Anda di halaman 1dari 16

PEMULASARAAN JENAZAH MENURUT ISLAM DARI PERSPEKTIF FIQH

DAN KESEHATAN

Dosen Pengampu : Safari Hasan, S.IP., M.MRS.

Disusun Oleh :

Detia Zulfa Addini (10323026)

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA

KEDIRI 2024
Islam menganjurkan banyak hal kepada umatnya, termasuk mengingat
kematian. Kematian memang sesuatu yang bukan tujuan dari setiap pasien.
Karena, setiap pasien yang dirawat pasti berharap sembuh, diberikan keringanan
dara sakitnya, sebagaimana perawatan kesehatan yang tujuannya memang untuk
mencapai kesembuhan dan meminimalkan kecacatan. Sehingga tidak setiap
upaya penyembuhan yang di usahakan oleh rumah sakit, agar apabila keadaan ini
terjadi, penghormatan harkat dan martabat manusia secara utuh tetap
diperhatikan dan menjadi dasar pelayanan jenazah di rumah sakit. Maka dari itu
setiap makhluk pasti akan selalu menghadapi kematian. Sebagai sesama umat
muslim sudah seharusnya ikut serta dalam pemula Saraan jenazah yaitu yang
meliputi proses perawatan atau pelayanan jenazah yang dimulai dari memandikan,
mengafani, mensholati, dan terakhir menguburkan jenazah.

ُ(: ‫ب َوالش َها َد ِة فَين َِبئكم ِب َما كنتم ت َع َملونَ )الجمعَة‬ َ ‫ل ِإن ال َموتَ الذِي تَفِرونَ مِ نه فَإِنه ملقِيكم ثم ت َردُّونَ ِإلَى‬
ِ ‫عال ِِم الغَي‬

Artinya : Katakanlah, "Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia


pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang
mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan." (Q.S. al-Jumu'ah/62: 8)

Pembahasan ini akan mengacu pada pemulasaraan jenazah menurut


islam dari perspektif fiqh dan kesehatan. Pertama akan membahas pemulasaraan
jenazah dari perspektif fiqh. Menurut islam dari perspektif fiqh tentang
pemulasaraan jenazah meliputi 4 langkah-langkah yaitu memandikan,
mengkafani, mensholati, dan menguburkan jenazah. Kemudian yang kedua akan
membahas mengenai pemulasaraan jenazah dari perspektif kesehatan.
Pemulasaraan jenazah dari perspektif kesehatan adalah perawatan pasien
setelah meninggal yang meliputi menyiapkan jenazah untuk diperlihatkan pada
keluarga, transportasi ke kamar jenazah dan melakukan disposisi (penyerahan)
barang-barang milik pasien. Pemulasaraan jenazah dimulai setelah dokter
menyatakan kematian pasien. Selanjutnya akan dibahas lebih dalam sebagai
berikut.

PEMULASARAAN JENAZAH DARI PERSPEKTIF FIQH

Memandikan Jenazah Dari Perspektif Fiqh

1
Memandikan jenazah merupakan salah satu bentuk kewajiban umat
muslim terhadap sesama umat muslim karena dianggap sebagai perbuatan yang
mulia. Ada peraturan dan syarat yang harus ditegakkan dalam memandikan
jenazah. Saat memandikan jenazah harus diberikan perhatian pada pelaksanaan
dan persiapannya. Memandikan jenazah dapat dikatakan sah atau terpenuhi
syarat wajibnya apabila kotoran jenazah sudah diyakini bersih maka baru
kemudian diratakan air ke seluruh tubuhnya dengan air yang suci dan mensucikan.
Jika airnya merata ke seluruh tubuh dan tubuh sudah bersih, maka ini disebut
ghaslah wahidah (basuhan pertama) dan sah.

Prinsip dasar memandikan jenazah sama persis dengan memandikan


janabah, sehingga apabila bahan pembersihnya disebarkan ke seluruh tubuh,
maka itu adalah basuhan sudah mereta ke seluruh tubuh, itulah ghaslah wahidah
yang dengannya sudah sah. Tapi dalam rangka memuliakan jenazah tentu tidak
hanya melakukan sebatas itu saja. Terdapat juga sunah dan petunjuk
memanandikan yang sempurna. Dan dalam praktiknya, langkah-langkah tersebut
bisa berbeda-beda tergantung tradisi yang berkembang di masing-masing daerah.
Dan perkembangan tersebut tentu saja diperbolehkan berdasarkan hukum syariat,
selama tidak melanggar prinsip dasar memandikan jenazah itu sendiri. Apabila
syarat wajibnya terpenuhi maka hukumnya menjadi fardhu kifayah, syarat tersebut
antara lain :

1. Jenazah Beragama Islam


Jika seorang non-muslim meninggal dunia, tidak ada kewajiban memandikan
jenazahnya. Bahkan mayoritas ulama melarangnya. Akan tetapi sebagian
madzhab ada yang menyatakan mengizinkan hal ini. Beberapa orang juga
mewajibkannya karena alasan kemanusiaan. Yaitu ketika seorang non-muslim
meninggal sebatang kara dan semua tetangganya sekelompok muslim. Maka
jenazah tersebut dimandikan. Namun tidak seperti saat jenazah umat islam
dimandikan pada tahun.
2. Pernah Hidup
Penjelasan para ulama mengenai syarat ini mengacu pada kasus bayi lahir
mati secara prematur. Bayi tersebut diistilahkan dengan as Siqt. Oleh karena
itu, ada yang wajib memandikanya selama masih dalam bentuk daging, ada
yang wajib memandikanya jika sudah berusia empat bulan dalam kandungan,

