Anda di halaman 1dari 10

REFORMASI GEREJA

KELOMPOK 4
NAMA ANGGOTA :
1. LELA SETIAWATI
2. MEYLANI PRIATNA
3. M. SADAM H
4. M. FAUZI
5. MULTI SALBILA
6. NURBAETI ANISA

XI IPS 3
PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT
DINAS PENDIDIKAN WILAYAH VI
SMA NEGERI 2 CIKAMPEK
JL. JED,A.YANI. DAWUAN CKP(41373) KAB. KARAWANG, JULI 2019
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................. I
A. Latar belakang.....................................................................
B. Masalah yang dibahas.........................................................
BAB 2 PEMBAHASAN................................................................. II
A. Pengertian.............................................................................
B. Tokoh tokoh..........................................................................
C. Bentuk – bentuk reformasi gereja........................................
D. Dampak reformasi gereja bagi Eropa...................................
E. Proses terjadinya reformasi..................................................
BAB 3 PENUTUP.............................................................................III
A. Kesimpulan.............................................................................
B. Daftar pustaka........................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyaknya penyimpangan keagamaan diantaranya yaitu dilakukannya


penyogokan oleh pemuka agama kepada petinggi gereja agar mereka
memperoleh kedudukan sosial keagamaaan yang tinggi, paus sebagai bapak
suci berperilaku amoral yang menyangkut hubungannya dengan wanita seperti
Alexander VI yang memiliki 8 anak haram dari hasil hubungannya dengan
wanita simapannya, penjualan surat-surat pengampunan dosa (indulgencies).
Adanya penyimpangan terhadap acara sakramen suci atau ritus pemujaaan
terhadap benda-benda keramat atau tokoh-tokoh suci yang nantinya akan
menimbulkan takhayul dan mitologisasi yang tidak masuk akal, seperti para
pastor yang semata-mata merupakan manusia yang memiliki sifat yang sama
dengan yang lainnya menganggap dirinya keramat, korupsi atas nama negara,
pajak-pajak yang memberatkan karena ambisi kekuasaan kaum bangsawan
lokal, kebangkitan nasionalisme di Eropa, perkembangan kapitalisme dan krisis-
krisis ekonomi dikawasan imperium Roma.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas penulis ingin memunculkan beberapa permasalahan


antara lain:
1. Latar belakang terjadinya reformasi gereja
2. Apa pengertian reformasi gereja?
3. Siapa saja tokoh-tokoh dalam reformasi gereja?
4. Bagaimana proses terjadinya reformasi gereja?
5. Apa saja dampak yang terjadi setelah reformasi gereja ?

BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Reformasi Gereja


Sehingga reformasi gereja merupakan sebuah upaya perbaikan tatanan kehidupanyang
didominasi oleh otokrasi gereja yang menyimpang. Reformasi gereja adalah
sebuahupaya perbaikan dan kembali pada ajaran gereja yang lurus, gerakan reformasi
berupasikap kritis terhadap penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh pihak
GerejaKatoliik pada waktu itu terutama adanya penjualan surat pengampunan dosa.

B. Tokoh tokoh Reformasi Gereja


1. Peter Waldo
Tokoh reformasi gereja sebelum Martin Luther di antaranya ialah Peter Waldo atau
Valdes. Peter Waldo memulai gerakan reformasinya pada tahun 1170. Ia memiliki latar
belakang sebagai pedagang kaya namun kemudian membagi-bagikan kekayaannya dan
mengajarkan doktrin kemiskinan di Lyon, Perancis. Ajarannya mengenai kemiskinan
membuat ia dan pengikut-pengikutnya yang disebut sebagai Valdesians mendapat
julukan “kaum miskin dari Lyon”. Selain doktrin kemiskinan, perlawanan yang ia
lakukan dalam gerakan reformasinya adalah terhadap purgatorium (pemurnian setelah
kematian sebelum mencapai surga) dan transubstansiasi (perubahan roti dan anggur
dalam komuni menjadi tubuh dan darah Kristus yang sesungguhnya tanpa adanya
perubahan wujud fisik).
Peter Waldo meninggal pada tahun 1205, namun pengikut-pengikutnya masih
bertahan hingga sekarang walaupun sempat mengalami berbagai kecaman dan
ancaman dari Gereja Roma karena melanggar larangan untuk mengabarkan Injil.

2. Santo Fransiskus dari Asisi


Santo Fransiskus dari Asisi dikenal sebagai santo pelindung hewan dan lingkungan. Ia
lahir di Asisi, Italia pada tahun 1181/1182 dan meninggal pada 3 Oktober 1226.
Terlahir dari keluarga kaya, ia menjalani masa mudanya dalam kemewahan dan foya-
foya. Namun, pengalaman yang kemudian ia dapatkan dari menjadi tawanan perang
mengubahkan hidupnya. Ia memutuskan untuk meninggalkan kekayaannya dan
melayani di gereja.

Ia kemudian dikatakan mendengar suara Tuhan yang memintanya untuk


membangun kembali Gereja yang telah rusak. Pada zaman itu, Gereja
sudah membangun kekuasaan dan kekayaan yang besar. Atas dasar
panggilan yang
ia dapatkan, Fransiskus dari Asisi kemudian mendedikasikan hidupnya dalam
kemiskinan dan mengajarkan untuk hidup seperti keteladanan Yesus Kristus, tidak
mengejar kekuasaan dan kekayaan layaknya gereja saat itu.
3. John Wycliff
John Wycliff lahir pada tahun 1330 di Yorkshire, Inggris dan meninggal pada 31
Desember 1384 di Lutterworth. Sedikit berbeda dari Peter Waldo dan Santo Fransiskus,
Wycliff sendiri sempat memiliki peran politik pada masanya. Ia menyuarakan
pendapatnya bahwa otoritas pemerintahan diberikan oleh Tuhan sendiri kepada orang
yang bermoral. Karena itulah, orang-orang yang memiliki otoritas tersebut tidak boleh
menyalahgunakannya, dan juga tidak boleh hidup dalam kekayaan materiil.
Terlepas dari hal itu, John Wycliff terkenal atas gerakan reformasinya dalam
menentang transubstansiasi dan dalam mengupayakan agar Alkitab dapat diakses oleh
semua orang dalam bahasa Inggris, tidak hanya Latin. Dalam tahun-tahun berikutnya
berbagai tulisan dan karyanya dilarang oleh sinode di Blackfriars, London pada Mei
1382. Pengikut-pengikutnya pun berbalik melawannya. Barulah setelah masa
Reformasi pada abad ke-16 yang diprakarsai oleh Martin Luther orang-orang mulai
menghargai ajaran Wycliff, walaupun tetap ada yang tidak setuju dengannya.

4. Desiderius Erasmus
Desiderius Erasmus lahir pada tanggal 27 Oktober 1469 di Rotterdam, Belanda dan
meninggal pada tanggal 12 Juli 1536 di Basel, Swiss. Gerakan reformasi Erasmus tidak
sepenuhnya terjadi sebelum Martin Luther, namun bersamaan dengan masa gerakan
reformasi Luther.
Sebagai orang yang terpelajar, Erasmus sendiri dikenal dengan partisipasinya dalam
menterjemahkan Alkitab Perjanjian Baru ke dalam bahasa sehari-hari. Karena
pemahamannya akan bahasa Latin dan Yunani, ia dapat membandingkan naskah-
naskah Alkitab pada zaman itu dan menyadari bahwa pengertian akan Alkitab
semestinya terbuka bagi banyak orang.
Kitab Suci hasil terjemahan Erasmus kemudian dijadikan pegangan bagi orang-orang
dalam menterjemahkan Alkitab ke bahasa-bahasa lain di Eropa. Bahkan, hasil
terjemahan Erasmus itu dipercaya juga menjadi dasar bagi para tokoh-tokoh reformasi
yang muncul pada abad ke-16 dan seterusnya (seperti Martin Luther).
Walau demikian, ketika Luther melakukan gerakan reformasinya, Erasmus mengambil
sikap “netral”, dalam arti ia tidak sepenuhnya setuju dengan Luther. Namun, ia sendiri
juga tetap menentang Gereja Katolik Roma dalam beberapa hal dan mendukung
adanya reformasi dalam tubuh gereja.
C. Bentuk bentuk reformasi gereja
Abad kelima belas dan keenam belas adalah abad paling menentukan bagi
semua umat beragama. Periode itu merupakan periode paling krusial,
khususnya bagi Kristen Barat, yang bukan hanya berhasil mengejar
ketertinggalannya dari kebudayaan-kebudayaan lain dalam Oikumene,
bahkan nyaris menaklukannya.

Dua abad ini telah menjadi saksi bagi Renaisans Italia yang dengan cepat
menyebar ke Eropa Utara, serta penemuan Dunia Baru dan awal revolusi
ilmiah yang akan menimbulkan pengaruh sangat menentukan bagi
perjalanan nasib seluruh dunia.

Pada akhir abad keenam belas, Barat mulai menciptakan bentuk peradaban
yang sangat berbeda. Periode ini merupakan sebuah masa transisi dan
karenanya, ditandai oleh kecemasan dan berbagai prestasi.

Hal ini terlihat dengan jelas dalam konsepsi barat tentang tuhan pada
periode tersebut. Di tengah keberhasilan sekular mereka, orang barat
semakin menaruh perhatian pada iman melebihi pada masa-masa
sebelumnya.

Kaum awam merasa tidak puas terhadap bentuk agama Abad Pertengahan
yang tak mampu lagi memenuhi kebutuhan mereka di dunia yang baru dan
hal ini ditandain dengan sebuah gerakan yang disebut dengan Reformasi
Gereja. Para Reformis menyeruakan kegelisahan ini dan menemukan cara
baru dalam memandang Tuhan dan penyelamatan.

Untuk memahami konteks dari Reformasi Gereja yang menjadi pembahasan


tulisan ini, ada baiknya kita memulai dengan pemahaman tentang latar
belakang terjadinya reformasi agama yang kemudian dikenal dengan
sebutan Reformasi Protestan di Eropa Barat yang di pelopori oleh Martin
Luther. Ahmad Suhelmi mengatakan dalam Politik Pemikiran Barat (2001)
bahwa gerakan ini pada mulanya hanyalah rangkaian protes kaum
bangsawan dan penguasa jerman terhadap kekuasaan imperium Katolik
Roma.

Tetapi pada perkembangan selanjutnya gerakan ini memiliki konotasi lain;


ia dianggap identik dengan semua gerakan keagaaman dan organisasi yang
menentang kekuasaan Roma. Suhelmi juga berpendapat bahwa gerakan
Reformasi Protestan pada hakikatnya merupakan produk perlawanan pada
Katolitisme.
Selama berabad-abad Gereja dan lembaga Kepausan telah melakukan
berbagai penyimpangan keagamaan tanpa ada satu kekuatan pun yang
berhasil meluruskan penyimpangan itu, kalaupun ada, biasanya gagal dan
berakhir secara dramatis seperti yang dialami oleh Giardarno Brono dan
Salvanarolla dan juga Joan Of Arc yang tewas dibakar karena berusaha
meluruskan penyimpangan itu.

Penyimpangan itu terjadi dalam beberapa bentuk. Banyak pemuka Katolik


memperoleh posisi keagamaan melalui cara-cara yang tidak etis dan
amoral, mereka tak segan-segan menyogok petinggi Gereja untuk berkuasa,
juga melakukan korupsi dan manupulasi dan komersialisasi jabatan.

Ada pula Paus yang berperilaku amoral menyangkut hubungan dengan


wanita; memilki anak diluar perkawinan, pemujaan dalam acara sakramen
suci dimana terlah terjadinya ritus pemujaan terhadap benda-benda dan
tokoh-tokoh suci dan salah satu penyimpangan yang kemudian melahirkan
banyak protes, terutama di kawasan Jerman adalah penjualan surat-surat
pengampunan dosa yang berlebihan.

Selain berbagai penyimpangan-penyimpangan dalam keagamaan dan


korupsi yang mengatasnamakan agama seperti yang sudah disebutkan
diatas, ada pemicu lain dalam gerakan reformasi ini, yaitu adanya pajak-
pajak yang memberatkan ambisi kekuasaam kaum lokal dan kebangkitan
nasionalisme di Eropa.

Di negara itu, nasionalisme termanifestasi dalam berbagai bentuk; di


Inggris, hak Paus mengangkat pejabat-pejabat gereja di hapuskan; di
Perancis hak-hak Paus menarik pajak dan mengangkat pejabat juga
dihilangkan dan hakim-hakim sipil diberikan kewenangan penuh mengatur
persoalan keagamaan di wilayah mereka masing-masing bebas campur
tangan Paus; di Jerman, semangat nasionalisme termanifestasi dalam
bentuk pemberontakan-pemberontakan terhadap pendeta dan
penentangan gigih terhadap penjualan surat-surat pengampunan dosa.

Protes-protes terhadap otoritas Gereja Katolik di lakukan Luther dengan


cara menempelkan sembilan puluh lima tesis miliknya yang terkenal di
Gereja Wittenberg pada 31 Oktober 1517, setelah itu Luther juga
mengirimkan satu salinan tesis tersebut kepada Uskup Agung Mainz dan
kemudian salinan-salinan tersebut disebarkan secara luas di wilayah itu.
Cakupan protes Luther terhadap Gereja menandakan bahwa ia menolak
mengakui otoritas Paus dan konsisi Gereja secara umum, dan menekankan
bahwa dirinya akan di bimbing oleh kitab suci dan akalnya sendiri. Tidak
heran bahwa Gereja merespon itu dengan tidak ramah, setelah serangkaian
uji pendapatan di hadapan petinggi Gereja, tulisan tersebut akhirnya
dinyatakan terlarang.

Pada kasus biasanya, keputusan Luther akan membuatnya dibakar hidup-


hidup. Namun, pandangannya telah mendapatkan dukungan luas
dikalangan masyarakat Jerman dan ada sejumlah pangeran dan petinggi
kerajaan diantara mereka. Walau Luther harus bersembunyi selama kira-
kira setahun, dukungan terhadapnya di Jerman cukup kuat untuk
memungkinkannya terhidar dari hukuman yang serius.

Dari berbagai sumber, dikatakan bahwa Luther merupakan penulis yang


sangat produkif, banyak tulisannya terbukti berpengaruh secara luas, ini lah
kenapa ia memiliki dukungan yang luas tidak hanya di kalangan petinggi
kerajaan tetapi juga masyarakat umum.

D. Dampak reformasi gereja bagi eropa


Dampak dari adanya Gerakan Reformasi Protestan dibawah Luther dan
Calvin adalah:
Pertama, dampak sosial dan politikterhadap Eropa dan negara-negara Barat
pada umumnya. Reformasi ini menimbulkan Western Christendom
sehingga munculnya negara-negara nasional kecil tanpa memiliki pusat
kekuasaan atau gembala politik seperti lembaga Kepausan Roma.
Menumbuhkan benih-benih demokratisasi politik, kesadaran individual
akan pentingnya hak-hak politik, kebebasan individu. Sehingga menjadi
dasar timbulnya gerakan-gerakan demokratisasi yang dan anti kekuasaan
totaliter dan keberanian rakyat untuk selalu melakukan kontrol terhadap
kekuasaan.
Tetapi dengan adanya gerakan reformasi Protestan ini juga lahirnya
kekuasaan absolut di Eropa. Banyaknya pertikaian antara Calvinisme
dengan katolik, peperangan saudara dan penghancuran karya-karya seni,
patung, lukisan yang berbau katolisisme. Reformasi juga haris bertanggung
jawab atas terjadinya pembantaian massal dalam peristiwa berdarah pada
malam St. Bartholomeus. Di Belanda pun terjadi pemberontakan petani
yang menolak membayar pajak dan akhirnya oleh pangeran Philip mereka
semua dibantai. Dan pengikut Protestan dianggap pengkhianat dan selama
enam tahun terjadi teror dan pembunuhan terhadap kaum protestan.
Kedua, Reformasi juga mengakibatkan terbelahnya agama Kristen menjadi
sekte-sekte kecil; Lutherisme, Calvinisme, Anglicanisme, Quakerisme,
Katholikisme. Meskipun ditunjau dari segi doktrin-doktrin fundamentalnya
sekte-sekte itu tidak memiliki prinsip yang berbeda, tetapi timbulnya hal
tersebut menyebabkan keretakan serius dalam agama kristen. Akibat
adanya sekte-sekte ini, Eropa terbelah secara keagamaan; Jerman Utara
dan negara-negara Skandinavia (Swedia dan Norwegia), menganut
Lutheranisme; Skotlandia, Belanda, Switzerland dan Prancis menganut
Calvinisme dan negara-negara Eropa lainnya seperti Spanyol dan Italia
menganut katolisisme (Ortodoks).

E. Proses terjadinya reformasi gereja


Awal terjadinya reformasi gereja ini muncul atau terjadi di Jerman. Banyak
faktor yang menyebabkan terjadinya reformasi gereja di Jerman yaitu,
sekitar abad 15-16 Jerman masih merupakan negara agraris yang
terbelakang dibandingkan negara-negara Eropa lainnya, kuatnya pengaruh
katolisme yang bersifat konservatif di Jerman, banyaknya penjualan surat-
surat pengampunan dosa di Jerman melebihi negara-negara Eropa lainnya,
sebagian besar rakyat Jerman yang berprofersi sebagai petani yang
merupakan kelompok sosial yang paling menderita akibat kekuasaan
katolisme salah satunya dengan adanya pajak-pajak yang sangat
memberatkan rakyat.
Selain itu juga faktor yang paling mendasari terjadinya reformasi di Jerman
adanya fase transisi ekdimana pada waktu itu terjadi proses perubahan dari
masyarakat feodal menuju masyarakat ekonomi profit atau menuju
masyarakat kapitalis. Dari sinilah muncul satu tokoh yaitu Marthin Luther
yang dari pemikiran-pemikirannya itu kemudian terlahir sebuah reformasi
gereja yang nantnya tidak hanya berkembang di Jerman melainkan meluas
ke wilayah-wilayah Eropa lainnya.
Adapun pemikiran-pemikiran dari Marthin Luther dalam melakukan protes
terhadap kekuasaan Gereja Khatolik Roma yaitu:
Penolakan Luther terhadap surat-surat pengampunan doa yang dikeluarkan
oleh Paus karena menurutnya gereja atau pemuka agama tidak memiliki
hak untuk memberikan pengampunan dosa. Tuhan-lah yang onomi di
Jerman. memberikan pengampunan itu didasarkan kepada kepercayaan
dan amal sholeh individu selama hidup.
Menurut Luther sakramen hanya digunakan untuk membantu keimanan
tetapi bukan sama sekali alat untuk mencapai rahmat Tuhan dan jalan
keselamatan
DAFTAR PUSTAKA

Buku:Abdurahman, Dudung. 2007. Metodologi Penelitian Sejarah.


Yogyakarta: Ar-Ruzz MediaAbercrombie, Nicholas dkk. 2010. Kamus Sosiologi.
Yogyakarta: Pustaka PelajarAdams, George Burton. 1922. Constitutional of
England. London: Butler & TannerArifin, 1997. Menguak Mister Ajaran
Agama-Agama Besar. Jakarta: PT. Golden Terayon PressArmstrong, Karen.
2016. Sejarah Tuhan. Bandung: Penerbit MizanBasah, Sjachran. 1997. Ilmu
Negara. Bandung: PT. Citra Aditya BaktiBerkhof, H. 2015. Sejarah Gereja.
Jakarta: PT. BPK Gunung MuliaBossenbrook, William & Rolf Johannesen.
1939. Foundations of Western Civilization. Detroit: D.C Heath and
CompanyBrinton, Christopher &Wolff. 1960. A History of Civilization: Volume
One: to 1715. New Jersey: Prentice-Hall Inc.Budiardjo, Miriam. 1993. Dasar-
Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka UtamaBusroh, Abu Daud.
1990. Ilmu Negara. Jakarta: Bumi AksaraCheyney, Edward P. 1895. The Early
Reformation Period in England. Philadelphia: King & SonChild, Gilbert W.
1890. Church and State Under The Tudors. London: Longmans, Green &
CoClark, William. 1897. Ten Epoch of Church History (Vol X): The
Anglican Reformation. New York: The Christian Literature CoCulver, Jonathan E.
2013. Sejarah Gereja Umum. Bandung: Biji SesawiDjokosutono. 1985. Kuliah
Ilmu Negara. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai