Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Umat Islam harus meyakini bahwa rujukan utama dalam beragama
Islam adalah Alquran dan as-Sunnah. Oleh karenanya, segala aktivitas yang
dilakukannya mesti sesuai dengan petunjuk kedua rujukan tersebut. Salah
satu ajaran penting dalam Islam adalah urusan fardhu kifayah. Hukum fardhu
kifayah itu maksudnya adalah bila sebagian orang sudah melakukannya
sebagian lainnya tidak dikenai hukum. Namun, jika tidak satupun
melaksanakannya, maka seluruh umat Islam di lingkungannya terkena
hukum, atau berdosa karena meninggalkannya. fardhu kifayah yang
dimaksudkan dalam buku ini adalah berkenaan dengan urusan meninggalnya
seseorang yang beragama Islam.
Adapun urusannya setelah meninggalnya seseorang yang beragama
Islam adalah ada empat hal, yaitu (1) memandikannya, (2) mengkafaninya,
(3) mensalatkannya, dan (4) menguburkannya. Empat hal inilah yang akan
diuraikan dalam buku ini secara praktis sebagai panduan untuk
melaksanakannya. Tentunya, panduan ini dasarnya adalah Alquran dan as-
Sunnah al-Maqbulah, atau as-Sunnah yang berkualitas sahih dan hasan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Fardu Kifayah?
2. Bagaimana Menghadapi Musibah Sakit?
3. Bagaimana Petunjuk Setelah Seseorang Meninggal Dunia?
4. Bagaimana ketentuan Memandikan Jenazah ?
5. Bagaimana Ketentuan Mengkafani Jenazah?
6. Bagaimana Ketentuan Menshalatkan Jenazah?
7. Bagaimana Ketentuan Menguburkan Jenazah?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Fardhu Kifayah


Fardu kifayah (bahasa Arab: ‫ )فرض كفاية‬adalah status hukum dari sebuah
aktivitas dalam Islam yang wajib dilakukan, tetapi bila sudah dilakukan oleh
muslim yang lain maka kewajiban ini gugur. Contoh aktivitas yang tergolong
fardu kifayah:
1. Menyalatkan jenazah muslim
2. Memandikan, mengkafani serta menguburkan jenazah Muslim
3. Belajar ilmu tertentu (misalnya Kedokteran, Ekonomi,dan Tajwid)
4. Jihad ibtida'i
Suatu perbuatan yang semula hukumnya fardu kifayah bisa menjadi
fardu 'ain apabila perbuatan dimaksud belum dapat terlaksana dengan hanya
mengandalkan sebagian dari kaum muslimin saja.1

B. Menghadapi Musibah Sakit


1. Petunjuk dalam menghadapi musibah sakit
a. Setiap penyakit ada obatnya, oleh karenanya orang yang beriman
wajib berobat manakala anggota tu buhnya yang sakit.
b. Orang mukmin diperintahkan dalam berobat mesti dengan obat yang
halal bukan yang haram.
c. Musibah berupa penyakit merupakan ujian dari Allah swt dan Allah
swt akan mengampuni kesalahan-kesalahannya, jika berlaku ikhlas
dan sabar.
d. Dianjurkan untuk mengingat kematian, agar senantiasa serius dalam
beribadah kepada Allah swt.

1
Saepudin, Fardu Kifayah, (Medan: UIN Sumatera Utara, 2019), h. 3
e. Pada saat sakit, dianjurkan untuk berdoa kepada Allah swt untuk
kesembuhan dirinya, dengan meletakkan pada anggota yang saki,

sebagai mana doa yang diajarkan oleh Rasul saw. Baca 3 X

Selanjutnya baca :

(Aku berlindung kepada Allah dan kekuasaanNya dari penyakit yang


aku derita dan aku cemaskan). (H.R. Muslim).

f. Dianjurkan kepada orang-orang yang mukmin un tuk mengunjungi


saudara atau tentangganya yang sakit.
g. Pada saat mengunjungi orang yang sakit dianjurkan untuk
mendoakannya dengan doa yang diajarkan oleh Rasul saw, yaitu:

Artinya: (Ya Allah Rabb manusia, Zat yang menghilangkan rasa sakit,
sembuhkanlah sesungguhnya Engkau Zatyang Maha
menyembuhkan, tidak ada kesembuhan melainkan dari
kesembuhan-Mu, yaitu kesembuhan yang tidak menyisakan rasa
sakit). (H.R.al-Bukhari). Atau membaca doa di bawah ini 7X:

Artinya: (Aku meminta kepada Allah yang Maha Agung, Rabb-nya Arsy
yang mulia untuk menyembuh kanmu). H.R.at-Tirmizi.

h. Bagi yang sakit, tidak boleh mengharap mati karena putus asa, apalagi
pihak keluarga. Namun, jika sakit nya sudah parah, maka Rasul saw
mengajarkan doa, dibaca oleh si sakit doanya yaitu:
Artinya:(Ya Allah, hidupkanlah aku jika kehidupan itu baik untukku, dan
matikanlah aku jika kematian itu baik bagiku). H.R.al-Bukhari

Bagi si sakit atau seseorang jika merasa ajalnya sudah dekat, maka
hendaknya memperbanyak doa, Rasul saw pada saat mendekati ajalnya beliau
senantiasa membaca doa berikut ini.

Artinya: (Ya Allah, tolonglah aku dalam menghadapi sakaratul maut).


H.R.at-Tirmizi.

i. Hendaknya si sakit senantiasa berbaik sangka kepada Allah swt atas apa
yang telah menimpa nya. Kemudian berharap kepada Allah swt untuk
menghilangkan apa yang telah menim panya. Kemudian rasa takut kepada
Allah swt terhadap dosa-dosa yang telah dilakukan.
j. Dianjurkan untuk berwasiat tentang sesuatu kebai kan, jika tentang harta
tidak boleh bertentangan dengan ketetapan Allah dan Rasul-Nya.
k. Ketika seseorang menghadapi sakaratul maut, maka bagi kita disunnahkan
untuk mengajarkan dan menuntun dengan lembut kalimat tauhid, yaitu
ucapan:

Artinya: (Tidak ada Tuhan selain Allah). 2

2
Masri Elmasyar Bidin, Modul Praktikum Fardu Kifayah, (Jakarta: UIN Syarif
hidayatullah, 2019), h. 18
C. Petunjuk Setelah Seseorang Meninggal Dunia
1. Jika saudara kita sesama Muslim kena musibah atau meninggal dunia,
dianjurkan untuk mengucapkan:

Artinya: (Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan akan kembali kepada
Allah. Ya Allah, berilah kami pa hala karena mushibah ini dan
gantilah bagiku dengan yang lebih baik dari padanya).

2. Dianjurkan mengabarkan kepada kerabat dan kaum Muslimin.


3. Anjuran jenazahya dihadapkan ke kiblat.
4. Anjuran memejamkan mata dan mendoakannya. 3

Artinya:(Ya Allah, ampunilah Abu Salamah, tinggikan derajatnya di


kalangan orang-orang yang salih lapangkanlah kuburnya dan
terangilah dia di dalam kuburnya dan berilah gantinya pada
sepeninggalnya)

Atau teks doa hadis riwayat dari Ummu Salamah yang tertera dalam
kitab Sahih Muslim yaitu sebagai berikut:

Artinya:(Ya Allah, ampunilah Abu Salamah, tinggikan derajatnya di


kalangan orang-orang yang terpimpin dengan petunjuk-Mu dan
gantilah ia bagi keluarganya yang ditinggalkannya. Ampunilah

3
Sulidar, Tuntunan Praktis Fardhu Kifayah, ( Jakarta: Fiqih Press, 2019), h 21
kami dan ampunilah dia. Wahai Rabb semesta alam.
Lapangkanlah kuburnya dan terangilah dia di dalam kuburnya).

5. Anjuran menutupi jenazah dengan kain.


6. Boleh membuka wajah, menciumnya dan mena ngis sekedarnya.Dilarang
menangis dengan meratap-ratap terhadap jenazah.
7. Larangan memukul pipi dan merobek baju.
8. Larangan memotong-motong rambut.
9. Anjuran melunasi Utang-utangnya dengan segera.
10. Anjuran Memberikan Makanan Ahlu Musibah.
11. Larangan makan-makan di rumah Ahlu musi bah.
12. Mempercepat urusan jenazah.
13. Anjuran agar ahlu musibah bersabar dan bertakwa.
14. Ucapan kepada keluarga ahlu Musibah.