2
ada yang mewajibkan dengan syarat sudah lebih dari empat bulan dalam
kandungan, dan kriteria lain yang menunjukkan bayi dianggap pernah hidup.
3. Ada Fisik
Para ulama berbeda pendapat dalam hal ini. Ulama Hanafiah berpendapat
bahwa minimal batas minimal dikatakan ada fisiknya jika yang tersisa lebih dari
50%, atau jika tidak, minimal bagian dada keatas dan kepala masih ada. Ulama
Maliki menghendaki adabya 2/3 fisik yang masih tersisa. Sebaliknya, mayoritas
juhmur Ulama Syafiyyah dan Hanabirah berpendapat bahwa jika apapun
fisiknya yang masih tersisa maka wajib dimandikan.
4. Bukan Mati Syahid
Ada dua macam mati syahid yaitu ada yang syahid karena perang fi sabilillah,
dan ada pula yang syahid bukan karena perang. Pembahasan ini, syahid yang
dimaksud pada yaitu syahid di medan perang. Jika mati syahid karena perang
tidak perlu dimandikan. Namun, segera dikuburkan dengan pakaian lengkap
yang dikenakan saat perang tersebut. Sedangkan syahid non-perang perlu
untuk dimandikan, namun Rasulullah SAW secara tegas menyatakan bahwa
mereka yang syahid seperti, orang yang mati karena tertimpa reruntuhan
rumahnya, mati tenggelam, mati terbakar, mati terkena wabah penyakit, dan
lain-lain, mereka tetap perlu dimandikan.

Aturan yang dapat memandikan jenazah laki-laki yaitu dimandikan oleh


laki-laki (ayah, kakek, anak laki-laki, cucu, saudara laki-laki, keponakan laki-laki,
paman, dan sepupu). Untuk jenazah perempuan yang dapat memandikan dari
perempuan (ibu, nenek, anak, cucu, saudara perempuan, keponakan, bibi, dan
sepupu). Yang berstatus suami istri bisa saling mandi. Orang yang memandikan
haruslah orang yang dapat dipercaya agar tidak menyembunyikan kebaikan dan
dapat menyembunyikan aib jenazah atau menyebarkan rasa malu. Pemandian
harus dilakukan ditempat yang tenang dan sepi agar tidak dijangkau oleh banyak
orang. Lokasi pemandian sebaiknya tidak langsung berada di bawah langit dan
juga hanya mereka yang sedang memandikan jenazah dan wali yang boleh
memasuki area pemandian. Hendaknya ada mijmarah fiha bukhur atau
wewangian yang diperlukan agar bau tidak sedap yang mungkin timbul tidak terlalu
terasa. Selain itu, saat memandikan memerlukan kapas dan kabur barus. Juga
ada kain penutup tubuh mayat saat dimandikan. Serta tidak diperbolehkan bagi

3
yang memandikan untuk memandang aurat mayat dan memegangnya kecuali
dengan lapis kain atau sarung tangan. Berikut langkah-langkah memandikan
jenazah, antara lain :

1. Niat memandikan jenazah

‫لِل تَعَالَى‬
ِ ِ ‫ن ََويت الغس َل ِل َه ِذ ِه ال َم ِيت َ ِة‬

Nawaitul ghusla adaa 'an hadzihil mayyitati lillahi ta'aalaa.


Artinya : Aku berniat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari jenazah
(wanita) ini karena Allah Ta'ala.

َُ ‫لِل تَعَالَى‬ ِ ‫َويت الغس َل ِل َهذَا ال َم ِي‬


ِ ِ ‫ت‬

Nawaytul ghusla lihadza adaa `an hadzal mayyiti lillahi ta'ala.

Artinya : Aku berniat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari jenazah


(laki-laki) ini karena Allah Ta'ala.

2. Siapkan satu kain untuk menutupi tangan jenazah dan dua kain lainnya untuk
bagian tubuh jenazah yang lain.
3. Posisikan jenazah ke arah kiblat dan di area tempat mandi dengan kepala dan
dada dengan posisi lebih tinggi agar air dapat mengalir.
4. Siramkan air secara merata kemudian basuhlah tubuh jenazah dari ujung
kepala sampai ujung kaki dengan air bersih. Siram dari sisi kanan, lalu sisi kiri
sebanyak tiga kali.
5. Bersihkan bagian lubang-lubang seperti lubang hidung, telinga, celah ketiak,
celah jari kaki dan tangan serta rambutnya.
6. Hilangkan kotoran pada bagian depan dan belakang jenazah. Caranya, tekan
perlahan perut jenazah untuk mengeluarkan isinya. Jika ada yang keluar dari
perutnya, siram dengan air secukupnya untuk menghilangkan bau tak sedap.
Usap anus dan kubrunya dengan salah satu kain (istinja).
7. Memiringkan jenazah ke kiri dan siram bagian lambung kanan sebelah
belakang, kemudian memiringkan jenazah ke kanan dan basuh bagian
lambung kirinya sebelah belakang.
8. Kemudian wudhukan jenazah, setelah itu siram sebanyak jumlah ganjil dengan
air kapur barus atau cendana. Dalam hadist diriwayatkan sebagai berikut :

4
‫علَينَا َرسول‬
َ ‫ي هللا عنها قالت دخل‬
َ ‫ض‬ َ ‫عن أَم‬
ِ ‫عطِ ية َر‬ َ ‫عن م َحمد‬ َ ‫عن أَي‬
َ ‫ُّوب‬ َ ‫حدثنا م َحمد حدثنا عبد الوهاب النقفِي‬
َ ‫علَي ِه َو‬
‫سل َم َونَحن نَفسِل ابنته فقال الغسلتها ثالثا أو خمسا أو أكثر من ذلك بماء وسدر‬ َ ‫صلى هللا‬ ِ
َ ‫ّللا‬
‫كافورا فَإِذَا فَ َرغَان فَاذِننِي فَلَما فرغنا اذناه فألقى إلينا حقوه فقال أشعرتها إياه فقال أبوب‬
ً ‫واجعلن في اآلخرة‬
َ ‫وحدثتني حفصة بمثل حديث محمد وكان في حديث خفضة المسلتها وترا وكان فيه ثالثا أَو خَمسًا أَو‬
‫سبعًا‬
‫َو َكانَ فِي ِه أَنه قَا َل اب َدءوا ِب َميامِ نها ومواضع الوضوء منها وكان فيه أن أم عطية قالت ومشطناها ثالثة قرون‬
( ‫) رواه البخاري‬

Artinya : "Telah menceritakan kepada kami Muhammad telah menceritakan


kepada saya 'Abdul Wahhab Ats- Tsaqafiy dari Ayyub dari Muhammad dari
Ummu Athiyyah radliallahu 'anha berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam menemui kami ketika kami akan memandikan puteri. Beliau lalu
bersabda: "Mandikanlah dengan mengguyurkan air yang dicampur dengan
daun bidara tiga kali, lima kali atau lebih dari itu jika kalian anggap perlu dan
jadikanlah yang terakhirnya dengan kafur barus (wewangian). Dan bila kalian
telah selesai beritahu aku".Ketika kami telah selesai kami memberi tahu Beliau.
Maka kemudian Beliau memberikan kain Beliau kepada kami seraya berkata:
"Pakaikanlah ini kepadanya". Berkata, Ayyub telah menceritakan kepada saya
Hafshah seperti hadits Muhammad ini dimana pada hadits Hadshah berbunyi:
"Mandikanlah dengan siraman air berjumlah ganjil". Pada hadits itu juga ada
disebutkan: "Tiga, lima atau tujuh kali siraman". Dan juga didalamnya ada
berbunyi: "Mulailah dengan anggota badan yang kanan dan badan anggota
wudhu". Pada hadits itu juga ada disebutkan bahwa Ummu 'Athiyyah berkata:
"Kami menyisir rambut puteri Beliau dengan tiga kepang". (HR. Bukhari:
No. Hadist: 1176).

9. Terakhir keringkan tubuh jenazah dengan handuk.


10. Berikan wewangin yang tidak mengandung alkohol sebelum dikafani.

Mengkafani Jenazah Dari Perspektif Fiqh

Mengkafani Jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan


kain putih yang dapat menutupi tubuhnya dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Menurut pandangan salah satu madzhab fiqih yaitu madzhab syafi’i, tidak ada
teknis khusus yang menjadi patokan dalam mengkafani jenazah. Bahkan jika
hanya untuk melaksanakan kewajiban fardhu kifayah ini, menutupkan kain kafan
pada aurat jenazah hal ini sudah dikatakan sah, walaupun hanya dengan sehelai

5
kain. Batas minimum kafan yaitu setu helai kain yang dapat menutupi seluruh
badannya kecuali pada jenazah yang meninggal saat ihram di kota suci. Hukum
menkafani jenazah yaitu fardhu kifayah jika sudah meninggal dan tidak syahid.
Dalam hadist diriwayatkan sebagai berikut :

‫ا جر نا سع رسول هللا صلى هللا عليه وسلم كلتمس وجه هللا فوقع اجرنا على هللا فمنا من ما ت لم يا كل من اجره شأ‬
‫منهم مصعب ابن عمير قتل يوم احد فلم نجد ما لكفته اال بر دة اذا غطينا بها رأسه خرجت رجاله و اذا غطينا بها‬
‫رجليه حرج را سه فأمرنا ا لنبي صلى هللا عليه وسلم ان نغطي رأسه و ان نجعل على رجليه من اال ذخر‬

Artinya : Kami hijrah bersama Rasulullah SAW dengan mengharapkan keridhaan


Allah SWT, maka tentulah akan kami terima pahalanya dari Allah, karena diantara
kami ada yang meninggal sebelum memperoleh hasil duniawi sedikit pun juga.
Misalnya, Mash'ab bin Umair dia tewas terbunuh diperang Uhud dan tidak ada
buat kain kafannya kecuali selembar kain burdah. Jika kepalanya ditutup, akan
terbukalah kakinya dan jika kakinya tertutup, maka tersembul kepalanya. Maka
Nabi SAW menyuruh kami untuk menutupi kepalanya dan menaruh rumput izhir
pada kedua kakinya." (H.R Bukhari)

Faktanya, jumlah kain kafan untuk laki-laki ada 3 lapis, dan untuk wanita 5
lapis. Kain yang dianjutkan berwarna putih dan diberikan wewanguan. Lebih baik
memiliki jumlah kafan lebih dari satu helai dalam jumlah ganjil. Sunah mengkafani
jenazah yaitu kain denan bahan yang bagus namun tidak terlalu mewah. Jenazah
yang syahid dikafani dengan kain yang menempel pada saat dia meninggal
dengan segala darahnya sekalipun. Namun jika mengenakan pakaian besi atau
kulit maka sebaiknya dilepaskan.

