Anda di halaman 1dari 9

Makalah PAI Kelompok 3

Nama Anggota:
1. Dian Pieshelsha
2. M. Sadam Husein
3. Tyara Hadlya Norma
4. Nurbaeti Anisa
5. Salwa Hasnal Fuadah
6. Yusprida Apriliani

PEMERINTAH PROPINSI JAWA BARAT


DINAS PENDIDIKAN WILAYAH IV
SMA NEGERI 2 CIKAMPEK
JL.JENDRAL A.YANI DAWUAN CIKAMPEK (41373) KAB.KARAWANG
SEPTEMBER 2019

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahuwata’ala yang


telah memberikan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.
Makalah yang berjudul ”Perawatan Jenazah” ini dibuat untuk
memenuhi syarat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Penulis menyadari bahwa dalam membuat makalah ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala
kritik dan saran dari para pembaca untuk kesempurnaan pada makalah ini.
Penulis harap makalah ini dapat bermanfaat bagi setiap orang yang
membacanya, dan memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Terimakasih.

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang........................................................................................1
2. Rumusan Masalah..................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Kewajiban Umat Islam Terhadap Jenazah.................................................2
B. Perawatan Jenazah....................................................................................2
C. Ta’ziyyah (Melayat)....................................................................................5
D. Ziarah Kubur..............................................................................................5

BAB III PENUTUP


1. Kesimpulan................................................................................................6
2. Saran..........................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA

II
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kematian adalah suatu kepastian yang tak dapat dihindari oleh manusia. Semua makhluk
pasti akan mengalami kematian, tak peduli tua maupun muda. Kematian, bagi seseorang
yang telah menemui ajalnya, ini merupakan bukanlah akhir dari segala-galanya, melainkan
adalah awal bagi kehidupan di akhirat. Sedangkan bagi yang masih hidup, ada kewajiban
yang harus dipikul terhadap orang yang telah meninggal, diantaranya; memandikan,
mengkafani, menshalaykan, dan menguburkan. Dalam makalah ini penulis mencoba untuk
mengupas segala masalah kewajiban yang harus dilakukan oleh orang yang masih hidup
terhadap jenazah.

2. Rumusan Masalah
1. Kewajiban umat islam terhadap jenazah
2. Perawatan jenazah
3. Ta’ziyyah
4. Ziarah kubur

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kewajiban Umat Islam Terhadap Jenazah


Dalam Islam, kewajiban seorang muslim terhadap jenazah adalah memandikan, mengkafani,
menshalatkan dan menguburkannya. Pahala yang dijanjikan oleh Allah Swt. sangat besar
dalam pengurusan jenazah ini, sebagaimana hadis Nabi saw.:

َ ُ‫يراطٌ َو َم ْن اتَّبَ َعهَا َحتَّى ت‬


‫وض َ)ع‬ َ ِ‫صلَّى َعلَى َجنَا َز ٍة فَلَهُ ق‬ َ ‫ع َْن أَبِي ه َُر ْي َرةَ َع ِن النَّبِ ِّي‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل َم ْن‬
‫ال ِم ْث ُل أُ ُح ٍد‬
َ َ‫ت يَا أَبَا ه َُري َْرةَ َو َما ْالقِي َراطُ ق‬ ُ ‫ال قُ ْل‬ َ ِ‫فِي ْالقَب ِْر فَق‬
َ َ‫يراطَا ِن ق‬
[‫]رواه مسلم‬
“Dari Abu Hurairah [diriwayatkan] dari Nabi saw. beliau bersabda: Siapa saja yang
menshalatkan jenazah, maka baginya pahala satu qirath dan siapa yang mengantarnya
hingga jenazah itu diletakkan di liang kubur, maka baginya pahala dua qirath. Saya bertanya:
Wahai Abu Hurairah, seperti apakah qirath itu? Ia menjawab: Yaitu seperti gunung Uhud”
[HR. Muslim].
Kewajiban terhadap jenazah ini hukumnya fardhu kifayah, yaitu kewajiban yang akan gugur
apabila dikerjakan oleh sebagian umat Islam. Jika tidak ada yang mengerjakannya, maka
seluruh umat Islam menanggung dosanya.

B. Perawatan Jenazah
1. Memandikan Jenazah
1) Syarat-syarat Wajib Memandikan Jenazah.
a. Jenazah itu orang muslim atau muslimah. Apa pun aliran, mazhab, ras, suku, dan
profesinya. B
b. Badannya, anggota badannya masih ada sekalipun hanya sedikit atau sebagian saja.
c. Keadaan jasadnya masih utuh (belum rusak karena kematiannya sudah terlalu lama)
d. Jenazah itu bukan mati syahid (mati dalam peperangan membela islam). Karena
orang yang mati syahid seperti ini tidak boleh dimandikan
2) Yang Berhak Memandikan Jenazah.
a. Apabila jenazah itu laki-laki, yang memandikannya hendaklah laki-laki pula.
Perempuan tidak boleh memandikan jenazah laki-laki, kecuali istri dan mahram-nya.
b. Apabila jenazah itu perempuan, hendaklah dimandikan oleh perempuan pula, laki-
laki tidak boleh memandikan kecuali suami atau mahram-nya.
c. Apabila jenazah itu seorang istri, sementara suami dan mahram-nya ada semua,
suami lebih berhak untuk memandikan istrinya.
d. Apabila jenazah itu seorang suami, sementara istri dan mahram-nya ada semua, istri
lebih berhak untuk memandikan suaminya.
2. Mengkafani Jenazah
Setelah mayat dimandikan, maka wajib bagi tiap-tiap mukmin untuk mengkafaninya juga.
Hukum mengkafani jenazah muslim dan bukan mati syahid adalah fardhu kifayah.
Mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu yang
dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Dalam sebuah hadist diriwayatkan
sebagai berikut: “Kami hijrah bersama Rasulullah saw. dengan mengharapkan keridhaan
Allah SWT, maka tentulah akan kami terima pahalanya dari Allah, karena diantara kami ada
yang meninggal sebelum memperoleh hasil duniawi sedikit pun juga. Misalnya, Mash’ab bin
Umair dia tewas terbunuh diperang Uhud dan tidak ada buat kain kafannya kecuali
selembar kain burdah. Jika kepalanya ditutup, akan terbukalah kakinya dan jika kakinya
tertutup, maka tersembul kepalanya. Maka Nabi saw. menyuruh kami untuk menutupi
kepalanya dan menaruh rumput izhir pada kedua kakinya.” (HR. Bukhari).

3. Menyalati Jenazah
1. Hukum Shalat Jenazah
Shalat jenazah hukumnya fardhu kifayah. Boleh dilakukan oleh orang laki-laki atau
perempuan. Namun, selagi ada orang laki-laki, maka yang dapat mengugurkan kewajiban
adalah orang laki-laki yang baligh.
2. Tempat Shalat Jenazah
Shalat jenazah bisa dilaksanakan di mana saja asalkan di tempat yang suci. Diutamakan
bertempat di mushalla. Sedangkan pengaturannya adalah sebagai berikut :
a. Bentuk Shaf Shalat Jenazah
Rasulullah bersabda SAW, : “Tidaklah orang muslim meninggal kemudian ia dishalati oleh
tiga shaf dari orang-orang muslim, kecuali ia menghaki masuk surga”.(HR. Abu Daud, Ibnu
Majah, At-Tirmidzi).
Dalam hal memperoleh fadhilah tiga shaf ini, ulama berbeda pendapat. Ibnu Hajar
berpendapat, satu shaf minimal 2 orang. Menurut imam Ramli satu shaf bisa satu orang.
Jadi, untuk mendapat fadhilah shaf, minimal mushalli berjumlah 6 orang, atau 3 orang.
Bentuk shaf seperti ini penting diatur bila yang menyalati sedikit.
b. Posisi Mayit dan Orang yang Menyalati
Bila laki-laki, maka kepala mayit sunnah berada di sebelah kiri imam. (nisbat negara
Indonesia : arah selatan). Bila mayit perempuan, kepala mayit diletakkan di sebelah kanan
imam (utara). Posisi imam, bila mayit laki-laki, maka berada didekat kepala mayit. Bila mayit
perempuan, maka didekat pantatnya.
c. Makmum masbuq
Adalah makmum yang tidak mengikuti bacaan surat al-Fatihah bersama imam. Semisal kita
baru takbiratul ihram, sedangkan imam sudah melakukan takbir yang ketiga. Maka, kita
harus langsung membaca surat al-Fatihah. Bila imam melakukan takbir keempat, maka kita
langsung takbir juga, sekalipun bacaan al-Fatihah belum selesai. Bila imam mengucapkan
salam, maka kita melanjutkan shalat dengan takbir ketiga dan seterusnya dengan mengikuti
rukun dan bacaan yang sudah ada.

 Syarat-syarat Shalat Jenazah


Bagi yang menyalati, syarat-syaratnya sama seperti shalat yang lain. Sebab pada dasarnya
shalat jenazah sama seperti shalat yang lain.
1. Shalat jenazah sama halnya dengan shalat yang lain, yaitu harus menutup aurat, suci
dari hadats besar dan kecil, suci badan, pakaian dan tempatnya serta menghadap kiblat.
2. Shalat jenazah baru dilaksanakan apabila jenazah sudah selesai dimandikan dan
dikafani.
3. Jenazah diletakkan disebelah kiblat orang yang menshalatkan., kecuali kalau
melaksanakan shalat gaib.

4. Mengubur Jenazah
1. Pemberangkatan Jenazah
Minimal jenazah dibawa dengan cara yang tidak mengandung arti penghinaan pada mayit.
Adapun cara membawa yang sempurna adalah :
a. Ketika mayit siap diberangkatkan, memberi kesaksian bahwa mayit adalah orang baik.
Namun tidak semua mayit boleh disaksikan baik. Untuk mayit yang jelas fasiq, maka tidak
boleh disaksikan baik.
b. Mayit dibawa dengan memakai keranda (Madura : kathél), dan dibawa oleh beberapa
orang sesuai dengan kebutuhan, minimal dua orang. Diutamakan yang membawanya
berjumlah ganjil.
c. Seperti halnya saat dilahirkan, mayit diberangkat-kan dengan kepala di depan
(menghadap ke arah tujuan).
d. Sunnah mempercepat langkah kaki lebih dari sekedar berjalan biasa. Namun tidak dengan
berlari.
e. Membawa mayit hendaknya dengan sopan dan penuh penghormatan.
f. Hukum mengantar jenazah ke kuburan sunnah bagi laki-laki, makruh bagi perempuan.
2. Bentuk lubang kubur
Bentuk lubang kubur ada 2 macam :
a. Apabila tanahnya keras, maka lebih baik berbentuk liang lahad. Yaitu, menggali bagian
sisi barat dari lubang kubur, sekitar cukup untuk tempat membaringkan mayit.
b. Apabila tanahnya lunak (mudah longsor) atau berpasir, maka berbentuk liang cempuri.
Yaitu, menggali sisi tengah dari lubang kubur, dengan ukuran bisa membaringkan mayit, dan
di sisi kanan kirinya diberi batu bata.

C. Ta’ziyyah (Melayat)
Takziah artinya melawat atau menjenguk orang yang meninggal dunia untuk turut
mengatakan bela sungkawakepada keluarganya, serta member penghormatan terakhir
kepada orang yang telah dipanggiluntuk menghadap kehadirat Allah SWT.
Takziah dapat dilakukan sebelum dan sesudah jenazah dikuburkan hingga selam tiga hari.
Namun demikian, takziah diutamakan dilakukan sebelum jenazah dikuburkan.
1. Adab dan Etika Takziah
· Apabila kita mendengar kabar ada seseorang yang meninggal dunia, maka hendaklah
mengucapkan: inalillahiwainalillahi rojiun
· Datanglah dengan segera melawat kerumah duka, masuklah kerumahnya dengan
mengucapkan salam dam mendoakan.
· Pada ssaat takziah, hendaklah bersikap dan berpakaian sopan.
· Hendaknya memberikan nasihat untuk tetap sabar dan tabah dalam menghadapi musibah.
· Hendaklah ikut mengerjakan shalat jenazahdengan ikhlas dan khusyuk.
· Apabila tidak ada uzur, hendaklah kita mengantarkan jenazah itu sampai selesai
dimakamkan.
· Memberikan bantuan materi dan moril kepada keluarga yang ditinggalkan, termasuk
memberoikan makanan , karena mereka sedang mendapat cobaan.

D. Ziarah Kubur
Ziarah kubur adalah datang ke makam keluarga atau bukan keluargadengan maksud untuk
mendoakan agar diterima amalnya dan diampuni dosanya oleh Allah SWT. Ziarah kubur
adalah sunah bagi laki-laki, sedangkan bagi perempuan adalah makruh. Alasannya
dikhawatirkan perempuan akan menambah perasaan sedih.
Hikmah ziarah kubur diantaranya:
1. Ziarah kubur dapat mengingatkan akan akhirat, maka akan menambah tebalnya iman
kepada Allah SWT dan memperbanyak amal saleh.
2. Kita dapat melakukan kontak batin dengan arwah almarhumah, sekalipun dengan alam
yang berbeda melalui doa.
3. Ziarah kubur adalah perbuatan ibadah karena sunah Rasulullah. Dengan melihat nisan
sebagai saksi bisu akan tumbuh rasa takut kepada Allah SWT.
Pada awalnya ziarah kubur dilarang oleh Rasulullah karena dikhawatirkan menimbulkan
syirik (meminta pada leluhurnya) akantetapi setelah Rasulullah SAW menilai bahwa tingkat
keimanan umat sudah kuat, maka Rasullulah pun memerintahkan untuk berziarah kubur.
Selain itu berziarah kubur banyak lagi hikmah yang dapat digali.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi makhluk
yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu mendapat
perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana, penyelengaraan jenazah
seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan
kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka
gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.
Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah: Memandikan, Mengkafani,
Menshalatkan, Menguburkan.

2. Saran
Dengan adanya pembahasan tentang tata cara pengurusan jenazah ini, pemakalah berharap
kepada kita semua agar selalu ingat akan kematian dan mempersiapkan diri untuk
menyambut kematian itu. Selain itu, pemakalah juga berharap agar pembahasan ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan kita semua serta dapat mengajarkannya dengan
baik ketika telah menjadi seorang guru di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
http://matlab.blogspot.co.id
http://auliyaberbagi.blogspot.co.id
http://idremajaislam.blogspot.co.id

Anda mungkin juga menyukai