PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Fardu Kifayah?
2. Bagaimana Menghadapi Musibah Sakit?
3. Bagaimana Petunjuk Setelah Seseorang Meninggal Dunia?
4. Bagaimana ketentuan Memandikan Jenazah ?
5. Bagaimana Ketentuan Mengkafani Jenazah?
6. Bagaimana Ketentuan Menshalatkan Jenazah?
7. Bagaimana Ketentuan Menguburkan Jenazah?
BAB II
PEMBAHASAN
1
Saepudin, Fardu Kifayah, (Medan: UIN Sumatera Utara, 2019), h. 3
e. Pada saat sakit, dianjurkan untuk berdoa kepada Allah swt untuk
kesembuhan dirinya, dengan meletakkan pada anggota yang saki,
Selanjutnya baca :
Artinya: (Ya Allah Rabb manusia, Zat yang menghilangkan rasa sakit,
sembuhkanlah sesungguhnya Engkau Zatyang Maha
menyembuhkan, tidak ada kesembuhan melainkan dari
kesembuhan-Mu, yaitu kesembuhan yang tidak menyisakan rasa
sakit). (H.R.al-Bukhari). Atau membaca doa di bawah ini 7X:
Artinya: (Aku meminta kepada Allah yang Maha Agung, Rabb-nya Arsy
yang mulia untuk menyembuh kanmu). H.R.at-Tirmizi.
h. Bagi yang sakit, tidak boleh mengharap mati karena putus asa, apalagi
pihak keluarga. Namun, jika sakit nya sudah parah, maka Rasul saw
mengajarkan doa, dibaca oleh si sakit doanya yaitu:
Artinya:(Ya Allah, hidupkanlah aku jika kehidupan itu baik untukku, dan
matikanlah aku jika kematian itu baik bagiku). H.R.al-Bukhari
Bagi si sakit atau seseorang jika merasa ajalnya sudah dekat, maka
hendaknya memperbanyak doa, Rasul saw pada saat mendekati ajalnya beliau
senantiasa membaca doa berikut ini.
i. Hendaknya si sakit senantiasa berbaik sangka kepada Allah swt atas apa
yang telah menimpa nya. Kemudian berharap kepada Allah swt untuk
menghilangkan apa yang telah menim panya. Kemudian rasa takut kepada
Allah swt terhadap dosa-dosa yang telah dilakukan.
j. Dianjurkan untuk berwasiat tentang sesuatu kebai kan, jika tentang harta
tidak boleh bertentangan dengan ketetapan Allah dan Rasul-Nya.
k. Ketika seseorang menghadapi sakaratul maut, maka bagi kita disunnahkan
untuk mengajarkan dan menuntun dengan lembut kalimat tauhid, yaitu
ucapan:
2
Masri Elmasyar Bidin, Modul Praktikum Fardu Kifayah, (Jakarta: UIN Syarif
hidayatullah, 2019), h. 18
C. Petunjuk Setelah Seseorang Meninggal Dunia
1. Jika saudara kita sesama Muslim kena musibah atau meninggal dunia,
dianjurkan untuk mengucapkan:
Artinya: (Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan akan kembali kepada
Allah. Ya Allah, berilah kami pa hala karena mushibah ini dan
gantilah bagiku dengan yang lebih baik dari padanya).
Atau teks doa hadis riwayat dari Ummu Salamah yang tertera dalam
kitab Sahih Muslim yaitu sebagai berikut:
3
Sulidar, Tuntunan Praktis Fardhu Kifayah, ( Jakarta: Fiqih Press, 2019), h 21
kami dan ampunilah dia. Wahai Rabb semesta alam.
Lapangkanlah kuburnya dan terangilah dia di dalam kuburnya).
Artinya:(Hak Allah untuk mengambil dan memberi, segala sesuatu itu ada
batasnya (ajalnya
D. Memandikan Jenazah
1. Panduan untuk memandikan jenazah:
a. Mempersiapkan tempat yang tertutup dari pandangan masyarakat,
sehingga terlindungi dari aurat, aib dan cacat jenazah.
b. Peralatan mandi yang diperlukan, seperti: daun bidara/sabun mandi,
wangi-wangian, kapur barus, handuk dan lainnya.
4
Sa’ad Yusuf, Tuntunan Mengurus Jenazah, (Jakarta : Rumah Islami Press, 2020), h.
17
c. Mempersiapkan air mutlaq, yakni air yang suci lagi mensucikan. Lalu
siapkan air sebanyak 3 ember:
1) Ember berisi air biasa secukupnya.
2) Ember berisi air dicampur daun bidara/sabun.
3) Ember berisi air dicampur kapur barus.
d. Untuk pertimbangan tertentu (adanya penyakit ter tentu yang menular
dan lainnya) perlu disiapkan, antara lain: sarung tangan yang tidak
tembus air, masker penutup mulut dan hidung, sepatu bot, ka pas, juga
pakain anti air.
e. Mempersiapkan kain kafan sesuai dengan atu ran yang telah
ditetapkan oleh Rasul saw, 3 he lai untuk laki-laki dan 5 helai untuk
perempuan, tentu ukuran disesuaikan dengan ukuran jena zah yang
hendak dikafani.
f. Dianjurkan yang memandikan jenazah adalah keluarga dekat jenazah
atau setidaknya orang yang dapat menjaga rahasia.
g. Jenazah laki-laki yang memandikan laki-laki, dan jenazah wanita yang
memandikan wanita, kecuali suami istri boleh saling memandikan.
2. Tatacara memandikan jenazah:
a. Berniat karena Allah swt.
b. Seluruh pakaian jenazah dilepas, kemudian jenazah dibalut dengan
kain yang tidak transparan sebagai penutup auratnya pada saat
dimandikan.
c. Jika memungkinkan melepas semua perhiasan yang melekat pada
jenazah termasuk gigi palsunya.
d. Mandikan jenazah laki-laki oleh laki-laki, dan wanita dengan wanita,
kecuali suami kepada istri atau sebaliknya.
e. Letakkan jenazah di tempat yang disediakan, tertutup dari publik.
f. Membersihkan rongga mulut dan kuku-kukunya serta seluruh
tubuhnya dari kotoran dan najis
g. Keluarkan atau bersihkan kotoran jenazah dengan sedikit mengangkat
jenazah, dan cucilah atau bersih kan kotorannya.
h. Jenazah wanita yang hamil, tidak boleh ditekan perutnya.
i. Mulailah mandikan dengan sebelah kanan dan anggota wuduknya
serta dengan menggosokkan tubuh jenazah dengan lembut atau
perlahan-lahan.
j. Miringkan jenazah ke kiri, siram badan belakang jenazah, setelah itu
miringkan jenazah ke kanan, siram badan belakang jenazah, kemudian
telentangkanlah kembali jenazahnya.
k. Mandikanlah dengan bilangan ganjil, 3X, 5X, 7X atau lebih dari itu
menurut sepantasnya.
l. Mandikan dengan air, air yang dicampur daun bidara/sabun, dan yang
terakhir air yang dicampur kapur barus.
m. Jika jenazahnya ada cacat, maka tutuplah cacat tu buhnya dengan
merahasiakannya.
n. Jika memungkinkan bagi berambut panjang dikepang rambutnya dan
letakkan ke belakang kepala.
o. Setelah dimandikan bersihkan atau dikeringkan dengan handuk.
Sebagai catatan:
F. Mensalatkan Jenazah
1. Ketentuan:
a. Hukum salat jenazah adalah fardhu kifayah.
b. Jenazah yang disalatkan adalah jenazah yang beragama Islam, tidak
boleh mensoalatkan jenazah orang kafir.
c. Rasul saw tidak mensalatkan orang yang bunuh diri,orang yang punya
utang dan tidak ada penjaminnya,serta orang munafik, namun beliau
membiarkan sahabat mensalatkannya.
d. Salat jenazah boleh dilakukan secara jamaah atau sendirian.
e. Kalau mayatnya laki-laki, imam berdiri sejajar dengan kepala mayat.