َُ ‫صلى‬ ِ ‫عن َها أَن َرسو َل‬


َ ‫ّللا‬ َ ‫ي ّللا‬ ِ ‫شةَ َر‬
َ ‫ض‬ َ ِ‫عائ‬
َ ‫ن‬

(‫ي‬
ُّ ‫َار‬ َ ‫سحولِية مِ ن كرسف لَي‬
ِ ‫س فِي ِهن قَمِ يص َو َال ِع َما َمة ) َر َواه البخ‬ َ ‫ض‬ ِ ‫سل َم َكفَنَ فِي ث َ َالث َ ِة أَث َوا‬
ِ ‫ب يَ َمانِيَة بِي‬ َ ‫علَي ِه َو‬
َ ‫هللا‬

Artinya : Dari 'Aisyah r.a., bahwa Rasulullah Saw (saat wafat) dikafani jasadnya
dengan 3 (tiga) helai kain yang sangat putih, terbuat dari katun dari negeri Yaman,
dan tidak dikenakan padanya baju dan serban (tutup kepala). (HR. Bukhari)

Berikut ini langkah-langkah mengkafani jenazah laki-laki, antara lain :

1. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar
dan luas serta setiap lapisan diberi kapur barus.

6
2. Angkatlah jenazah yang sudah dimandikan dalam keadaan tertutup dengan
kain dan letakkan diatas kain kafan memanjang lalu ditaburi wangi-wangian.
3. Tutuplah dengan kapas lubang-lubang seperti hidung, telinga, mulut, kubul dan
dubur yang mungkin masih mengeluarkan kotoran.
4. Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar
sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi selembar dengan
cara yang lembut.
5. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan tiga
atau lima ikatan.
6. Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka tutup
bagian kepala dan bagian kaki yang terbuka boleh ditutup dengan daun kayu,
rumput atau kertas. Jika seandainya tidak ada kain kafan kecuali sekedar
menutup auratnya saja, maka tutuplah dengan apa saja yang ada.

Terdapat ketentuan pada kain kafan jenazah perempuan yaitu 5 lembar,


yang terdiri dari lembar pertama guna menutupi seluruh badan, lembar kedua
berfungsi sebagai kerudung kepala, lembar ketiga guna untuk baju kurung, lembar
keempat guna menutup pinggang hingga kaki, dan terakhir lembar kelima guna
menutup pinggul dan paha. Berikut langkah-langkah mengkafani jenazah
perempuan, antara lain :

1. Tutup lubang-lubang misalnya hidung, telinga yang mungkin masih


mengeluarkan kotoran dengan kapas.
2. Tutup kedua paha dengan kain pembungkus.
3. Pakaikan sarung, kemudian pakaikan baju kurung.
4. Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang, dilanjut
pakaikan kerudung.
5. Tutup dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua ujung kain
bagian kiri dan kanan kemudian digulungkan kedalam.
6. Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.

Mensholati Jenazah Dari Perspektif Fiqh

Sholat jenazah merupakan bagian dari rangkaian merawat jenazah bagi


umat islam. Hukum mensholati jenazah adalah fardhu khifayah dan itu sesuai
dengan perintah Nabi Muhammad SAW. Sholat jenazah berbeda dengan sholat

7
pada umumnya karena tidak ada rukuk atau sujud, dan tidak didahului dengan
adzan atau iqamah. Imam pada pelaksanaan shalat jenazah berdiri di depan
kepala jenazah laki-laki, sedangkan imam berdiri di tengah-tengah jenazah
perempuan. Shalat jenazah tidak hanya dilakukan oleh para laki-laki tetapi
perempuan juga dapat berpartisipasi dalam sholat jenazah. Jika terlambat bisa
mengulangi shalat jenazah. Salat jenazah termasuk wajib harus dilakukan dengan
berdiri, karena tergolong sholat fardhu. Namun jika tidak mampu berdiri, boleh
melaksanakan shalat jenazah sambil duduk yang sesuai dengan ketentuan shalat
lima waktu. Shalat jenazah dapat dilakukan meskipun jenazah berada di tempat
yang jauh (sholat ghaib). Selain itu, perbedaan bacaan juga terlihat ketika niat
shalat jenazah laki-laki dan perempuan. Berikut ini langkah-langkah shalat jenazah
laki-laki dan perempuan serta cara membacanya :

1. Membaca niat
‫لِل تَعَالَى‬ ِ ِ‫علَى ٰهذَا الـ َمي‬
ِ ٰ ِ ‫ت فَرضًا‬ َ ‫ص ِلي‬
َ ‫أ‬
Ushalli ‘alâ hâdzal mayyiti fardlan lillâhi ta’âlâ.
Artinya : Aku niat shalat atas jenazah (laki-laki) ini fardhu karena Allah ta’âlâ.

‫لِل تَعَالَى‬
ِ ٰ ِ ‫علَى ٰه ِذ ِه الـ َم ِيت َ ِة فَرضًا‬
َ ‫ص ِلي‬
َ ‫أ‬

Ushalli ‘alâ hâdzihil mayyitati fardlan lillâhi ta’âlâ.

Artinya : Aku niat shalat atas jenazah (perempuan) ini fardhu karena Allah
ta’âlâ.

2. Takbir pertama kemudian membaca alfatihah


3. Takbir kedua kemudian membaca sholawat nabi

َ ‫علَى‬
‫سيِ ِدن َا م َحمد‬ َ ‫اَللٰهم‬
َ ‫ص ِل‬

Allâhumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammad.

Artinya : Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad.

‫ِيم‬
َ ‫سيِ ِدنَا ِإب َراه‬
َ ‫آل‬ ِ ‫علَى‬
َ ‫ َو‬،‫ِيم‬ َ ‫علَى‬
َ ‫سيِ ِدنَا ِإب َراه‬ َ ‫سيِ ِدنَا م َحمد َك َما‬
َ َ‫صليت‬ َ ‫آل‬ ِ ‫علَى‬ َ ‫علَى‬
َ ‫ َو‬،‫سيِ ِدن َا م َحمد‬ َ ‫اَللٰهم‬
َ ‫ص ِل‬
،‫ِيم‬
َ ‫سيِ ِدن َا إِب َراه‬ ِ ‫علَى‬
َ ‫آل‬ َ ‫ َو‬،‫ِيم‬ َ ‫علَى‬
َ ‫سيِ ِدنَا إِب َراه‬ َ َ ‫ َك َما ب‬،‫سيِ ِدن َا م َحمد‬
َ َ‫اركت‬ ِ ‫ َوعَلَى‬،‫سيِ ِدنَا م َحمد‬
َ ‫آل‬ َ ‫علَى‬ َ ‫َوبَ ِارك‬
‫فِي العَالَمِ ينَ إِنكَ َحمِ يد َم ِجيد‬

Allâhumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammad wa ‘alâ âli sayyidinâ Muhammad,


kamâ shallaita ‘alâ sayyidinâ Ibrâhîm wa ‘alâ âli sayyidinâ Ibrâhim, wa bârik

8
‘alâ sayyidinâ Muhammad, wa ‘alâ âli sayyidinâ Muhammad, kamâ bârakta ‘alâ
sayyidina Ibrâhîm wa ‘alâ âli sayyidinâ Ibrâhîm fil ‘âlamîna innaka hamîdun
majîd.

Artinya : Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan kepada


keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan rahmat
kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Limpahkan pula keberkahan
bagi Nabi Muhammad dan bagi keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah
Engkau limpahkan keberkahan bagi Nabi Ibrahim dan bagi keluarga Nabi
Ibrahim. Sesungguhnya di alam semesta Engkau Maha Terpuji dan Maha
Agung.

4. Takbir ketiga membaca doa jenazah

َ‫ َون َِق ِه مِ ن‬،ِ‫ َواغسِله بِال َماءِ َوالثلجِ َوالبَ َرد‬،‫ َو َوسِع َمد َخلَه‬،‫ َوأَك ِرم نزلَه‬،‫عنه‬ َ ‫عافِ ِه َواعف‬ َ ‫اَللٰهم اغفِر لَه َوار َحمه َو‬
‫ َوزَ و ًجا خَي ًرا مِ ن‬،ِ‫ َواَه ًال خَي ًرا مِ ن اَه ِله‬،ِ‫ارا خَي ًرا مِ ن َد ِاره‬ً ‫ َوأَبدِله َد‬،‫ض مِ نَ الدن َِس‬
َ َ‫ب ال َبي‬َ ‫ال َخطَايَا َك َما نَقَيتَ الثو‬
ِ ‫زَ و ِج ِه وأَدخِ له ال َجنةَ َوأَعِذه مِ ن عَذَا‬
ِ ‫ب القَب ِر َو مِ ن عَذَا‬
‫ب الن ِار‬

Allâhummaghfir lahu warhamhu wa ‘âfihi wa‘fu anhu wa akrim nuzulahu wa


wassi’ madkhalahu waghsilhu bilmâ’i wats tsalji wal baradi, wa naqqihi minal
khathâyâ kamâ naqaita ats-tsauba al-abyadh minad danasi, wa abdilhu dâran
khairan min dârihi wa ahlan khairan min ahlihi wa zaujan khairan min zaujihi
wa adkhilhu al-jannata wa a’idzhu min ‘adzâbil qabri wa min adzâbinnâr.

Artinya : Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, bebaskanlah dan maafkanlah


dia. Muliakanlah tempatnya, luaskanlah kuburnya, dan mandikanlah ia dengan
air, salju, dan es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau
membersihkan baju yang putih dari kotoran. Berikan ia rumah yang lebih baik
dari rumahnya (di dunia), keluarga yang lebih baik dari keluarganya, pasangan
yang lebih baik dari pasangannya. Kemudian masukkanlah ia ke dalam surga
dan lindungilah ia dari siksa kubur dan siksa neraka.