Artinya:(Hak Allah untuk mengambil dan memberi, segala sesuatu itu ada
batasnya (ajalnya

Pada saat seorang mukmin meninggal, maka kewajiban mukmin


lainnya adalah melaksanakan fardhu kifayah. Ada 4 kewajiban fardhu kifayah
yang harus ditunaikan yaitu, memandikan, mengkafani, mensalatkan dan
menguburkannya. Keempat hal tersebut ada kaifiyatnya menurut Sunah Rasul
saw. 4

D. Memandikan Jenazah
1. Panduan untuk memandikan jenazah:
a. Mempersiapkan tempat yang tertutup dari pandangan masyarakat,
sehingga terlindungi dari aurat, aib dan cacat jenazah.
b. Peralatan mandi yang diperlukan, seperti: daun bidara/sabun mandi,
wangi-wangian, kapur barus, handuk dan lainnya.

4
Sa’ad Yusuf, Tuntunan Mengurus Jenazah, (Jakarta : Rumah Islami Press, 2020), h.
17
c. Mempersiapkan air mutlaq, yakni air yang suci lagi mensucikan. Lalu
siapkan air sebanyak 3 ember:
1) Ember berisi air biasa secukupnya.
2) Ember berisi air dicampur daun bidara/sabun.
3) Ember berisi air dicampur kapur barus.
d. Untuk pertimbangan tertentu (adanya penyakit ter tentu yang menular
dan lainnya) perlu disiapkan, antara lain: sarung tangan yang tidak
tembus air, masker penutup mulut dan hidung, sepatu bot, ka pas, juga
pakain anti air.
e. Mempersiapkan kain kafan sesuai dengan atu ran yang telah
ditetapkan oleh Rasul saw, 3 he lai untuk laki-laki dan 5 helai untuk
perempuan, tentu ukuran disesuaikan dengan ukuran jena zah yang
hendak dikafani.
f. Dianjurkan yang memandikan jenazah adalah keluarga dekat jenazah
atau setidaknya orang yang dapat menjaga rahasia.
g. Jenazah laki-laki yang memandikan laki-laki, dan jenazah wanita yang
memandikan wanita, kecuali suami istri boleh saling memandikan.
2. Tatacara memandikan jenazah:
a. Berniat karena Allah swt.
b. Seluruh pakaian jenazah dilepas, kemudian jenazah dibalut dengan
kain yang tidak transparan sebagai penutup auratnya pada saat
dimandikan.
c. Jika memungkinkan melepas semua perhiasan yang melekat pada
jenazah termasuk gigi palsunya.
d. Mandikan jenazah laki-laki oleh laki-laki, dan wanita dengan wanita,
kecuali suami kepada istri atau sebaliknya.
e. Letakkan jenazah di tempat yang disediakan, tertutup dari publik.
f. Membersihkan rongga mulut dan kuku-kukunya serta seluruh
tubuhnya dari kotoran dan najis
g. Keluarkan atau bersihkan kotoran jenazah dengan sedikit mengangkat
jenazah, dan cucilah atau bersih kan kotorannya.
h. Jenazah wanita yang hamil, tidak boleh ditekan perutnya.
i. Mulailah mandikan dengan sebelah kanan dan anggota wuduknya
serta dengan menggosokkan tubuh jenazah dengan lembut atau
perlahan-lahan.
j. Miringkan jenazah ke kiri, siram badan belakang jenazah, setelah itu
miringkan jenazah ke kanan, siram badan belakang jenazah, kemudian
telentangkanlah kembali jenazahnya.
k. Mandikanlah dengan bilangan ganjil, 3X, 5X, 7X atau lebih dari itu
menurut sepantasnya.
l. Mandikan dengan air, air yang dicampur daun bidara/sabun, dan yang
terakhir air yang dicampur kapur barus.
m. Jika jenazahnya ada cacat, maka tutuplah cacat tu buhnya dengan
merahasiakannya.
n. Jika memungkinkan bagi berambut panjang dikepang rambutnya dan
letakkan ke belakang kepala.
o. Setelah dimandikan bersihkan atau dikeringkan dengan handuk.

Sebagai catatan:

1. Bagi jenazah yang meninggalnya syahid dalam peperangan membela


tegakknya Islam, maka cukupdimakamkan dengan pakaiannya yang
melekat dibadannya, tanpa dimandikan, dikafani dan disalatkan
2. Bagi jenazah yang meninggalnya syahid selain dalam peperangan
membela tegaknya Islam, maka, seperti; melahirkan, tenggelam,
gerbakar, tenggelam, maka dirawat seperti biasa.
3. Bagi jenazah yang meninggalnya dalam keadaanmasih berpakaian
ihram, maka perawa tannya seperti biasa, namun tanpa wewangian.
4. Dalam hal tertentu ada halangan untuk memandikanjenazah, maka
cukup jenazahnya ditayamumkan.
5. Jenazah yang sudah berusia 4 bulan dimandikandirawat seperti biasa.
6. Khusus yang memandikan jenazah disunnahkanuntuk mandi, setelah
mengurusi jenazah.
E. Mengkafani Jenazah
1. Perlengkapan yang diperlukan
a. Untuk jenazah laki-laki, mengkafaninya dengan 3 helai kain putih
bersih.
b. Untuk jenazah wanita mengkafaninya dengan 5helai kain putih
bersih, yaitu terdiri atas: (1) kainbasahan (sarung), (2) baju kurung,
(3) tudung/ kerudung (penutup kepala), (4) selubung (kain selimut),
dan (5) dimasukkan pada kain (baju) yang lain. No 4 dan 5 adalah 2
helai kain penutup.
c. Jangan Berlebihan dalam mengkafani jenazah.
d. Memperbagus Kafannya.
e. Gunakan Kain Kafan Berwarna Putih.
f. Menutup seluruh tubuh jenazah.
g. Memberi Wewangian (seperti: minyak kayu cendana, minyak wangi,
kapur barus dan lain-lain) pada kain kafan jenazah.
h. Memberikan wewangian (melulutkan) pada tubuh jenazah.
i. Mempersiapkan 7 tali yang terbuat dari kain kafan juga,
keperluannya untuk mengikat:
1) Ujung kepala.
2) Leher.
3) Pinggang atau pada lengan tangan.
4) Perut.
5) Lutut.
6) Pergelangan kaki.
7) Ujung kaki.
j. Mempersiapkan kapas seperlunya.
k. Kapur barus atau pewangi seperlunya.
l. Kain kafan letakkan memanjang searah tubuhnya, di atas tali-tali
yang telah disediakan.
m. Bagi jenazah perempuan, maka letakkanlah mukena, baju dan kain
basahan sesuai dengan letaknya.
2. Petunjuk Mengafani Jenazah
a. Letakkan jenazah dengan posisi mebujur di atas kain kafam, dalam
keadaan tertutup kain basahan.
b. Lepaskan kain basahan, dalam keadaan aurat tetap tertutup dengan
kain lainnya.
c. Jika pada jenazah mengeluarkan cairan, maka tutuoplah dengan kapas
yang telah disiapkan.
d. Jenazah laki-laki, maka ditutup dengan 3 helai lapis kain secara rapi
dan diikat dengan simpul di sebelah kiri.
e. Jika memungkinkan jenazah yang berambut panjang hendaknya
rambutnya dikepang.
f. Jenazah laki-laki ditutup dengan 3 helai lapis kain scara rapi dan diikat
dengan simpul sebelah kiri.
g. Jenazah perempuan, ditutup dengan 5 helai lapis kain, yaitu: kerudung
untuk kepala, baju kurunng, kain basahan penutup aurat dan 2 helai
kain penutup secara rapi, serta diikat dengan simpul sebelah kiri.
h. Sebaiknya ruangan disekitar jenazah diberi wewangian (diukup).

F. Mensalatkan Jenazah
1. Ketentuan:
a. Hukum salat jenazah adalah fardhu kifayah.
b. Jenazah yang disalatkan adalah jenazah yang beragama Islam, tidak
boleh mensoalatkan jenazah orang kafir.
c. Rasul saw tidak mensalatkan orang yang bunuh diri,orang yang punya
utang dan tidak ada penjaminnya,serta orang munafik, namun beliau
membiarkan sahabat mensalatkannya.
d. Salat jenazah boleh dilakukan secara jamaah atau sendirian.
e. Kalau mayatnya laki-laki, imam berdiri sejajar dengan kepala mayat.
f. Kalau mayatnya perempuan, imam berdiri di bagian tengahnya
(perut/lambung).
g. Makmum berdiri di belakang imam. Disunnahkan jamaah diatur
berdiri tiga barisan (shaf) atau lebih.
h. Jika jenazahnya lebih dari satu, maka sebaiknya disalatkan sekaligus
kecuali tidak memungkinkan.
i. Jika jenazah laki-laki dan perempuan bersamaan, maka jenazah yang
dekat dengan imam adalah jenazah laki-laki lalu jenazah perempuan
sebelah kiblatnya, namun jenazah perempuan digeser ke tengahagar
bagian pinggangnya sejajar dengan arah kiblat imam.
j. Salat jenazah boleh dilakasanakan di rumah, ataudi masjid, namun
dianjurkan alat jenazah di masjid.
k. Diutamakan imam salat jenazah yang memiliki hubungan kerabat
dengan jenazah.
l. Salat jenazah dilaranh dalam 3 kondisi, yaitu; (1) waktu terbit
matahari, (2) waktu matahari pas di atas kepala atau tengah-tengah,
(3) waktu hampir terbenam hingga benar-benar terbenam.
2. MenSalatkan Jenazah
Setiap takbir mengangkat kedua tangan sejajar dengan telinga.
Tatacaranya adalah :
a. Setelah berwudu‟ dengan sempurna.
b. Berdiri tegak bagi yang mampu.
c. Niat ikhlas karena Allah swt
d. Mengangkat tangan dan mengucap takbir pertama: membaca surat al-
Fatihah dan salawat atas Nabi.
Salawat atas Nabi saw:

5. Mengangkat tangan dan mengucap takbir kedua : membaca doa untuk


jenazah:

“Ya Allah, ampunilah dosa-dosanya, kasihanilah ia, lindungilah ia dan


maafkanlah ia, muliakanlah tempat kembalinya, la pangkan kuburnya,
bersihkanlah ia de ngan air dan air yang sejuk. Bersihkanlah ia dari
sega la kesalahan, sebagaimana Engkau telah membersihkan pakaian
putih dari kotoran, dan gantilah rumahnya-di dunia- dengan rumah
yang lebih baik-di akhirat-serta gantilah keluarganya-di dunia-dengan
keluarga yang lebih baik, dan pasangan di dunia denganyang lebih
baik. Masukkanlah ia ke dalam surga-Mudan lindungilah ia dari siksa
kubur atau siksa api neraka.” no. hadis 1601.

6. Mengangkat tangan dan mengucap takbir ketiga: membaca doa untuk


jenazah:
"Ya Allah! Ampunilah yang masih hidup dari kami dan yang sudah
mati, yang menyaksikan dan yang tidak hadir, yang kecil dan yang
besar, yang lelaki dan yang perempuan. Ya Allah! Siapa pun yang Kau
hidupkan dari kami maka hidupkanlah diatas Islam dan siapa pun yang
Kau wafatkan dari kami maka wafatkanlah diatas iman.”

Atau membaca :

“Ya Allah, janganlah Engkau haramkan bagi kami pa halanya, dan


janganlah Engkau sesatkan kami sepeninggalnya.”

Catatan : jika mayatnya anak-anak, setelah doa di atas, maka ditambah


dengan doa sebagai berikut

“Ya Allah jadikanlah ia pelebihan (tabungan) dan pendahulu


(penjemput) serta upah (pahala) bagi kami.”H.R.al-Bukhari.(secara
mu’allaq).

7. Mengangkat tangan dan mengucap takbir keempat : membaca doa


ringkas lalu mengucap salam ke kanan dan ke kiri: 5

G. Menguburkan Jenazah
Ketentuan mengantar dan menguburkan jenazah.
1. Anjuran Mempercepat Membawa Jenazah.
2. Orang yang berkendaraan di belakang jenazah
3. Jenazah diletakkan, setelah itu para pengantar jenazah boleh duduk.
4. Jika ada 2 jenazah, dahulukan jenazah yang hafiz Alquran.

5
Marzuki, Perawatan jenazah, (Jakarta : Rumah Fiqih Publishing, 2019), h.6
5. Lobang kuburan dianjurkan membuat liang lahad, artinya ada rongga di
dalam lobang kuburan terse but. Jika, ada peti atau papan penutup mayat
tidak diperlukan lagi lahad.
6. Jika mayatnya wanita tutup kain di atas kuburan nya, pada saat
memasukkanya.
7. Orang yang menerima mayat untuk diletakkan dalam kubur, adalah yang
malamnya tidak berhubungan dengan istrinya.
8. Memasukkan ke kuburan dari arah kakinya.
9. Mengucapkan Bismillahi wa’ala sunnati Rasu lillah, bila meletakkan
mayat dalam kubur.

10. Menaburkan tanah 3x dimulai dari arah kepalanya.


11. Selesai mengubur mayat, berdoa dengan berdiri di sisinya.
12. Orang ikut menguburkan sampai ke dalam lobang kubur dianjurkan mandi

Doa di waktu datang ke Kuburan Doa yang dibaca adalah:

Semoga keselamatan dan kesejahteraan terlimpah kepada kamu wahai


penghuni perumahan kaum mukminin, sesungguhnya insya Allah kami
akan menyusul kalian. Ya Allah, janganlah Engkau menjauhkan kami dari
pahala mereka dan janganlah Engkau timbulkan fitnah kepada kami,
sepeninggal mereka.

Atau membaca :

Semoga keselamatan terlimpahkan kepada kalian wahai penduduk alam


barzah, dari kaum mukminin dan muslimin. Sesungguhnya kami akan
menyusul kalian insya Allah. Dan kami meminta Allah untuk kami dan
kalian agar diberi (kebaikan) keselamatan.

Ketentuan lainnya:

1. Menandai kuburan dengan meletakkan batu atau batu bata di arah kepala
mayat.
2. Kuburan hendaknya diratakan.
3. Larangan membangun kuburan.
4. Larangan duduk di atas kuburan.
5. Dilarang memakai sandai/sepatu berjalan di antara kuburan. 6

6
Ibid, h. 10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Fardu kifayah (bahasa Arab: ‫ )فرض كفاية‬adalah status hukum dari sebuah
aktivitas dalam Islam yang wajib dilakukan, tetapi bila sudah dilakukan oleh
muslim yang lain maka kewajiban ini gugur. Contoh aktivitas yang tergolong
fardu kifayah:
1. Menyalatkan jenazah muslim
2. Memandikan, mengkafani serta menguburkan jenazah Muslim
3. Belajar ilmu tertentu (misalnya Kedokteran, Ekonomi,dan Tajwid)
4. Jihad ibtida'i

Pada saat seorang mukmin meninggal, maka kewajiban mukmin


lainnya adalah melaksanakan fardhu kifayah. Ada 4 kewajiban fardhu kifayah
yang harus ditunaikan yaitu, memandikan, mengkafani, mensalatkan dan
menguburkannya.

Poin-poin didalam fardu kifayah diantaranya adalah

1. Menghadapi Musibah Sakit


2. Petunjuk Setelah Seseorang Meninggal Dunia
3. Ketentuan Memandikan Jenazah
4. Ketentuan Mengkafani Jenazah
5. Ketentuan Menshalatkan Jenazah
6. Ketentuan Menguburkan Jenazah
DAFTAR PUSTAKA

Elmasyar Bidin, Masri. Modul Praktikum Fardu Kifayah, Jakarta: UIN Syarif
hidayatullah, 2019.

Marzuki, Perawatan jenazah, Jakarta : Rumah Fiqih Publishing, 2019.

Saepudin, Fardu Kifayah, Medan: UIN Sumatera Utara, 2019.

Sulidar, Tuntunan Praktis Fardhu Kifayah, Jakarta: Fiqih Press, 2019.

Yusuf, Sa’ad . Tuntunan Mengurus Jenazah, Jakarta : Rumah Islami Press, 2020.

Anda mungkin juga menyukai