f. Kalau mayatnya perempuan, imam berdiri di bagian tengahnya
(perut/lambung).
g. Makmum berdiri di belakang imam. Disunnahkan jamaah diatur
berdiri tiga barisan (shaf) atau lebih.
h. Jika jenazahnya lebih dari satu, maka sebaiknya disalatkan sekaligus
kecuali tidak memungkinkan.
i. Jika jenazah laki-laki dan perempuan bersamaan, maka jenazah yang
dekat dengan imam adalah jenazah laki-laki lalu jenazah perempuan
sebelah kiblatnya, namun jenazah perempuan digeser ke tengahagar
bagian pinggangnya sejajar dengan arah kiblat imam.
j. Salat jenazah boleh dilakasanakan di rumah, ataudi masjid, namun
dianjurkan alat jenazah di masjid.
k. Diutamakan imam salat jenazah yang memiliki hubungan kerabat
dengan jenazah.
l. Salat jenazah dilaranh dalam 3 kondisi, yaitu; (1) waktu terbit
matahari, (2) waktu matahari pas di atas kepala atau tengah-tengah,
(3) waktu hampir terbenam hingga benar-benar terbenam.
2. MenSalatkan Jenazah
Setiap takbir mengangkat kedua tangan sejajar dengan telinga.
Tatacaranya adalah :
a. Setelah berwudu‟ dengan sempurna.
b. Berdiri tegak bagi yang mampu.
c. Niat ikhlas karena Allah swt
d. Mengangkat tangan dan mengucap takbir pertama: membaca surat al-
Fatihah dan salawat atas Nabi.
Salawat atas Nabi saw:
Atau membaca :
G. Menguburkan Jenazah
Ketentuan mengantar dan menguburkan jenazah.
1. Anjuran Mempercepat Membawa Jenazah.
2. Orang yang berkendaraan di belakang jenazah
3. Jenazah diletakkan, setelah itu para pengantar jenazah boleh duduk.
4. Jika ada 2 jenazah, dahulukan jenazah yang hafiz Alquran.
5
Marzuki, Perawatan jenazah, (Jakarta : Rumah Fiqih Publishing, 2019), h.6
5. Lobang kuburan dianjurkan membuat liang lahad, artinya ada rongga di
dalam lobang kuburan terse but. Jika, ada peti atau papan penutup mayat
tidak diperlukan lagi lahad.
6. Jika mayatnya wanita tutup kain di atas kuburan nya, pada saat
memasukkanya.
7. Orang yang menerima mayat untuk diletakkan dalam kubur, adalah yang
malamnya tidak berhubungan dengan istrinya.
8. Memasukkan ke kuburan dari arah kakinya.
9. Mengucapkan Bismillahi wa’ala sunnati Rasu lillah, bila meletakkan
mayat dalam kubur.
Atau membaca :
Ketentuan lainnya:
1. Menandai kuburan dengan meletakkan batu atau batu bata di arah kepala
mayat.
2. Kuburan hendaknya diratakan.
3. Larangan membangun kuburan.
4. Larangan duduk di atas kuburan.
5. Dilarang memakai sandai/sepatu berjalan di antara kuburan. 6
6
Ibid, h. 10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fardu kifayah (bahasa Arab: )فرض كفايةadalah status hukum dari sebuah
aktivitas dalam Islam yang wajib dilakukan, tetapi bila sudah dilakukan oleh
muslim yang lain maka kewajiban ini gugur. Contoh aktivitas yang tergolong
fardu kifayah:
1. Menyalatkan jenazah muslim
2. Memandikan, mengkafani serta menguburkan jenazah Muslim
3. Belajar ilmu tertentu (misalnya Kedokteran, Ekonomi,dan Tajwid)
4. Jihad ibtida'i
Elmasyar Bidin, Masri. Modul Praktikum Fardu Kifayah, Jakarta: UIN Syarif
hidayatullah, 2019.
Yusuf, Sa’ad . Tuntunan Mengurus Jenazah, Jakarta : Rumah Islami Press, 2020.