،ِ‫ج َوالبَ َرد‬ِ ‫ َواغسِل َها بِال َماءِ َوالثل‬،‫ َو َوسِع َمد َخل َ َها‬،‫ َوأَك ِرم نزلَ َها‬،‫عن َها‬ َ ‫اَللٰهم اغفِر لَها َوار َحم َها َو‬
َ ‫عافِ َها َواعف‬
،‫ َواَه ًال خَي ًرا مِ ن اَه ِل َها‬،‫ارا خَي ًرا مِ ن َد ِارهَا‬ ً ‫ َوأَبدِل َها َد‬،‫ض مِ َن الدن َِس‬
َ َ‫ب الَبي‬ َ ‫َون َِق َها مِ نَ ال َخ‬
َ ‫طاي َا َك َما نَقَيتَ الثو‬
ِ ‫عذَا‬
‫ب الن ِار‬ َ ‫َوزَ و ًجا خَي ًرا مِ ن زَ و ِج َها وأَدخِ ل َها ال َجنةَ َوأَعِذهَا مِ ن‬
ِ ‫عذَا‬
َ ‫ب القَب ِر َو مِ ن‬

Allâhummaghfir lahâ warhamhâ wa ‘âfihâ wa‘fu anhâ wa akrim nuzulahâ wa


wassi’ madkhalahâ waghsilhâ bilmâ’i wats tsalji wal baradi, wa naqqihâ minal

9
khathâyâ kamâ naqaita ats-tsauba al-abyadh minad danasi, wa abdilhâ dâran
khairan min dârihâ wa ahlan khairan min ahlihâ wa zaujan khairan min zaujihâ
wa adkhilhâ al-jannata wa a’idzhâ min ‘adzâbil qabri wa min adzâbinnâr.

Artinya : Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, bebaskanlah dan maafkanlah


dia. Muliakanlah tempatnya, luaskanlah kuburnya, dan mandikanlah ia dengan
air, salju, dan es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau
membersihkan baju yang putih dari kotoran. Berikan ia rumah yang lebih baik
dari rumahnya (di dunia), keluarga yang lebih baik dari keluarganya, pasangan
yang lebih baik dari pasangannya. Kemudian masukkanlah ia ke dalam surga
dan lindungilah ia dari siksa kubur dan siksa neraka.

5. Takbir keempat membaca doa

‫َحرمنا أَج َره والت َفتِنا بَع َده َواغفِر لَنَا َولَه‬
ِ ‫اَللٰهم الت‬

Allâhumma lâ tahrimnâ ajrahu wa la taftinna ba’dahu waghfir lanâ wa lahu.

Artinya : Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan beri fitnah
(cobaan) bagi kami sepeninggalnya. Ampunilah kami dan ampunilah dia.

‫اَللٰهم ال َ ت َح ِرمنَا أَج َرهَا َوال َ ت َفتِنا بَعدَهَا َواغفِر لَن َا َولَ َها‬

Allâhumma lâ tahrimnâ ajrahâ wa la taftinna ba’dahâ waghfir lanâ wa lahâ.

Artinya : Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan beri fitnah
(cobaan) bagi kami sepeninggalnya. Ampunilah kami dan ampunilah dia.

6. Terakhir membaca salam dengan menoleh kekan dan kekiri diiringi pelepasan
tangan mulai dari tangan kanan dan juga tangan kiri

ِ ‫علَيكم َو َرح َمة‬


‫هللا َوبَ َركَاته‬ َ ‫السالَم‬

Assalâmu‘alaikum warahmatullâhi wabarakatuh.

Artinya : Semoga keselamatan, kasih sayang, dan keberkahan dari Allah


tercurah atas kalian.

Menguburkan Jenazah Dari Perspektif Fiqh

Proses penulasaraan jenazah menurut perspektif fiqh yang terakhir


merupakan penguburan jenazah. Menguburkan jenazah dapat dilaksanakan

10
kapan saja namun terdapat beberapa waktu yang sebaiknya dihindari yaitu,
pertama, matahari baru saja terbit, tunggu sampai meninggi. Kedua, matahari saat
berada di tengah-tengah atau saat panas terik yang menyengat/saat waktu dzuhur
tiba, sampai condong ke barat. Ketiga, saat matahari hampir terbenam hingga
terbenam sempurna. Berikut langkah-langkah menguburkan jenazah :

1. Angkat jenazah secara perlahan kemudian letakkan di dalam kubur yang


sudah disiapkan.
2. Jenazah dimasukkan ke dalam kubur yang dimulai dari kepala terlebih dahulu
dan dilakukan lewat arah kaki. Jika hal tersebut tidak memungkinkan maka
boleh menurunkannya dari arah kiblat.
3. Jenazah diletakkan dalam posisi miring di atas lambung kanan bagian bawah
dan menghadap kearah kiblat.
4. Pipi dan kaki jenazah supaya ditempelkan ke tanah dengan membuka kain
kafannya dan untuk tali-tali pengikat dilepaskan.
5. Pada saat menurunkan jenazah ke liang lahat hendaknya membacakan doa.
‫علَى مِ ل ِة َرسو ِل ّللا‬ ِ ‫بِس ِم‬
َ ‫ّللا َو‬
Artinya : Dengan (menyebut) nama Allah dan berdasarkan millah (ajaran,
tuntunan) Rasulullah.
6. Khusus jenazah perempuan ada anjuran untuk membentangkan kain diatas
kubur pada saat proses penguburan.
7. Angkat jenazah secara perlahan kemudian letakkan di dalam kubur yang
sudah disiapkan.
8. Jenazah dimasukkan ke dalam kubur yang dimulai dari kepala terlebih dahulu
dan dilakukan lewat arah kaki. Jika hal tersebut tidak memungkinkan maka
boleh menurunkannya dari arah kiblat.
9. Jenazah diletakkan dalam posisi miring di atas lambung kanan bagian bawah
dan menghadap kearah kiblat.
10. Pipi dan kaki jenazah supaya ditempelkan ke tanah dengan membuka kain
kafannya dan untuk tali-tali pengikat dilepaskan.
11. Pada saat menurunkan jenazah ke liang lahat hendaknya membacakan doa.
Khusus jenazah perempuan ada anjuran untuk membentangkan kain diatas
kubur pada saat proses penguburan.

11
12. Rasulullah SAW melarang agar tidak membuat bangunan di atas kuburan
seperti diberi semen, marmer, atau batu pualam yang harganya mahal.
َُ ‫ض ِه الذِي َماتَ فِي ِه لَعَنَ ّللا‬ َ ‫صلى ّللا عَلَي ِه َو‬
ِ ‫سل َم قَا َل فِي َم َر‬ َ ِ ‫ع ِن النبِي‬ َ ‫عن َها‬
َ ‫ي ّللا‬
َ ‫ض‬ ِ ‫شةَ َر‬
َ ِ‫عائ‬َ ‫ن‬
‫ور أَنبِيَائِ ِهم َمس ِجدًا قَالَت َولَو َالذَالِكَ َلَب َرزوا قَب َره غَي َر أَنِي‬
َ ‫ارى اتخَذوا قب‬ َ ‫ص‬ َ ‫اليَهو َد َوالن‬
ِ ‫أَخشَىأَنيت َخذَ َمس ِجد) َر َواه البخ‬
(‫َاري‬
Artinya : Dari 'Aisyah r.a. bahwa Nabi Saw. bersabda ketika Beliau sakit yang
membawa kepada kematiannya: "Allah melaknat orang-orang Yahudi dan
Nasrani, disebabkan mereka menjadikan kuburan para Nabi mereka sebagai
masjid." 'Aisyah r.a. berkata. "Kalau bukan karena sabda Beliau tersebut, tentu
sudah mereka pindahkan kubur beliau (dari dalam rumahnya), namun aku
tetap khawatir nantinya akan dijadikan masjid" (H.R. Bukhari)

PEMULASARAAN JENAZAH DARI PERSPEKTIF KESEHATAN

Pemulasaraan jenazah di RSUD SUMBERREJO meliputi beberapa


tahapan antara lain, perawatan jenazah diruang perawatan, pemindahan jenazah
di ruang jenazah, perawatan jenazah di kamar jenazah, pemulasaraan jenazah
dengan penyakit menular di kamar jenazah, pemulasaraan jenazah non menular
di kamar jenazah, dan serah terima jenazah.

Perawatan Jenazah di Ruang Perawatan

Adalah prosedur perawatan pada pasien yang baru meninggal di ruang


perawatan. Pada prosedur ini, petugas yang berkewajiban melepaskan selang
infus, kateter yang masih terpasang, menutup luka bekas infus dengan plaster.
Kemudian posisikan jenazah dalam posisi terlentang, tangan dilipat diatas dada
atau disisi tubuh. Tutup jenazah dengan kain bersih, lalu keluarga bisa melihat
jenazahnya.

Pemindahan Jenazah di Ruang Jenazah

Adalah proseder perawatan dan pemindahan pasien yang baru meninggal


dari ruang perawatan kemudian dipindahkan ke kamar jenazah. Pada prosedur ini,
petugas yang berkewajiban atau petugas pemulasaraan jenazah memindahkan
pasien dari tempat tidur ke kereta jenazah, lalu tutup pintu kereta jenazah dan
bawa jenazah kedalam kamar jenazah dengan di dampingi oleh keluarga dari
pihak jenazah yang bersangkutan.

12
Perawatan Jenazah di Kamar Jenazah

Adalah prosedur perawatan pasien yang baru meninggal di ruang


perawatan kamar jenazah. Petugas yang berkewajiban mempersiapkan peralatan-
peralatan seperti kain bersih, plaster kedap air, kapas, kasa, dan wadah barang
berharga. Langkah-langkah selanjurnya yang dilakukan yaitu menutup jenazah
dengan kain bersih, tutup bagian mata, telinga, dan mulut menggunakan kapas.
Lalu letakkan jenazah dalam posisi terlentang dengan posisi tangan berada disisi
tubuh atau lipat di atas dada. Masukkan sampah dan bahan yang terkontaminasi
didalam kantong plastik infeksius warna kuning. Kemudian segera bersihkan
setiap percikan atau tumpahan darah maupun cairan tubuh dipermukaan jenazah
dengan cairan desinfektan. Jenazah tidak diperbolehkan dibalsem dan disuntik
untuk pengawetan dan diotopsi kecuali oleh petugas yang dikhususkan.

Pemulasaraan Jenazah Dengan Penyakit Menular di Kamar Jenazah

Adalah prosedur perawatan jenazah yang baru meninggal dengan penyakit


menular di ruang kamar jenazah. Petugas yang berkewajiban mengurus jenazah
pertama-tama yaitu menempatkan jenazah di meja pemandian khusus jenazah;
kedua luruskan tubuh jenazah; ketiga siram tubuh jenazah dengan menggunakan
larutan desinfektan klorin 0,5%; keempat lepaskan tali ikatan, penutup mata juga
telinga serta pakaian yang melekat pada tubuh jenazah; kelima mandikan jenazah;
keenam pindahkan jenazah ke meja tempat untuk mengkafani setelah selesai
dimandikan; ketujuh petugas membalut tubuh jenazah dengan plastik kain
pertama, lalu tubuh jenazah dipakaikan kain kafan, selanjutnya tubuh jenazah
dibalut dengan plastik kedua. Jenazah tidak boleh di balsem atau disuntik
pengawet seperti formalin atau formal dehyde.

Pemulasaraan Jenazah Dengan Penyakit Non-Menular di Kamar Jenazah

Adalah kegiatan pengelolaan jenazah pasien yang baru meninggal mulai


dari ruangan, pemindahan kekamar jenazah, pengelolaan jenazah dikamar, dan
yang terakhir serah terima jenazah kepada keluarga yang bersangkutan dan juga
pemulangan jenazah. Petugas yang berkewajiban menyiapkan peralatan
memandikan; plastik dengan ukuran 2 meter sebanyak 1 lembar, kain kafan
dengan ukuran 2 meter sebanyak 3 lembar; siapkan kasa, kapas, plester atau
hypafix, dan gunting. Petugas memberikan penjelasan kepada pihak keluarga

13
jenazah tentang penanganan bagi jenazah yang meninggal, petugas
memperbolehkan jika ada saudara jenazah yang ingin melihat prosesnya tetapi
hanya 1-2 perwakilan dan tidak lupa menggunakan APD. Berikut langkah-langkah
yang dilakukan yaitu petugas terlebih dahulu membersihkan tangan, berwudu jika
jenazah muslim, dan petugas juga menggunakan APD. Letakkan jenazah di meja
pemandian; berikan perawatan luka pada jenazah jika jenazah tersebut adalah
korban kecelakaan atau bencana; lepaskan tali ikatan, penutup mata, telinga dan
juga pakaian yang melekat pada jenazah; kemudian mandikan jenazah; pindahkan
jenazah ke meja tempat untuk mengkafani setelah selesai dimandikan; kemudian
lakukan perawatan jenazah dengan balut jenazah menggunakan plastik pertama
jika diperlukan, kemudian balut jenazah dengan kain kafan. Tidak diperbolehkan
menyuntik pengawet dan tidak dibalsem.

Serah Terima Jenazah

Adalah proses kegiatan serah terima jenazah dari petugas yang


bersangkutan dengan pihak keluarga dari jenazah. Pertugas yang berkewajiban
mengurus hal ini akan menyiapkan ambulance jenazah, kereta jenazah, surat
kematian, dan juga buku serah terima jenazah pasien ke keluarga yang
bersangkutan. Berikut ini langkah-langkah yaitu petugas harus membersihkan
tangan dengan bersih; hubungi security untuk mendampingi pada petugas kamar
jenazah dalam melakukan serah terima jenazah terhadap keluarganya; kemudian
keluarga dimintai tanda tangan dibuku serah terima jenazah; lepaskan gelang
identitas jenazah; lalu serahkan jenazah kepada keluarganya; pindahkan jenazah
kedalam kereta jenazah; selanjutnya pindahkan jenazah dari kereta jenazah
kedalam ambulance; terakhir jika sudah sampai ditempat tujuan serahkan jenazah
kepada pihak keluarganya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Fadilasari, I. (2023). Rukun dan Tata Cara Shalat Jenazah.


https://lampung.nu.or.id/syiar/rukun-dan-tata-cara-shalat-jenazah-nJPNF

Nashr, A. S. (2018). Pengantar Fqih Jenazah.


http://eprints.radenfatah.ac.id/2430/1/fiqh%20jenazah.pdf

Nelisma, Y., & Barmawi. (2022). Penyelenggaraan Jenazah Perspektif Islam,


Etika Dan Budaya Dalam Bimbingan Dan Konseling. Jurnal Pendidikan Dan
Konseling.
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jpdk/article/view/6324/47
29

PANDUAN PRAKTEK JENAZAH. (2017). https://fsei.iainambon.ac.id/mbs/wp-


content/uploads/sites/3/2020/11/Panduan-Praktek-Jenazah-

RSUD SUMBERREJO. (2022). PANDUAN PEMULASARAAN JENAZAH DAN


BEDAH MAYAT. https://misterbian-rsudsbj.com/wp-
content/uploads/2022/09/PANDUAN-PEMULASARAAN-JENAZAH-DAN-
BEDAH-MAYAT-SPO-Pemulasaraan-Jenazah.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai