Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“Perawatan Jenazah, Adab Terhadap Jenazah dan Tata Cara


Menguburkan Jenazah”

DOSEN : Abdul Hamid, S.Ag.,Mm

Disusun Oleh:

HELDA APRILIA
1114190635

MARIATUL KIPTIAH
1114190637

SISKA RAHMAWATI
1114190644

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES DARUL AZHAR BATULICIN
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Illahi Robbi Allah SWT, tuhan semesta alam yang selalu
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurah pada Nabi Besar Muhammad SAW, Rasul pembawa berkah, penerang
bumi dari kegelapan dan seorang refolusioner yang merubah dunia dan peradaban menjadi
lebih baik. Keselamatan dan berkah juga semoga selalu terlimpah kepada keluarganya,
para sahabatnya, sampai kepada umatnya yang senantiasa taat dan patuh kepada ajaranya
sampai akhir zaman. Aamiin.
Alhamdulillah atas ridho Allah SWT lah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah
ini. Salah satu tujuan terselesaikannya tugas ini yaitu guna memenuhi salah satu
persyaratan untuk memenuhi tugas pada blok Agama .
Penulis menyadari sepenuhnya dalam proses penyusunan makalah ini tidak dapat terwujud
tanpa bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak yang dengan ikhlas
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih.

Simpang Empat, November 2019

i
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami
kematian yang tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai makhluk sebaik-baik
ciptaan Allah SWT dan ditempatkan pada derajat yang tinggi, maka islam sangat
menghormati orang muslim yang telah meninggal dunia. Oleh sebab itu, menjelang
menghadapi kehariban Allah SWT orang yang telah meninggal dunia mendapatkan
perhatian khusus dari muslim lainnya yang masih hidup.
Dalam ketentuan hukum islam jika seorang muslim meninggal dunia maka
hukumnya fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidup untuk
menyelenggarakan 4 perkara, yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan, dan
menguburkan orang yang telah meninggal tersebut.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Perawatan Jenazah
b. Bagaimana Adab terhadap Jenazah
c. Bagaimana Tata Cara Menguburkan Jenazah

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui Perawatan Jenazah
b. Untuk mengetahui Adab terhadap Jenazah
c. Untuk mengetahui Tata Cara Menguburkan Jenazah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perawatan Jenazah
Diantara masalah penting yang terkait dengan hubungan manusia dengan
manusia lainnya adalah masalah perawatan jenazah . Islam menaruh perhatian yang
sangat serius dalam masalah ini, sehinggan hal ini termasuk salah satu kewajiban yang
harus dipenuhi oleh umat manusia, khususnya umat Islam. Perawatan jenazah ini
merupakan hak si mayat dan kewajiban bagi umat Islam untuk melakukannya dengan
pengurusan yang terbaik.
Dalam kenyataan masih banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari umat
Islam yang belum mengetahui bagaimana tata cara mengurus jenazah. Masih banyak
praktek perawatan jenazah yang berbau bid’ah (larangan yang tidak pernah diajukan
Nabi Muhammad SAW)
Islam tidak hanya mengatur apa yang harus diperbuat kepada orang yang
sudah meninggal saja, tetapi juga kepada orang yang sedang sakit yang dimungkinkan
akan meninggal. Hal yang perlu dilakukan bagi orang yang sedang sakit diantaranya
adalah :
1. Bagi yang sakit hendaknya rela dengan apa yang menimpanya dan harus sabar
menghadapinya.
2. Orang yang sakit juga harus takut dengan dosa-dosanya yang selama ini
dilakukan dan penuh harap agar Allah memberikan rahmat kepadanya.
Bagaimanapun sakitnya, seseorang tidak boleh berharap agar segara mati.
3. Kalau ada kewajiban yang harus ditunaikan hendaknya segera ditunaikan, tetapi
kalau belum ditunaikan segera diwasiatkan.
Dalam hal menghadapi orang yang menjelang ajal (sakaratul maut). Nabi
Muhammad Saw, menganjurkan kepada orang-orang Islam disekitarnya untuk
melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Menengoknay dengan memberi nasihat-nasihat terbaik bagi si sakit dan memberi
semnagat kepadanya.
2. Menganjurkan untuk selalu bersabar dan selalu berbiak sangka kepada Allah
SWT.
3. Menganjurkan si sakit untuk menghindari hal-hal yang dapat merusak kemurnian
tauhid.
4. Berdo’a untuk si sakit
5. Menalqin si sakit dengan bacaan syahadat agar dapat mengakhiri hidupnya
dengan baik (Khusnul Khatimah)
6. Menghadap si sakit ke arah kiblat.

B. Adab Terhadap Jenazah


Begitulah mulianya ajaran Islam, adab bukan hanya terhadap manusia yang hidup,
manusia yang sudai menjadi jenazah pun masih diajarkan adabnya. Adapun adab
terhadap jenazah dalam agama Islam sebagai berikut,
1. Segera merawat jenazah dan mengebumikannya untuk meringankan beban
keluarganya dan sebagai rasa belas kasih terhadap mereka. Abu Hurairah. Ra,
didalam haditsnya menyebutkan bahwasanya Rasulullah Saw telah bersabda
“Segeralah (didalam mengurus) jenazah, sebab jika amal-amalnya shalih, maka
kebaikanlah yang kamu berikan kepadanya; dan jika sebaliknya, maka keburukan-
lah yang kamu lepaskan dari pundak kamu”. (Muttafaq alaih).
2. Tidak menangis dengan suara keras, tidak meratapinya dan tidak merobek-robek
baju. Karena Rasulullah SAW telah bersaba. “Bukan golongan kami orang yang
memukul-mukul pipinya dan merobek-robek bajunya, dan menyerukan kepada
seruan jahiliyah”. (HR. Al-Bukhari).
3. Disunatkan mengantar jenazah hingga dkubur. Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang menghadiri jenazah hingga menshalatkannya, maka baginya
(pahala) sebesar qirath; dan barangsiapa yang menghadirinya hingga dikuburkan
maka baginya dua qirath”. “Nabi ditanya: apa yang disebut dua qirath itu?”. Nabi
menjawab: “Seperti dua gunung yang sangat besar”. (Muttafaq Alaih)
4. Memuji si mayit (jenazah) dengan mengingat dan menyebut kebaikan-kebaikan
dan tidak mencoba untuk menjelek-jelekkannya. Rasulullah Saw bersabda:
“Jangan kamu mencaci-maki orang-orang yang telah mati, karena merekan telah
sampai kepada apa yang telah mereka perbuat”. (HR. Al-Bukhari).
5. Memohon ampun untuk jenazah setelah dikuburkan. Ibnu Umar Ra. Pernah
berkata: “Adalah Rasulullah Saw apabila selesai mengubrukan jenazah, maka
berdiri diatasnya dan bersabda :”Mohonkan ampun untuk saudaramu ini, dan
mintakan kepada Allah agar ia diberi keteguhan, karena dia sekarang akan
ditanya”. (HR.Abu Daud dan dishahihkan oleh Albani)
6. Disunatkan berta’ziah kepada keluarga korban dan menyarankan mereka untuk
tetap sabar, dan mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya milik Allah lah apa
yang telah Dia ambil dan milik-Nya jualah apa yang Dia berikan; dan segala
sesuatu disisi-Nya sudah ditetapkan ajalnya. Maka hendaklah kamu bersabar dan
mengharap pahala.”
7. Dilarang duduk diatas kubur karena seperti itu termasuk menghinakan kubur. Dari
hadits Abu Hurairah Ra, Rasulullah Saw bersabda, Seandainya seseorang duduk
di atas bara api sehingga membakar pakaiannya sampai kulitnya, itu lebih baik
baginya dibandingkan duduk diatas kubur.” (HR. Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa duduk diatas kubur termasuk dosan besar karena
ancaman yang keras seperti ini.

C. Tata Cara Menguburkan

 Disunnahkan membawa jenazah dengan usungan jenazah yang di panggul diatas


pundak dari keempat sudut usungan. Disunnahkan menyegerakan mengusungnya
ke pemakaman tanpa harus tergesa-gesa. Bagi para pengiring,boleh berjalan di
depan jenazah, di belakanganya, disamping kanan atau kirinya. Semua cara ada
tuntunannya dalam sunnah Nab. Para pengiring tidak dibenarkan untuk duduk
sebelum jenazah diletakka., sebab Rasulullah SAW telah melarangnya.
 Disunnahkah mendalamkan lubang kubur, agar jasad si mayit terjaga dari jangkauan
biantang buas, dan agar baunya tidak merebak keluar. Lubang kubur yang
dilengkapi liang lahad lebih baik daripada syaq. Dalam masalah ini Rasulullah SAW
bersabda : “Liang lahad itu adalah bagi kita (kaum muslimin), sedangkan syaq bagi
selain kita (non muslim).” (HR. Abu Dawud dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-
Albani dalam “Ahkamul Janaaiz)

 Lahad adalah liang
(membentuk huruf U memanjang) yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian
arah kiblat untuk meletakkan jenazah di dalamnya.
 Syaq adalah liang yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian tengahnya
(membentuk huruf U memanjang).
 Jenazah siap untuk dikuburkan.

 Jenazah diangkat diatas tangan untuk diletakkan di dalam kubur.

 Jenazah dimasukkan kedalam kubur. Disunnahkan memasukkan jenazah ke liang


lahat dari arah kaki kuburan lalu diturunkan ke dalam liang kubur secara perlahan.
Jika tidak memungkinkan, boleh menurunkannya dari arah kiblat.

 Petugas yang memasukkan jenazah ke lubang kubur hendaklah mengucapkan :


“Bismillahi wa’ala millati Rasulillahi (Dengan menyebut Asma Allah dan
berjalan diatas millah Rasulullah SAW).” Ketika menurunkan jenazah ke lubang
kubur.
 Disunnahkan membaringkan jenazah dengan bertumpu pada sisi kanan jasadnya
(dalam posisi miring) dan menghadap kiblat sambil dilepas tali-talinya selain tali
kepala dan kedua kaki.
 Tidak perlu meletakkan bantalan dari tanah ataupun batu dibawah kepalanya,
sebab tidak ada dalil shahih yang menyebutkannya. Dan tidak perlu menyingkap
wajahnya kecuali si mayit meninggal dunia saat mengenakan kain ihram
sebagaimana yang telah dijelaskan.

 Setelah jenazah diletakkan didalam rpngga liang lahad dan tali-tali selain kepala
dan kaki dilepas, maka rongga liang lahad tersebut ditutup dengan batu bata atau
papan kayu/bambu dari atasnya (agak samping).

 Lalu sela-sela batu bata atau papan kayu itu ditutup dengan tanah liat agar
menghalangi sesuatu yang masuk sekaligus menguatkannya.
 Disunnahkan bagi para pengiring untuk menabur tiga genggaman tanah ke dalam
liang kubur setelah jenazah diletakkan di dalamnya. Demikianlah yang dilakukan
Rasulullah SAW. Setelah otu ditumpahkan tanah ke atas jenazah tersebut.
 Hendaklah meninggikan makam kira-kira sejengkal sebagai tanda agar tidak
dilanggar kehormatannya, dibuat gundukan seperti punuk unta, demikianlah
bentu makam Rasulullah SAW
 Kemudian ditaburi dengan batu kerikil sebagai tanda sebuah makam dan
diperciki air, berdasarkan tuntunan sunnah Nabi SAW. Lalu ketakkan batu pada
makam bagian kepalanya agar mudah dikenali.
 Haram hukumnya menyemen dan membangun kuburan. Demikian pula menulisi
batu nisan. Dan diharamkan juga duduk diatas kuburan, menginjaknya serta
bersandar padanya. Karena Rasulullah SAW melarang hal tersebut.
 Kemudian pengiring jenazah mendoakan keteguhan bagi si mayit (dalam
menjawab pertanyaan dua malaikat yang disebut dengan fitnah kubur). Karena
ketika itu ruhnya dikembalikan dan ia ditanya didalam kuburnya. Maka
disunnahkan agar setelah selesai menguburkannya orang-orang itu berhenti
sebentar untuk mendoakan kebaikan bagi si mayit (dan doa ini tidak dilakukan
secara berjama’ah, tetapi sendiri-sendiri). Sesungguhnya si mayit bisa
mendapatkan manfaat dari doa mereka
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia
sebagi makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya
itu perlu mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya.
Dimana, penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu
kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu,
tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh
mukallaf.
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara
lain: Memperoleh pahala yang besar, menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi
diantara sesama muslim, membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai
ungkapan belasungkawa atas musibah yang dideritanya, mengingatkan dan
menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan masing-masing supaya
mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati, Sebagai bukti bahwa manusia
adalah makhluk yang paling mulia, sehingga apabila salah seorang manusia
meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya menurut aturan Allah SWT
dan RasulNya.

B. Saran
Dengan adanya pembahasan tentang tata cara pengurusan jenazah ini,
pemakalah berharap kepada kita semua agar selalu ingat akan kematian dan
mempersiapkan diri untuk menyambut kematian itu. Selain itu, pemakalah juga
berharap agar pembahasan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita
semua serta dapat mengajarkannya dengan baik ketika telah menjadi seorang guru di
masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Karim. (2004). Petunjuk Merawat Jenazah Dan Shalat Jenazah.Jakarta: Amzah

Abd. Ghoni Asyukur. (1989).  Shalat Dan Merawat Jenazah.  Bandung: Sayyidah

M. Rizal Qasim. (2000). Pengamalan Fikih I.  Jakarta: Tiga Serangkai

Anda mungkin juga menyukai