masyarakat miskin
kepada orang kaya dan protes kepada elite gerejani.42 Universitas ini terkenal
dengan disiplinnya yang ketat. Di kota yang tidak bersih dari prostitusi ini dia
berkenalan dengan para humanis Jerman dan berkenalan dengan filsafat Ockham
dari para pengikutnya yang beraliran nominalisme. Luter menyelesaikan ujian
akhir untuk Master of Art pada usia 21 tahun pada Februari 1505. 43 Situasi
masyarakat menjadi keprihatinannya. Setelah tamat master, Luter melanjutkan
studi Hukum Kanonik. Tetapi di lubuk hati Luter bergema sebuah bentuk hidup
ideal, yakni rahib atau biarawan. Dalam situasi seperti inilah ia mengalami
pengalaman ketakutan disambar petir pada 2 Juli di Stotternheim dan berjanji
kepada santa Anna bahwa ia akan menjadi biarawan. Akhirnya Luter memutuskan
untuk bergabung ke dalam biara Augustinian dan membatalkan kuliah hukum. Di
samping kualitasnya sebagai ordo terbaik di Erfurt, Luter juga melihat sisi
negatifnya yang sering menjadi sasaran protes. 44
Mendengar keputusan Luter menjadi biarawan ini ayahnya marah besar.
Tembok biara memberi Martin rasa damai. Di sini mendaraskan mazmur-mazmur.
Dalam waktu satu atau dua tahun Martin telah menghafal ke 150 mazmur. Dia
sangat berminat pada Kitab Suci dan memperkaya diri dengannya.45 Pada musim
panas 1506 Luter mengucapkan kaul religius. Selama mempersiapkan diri untuk
menerima tahbisan imamat, batin Luter dipenuhi oleh ketakuan dan juga
sukacita.46 Dari buku dan keterangan Gabriel Biel Luter mempelajari bahaya
takhyul yang dikandung dalam praktek Ekaristi. Biel menandaskan pentingnya
kemurnian hati imam ketika melayankan dan merayakan sakramen-sakramen. Buku
ini justru menambah kecemasan Luter menjelang tahbisan. Ia ditahbiskan
menjadi imam pada 3 April oleh uskup Johann Bonemilch von Lasphe. Ia
direncakan merayakan misa pertamanya pada Minggu 2 Mei 1507. Sambil
menunggu hari pesta dia mendengar bahwa ayahnya akan datang membawa hadiah
£ 200 bersama 20 orang teman menunggangi kuda.
Hari pesta makin dekat sementara kegelisahan Martin tidak reda. Martin
mengawali misa dengan sangat baik. Tetapi ketika mulai mengucapkan doa syukur
agung “Te igitur, clementissime Pater …ia seolah tersambar petir. Ia mengalami
krisis identitas. Setelah berjuang keringatan dan gemetar akhirnya ia kembali
tenang meneruskan misa. Ketenangan ini segera diteror lagi oleh bapaknya yang

42
J. M. Todd, Luther…, hlm. 6-14.
43
J. M. Todd, Luther…, hlm. 14-20. Bdk. E. De Moreau – P. Jourda – P. Janelle, Storia della chiesa, la Crisi…,
hlm. 15-20.
44
Bdk. D. MacCulloh, The Reformation, (New York: Penguin group, 2004), hlm. 110-119. Bdk. W.J. Kooiman,
Martin Luther Doktor dalam Kitab Suci Reformator Gereja, (judul asli Marteen Luther, Doktor der Heilige
Schrift, Reformator der Kerk) diterjemahkan oleh P.S. Naipospos (Jakarta: Gunung Mulia, 2001), hlm. 15-21.
45
S. Hendrix, Martin Luther, Reformer…, hlm. 6.
46
J. M. Todd, Luther…, hlm. 23-33.

10
sudah banyak meneguk anggur. Keputusan Martin menjadi biarawan dan imam
sekarang digugat oleh perkataan ayahnya yang menuntut dia untuk menghormati
orangtua. Martin gemetar dan diam.

3.2. Studi lanjut dan karir

Martin kembali ke komunitas sebagai imam junior. Dia disuruh melanjutkan


studinya di universitas. Ini memberinya ketenangan karena dia sangat berminat
studi. Dia memilih studi Kitab Suci. Meskipun tuntutan studi makin berat, ia
selalu menjadi teladan menjalankan segala peraturan hidup di biara. 47 Martin
disuruh belajar ke Wittenberg oleh pimpinannya untuk mengajar filsafat sambil
meneruskan studi teologi. Dia tiba di sana pada musim gugur 1508. Ia mengajar
dengan baik dan mengagumkan. Otoritas universitas Wittenberg mengatakan
bahwa ia layak untuk studi Baccalaureus Biblicum. Sementara itu ia kembali lagi
ke Erfurt dan berhasil meraih gelar Sententiarius.
Untuk menyelesaikan konflik internal ordo Luter diutus ke Roma. Ketika
melihat Roma sangat memikat hatinya. Sebelumnya ia memuji kehidupan orang-
orang Italia yang jauh lebih baik daripada orang Jerman. Kini ia melihat langsung
sisi negatif kehidupan di Italia: imam-imam yang berkasus, trik-trik jahat untuk
mendapatkan posisi yang lebih tinggi yang melebihi Jerman, prostitusi, dan
minimnya keseriusan di mana-mana.48
Pada musim dingin 1512, Doktor Martin Luther, berusia 29 tahun, sub-
prior komunitas Wittenberg, Professor Kitab Suci di Universitas, harus memulai
persiapan untuk kuliah professorialnya. Dia juga harus mulai berkotbah kepada
para saudaranya. Tahun 1515 dia dihunjuk menjadi wakil provinsial bertanggung
jawab atas sebelas komunitas di seberang Saxony dan Thuringia termasuk
kampungnya di Erfurt. Kesibukan mengajar dan tugas-tugas lain membuat Luter
sering lalai dalam doa. Dalam situasi ini ia merasa diri hampa dan secara total
menjadi nihil. Terror batin Luter pertama sekali mencuat berkaitan dengan
masalah pengakuan dosa. Dia melihat bahwa sistem pengakuan yang dibuat gereja
tidak efektif. Dia hendak mengakukan dosanya, diberi absolusi oleh imam dan
pada waktu itu juga dia mengeluh kepada Allah dan putus asa. Staupitz yang
mengenal secara mendalam Luter, mencoba memberinya terapi dengan
menekankan kebaikan Allah.49

3.3. Kontroversi indulgensi dan gerakan Reformasi

47
J. M. Todd, Luther…, hlm. 34-48.
48
J. M. Todd, Luther…, hlm. 48-59.
49
J. M. Todd, Luther…, hlm. 48-76.

11
Paus Julius II mengumumkan indulgensi50 untuk kepentingan pembangunan
basilika Santo Petrus pada tahun 1507. Paus Leo X membaharuinya lagi pada
tahun 1513. Tahun 1517 uskup agung Mainz, Albrecht,51 memerintahkan agar
indulgensi dikotbahkan untuk mendapatkan uang. Uskup muda berusia 23 tahun
ini dipilih menjadi uskup agung Magdeburg dan administrator apostolik di
Halberstadt pada tahun 1513. Dia adalah saudara dari Joakim I Hohenzollern,
pangeran pemilih dan sepupu Albrecht Brandenburg-Ansbach, guru besar ordo
Teutonik. Ketika takhta keuskupan Mainz kosong pada tahun 1514 Albrecht
memastikan dirinya untuk menduduki takhta tersebut dengan syarat ia harus
membayar 14.000 ducat kepada Roma. Albrecht harus membayar 10.000 ducat
kepada Roma sebagai dispensasi pengumpulan beneficium dan 2.143 ducat kepada
kaisar. Roma mengusulkan cara menyelesaikan masalah keuangan ini. Bank
meminjamkan uang 29.000 emas florin. Jumlah total yang harus dihasilkan
Albrecht adalah 52.286 ducat. Untuk menutupi utang ini, indulgensi dikotbahkan
di Jerman. Setengah dari uang masuk menjadi bagian Roma dan setengah untuk
membayar utang kepada Fugger. Utusan Fugger ikut bersama pengkotbah untuk
mengambil bagian mereka di tempat. 52 Albrecht dihunjuk menjadi komisaris
indulgensi selama delapan tahun. Tahun 1517 dia menghunjuk dua komisi untuk
kesukupan Magdeburg, di antaranya ialah Johann Tetzel OP dan juga
menerbitkan instructio summarium yang mengatur detail pengumpulan indulgensi.
53

Masalah timbul ketika surat indulgensi diberikan imbalan atas uang yang
diberikan umat. Surat Indulgensi membebaskan umat dari hukuman dosa. Surat
indulgensi ini bisa juga diaplikasikan bagi teman dan keluarga yang sudah
meninggal, yang diyakini masih berada di api pencucian. Dalam kotbahnya Fr
Tetzel berkata, “Begitu koin berbunyi ke dalam kota persembahan, jiwa langsung
melompat ke surga.”
Luther bertekun dalam pengajaran di Unversitas. Tetapi dia mulai cemas
akan umat di gereja santa Maria. Dari studi dan pengajarannya, dia tidak punya
alasan untuk menolak merayakan misa, karena misa berakar dari Perjanjian Baru.
Ia sendiri sangat bertanggung jawab merayakan misa. Tetapi mengenai indulgensi
sama sekali tidak ada dasar dalam injil. Pertobatan hati menjadi tema kotbah-
kotbah Luter. Dia mulai terganggu oleh pengumpulan uang melalui kotbah
indugensi maka ia mulai menuangkan pendapatnya tentang indulgensi dalam
tulisan. Pernyataan dari seorang doktor hebat dan punya jabatan serta pengaruh
pasti menjadi bahasan orang lain.
50
Kontroversi Indulgensi adalah moment decisive pecahnya Reformasi Protestan. Jedin dengan singkat dan
padat melukiskan kontroversi tersebut sehingga mudah dipahami. [lihat Hubert Jedin (ed.), The Medieval and
Reformation Church…, hlm. 384-391.
51
Diarmaid MacCulloch melukiskan figure uskup ini sebagai orang muda yang sangat ambisius dan haus akan
jabatan. [Lihat D. MacCulloh, The Reformation…, hlm. 117.
52
Hubert Jedin (ed.), The Medieval and Reformation Church…, hlm. 386.
53
L. Mezzadri, Storia della Chiesa tra Medioevo…, hlm. 158-159.

12
Keberatan Luter akan praktek indulgensi menggemakan kembali kritik
John Huss (1369-1415) dan John Wyclif (1328-1384) atas pokok yang sama.
Huss menegaskan bahwa Kristulah kepala Gereja. Reaksi gereja terhadapnya
sangat keras. Dia diekskomunikasi. Karena Huss menolak untuk membuang
ajarannya, dia dibakar hidup-hidup sebagai bidaah pada akhir konsili Konstans.
Baik kaisar maupun paus dipandang sebagai pembunuh. 54
Luter menulis protes formal kepada uskup Albrecht. Bersama surat
tersebut ia melampirkan tesis-tesisnya. Tanggal 31 Oktober 1517 Luter mengirim
surat kepada uskup agung ini yang berisikan penjelasan Luter akan apa yang
sedang terjadi sekarang tidak sesuai dengan injil dan perintah Tuhan kita Yesus
Kristus.55 Tujuan dan perjuangan Luter mengungkapkan isi Kitab Suci dan ajaran
Bapa-bapa. Luter tidak mau tunduk pada ajaran teologis pada saat itu. 56
Tujuh hari setelah mengirimkan surat ke Mainz dan Brandenburg, Luter
sangat depressi. Dalam situasi ini ia mengirim surat personal kepada Frederikus
yang berisikan kekecewaannya atas kebijakan pajak yang dikeluarkan oleh
pemimpin bijaksana ini. Pangeran pemilih yang telah mengenal Luter memilih
tenang dan diam.57 Dalam hitungan minggu, tesis tersebut telah tersebar ke
seluruh Eropa. Satu dari pencetak tesis tersebut menomori tesis tersebut dan
sejak itu tesis tersebut dikenal dengan 95 tesis Martin Luter. Luter sangat
menyesalkan beredarnya tesis itu ke mana-mana. Dalam suratnya kepada
Christoph Scheurl Luter menyamakan otoritas Gereja dengan para imam kepala
dan pemimpin orang Yahudi yang menyiksa orang Kristen perdana. 58
Tetzel membawa masalah ini ke ranah hukum dan melaporkan
pengarangnya ke Roma. Pada 15 Januari 1518 Dr Konrad Koch menulis tanggapan
kontra tesis Luter dan dibela oleh Tetzel dengan menuduh Luter sebagai heretik.
Tulisan ini dikirim kepada Kardinal pelindung ordo Dominikan, Thomas de Vio,
yang lebih dikenal dengan Cajetan. Tetzel berkata bahwa Luter akan berada di
atas api dalam tiga minggu ini.
Luter harus memberikan argumen atas tesisnya. Kata pengantar
penjelasanannya menekakankan loyalitas Luter kepada Roma. Tetapi di bagian

54
Bernhard Lohse, Martin Luther an Introduction to His Life and Work, (Judul asli Martin Luther – Eine
Einfuhrung in sein Leben und sein Werk) diterjemahkan oleh Robert C. Shultz (Philadelphia: Fortress Press,
1986), hlm. 11.
55
Banyak yang mengatakan bahwa tesis Luter digantungkan di Gereja Benteng kota Wittenberg. Sejarawan
sekarang ini tidak terlalu menonjolkan hal ini karena kurangnya bukti yang meneguhkan dan juga, menurut
Jedin, “A posting of the theses at the Wittenberg castle church on 31 October 1517 is incompatible with these
statements of Luther. Neither Luther himself nor any other of the numerous contemporary sources refers to such
a move. [Lihat Hubert Jedin (ed.), The Medieval and Reformation Church, an Abridgment of History of the
Church volumes 4 to 6, (Judul asli Handbuch der Kirchengeshichte), diterjemahkan oleh John Dolan, (ed.) dan
disingkat oleh D. Larrimore Holland, (New York: The Crossroad Publishing Company, 1993), hlm. 388. Bdk.
Diarmaid MacCulloh, The Reformation, (New York: Penguin group, 2004), hlm. 1119-120.]
56
Hubert Jedin (ed.), The Medieval and Reformation Church…, hlm. 388-389. Bdk. E. De Moreau – P. Jourda –
P. Janelle, Storia della chiesa, la Crisi…, hlm. 56-63.
57
Bdk. L. Mezzadri, Storia della Chiesa tra Medioevo…, hlm.159-161.
58
John M. Todd, Luther a Life, (London: Hamish Hamilton, 1982), hlm. 98-111.

13
penjelasan mengenai sikapnya terhadap paus dia menulis, ‘tak ada artinya bagi
saya apa yang menyenangkan dan tidak menyenangkan bagi Paus. Dia juga manusia
seperti kita semua.’ Pada saat itu beredar opini umum bahwa paus perlu
didengarkan hanya bila berbicara menurut kanon-kanon hukum dan sejalan
dengan konsili ekumenis. Di akhir Penjelasannya, Luter merangkumkan dengan
sangat baik apa yang ada dalam pikiran orang banyak di seluruh Eropa: harus ada
Reformasi, dan reformasi itu harus datang dari konsili ekumenis. Surat
penjelasan ini dikirimkan kepada uskupnya di Brandenburg sekitar pertengahan
Februari 1518.
Sambil menantikan jawaban uskup Bandenburg atas permintaannya untuk
diijinkan menerbitkan inti Explanation nya, Luter menulis dalam bahasa Jerman
yang disebutnya dengan Sermon tentang Indulgensi dan rahmat sebagai
keterangan sederhana atas pandangannya. Ia melarang siapa saja untuk membeli
Indulgensi. Teks ini dikirimkan ke Grunenberg, yang menjual copynya kepada
pedagang yang sedang mengadakan perjalanan. Luter merasa sudah waktunya
untuk bergerak. Tapi persis pada saat itu Abbas Lehnin, satu abbazia Benediktin
di keuskupan menyampaikan pesan uskup agar tidak menerbitkan apapun
mengenai pokok itu untuk sementara.
Di luar pengetahuan Luter, sejak Februari, Viterbo, Superior general
Augustinian telah mendapat memorandum dari paus meminta agar saudaranya
yang keras kepala di Wittenberg ditertibkan. Staupitz diberi tahu akan hal ini
dan dia menyampaikannya kepada Luter. Sejumlah krisis harus dibahas dalam
kapitel agustinian observans yang sebentar lagi diadakan di Heidelberg pada
akhir April. Frater Luter harus hadir sebagai minister provinsial di Saxony.
Staupitz menulis dan mengatakan kepada Luter mengenai kesan buruk yang
diakibatkan oleh tesisnya bagi pemimpin gereja. Dalam jawabannya 31 Maret
1518, Luter menjelaskan bahwa dia hanya mengikuti ajaran Staupitz sendiri dan
Tauler dan otoritas lain yang dikenal Staupitz. Dia mohon diizinkan
mengungkapkan opininya tentang doktrin-doktrin yang belum dibakukan.
Sementara itu, Staupitz telah mendapat peringatan dari Elector untuk
memastikan bahwa Luter aman di Heidelberg. Keamanan di perjalanan dijamin
oleh Frederikus, guru politisnya. Jawaban dari uskup agung belum juga ada.59
Kapitel di Heidelberg berjalan dengan baik. Kapitel menggantikan Luter
sebagai superior di wilayah Saxon dan mempercayakannya kepada Johann Lang,
superior di Erfurt. Luter tetap merasa gelisah melihat cara-cara hidup dan
kepemiminan otoritas gereja, terutama dalam menjatuhkan hukuman
sakramental dan ekskomunikasi. Dia membeberkan penyelewengan elite gerejani
dalam kotbah-kotbahnya. Selama berada di Heidelberg, Luter mendengar
bebarapa hal yang dikatakan mengenai dia di Roma. Setelah tiba kembali di
Wittenberg ia putuskan untuk mengirimkan Explanatian kepda paus dilengkapi

59
J. M. Todd, Luther…., hlm. 111-119.

14
dengan paparan teologis. Dia menerangkan tujuan utama dari ke 95 tesisnya
sambil tetap menunjukkan hormatnya kepada pemimpin gereja. Sekalian dengan
surat tersebut dia juga menulis Resolution. Di akhir suratnya dia menyatakan
kesiapannya untuk mati bila memang harus. Surat dan resolusinya dikirimkan Fr
Staupitz agar diteruskan ke Roma. Staupitz sedang berada di Augsburg untuk
menghadiri Dieta yang akan segera dibuka oleh kaisar Maximilianus.
Superior General Dominikan, teolog ultra papalist terkenal Kardinal de Vio
atau Cajetan hadir di Augsburg mewakilil paus. Agenda yang dia bawa ialah
penundukan Turki yang sedang mengancam dengan jalan perang salib. Ini berarti
biaya dan perlu pajak. Tanggapan hadirin ialah mengeritik Roma yang telah
mengambil terlalu banyak uang dari Jerman. Cajetan harus mundur dari
usulannya. Pertemuan beralih ke masalah politis. Kaisar Maximilianus yang
berusia 95 dan sakit parah berusaha membeli suara para elector untuk
meluluskan cucunya, Karel Habsburg, yang sedang menjadi pemimpin di Spanyol
dan Burgundy dan Belanda, menjadi penggantinya. Kuria kepausan berusaha
menghalanginya. Karel menjadi ancaman politis bagi Takhta Suci.60 Berdasarkan
pengalaman pahit hubungan paus dengan kaisar sebelumnya, paus Leo lebih
menginginkan seorang kaisar yang lemah. Dari semua figur yang dibayangkannya,
paus lebih memilih Frederikus si bijak, elector Saxony.61
Kontroversi indulgensi dan penyelewengan para elit gereja digantikan oleh
masalah teologi dan kuasa kepausan. Cajetan sudah membaca tesis Luter dan
secara pribadi dia setuju dengan banyak poin dari tesisi itu. Tetapi otoritas paus
tak bisa ditantang dan pernyataan paus sebelumnya yang telah menetapkan
indulgensi sebagai karya pastoral untuk kepentingan finansial harus dihormati.
Kunjungan ke Augsburg adalah kesempatan untuk bicara baik dengan superior Fr
Staupitz maupun dengan pemimpin sipilnya. Kardinal tahu bahwa Superior ordo
tidak menjalankan perintah kuria dalam kapitel di Heidelberg. Roma meminta
agar Luter datang untuk menghadiri pemeriksaan di Roma. Atas permintaan
Cajetan, Roma sangat senang mengirim perintah baru agar Luter dinyatakan
sebagai bidaah dan secepat mungkin ditangkap.
Paus Leo X sejak awal memandang kritik luter hanya sebagai masalah
administratif. Kuria kepausan berencana memanggil Luter ke Roma. Sylvester
Prierias, komisi takhta suci menyiapkan satu teks mengenai poin-poin teologis
agar Luter bisa dituduh sebagai heretik. Ia mengabaikan hampir semua substansi
dari 95 tesis dan berkonsentrasi pada otoritas paus dan pelanggaran personal
Luter. Luter dihina dan direndahkan sebagai anjing, penipu, anak pelacur. Copy
dari tulisan ini dikirim kepada Cajetan dan Luter.
7 Agustus Luter menerima teks Sylvester Prierias dan menertawakannya.
Dalam satu hari ia membalas tulisan Prierias. Horror semakin membara. Surat

60
B. Lohse, Martin Luther an Introduction…, hlm. 2.
61
M. Edwards and G. Tavard, Luther A Reformer…, hlm. 16.

15
dari Roma mewajibkan Luter berada di Roma dua bulan sesudahnya. Tulisan itu
membuat Luter mengetahui integritas paus dan para penasehatnya. Luter segera
bertindak meminta bantuan kepada Spalatin, yang sedang bersama Pangeran
Elector di rapat kerajaan di Augsburg, agar kasusnya diadili di hadapan hakim
Jerman. Dia sangat frustrasi. Tidak ada kabar apapun dari Augsburg, sementara
rumor beredar bahwa Elector dan kaisar diminta untuk menangkap Luter.
Sepucuk surat datang ari Spalatin meminta agar Luter tidak menerbitkan
kotbahnya tentang Ban, sermon tentang Excommunication. Hati Luter tenang
setelah mendapat surat dari Spalatin mengatakan bahwa semua baik-baik saja.
Kasus Luter akan didengarkan di Jerman. Cajetan akan tampil sebagai bapa,
bukan sebagai ancaman. Setelah mendapat informasi ini Luter langsung
berangkat ke Augsburg meskipun tidak merasa sehat.
Di Augsburg ia langsung pergi ke biara Karmelit. Dieta baru saja selesai.
Staupitz tiba untuk bersama dengan Luter. Seorang pengawal Cajetan
mendatangi Luter untuk memberi tahu bahwa pertemuan dengan Cajetan bukan
untuk berdiskusi, tapi hanya untuk mengaku salah. Walaupun simpati baik kepada
kritik terhadap kerusakan Gereja maupun sebagian besar dari 95 tesis, tetapi
kardinal tetap berpegang bahwa di atas segalanya otoritas gereja harus
ditegakkan.
Luter ditemani oleh Staupitz dan penasehat hukum berjalan ke rumah
Fugger. Luter berlutut di hadapan Cajetan. Luter sama sekali tidak diizinkan
berdiskusi selain mendengarkan pernyataan paus bahwa tesisnya adalah keliru,
dan dia diminta mengaku salah. Dalam pertemuan ketiga Luter mulai berang dan
menunjukkan kesalahan Cajetan. Apapun yang dikatakan Luter, dia tetap diminta
mengaku salah dan bertobat. Setelah makan siang Cajetan memanggil Staupitz
untuk meyakinkan Luter. Tapi Staupitz menjawab bahwa Luter adalah
superiornya dalam bidang kitab suci dan teologi. Pertemuan mengalami jalan
buntu. Luter mencoba untuk meneruskan gerakannya dengan mengirimkan surat
kepada Kardinal meminta agar dikumpulkan konsili ekumenis.62
Utusan paus mengatakan bahwa dia memiliki hak untuk melemparkan
Martin dan superiornya ke penjara. Staupitz ketakutan. Dia memutuskan untuk
segera pergi. Pertama, secara formal ia melepaskan Luter dari kaul-kaul sebagai
anggota Augustinian, seandainya dia perlu melarikan diri ke tempat
persembunyian tanpa izin superior. Seruan konsili ekumenis bersama dengan
pernyataan Luter yang sedang sakit menjadi alasan untuk tidak memenuhi
panggilan ke Roma. Seruan perlunya konsili, yang juga berisikan sekali lagi
sejarah jelas dan singkat dari semua persoalan, dikirim bersama dengan surat ke
rumah Fugger dan dipublikasikan setelah keberangkatan Luter. 63 Seekor kuda
disiapkan membawa Luter ke Nuremberg. Di tempat ini dia dikagetkan oleh
62
Bdk. D. MacCulloh, The Reformation…, hlm. 122-123. Bdk juga W.J. Kooiman, Martin Luther doktor…,
hlm. 61-68.
63
E. De Moreau – P. Jourda – P. Janelle, Storia della chiesa, la Crisi…, hlm. 64.

16
bungkusan dari Spalatin yang berisi copy Breve Paus kepada Cajetan tanggal 23
Agustus meminta agar Luter ditangkap.
Pada 25 Oktober 1518 Cajetan mengirim surat kepada Frederikus dengan
perintah tegas: ‘pikirkanlah dan kirimkan saudara Martin ke Roma atau buang dia
dari wialyahmu.’ Surat ini langsung dikirimkannya ke Wittenberg untuk ditanggapi
oleh Luter sendiri. Luter mulai menyusun laporan mendetail tentang pertemuan di
Augsburg. Dia memasukkan ke dalamnya dokumen yang diserahkannya kepada
Cajetan pada pertemuan kedua dan ketiga. Ia menegaskan bahwa paus tidak
berada di atas Kitab Suci. Ia juga memasukkan teks breve paus kepada Cajetan
untuk menangkapnya bersama dengan analisis pribadinya yang mengindikasikan
kecurigaannya akan sejumlah orang Jerman yang tidak terlalu terdidik punya
andil dalam draft tersebut. Teks ini dikirim ke Grunenberg untuk diterbitkan.
Elector Jerman memutuskan untuk melindungi menyerahkan Luter dan memberi
tanggapan langsung kepada Cajetan. Dia sertakan juga sangkalan Martin sendiri
atas tuduhannya sebagai heretik dan Elector mengatakan dia menunggu bukti
kesesatan Dr Luter.64

3.4. Masa tenang dan perumusan pokok perjuangan

Kasus Luter mulai mereda sejak Desember 1518 hingga akhir tahun 1519.
Kuria Roma menyerahkan kasus ini Karl von Miltitz, berusia 20-an, pengurus
harta benda kepausan. Paus sibuk mengurusi pemilihan kaisar yang baru hingga
Juni 1519 ketika Karel Habsburg terpilih menggantikan kaisar Maximilianus yang
meninggal pada 12 Januari 1519. Bankir Fuggers memiliki andil besar dalam
kemenangan ini karena menanggung biaya yang diperlukan untuk pemilihan.
Praktek pembelian suara dari pangeran sudah menjadi biasa. 65
Karel V menyatukan di bawah kuasanya wilayah Burgundy dan Nederland,
Spanyol, Italia Selatan, Sardinia, Sisilia, pulau-pulau Balearik, Austria, wilayah
Amerika yang dimiliki oleh Spanyol dan kekaisaran Romawi Suci. Kaisar muda ini
harus menghadapi ancaman Turki dari Timur, 66 yang sering kali bersekutu dengan
Raja Fransiskus I, raja Perancis, ‘raja Kristen sejati.’ Serangan sekutu ini
memaksa Karel memberikan kesempatan bagi gerakan Protestan semakin
berkembang agar bersedia membantunya menghadapi musuh. Lagi, untuk
mengurusi wilayah kerajaan yang sangat besar dan jauh, 67 dia harus sering kali
meninggalkan Jerman dan memberikan kesempatan bagi protestan untuk

64
J. M. Todd, Luther…, hlm. 120-144. Bdk. H. Jedin (ed.), The Medieval and Reformation Church…, hlm. 391-
414.
65
B. Lohse, Martin Luther an Introduction…, hlm. 2.
66
B.Lohse, Martin Luther an Introduction…, hlm. 4.
67
Even a casual inspection of the map of fifteenth-century Germany provides an impression of the multiplicity
of territories. The impersial register of 1495 lists a total of more than 350 territorial states, counties, free
imperial cities, abbeys, imperial orders of knight, and many more [lihat B. Lohse, Martin Luther an
Introduction…, hlm. 5.]

17
mengembangkan sayap dan mengkonsolidasikan posisinya di wilayah kekaisaran
Romawi Kudus.68 Selama periode tenang ini seluruh Jerman dan sebagian besar
wilayah Eropa utara dibanjiri oleh karya tulis Luter. Luter sendiri semakin
mendapat penghargaan di mata masyarakat karena selalu berusaha
mengakomodasi permintaan mereka akan paparan iman dan spiritualitas.
Pusat keprihatinan Luter bukanlah otoritas Gereja dalam dirinya, tetapi
substansi agama Kristen sendiri: injil Yesus Kristus. Hingga pada zaman Luter,
sikap gereja terhadap siapa saja yang berani menyuarakan definisi Gereja yang
bernada menentang otoritas Gereja selalu sama: represi, dan hilangkan. Tulisan-
tulisan Luter semakin jelas mengungkap penyelewengan elit gereja. Luter
menyerukan perlunya reformasi. Selama tiga bulan dia mengumpulkan semua
program-program69 reformasi yang ada. Surat yang berisikan seruan reformasi
ini pertama-tama dialamatkan kepada Karel Habsburg, tapi langsung beralih ke
nada yang lebih umum: ‘Allah memberikan kepada kita bangsawan muda sebagai
kepala Negara, dan di dalam dia telah bangkit harapan besar akan kebaikan dalam
hati banyak orang. Ada tiga masalah fundamental yang perlu direformasi, tiga
‘dinding’ yang dipakai oleh para ‘Romanist’ melindungi diri dari reformasi.
1. Penguasa temporal dinyatakan tidak memiliki kuasa atas penguasa spiritual.
Luter mengatakan bahwa semua orang Kristen adalah imam. Dalam poin ini
Luter ingin agar Gereja selalu setiap pada Kitab Suci.
2. Hanya paus yang bisa menafsirkan Kitab Suci
3. Hanya paus yang bisa memanggil konsili. Dalam kedua poin terakhir ini
Luter menandaskan bahwa setiap awam memiliki otoritas yang sama
dengan paus.
Luter meneruskan paparannya dengan mendaftarkan hal-hal yang perlu
dilihat oleh konsili. Paus seharusnya tidak meneruskan gaya hidupnya yang mewah
dan berlebihan. Roma seharusnya berhenti menyusui orang Italia dan Jerman
untuk mendapatkan uang masuk yang lebih banyak bagi para kardinal di Roma.
Tak ada pajak yang harus dibayar kepada Roma, terutama iuran tahunan.
Kemarahan Luter meledak terhadap paus dan staf kuria Roma. Paus tidak
memiliki kuasa atas kaisar, kecuali hak untuk mengurapi dan memahkotainya di
altar. Paus harus menahan diri dari makanan-makanan mewah dan mengklaim diri
sebagai penguasa kerajaan Napoli dan Sicilia. Dia menyinggung banyaknya arus
uang masuk ke Roma. Luter juga mengritik sikap feodalis paus ketika menyambut
komuni seperti raja yang harus dilayani oleh kardinal sambil berlutut. Paus

68
M. Edwards and G. Tavard, Luther A Reformer…, hlm. 17-18.
69
Baik sebelum maupun setelah tahun 1517 Luter tidak pernah merencakanan satu program Reformasi yang
baku. Putusnya hubungannya dengan Roma bukan hasil dari sebuah program yang sudah dikonsep rapi sebelum
gerakannya dimulai. Luter memang menyerukan reformasi pada tahun 1517 dan seterusnya. Tidak ada satu
program khusus untuk diajukan sebagai gerakan reformasi. Dia terutama dan pertama-tama ingin agar Sabda
Allah dalam Kitab Suci menjadi satu-satunya norma warta dan hidup gereja dan ajaran manusiawi dan
pemerintah janganlah kiranya memberikan otoritas yang mengkit bertentangan dengan Sabda Allah [ lihat B.
Lohse, Martin Luther an Introduction…, hlm. 30.]

18
sendiri adalah manusia. Perlu konsili ekumenis untuk mengajarkan paus sebagai
manusia.
Reformasi yang diinginkan terus bergulir. Para imam seharusnya diizinkan
menikah, karena mereka juga butuh seorang wanita untuk mengurusi rumah.
Intensi-intensi misa harus dibatasi, pesta-pesta dihapuskan, karena tbanyak
pekerjaan yang ditinggalkan dan banyak mabu-mabukan. Peminta-minta keliling
harus dilarang dan setiap kota harus mengurus orang miskinnya. Pada akhir
rumusannya, Luter mengungkap penyakit sosial dan ekonomis. Pihak bank
mengambil bunga yang terlalu besar. Pelacuran harus ditutup. Ini ditulisnya pada
tahun 1520.
John Lang yang mendapat copy seruan konsili ekumenis banding langsung
mengirim pesan kepada Luter untuk menghentikan penerbitan. Tapi sudah
terlambat. Dalam suratnya kepada John Lang, Luter menuduh Paus sebagai anti
Kristus. Gereja harus direformasi, dan itu harus dilakukan tanpa Roma. Roma
sendiri adalah pelaku utama kehancuran Gereja. Bulan Juni 1520 Luter menerima
teks baru dari Prierias. Luter mengirim kembali jawaban kepada Sylvester
dengan menuduh semua orang di Roma sudah menjadi ‘gila, bodoh, garang, sakit,
goblok, tongkat, batu, neraka dan jahat.’ Antikristus bertakhta di rumah Allah.
Roma adalah penghujat yang ditimpa murka Allah.70

3.5. Hukuman ekskomunikasi

Pada Januari 1520 kasus Luter dibuka kembali di Vatikan. Setelah


melewati proses sekian lama, Paus akhirnya menerbitkan Bulla Exurge Domine
yang disusun oleh John Eck. Luter dilukiskan sebagai binatang buas yang merusak
kebun Anggur Allah. Rumusan definitife bulla selesai pada 15 Juni 1520. Bulla ini
memerintahkan pembakaran atas buku-buku Luter dan Luter diberi waktu 60
hari setelah dia menerima bulla untuk menyerahkan diri. 71 Setelah mengalami
penundaan birokratis seperti biasa, bulla dikirim secepatnya oleh dua utusan
khusus ke Jerman. Utusan tersebut ialah John Eck dan Jerome Aleander.
Sementara rumor mengenai dokumen baru dari Roma sampai kepada Luter,
dia menulis surat personal dan formal pada bulan Agustus kepada kaisar muda
dan public Offer and Protest. Luter meminta agar kaisar untuk tidak
‘membiarkan kebenaran atau kesalahan dihukum tanpa didengarkan lebih dahulu.’
Public Offer and Protest akhirnya digantungkan di pintu-pintu berbagai gereja di
seluruh Jerman.
70
J. M. Todd, Luther…, hlm. 145-174.
71
L. Mezzadri, Storia della Chiesa tra Medioevo…, hlm. 165. Bdk. E. De Moreau – P.Jourda – P. Janelle,
Storia della chiesa, la Crisi…, hlm. 69.

19
Staupitz yang sudah sangat lelah dengan masalah Luter, mengundurkan
diri dari jabatan sebagai vikaris Jenderal ordo. Dia digantikan oleh Wenceslas
Link yang sudah lama menjadi teman dan pendukung Luter. Dalam surat yang
ditulis Luter kepada paus atas usul Link dan Staupitz, Luter mengungkapkan
bahwa dia tidak pernah bermaksud menyerang paus secara personal. Dia hanya
menyerang seluruh sistem administratif kuria kepausan.72
Pada akhir September dan awal Oktober, Eck mempublikasikan Bulla di
kota-kota keuskupan Marseburg, Meissen dan Brandenburg. Usaha untuk
menerbitkananya di tempat lain mendapat perlawanan dari masyarakat setempat.
Di Leipzig sendiri bulla tersebut tidak bisa diedarkan karena protes dari
mahasiswa. Di Erfurt bulla tersebut dilemparkan ke sungai. Segera Luter
menerbitkan Against the Accursed Bull of Anti-Christ.
Pertemuan Aleander dengan kaisar Karel menghasilkan dukungan untuk
menjalankan Bulla paus di Nederland dan Burgundy. Tetapi pejabat setempat
tidak kooperatif. Di Antwerp ada keberatan legal atas pembakaran. Aleander
pergi ke Louvain, di sanapun ia mendapat perlawanan. Hanya di Liege dia bisa
menjalankan bulla dengan lancar. Di Koln Aleander bisa membakar karya Luter. Di
Mainz nyawa Aleander terancam karena dilempar oleh mahasiswa dan mendengar
seruan menakutkan dari masyarakat.
Pada 10 Desember 1520, jam 09.00 di gerbang timur dekat Gereja Salib
Suci Wittenberg buku-buku kepausan: Decretum, Decretal dan Bulla Leo X, juga
Summa Angelica, Chrysopassu dari Eck, termasuk Kitab Hukum Kanonik dibakar.
Jawaban Roma atas pembakaran ini ialah bulla Decet Romanum Pontificem (3
Januari 1521) yang menyatakan bahwa Luter sedang dalam ekskomunikasi. Ini
menjadi awal banjirnya publikasi anti Roma. 73 Ekskusi bulla ini tidak mudah.
Dukungan kelompok elector terhadap Luter diperkuat oleh banyak kelompok lain
termasuk imam.74
Karel yang sedang sibuk dengan urusan politis tidak mau mengekskusi
dekrit hukuman apapun sebelum menjalankan proses hukum yang seharusnya.
Maka Luter perlu dihadirkan dalam dieta kerajaan di Worms yang diadakan pada
16-25 April 1521. Keamanan Luter dijamin oleh kaisar. Dalam sidang ini Luter
mengakui bahwa bukunya bisa provokatif, tapi dia tidak mau menariknya.
Menepati janji kaisar, Luter diizinkan pulang tanpa gangguan. Tanggal 26 Mei
kaisar mengeluarkan satu edik yang menyatakan, ‘Martin Luter, saudara ordo
santo Agustinus telah berusaha menggerogoti agama Kristen, terutama di bangsa
yang luhur ini’ dan bertahan dalam heresinya. Maka ‘Martin Luter adalah anggota
terpisah dari tubuh Gereja, skismatis dan heretik. Mulai sekarang tidak ada
satupun yang boleh membantunya, dia harus ditahan dan diserahkan kepada

72
J. M. Todd, Luther…, hlm. 177-180.
73
J. M. Todd, Luther…, hlm. 188-191.
74
J. M. Todd, Luther..., hlm. 194-198.

20
kaisar dan buku-bukunya dibakar di hadapan umum, demikian juga gambar-
gambar hinaan terhadap paus dan takhta apostolik.75
Untuk menghindar dari kejaran pihak kekaisaran Luter bersembunyi dan
tinggal di Wartburg (1521-1522).76 Selama tidak hadir di Wittenberg reformasi
yang dipimpin oleh teman-temannya Andrew Karlstadt (1486-1540), Gabriel
Zwilling (1487-1558) dan Philip Melanchton (1497-1560) telah melahirkan
perubahan cepat dan kekacauan yang akan terjadi. Selama dua minggu kunjungan
Luter ke Wittenberg dari Wartburg pada Maret 1522, dia dikejutkan oleh
berbagai hal yang tidak dia bayangkan. Karlstadt merayakan misa pada hari natal
dengan menghilangkan ‘persembahan’ dalam teks liturgi dan memberikan komuni
dua rupa, dan dia memakai baju awam tanpa pakaian imam. Dalam kotbahnya dia
menyatakan bahwa sakramen pertobatan tidak perlu. Umat disuruh mengambil
sendiri roti dan anggur dari altar. Semua ini mengganggu Luter, karena bernada
provokatif, otokratis dan memecah belah. Para student di waktu libur
menyanyikan lagu-lagu sekular dalam gereja, dan mulai menghina imam-imam tua
di gereja-gereja Wittenburg pada saat merayakan ekaristi. Luther sangat
terganggun oleh kekacauan ini. Dia sangat menyesalkan para saudara yang
meninggalkan biara. Salah satu reformasi Karlstadt yang sangat salah menurut
Luter ialah membuang dan menghancurkan semua lukisan, patung dan alat-alat
musik dengan alasan bahwa Roh berbicara langsung kepada manusia dan manusia
harus bersatu langsung dengan Allah. Karlstadt menjadi duri dalam daging Luter
sejak ia mendukung Luter tahun 1518.77
Walaupun Luter tidak setuju, Karlstadt mengusulkan satu tatanan gereja
yang ditolak oleh Elector Frederikus tapi akhirnya diadopsi oleh dewan kota.
Luter mengambil alih kepemimpinan reformasi dan Karlstadt didepak. Dalam
situasi yang berkecamuk oleh pemberontakan kaum petani dan ketegangan
politis, Luter tetap hidup sebagai agustinian bersama dengan seorang saudara
seordo di Wittenberg hingga pada akhirnya 13 Juni 1525 Luter menikahi mantan
suster Katharina von Bora dan tinggal dalam sebuah biara yang dihadiahkan oleh
Elector John kepada mereka sebagai tempat tinggal. 78 Luter tidak pernah
menerima tawaran honorarium tinggi dari para penerbit. 79

4. Protestan dan Confessio Augustana

Segera setelah Diet di Speyer 25 Juni 1526, pangeran Philip Hesse


menyusun sebuah tatanan gereja yang dimaksudkan untuk memperkuat reformasi
Gereja di wilayahnya, dan mulai bergerak mengambil alih harta Gereja. Luter
75
L. Mezzadri, Storia della Chiesa tra Medioevo…, hlm. 165-166.
76
J. M. Todd, Luther…, hlm. 199-227. Bdk. G. Martina, La Chiesa nell’età dell’assolutismo…, hlm. 96-99.
77
J. M. Todd, Luther…, hlm. 231-233..
78
S. Hendrix, Martin Luther, Reformer…, hlm. 8.
79
B. Lohse, Martin Luther an Introduction…, hlm. 31-33.

21
mengingatkan bahwa gerakan Philip tidak bisa didasarkan pada legislasi saja.
Dibutuhkan pertama-tama konsensus, karena legislasi bisa berhasil bila memiliki
dasar kuat dalam opini publik. Pada tahun 1528, Philip menggunakan tatanan
Saxon Luter yang kurang ketat. Tetapi Luter belum sepakat dengan Philip, yang
inisiatif militernya sangat menjijikkan bagi kelompok konservatif. Atas dorongan
saudara kaisar, Ferdinand, dieta kedua di Speyer (April 1529) mengeluarkan satu
keputusan yang membalikkan keputusaan dieta Speyer yang sebelumnya,
menentang reformasi, dan menegaskan pengembalian harta Gereja. Keputusan ini
mendatangkan reaksi dari kelompok minoritas militant dengan menyusun sebuah
naskah ini yang diberi judul ‘Appeal and Protest’. Sejak saat ini muncul istilah
‘Protestant.’ Pengkutuban berlangsung terus. Tetapi para Reformator terus-
menerus mengalami ketegangan, terutama mengenai misa dan pemahaman yang
tepat tentang kata-kata Yesus dalam Perjamuan Terakhir. Philip terus menerus
meminta Luther dan Melancthon untuk menghadiri pertemuan umum para
reformator. Berbeda dengan Melanchton yang melihat sesuatu yang berguna
dari inisiatif ini, Luther tidak setuju dengan tawaran Philip. Karena terus
meminta akhirnya pertemuan terlaksana di banteng di Marburg pada September
1529. Pertemuan ini membahas kesepakatan mengenai kodrat kehadiran Kristus
dalam Ekaristi. Luther tetap mempertahankan kehadiran riil Yesus dalam roti
dan anggur melalui transubstansiasi. Tetapi para reformator lain memandangnya
hanya presentia simbolis dan proses transubstansiasi tergantug pada iman
penerimanya.80
Kaisar karel dimahkotai menjadi Holy Roman Emperor oleh paus pada 24
Februari 1530. Dengan ini Karel memandang diri bertanggungjawab atas
kepemimpinan sipil dan religius di Eropa utara. Dia mengumumkan rencana
mengumpulkan dieta di Augsburg pada musim semi. Dieta ini akan membahas dua
agenda yang belum terselesaikan selama ini: menghadapi kekuatan Turki yang
sangat mengancam, dan Reformasi. Berkaitan dengan agenda kedua, kaisar
bermaksud memberikan kesempatan kepada semua pihak untuk menyatakan
pendapat, pikiran dan gagasannya untuk dipertimbangkan demi mengusahakan
persatuan kristiani. Luther, Melanchton, Jonas dan yang lain diminta menyiapkan
teks dan bertemu dengan pangeran Elektor di Torgau untuk bersama-sama pergi
ke Augsburg. Tetapi demi alasan keamanan Luther harus tinggal di banteng
Coburg pada 24 April 1530. Sementara rombongan Elector bersama dengan
Melanchton dan Jonas bergerak ke Bavaria, menuju kota kerajaan Augsburg. 81
Kaisar tampaknya hendak mengundang kelompok Luter untuk mempresentasikan
masalahnya. Melanchton menyusun draft untuk disajikan di dieta sambil sibuk
dengan urusan negosiasi untuk mengatur kembali posisinya. Kesempatan ini dia

80
J. M. Todd, Luther…, hlm. 296-298.
81
J. M. Todd, Luther…, hlm. 300-302

22
gunakan untuk menyusun sebuah ‘apologia’ dalam ‘Confesion’ yang akan disajikan
kepada Kaisar.
Pada 15 Mei 1530 Luter mendapat kopinya dari Elektor untuk ditanggapi.
Luter sendiri sudah menyiapkan teks untuk dipresentasikan di Augsburg, dan
sekarang sudah dicetak di Wittenberg. Teks ini banyak berbicara tentang iman
dan perbuatan baik. Dia juga menulis tentang tradisi katolik yang sudah dia
tinggalkan: indulgensi dan rancangan-rancangan khusus pengakuan, perdagangan
misa, misa privat, dan ajaran bahwa misa adalah kurban dan perbuatan baik, Ban,
penerimaan komuni satu rupa saja, selibat imam. Selama berada di Coburg dia
banyak menulis tentang ekaristi dan meminta orang Kristen agar sering menerima
komuni. Dalam surat tanggapannya ke Augsburg dia menyusun satu daftar yang
terdiri dari 37 hal yang tak bisa diterima: indulgensi, Misa-misa selama empat
minggu; Permandian jiwa; penghormatan santo-santa yang sejumlah darinya tak
pernah lahir; Maria yang didewakan dengan kegiatan-kegiatan yang tak terhitung
jumlahnya; Surat-surat mentega. Relikwi yang tak terhitung jumlahnya dan
pemalsuan relikwi; Sakramen perkawinan; Sakramen imamat; Sakramen krisma.
Setelah itu menyusul hal-hal lain yang kurang esensial yang tidak perlu, hanya
sekedar pelayanan khusus kepada Allah, yang bertentangan dengan iman: tonsura,
kasula, alba, kain-kain altar, lampu, lonceng, air kudus, garam kudus, dupa… 82
Suasana di Augsburg semakin tegang dan manuver semakin hebat ketika
Kaisar tiba di Munich. Para pemimpin dan perwakilan dari lima wilayah dan dua
kota, juga dua pangeran diyakinkan oleh elector John untuk menandatangani teks
pengakuan iman Melancthon yang sangat panjang. Teks ini terbagi dalam dua
bagian. Dalam bagian pertama ditampilkan unsur-unsur utama dalam agama
Kristen untuk disetujui oleh Dieta; bagian kedua merumuskan pokok-pokok
perdebatan. Pembenaran karena iman dirumuskan secara moderat dalam bagian
pertama. Melanchton mempresentasikannya sedemikian sehingga tak perlu
dipertentangkan dengan ajaran tradisional katolik – meskipun dia memandang
praktek sakramental tidak lagi wajib. Pokok yang diperdebatkan ialah: cara
menyambut komuni; perkawinan para imam; misa, pengakuan dosa; puasa dan ulah
kesalehan, kaul-kaul religius, otoritas gerejani. Ini akan menjadi dokumen
konfesional gereja Luteran nantinya, walaupun tetap menjadi bahan diskusi
hingga 450 tahun kelahirannya.
Luther mendapatkan naskah dari konfesio ini. Kaisar tiba di Augsburg pada
15 Juni 1530 dan langsung mengumpulkan para pemimpin yang menandatangani
‘Protest’ di Speyer, dan memerintahkan agar pengkotbah mereka berhenti
berkotbah di wilayah kota kerajaan. Tetapi para protestan keberatan. Akhirnya
disepakati baik pengkhotbah reformasi maupun pengkhotbah kepausan tidak bisa
lagi berkotbah. Kaisar menentukan siapa pengkotbah dalam kegiatan publiknya.
Luther sangat menyayangkan kurangnya penekanan pada poin penting dan kritik

82
J. M. Todd, Luther…, hlm. 303-306.

23
imaginative dalam teks Melancthon. Confession ini dibacakan kepada kaisar di
hadapan 200 orang di kapel kaisar. Campeggio, kardinal yang mewakili paus hadir
bersama rombongannya. Bagi para reformator ini adalah sebuah peristiwa yang
sangat penting: pembacaan formal pengakuan iman mereka dalam sebuah dieta
kerajaan. Luter pun puas akan peristiwa ini. Sejumlah uskup dan wakil kepausan
terkesan akan teks Melancthon dan menyetujui alasan tuntutan komuni dua rupa
dan alasan penghapusan selibat klerikal. Tetapi dieta tak berhasil mengarahkan
diskusi pada masalah yang sebenarnya, bukan negosiasi politis. Akhirnya dieta
harus memilih antara kebebasan gerakan reformasi atau Tradisi kanonik yang
dirumuskan di Roma. Masalah teologis dan disiplin yang penting tidak dibahas.
Rapat didominasi oleh kekuatan, ideology, politik dan ekonomi gereja kepausan.
Hasilnya ialah berdirinya dua kutub dan institusionalisasi ‘Protestantisme’ yang
sangat cepat. Di abad ke 20 kedua kutup ini, secara kasar disebut sebagai kutub
Injil dan kutub Gereja, sebagian telah didamaikan dalam gereja Inggris dan
gereja-gereja Reformasi. Secara ekstrim gereja kepausan sendiri belum
seluruhnya menanggalkan mantol Roma imperial; dan kaum fundamentalis Injil
dan para evangelist masih kekurangan norma-norma yang pasti dan symbol-simbol
yang tepat serta saluran komunikasi sakramental. Kedua ekstrem mengalami
kesulitan untuk menangani otoritas spiritual, cenderung untuk jatuh pada
otoritarianisme atau indifferentisme. Hingga 1530 pertentangan-pertentangan
terus terjadi. Kehendak untuk mengusahakan rekonsiliasi sangat kurang dari
kedua belah pihak, meskipun sebagian kecil mengusahakannya.
Campeggio menilai teks Melanchton heretik dan secara formal perlu
ditolak. Dia masih menonjolkan fungsi dominan struktur gerejani. Gereja
kepausan memiliki hak dan kewajiban absolut untuk menghapuskan semua kritik
fundamental atas otoritasnya yang ditetepkan secara ilahi. Kaisar setuju. Tetapi
kaisar mengusulkan agar permasalahan ini dibicarakan dalam sebuah konsili yang
disebut sebagai konsili bebas untuk menanggapi dengan baik semua keluhan
Jerman selama ini yang terabaikan. Kaisar tak mampu mengambil solusi karena,
katanya dalam suratnya kepada paus, ‘kaum Protestan semakin berkeras –
sementara orang katolik pada umumnya enggan untuk mengulurkan tangan sedikit
saja kepada mereka yang telah jatuh…kesejahteraan dunia kekristenan menuntut
konsili.’ Kaisar juga menentukan tempat dan tanggal untuk itu. Perlu waktu 15
tahun lagi menunggu pembukaan konsili yang akan diadakan di Trente di bawah
pengganti paus Klemens VII. Klemens sendiri terkejut mendengar hasil ini dan
selalu berusaha menghindari pemanggilan konsili karena bisa mengurangi otoritas
paus.
Kaisar akhirnya memberikan persetujuan resmi untuk mengadakan
konfutasi (proses penyelidikan untuk membuktikan kesalahan) teks Melancthon,
sambil menolak untuk menerima jawaban atasnya. Pada 22 September 1530
kaisar menerbitkan satu edik kerajaan dalam sebuah pertemuan pleno. Ia

24
meminta agar para pemerintah Reformasi (kaum protestan, demikian disebut
oleh kaisar atau kaum protes di Speyer) untuk menyelaraskan diri dengan norma-
norma tradisional (kepada sancta fide et religion christiana – ecclesia Christiana )
dalam waktu 6 bulan. Setelah itu pemerintah Reformasi secara hukum berada di
luar tatanan dan bisa diserang bila mereka tidak tunduk.
Edik ini jelas tidak berterima kepada para reformator. Kaisar telah
menyusun satu perjanjian politis dengan paus. Sejumlah pemerintah Jerman yang
pro paus di Augsburg langsung membentuk satu sekutu dengan kaisar untuk
membela kekaisaran dan iman. Hasil dieta Augsburg dinilai oleh Luter sebagai
sikap pelecehan Roma terhadap orang Jerman yang memandang mereka bukan
sebagai manusia, tetapi sebagai cangkang kosong dan ilusi. Teks edik kerajaan
yang sampai kepada Luter pada musim semi 1531 dikoyakkan dan ia menulis
Commentary on the Alleged Imperial Edict .83 Dia juga menerbitkan sebuah
Peringatan Kepada Masyarakat Jerman (1531) untuk tidak menaati perintah
kerajaan untuk melawan Protestan. Reformator ini sebelumnya telah menjanjikan
ketaatan kepada kaisar dan mendukung usaha melawan Turki, tetapi setelah
tahun 1530 Luter berubah dan mengatakan bahwa pelaksanaan injil harus menang
atas kewajiban warga kepada pemimpin yang mengancamnya. Mulai saat itu Karel
V menyerang umat Protestan Jerman dan mengepung Wittenberg pada 1547. 84
Tidak lama sebelum meninggal Luter berangkat ke Eisleben untuk menangani
kontroversi legal antara kaum bangsawan di Mansfeld. Di Eisleben Luter
meninggal pada 18 Februari 1546 karena serangan jantung. Jenazahnya
dikebumikan di Gereja Benteng di Wittenburg.85 Di antara kata terakhir yang
ditemukan di atas mejanya tertulis, “The truth is, we are beggars.” 86

5. Penutup

Cinta Luter akan Gereja yang sesuai dengan Kitab Suci mendorongnya
untuk pertama-tama menghidupinya dengan setia dengan menjadi biarawan dan
iman yang saleh dan dedikatif. Keberaniannnya melawan kehendak ayahnya adalah
bukti kecintaannya pada Gereja. Pembaktian dirinya sepenuhnya pada pengabdian
studi dan pengajaran yang mendalam menjadi sarana utama pengabdiannya yang
tidak kenal lelah. Setelah berusaha menghidupi gereja ideal yang dia yakni sesuai
dengan Injil, dia berusaha menyadarkan otoritas gereja untuk kembali kepada
gereja injili seperti gereja perdana yang dihidupi oleh para rasul dan para
penggantinya. Banyak masalah yang mewarnai usaha ini dan sering kali ‘diperalat’
untuk membenarkan diri para pemimpin agar reformatio in capite tidak
tersentuh. Semangat Luter yang berapi-api dengan karakter gampang marah dan

83
J. M. Todd, Luther…, hlm. 307-320.
84
S. Hendrix, Martin Luther, Reformer…, hlm. 8-9.
85
B. Lohse, Martin Luther an Introduction…, hlm. 39.
86
J. M. Todd, Luther…, hlm. 370.

25
meledak mewarnai usaha pembaharuannya sering kali mendatangkan reaksi
negatif dan perlawanan keras dari pihak yang dikritik. Dia akhirnya harus
menerima hukuman ekskomunikasi yang dijatuhkan oleh kuria Roma.
Perjuangannya akhirnya beralih arah kepada pendirian gereja Protestan yang
terpisah. Dia tidak pernah bermaksud untuk ini, tapi perjalanan panjang usaha
pembaharuannya memaksanya untuk memilih perpecahan. Sebenarnya pokok
perjuangan Luter hanya satu, yakni satu gereja yang sesuai dengan Injil dan
kehidupan umat beriman berdasarkan Sabda Allah.

BIBLIOGRAFI

Edwards, M and Tavard, G. Luther A Reformer for the Church – an Ecumenical Study Guide.
Philadelphia: Fortress Press, 1983.

Hendrix, S., Martin Luther, Reformer, dalam R. PO-CHIA HSIA (ed.), The Cambridge
History of Christianity vol 6, Reform and Expansion 1500-1660. Cambridge:
University Press, 2007, hlm. 3-19.

Jedin, H. (ed.), The Medieval and Reformation Church, an Abridgment of History of the
Church volumes 4 to 6. (Judul asli Handbuch der Kirchengeshichte). Diterjemahkan
oleh John Dolan, (ed.) dan disingkat oleh D. Larrimore Holland. New York: The
Crossroad Publishing Company, 1993.

Kooiman, W.J. Martin Luther Doktor dalam Kitab Suci Reformator Gereja. (Judul asli
Marteen Luther, Doktor der Heilige Schrift, Reformator der Kerk. Diterjemahkan
oleh P.S. Naipospos. Jakarta: Gunung Mulia, 2001.

Lohse, B., Martin Luther an Introduction to His Life and Work. (Judul asli Martin Luther –
Eine Einfuhrung in sein Leben und sein Werk). Diterjemahkan oleh Robert C.
Shultz. Philadelphia: Fortress Press, 1986.

MacCulloh, D., The Reformation. New York: Penguin group, 2004.

Martina, G., La Chiesa nell’età dell’assolutismo del Liberalismo del Totalitarimo, vol I L’età
della Riforma. Brescia: Morcelliana, 1988.

Mezzadri, L. Storia della Chiesa tra Medioevo ed Epoca Moderna. Rinnovamenti,


Separazioni, Missioni, il concilio di Trento (1492-1563). Roma: Centro Liturgico
Vincenziano, 2001.

Moreau, E.– Jourda, P – Janelle, P., Storia della chiesa, la Crisi Religiosa del Secolo XVI.
(Judul asli: Histoire de L’Eglise depuis les origins jusgqu’ À nos jours.
Diterjemahkan oleh Gigliola Gamba. Torino: Editrice S.A.I.E, 1968.

Todd, J. M., Luther a Life. London: Hamish Hamilton, 1982.

Tüchle, H - Bouman, C.A. – Brun, J., nuova storia della Chiesa, la Riforma a la
Controriforma 3. Torino: Marietti, 1970.

26

Anda mungkin juga menyukai